Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TEORI KOMUNIKASI

TECHNOLOGICAL DETERMINISM THEORY, SEMIOTIC THEORY


CULTURAL STUDY THEORY & THE MEDIA EQUATION THEORY
SERTA KONSEP DASAR DAN APLIKASI TEORI
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD MEUTUAH SYAHNI


200407006

PRODI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Israwaty Suriady, S.IKom., M.IKom selaku dosen mata kuliah teori komunikasi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ACEH, 1 NOVEMBER 2021

PENULIS
PEMBAHASAN

TECHNOLOGICAL DETERMINISM THEORY

Konsep Determinisme Teknologi dalam kamus Ilmu-Ilmu Sosial, disebutkan bahwa


determinism Techno-economic merupakan suatu ajaran bahwa masyarakat sangat ditentukan oleh
faktor-faktor teknologi dan ekonomi, (Reading&Hugo F., 1986: 115). Dari sini dapat ditarik
pengertian bahwa determinisme teknologi merupakan suatu ajaran bahwa masyarakat sangat
ditentukan oleh faktor-faktor teknologi. Dengan kata lain kemajuan teknologi juga turut menjadi
faktor penting dalam menentukan kelangsungan dan kelanjutan kehidupan masyarakat.
Teknologi membentuk individu tentang bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam
masyarakat, dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari suatu abad
ke abad teknologi yang lain, (Nuruddin, 2007: 185). Sedangkan Determinisme Teknologi Media
menurut McQuail, (2005: 104) jika diartikan dalam bahasa Indonesia, antara lain adalah sebagai
berikut:
▪ Teknologi komunikasi merupakan sesuatu yang mendasar pada masyarakat.
▪ Setiap teknologi mempunyai bias dalam bentuk komunikasi praktis, isi, dan kegunaannya.
▪ Serangkaian penemuan dan penerapan teknologi komunikasi Berpengaruh kepada
perubahan sosial.
▪ Revolusi komunikasi mengarahkan kepada revolusi sosial.
Secara umum, konsep atau teori determinisme teknologi di sini menjelaskan bahwa
teknologi komunikasi memiliki peranan yang penting di dalam masyarakat. Arah daripada
penemuan teknologi komunikasi dapat mempengaruhi perubahan sosial suatu masyarakat dan
lebih jauh teknologi komunikasi juga dapat mendorong munculnya revolusi sosial masyarakat,
(McQuail,at (2005: 104).
Jika dikaitkan dengan perkembangan teknologi komunikasi baik Facebook maupun
Twitter sama-sama merupakan suatu bentuk sarana yang ada di dalamnya. Keduanya mempunyai
hubungan yang erat dengan wujud teknologi komunikasinya yang berupa komputer, dan juga
media online atau media baru. Bahkan agar lebih dekat dengan masyarakat, maka Facebook dan
Twitter juga disediakan untuk dapat diakses melalui ponsel (handphone), terlebih untuk dewasa
ini keduanya juga sering disajikan dalam bentuk aplikasi yang terintegrasi atau bisa diunduh untuk
dipasang di ponsel.
Facebook dan Twitter merupakan suatu bentuk jejaring sosial atau Microblog yang
diciptakan guna menghubungkan antara satu pengguna dengan pengguna yang lainnya. Keduanya
dibentuk untuk tujuan agar penggunanya bisa mengenal lebih dekat satu sama lain, dan juga tetap
dekat walaupun mereka dipisahkan oleh suatu jarak yang jauh. Misalnya seseorang dengan
saudaranya yang berada di luar negeri, masih bisa saling berinteraksi langsung melalui Facebook
dan Twitter. Bahkan sekarang ini, Facebook sudah dilengkapi dengan fitur video chat, yang
memungkinkan satu pengguna dan pengguna yang lain untuk bisa berkomunikasi sekaligus
bertatap muka, layaknya chatting dengan Yahoo Messenger, dan aplikasi chatting lainnya.
Facebook dan Twitter juga sering digunakan untuk menghubungkan selebritis atau public figure
dengan para fansnya, Biasanya dalam bentuk group dan fanpage untuk Facebook. Sedangkan
dalam Twitter, biasanya untuk verified account atau akun resmi dari seorang public figure
mempunyai jumlah follower yang banyak.
Jadi, peranan keduanya di sini lebih kepada menjadi link atau penghubung beragam
informasi, baik itu berita, isu, puisi, foto, video, dan beragam bentuk karya lain untuk disalurkan
kepada lebih banyak orang. Hal ini dikarenakan masyarakat saat ini cenderung lebih mengetahui
tentang hal baru lainnya berasal dari Facebook dan Twitter daripada langsung dari website aslinya.
Hal positif lainnya dapat dibuktikan dengan Facebook dan Twitter yang digunakan sebagai
sarana persuasi kepada publik. Dengan kemajuan teknologi seperti Facebook atau Twitter tidak
menutup kemungkinan adanya hal negatif, terutama di Facebook. Seringkali kita melihat hal
negatif di Facebook ini, contoh seperti pasangan yang sedang berpacaran menggunggah foto
mereka yang sedang duduk bersama, berpelukan, bahkan berciuman dan hal ini bahkan tidak
dalam bentuk foto saja namun video juga sudah mulai tersebar luas dikarenakan sengaja atau tidak
tetapi hal itu sangat merusak.

SEMIOTIC THEORY

Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika adalah ‘tanda’ yang diartikan sebagai a
stimulus designating something other than itself (suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu yang
bukan dirinya sendiri). Pesan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam komunikasi.
Menurut John Powers (1995), pesan memiliki tiga unsur, yaitu :
1. Tanda dan simbol
2. Bahasa
3. Wacana (discourse)
Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi. Tanda menunjuk atau
mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sedangkan makna atau arti adalah hubungan
antara objek atau ide dengan tanda. Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori
komunikasi, khususnya teori komunkasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa tingkah
laku nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan makna dan
bagaimana tanda diorganisasi. Studi yang membahas mengenai tanda disebut dengan semiotika.
Tanda mutlak diperlukan dalam menyusun pesan yang hendak disampaikan. Tanpa memahami
teori tanda, maka pesan yang disampaikan dapat membingungkan penerima.
Tanda (sign) adalah sesuatu yang berbentuk fisik (any sound-image) yang dapat dilihat dan
di dengar yang biasanya merujuk kepada sebuah objek atau aspek dari realitas yang ingin
dikomunikasikan. Objek tersebut dikenal dengan “referent”. Dalam berkomunikasi, seseorang
menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan
menginterpretasikan tanda tersebut. Syaratnya komunikator dan komunikan harus mempunyai
bahasa atau pengetahuan yang sama terhadap sistem tanda tersebut agar komunikasi lancar.
Sebagai contoh, Bunga Mawar diartikan sebagai tanda cinta.
Kode merupakan sistem pengorganisasian tanda. Kode mempunyai sejumlah unit (atau
kadang-kadang satu unit) tanda. Cara menginterpretasi pesan-pesan yang tertulis yang tidak mudah
dipahami. Jika kode sudah diketahui, makna akan bisa dipahami. Dalam semiotik, kode dipakai
untuk merujuk pada struktur perilaku mnusia. Budaya dapat dilihat sebagai kumpulan kode-kode.
Tanda dapat diklasifikasikan menjadi icon, index, dan symbol. Icon adalah tanda yang
menegaskan maknanya berdasarkan kualitasnya itu sendiri. Misalnya dalam program komputer,
icon keranjang sampah mewakili tempat sampah file komputer. Index adalah tanda yang
mengindikasikan sesuatu yang berarti lain. Misalnya adalah tanda gambar siluet pria untuk
menandakan toilet pria. Simbol adalah tanda yang berarti tertentu.

CULTURAL STUDY THEORY

“Cultural Studies” atau kajian budaya merupakan bidang yang majemuk dengan perspektif
dan produksi teori yang kaya dan beraneka ragam. Dalam ranah keilmuan para pengkaji budaya
meyakini bahwa tidaklah mudah untuk menentukan batas-batas dan wilayah-wilayah kajian
budaya secara khas dan komprehensif, terlebih ditengah perkembangan globalisasi diberbagai
bidang dimana batasan-batasan kultural, politik, dan ekonomi semakin kabur, selain juga karena
wilayah kajian budaya bersifat multidisipliner/interdisipliner atau pascadisipliner sehingga
mengaburkan batas-batas antara kajian budaya dengan subyek-subyek lain.
Suatu arena interdisipliner dimana perspektif dari disiplin yang berlainan secara selektif
dipergunakan dalam rangka menguji hubungan antara kebudayaan dan kekuasaan, kebutuhan akan
perubahan dan representasi atas kelompok-kelompok sosial yang terpinggirkan, khususnya kelas,
gender, dan ras, dengan demikian Cultural Studies adalah suatu teori yang dibangun oleh para
pemikir yang memadang produksi pengetahuan teoritis sebagai praktik politik. Di sini,
pengetahuan tidak pernah menjadi fenomena netral atau objektif, melainkan soal posisionalitas,
soal dari mana orang berbicara, kepada siapa, dan untuk tujuan apa?
Menurut Barker melakukan Kajian Budaya berarti mengkaji kebudayaan sebagai “praktik-
praktik pemaknaan” dalam konteks kekuasaan sosial, dengan mengajukan berbagai pertanyaan
mengenai pemaknaan yaitu bagaimana peta-peta makna diciptakan dalam kebudayaan? Yang
kemudian menjadi sekumpulan praktik pemaknaan, melacak makna-makna apa saja yang
didistribusikan? Oleh siapa? Untuk siapa? Dengan tujuan apa? Dan atas kepentingan apa?.
Sementara dalam ranah praktiknya kajian budaya berpusat pada pendekatan, pertama,
etnografi yang sering dikaitkan dengan pendekatan-pendekatan kulturalis dan penekanan pada
“pengalaman hidup sehari-hari.” Kedua, pendekatan tekstual, yang cenderung mengambil dari
semiotika, pasca strukturalisme, dan dekonstruksi derridean. Dan ketiga kajian resepsi, yang akar
teoritisnya bersifat eklektik.
Culture Studies etnografis terpusat pada eksploitasi kualitatif tentang nilai dan makna
dalam konteks cara hidup, yaitu pertanyaan tentang kebudayaan, dunia kehidupan dan identitas.

THE MEDIA EQUATION THEORY

Teori Media Ekuasi atau The Media Equation Theory dikemukakan oleh Byron Reeves
dan Clifford Nass melalui tulisan mereka yang berjudul The Media Equation : How People Treat
Computers and Television. Teori persamaan Reeves dan Nass ini mencoba memperlihatkan bahwa
media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam
komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face. Dalam teori
persamaan ini, media dianggap sebagai bagian dari kehidupan nyata (media and the real life are
the same) people and place.
Reeves dan Nass menggagas bahwa kita menanggapi (response) media komunikasi seolah-
olah media itu hidup. Implikasi praktis dari media equation ini adalah ketika kita menyalakan TV
atau komputer kita, kita mengikuti peraturan dari interpersonal interaction yang kita lalui selama
hidup kita. Ini adalah human-media relations. Reeves dan Nass mengatakan bahwa Media
Equation ini sifatnya sangat basic atau mendasar. Jadi “ it applied to everyone, it applied often and
it is highly consequential “.
Ketika kita menonton tv atau browsing internet, tidak seorangpun dari kita yang akan
mengakui bahwa kita sebenarnya sedang merespons gambar-gambar di layar seolah-olah gambar-
gambar itu nyata. Kita tahu bahwa yang ada di layar itu adalah gambar-gambar imajiner atau hanya
representasi dari benda aslinya. Reeves dan Nass menyatakan sebaliknya. Keduanya menyatakan
bahwa sebenarnya orang merespons media secara sosial atau alami, meskipun mereka tahu itu
adalah yang tidak masuk akal untuk dilakukan dan meskipun mereka tidak berpikir bahwa respons
itu mencirikan diri mereka sendiri.
Sebuah penelitian dilakukan mengenai perubahan emosi, sikap dan gesture beberapa orang
ketika mereka sedang berhadapan dengan gambar orang yang sedang berbicara kepada mereka di
layar TV dengan jarak yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa jarak antara penonton dengan
TV berpengaruh terhadap perubahan sikap, emosi dan gesture penonton. Menurut Reeves dan
Nass, orang beranggapan bahwa sebuah gambar wajah, berhubungan dengan ukurannya, hanya
merupakan simbol yang mempresentasikan orang yang tidak benar-benar ada disitu. Namun lebih
dari itu, ukuran wajah secara luas mempengaruhi response psikologis dari rasa ingin mendekat
sampai penilaian terhadap karakter.
KESIMPULAN

▪ Masyarakat sudah terhipnotis dengan media sosial sehingga apapun mereka bagi
dalam dunia sosial bahkan hingga hal-hal yang sifatnya pribadi. Transisi antar era
dalam determinisme teknologi tadi tidaklah bersifat gradual atau evolusif, akan
tetapi lebih disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi. Tergambar jelas
bahwa masyarakat adalah objek dari teknologi dan media merupakan salah satu alat
yang digunakan untuk informasi menyebarkan teknologi. Media jenis apapun harus
bergerak cepat mengikuti perkembangan teknologi demi memenuhi keinginan
khalayak dan teknologi sangat mempengaruhi pola konsumsi khalayak terhadap
media. Media sosial sebagai media baru menawarkan kecepatan dan kebaruan,
interaksinsosial yang lebih kompleks. Pembaruan dan update yang begitu cepat
dalam fitur media sosial timbul karena adanya interaksi antara individu yang satu
dengan yang lainnya, ini yang membedakan media lama dan media baru. Interaksi
antar individu masyarakat menjadi sangat kompleks. Media dalam bentuk apapun
merupakan alat untuk memperluas dan memperkuat pengaruhnya dalam pemikiran
dan tindakan manusia. Kenyataan ini menunjukkan, masing-masing penemuan
teknologi media baru yang betul-betul dipertimbangkan untuk memperluas dan
kecakapan manusia.
▪ Semiotika merupakan salah satu metode penelitian komunikasi yang paling
interpretatif dalam menganalisis teks, dan keberhasilan maupun kegagalannya
sebagai sebuah metode bersandar pada seberapa baik peneliti mampu
mengartikulasikan kasus yang mereka kaji. Tradisi semiotika terdiri atas
sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide,
keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. Penelitian
tanda-tanta tidak hanya memberikan cara untuk melihat komunikasi, tetapi
memiliki pengaruh yang kuat hampir pada semua perspektif teori komunikasi.
Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika :
1. Tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau
menunjukkan beberapa kondisi lain, seperti ketika asap menandakan adanya api
2. Simbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti ,
termasuk arti yang sangat khusus. Beberapa ahli memberikan perbedaan yang
kuat antara tanda dan simbol. Tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang
jelas terhadap sesuatu, sedangkan simbol tidak.
▪ Kajian budaya merupakan kajian yang menarik dan menantang terutama dalam
memahami dunia yang senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan akal budi
manusia.
▪ Teori ini memprediksi bagaimana seseorang memperlakukan media (berdasarkan
teori interpersonal) layaknya media itu adalah manusia.
Teori ini menjelaskan bahwas pemirsa itu aktif.
Teori ini relatif mudah dimengerti.
Teori ini termasuk aliran positivis (generalisasi, satu kebenaran, perilaku bisa
diprediksi dan tidak melihat nilai-nilai yang dianut seseorang).

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Chris. 2008. Cultural Studies Teori; Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
McQuail, Denis. (2005). Mass Communication Theory (5th ed.). California: Sage
Publication Ltd.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Powers, John.1995. On the Intellectual Structure of the Human Communication
Discipline, Communication Education 44.
Reading, Hugo F. (1986). Dictionary of Social Science; Kamus Ilmu-Ilmu Sosial
(Sahat Simamora, Terjemahan). Jakarta: Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai