100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
561 tayangan3 halaman
Robert T Craig mengusulkan 7 tradisi teori komunikasi untuk membangun koherensi di bidang studi komunikasi. Ia berpendapat bahwa teori komunikasi perlu mengadopsi model konstitutif dan berfungsi sebagai metadiskursus untuk membangun dialog antarteori. Tujuannya adalah menghindari sekat disiplin ilmu dan memfasilitasi kolaborasi antarteori komunikasi.
Robert T Craig mengusulkan 7 tradisi teori komunikasi untuk membangun koherensi di bidang studi komunikasi. Ia berpendapat bahwa teori komunikasi perlu mengadopsi model konstitutif dan berfungsi sebagai metadiskursus untuk membangun dialog antarteori. Tujuannya adalah menghindari sekat disiplin ilmu dan memfasilitasi kolaborasi antarteori komunikasi.
Robert T Craig mengusulkan 7 tradisi teori komunikasi untuk membangun koherensi di bidang studi komunikasi. Ia berpendapat bahwa teori komunikasi perlu mengadopsi model konstitutif dan berfungsi sebagai metadiskursus untuk membangun dialog antarteori. Tujuannya adalah menghindari sekat disiplin ilmu dan memfasilitasi kolaborasi antarteori komunikasi.
Robert T Craig menuliskan dalam esainya yang berjudul ‘Communication theory as a field’ yang menyatakan bahwa teori komunikasi belum menjadi bidang yang koheren tampaknya masih tidak bisa terhindarkan. Ia menemukan banyak pendidikan tinggi yang menawarkan studi komunikasi tapi berbagai teori yang diajarkan semuanya berjalan sendiri-sendiri. Menurutnya, teori komunikasi sangat kaya dengan ide-ide tetapi gagal dalam jumlah cakupannya. Craig melihat bahwa tidak adanya koherensi dalam kajian komunikasi karena sifat multidisiplin yang dibawa oleh masing-masing ilmuwan yang sering salah dalam penggunaannya tapi tetap dipertahankan. Dari keprihatinan inilah Robert T Craig menawarkan 7 tradisi komunikasi, di antaranya tradisi Retorika, Semiotik, Fenomenologi, Sibernetik, Sosiopsikologi, Sosiokultural, dan tradisi Kritikal. Craig berpendapat bahwa teori komunikasi belum menjadi bidang yang koheren tetapi berpotensi menjadi bidang dialogis-dialektis berdasarkan dua prinsip: (a) metamodel komunikasi yang konstitutif, dan (b) konsepsi teori komunikasi sebagai praktik metadiscourse dalam disiplin praktis. Prinsip Satu: Model Konstitutif Komunikasi sebagai Metamodel Selama ini, model komunikasi transmisi konvensional dianggap memiliki filosofis cacat, penuh dengan paradox, dan secara ideologis terbelakang. Sehingga setidaknya harus dilengkapi model yang mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai proses konstitutif yang menghasilkan makna bersama. Model konstitutif ini menawarkan disiplin komunikasi fokus, peran intelektual sentral, dan misi budaya—yaitu untuk mengkritik manifestasi buaya dari model transmisi. Prinsip Dua: Teori Komunikasi sebagai Metadiscourse Metadiscourse adalah unsur utama dalam praktik komunikasi. Artinya, komunikasi bukan hanya sesuatu yang kita lakukan, tetapi juga sesuatu yang kita rujuk secara reflex dengan cara yang secara praktis terkait dengan tindakan kita. Dalam disiplin praktis komunikasi, teori dirancang untuk menyediakan sumber daya konseptual untuk merefleksikan masalah komunikasi. Tentu saja, komunikasi dapat diteorikan dari banyak perspektif yang berbeda, sehingga bidang teori komunikasi menjadi forum untuk membahas manfaat relatif dari teori-teori praktis alternatif. Diskusi tentang teori-teori alternatif ini merupakan apa yang disebut Craig sebagai metadiscourse teoritis. Tradisi Retorika: Komunikasi sebagai Seni Wacana yang Praktis Dalam tradisi teori retorika, komunikasi biasanya diteorikan sebagai seni wacana praktis. Teori komunikasi ini berguna untuk menjelaskan mengapa partisipasi kita dalam wacana, khususnya wacana publik, penting dan bagaimana hal itu terjadi, dan membuka kemungkinan bahwa praktik komunikasi dapat dipupuk dan ditingkatkan melalui studi kritis dan pendidikan. Masalah komunikasi dalam tradisi retorika dipahami sebagai urgensi sosial yang dapat diselesaikan melalui penggunaan wacana yang cerdik untuk membujuk khalayak. Tradisi Semiotik: Komunikasi sebagai Mediasi Intersubjektif dengan Tanda Dalam tradisi semiotik, komunikasi biasanya diteorikan sebagai mediasi intersubjektif dengan tanda. Teori komunikasi dengan cara ini menjelaskan dan memupuk penggunaan bahasa dan sistem tanda lainnya untuk menengahi antara perspektif yang berbeda. Dalam teori komunikasi semiotik, kata-kata dapat memiliki makna yang berbeda untuk orang yang berbeda sehingga kadang terjadi miskomunikasi. Tradisi Fenomenologi: Komunikasi sebagai Pengalaman dari yang lain Tradisi fenomenologi menjelaskan interaksi identitas dan perbedaan dalam hubungan manusia yang otentik dan memupuk praktik komunikasi yang memungkinkan dan mempertahankan hubungan otentik. Komunikasi otentik ini didasarkan pada pengalaman kontak langsung tanpa perantara orang lain. Tradisi Sibernetik: Komunikasi sebagai pemrosesan informasi Komunikasi dalam tradisi sibernetik diteorikan sebagai pemrosesan informasi dan menjelaskan bagaimana semua jenis sistem yang kompleks, baik yang hidup maupun yang tidak hidup, makro atau mikro, berfungsi ataupun tidak berfungsi. Sibernetika memahami masalah komuikasi sebagai gangguan dalam aliran informasi yang dihasilkan dari kebisingan, kelebihan informasi, atau masalah komunikasi lainnya. Untuk sibernetika, perbedaan antara pikiran materi hanyalah perbedaan fungsional seperti halnya antara perangkat lunak dan perangkat keras. Pikiran tidak lebih dari pemrosesan informasi, sehingga pemikiran individu adalah komunikasi ‘interpersonal’ dan bahwa kelompok dan organisasi juga berpikir, seluruh masyarakat berpikir, robot, dan organisme buatan pada akhirnya akan berpikir. Tradisi Sosiopsikologis: Komuikasi sebagai Ekspresi, Interaksi, dan Pengaruh Komunikasi dalam tradisi sosiopsikologis adalah proses dimana individu berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi dapat terjadi secara tatap muka atau melalui media teknologi serta dapat mengalir baik secara individu ke individu, individu ke kelompok atau kelompok ke kelompok yang melibatkan elemen-elemen yang menengahi antarindividu. Jika semiotika komunikasi dimediasi oleh tanda dan sistem tanda, maka tradisi sosiopsikologis dimediasi oleh kecenderungan psikologis (sikap, keadaan emosional, cirri kepribadian, koflik bawah sadar, kognisi sosial, dll) yang dimodifikasi oleh efek yang muncul dari interaksi sosial. Tradisi Sosial Budaya: Komunikasi sebagai (Re)Produksi Tatanan Sosial Komunikasi dalam tradisi sosial budaya biasanya diteorikan sebagai proses simbolik yang menghasilkan dan mereproduksi pola sosiokultural bersama. Komunikasi menjelaskan bagaimana tatanan sosial diciptakan, direalisasikan, dipertahankan, dan diubah dalam proses interaksi tingkat mikro. Kita ada dalam lingkungan sosiokultural yang dibentuk dan dipelihara sebagian besar oleh kode simbolik dan media komunikasi. Interaksi kita sehari-hari dengan orang lain sangat bergantung pada pola budaya dan struktur sosial yang sudah ada sebelumnya. Dari sudut pandang ini, interaksi kita sehari-hari sebagian besar ‘mereproduksi’ tatanan sosial budaya yang ada. Tradisi Kritis: Komunikasi sebagai Refleksi Diskursif Komunikasi yang dipahami dengan cara ini menjelaskan bagaimana ketidakadilan sosial dilaggengkan oleh distorsi ideologis dan bagaimana keadilan secara potensial dapat dipulihkan melalui praktik komunikatif yang memungkinkan adanya peningkatan kesadaran atas apa ketidakadilan yang terjadi. Tradisi kritis menyangkut bagaimana kekuatan dan tekanan serta keistimewaan sebagai hasil dari bentuk bentuk komunikasi tertentu dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut kritis. Bahwa komunikasi disatu sisi telah ditandai dengan proses dominasi oleh kelompok yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah. Menurut saya, 7 tradisi teori komunikasi yang diciptakan oleh Craig memberikan dampak yang sangat luas bagi studi komunikasi. Esai ini bertujuan bagaimana kaitan antara semua teori komunikasi, apapun asal disiplin ilmunya, asal dapat dimanfaatkan untuk membangun suatu bidang yang dijadikan sebagai panduan, di mana semua teori komunikasi dapat berinteraksi secara produktif satu sama lain. Ide Craig tentang tradisi komunikasi ini memberikan pemahaman tentang perbedaan dan persamaan yang ada dalam teori-teori komunikasi tersebut tanpa memunculkan sekat-sekat keilmuan yang bersifat multidispilin. Tentu saja, juga dapat mempermudah para peneliti untuk membangun kajian dengan menggunakan metode komunikasi serta diharapkan dapat memicu pemikiran baru bagi kita yang sedang mempelajari ilmu komunikasi.