Anda di halaman 1dari 16

TUGAS REVIEW CHAPTER 9 LITTLE JOHN DAN

GRIFFIN 20-21
MATA KULIAH
PRESPEKTIF DAN TEORI KOMUNIKASI
Dosen Pengampu Dra. Prahastiwi Utari M.Si., Ph.D

Disusun Oleh:
LINGGA ANGLING WULUNG
S231608019

PASCA SARJANA MANAJEMEN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
 THEORIES OF HUMAN COMMUNICATION
Authors Stephen W. Little John and Karen A. Foss
Chapter 9 “THE ORGANIZATION”

Littlejohn mengemukakan bahwa setiap bentuk masyarakat membutuhkan organisasi. Setiap kali
kita berkolaborasi untuk mencapai tindakan kolektif, organisasi muncul. Organisasi "secara
simbolis mencapai kerjasama", dan komunikasi organisasi adalah bidang yang mempelajari
bagaimana kerja sama dicapai atau cara organisasi dibuat. Dimana setiap individu-individu di
dalam organisasi itu memberikan pengaruh atas orang lain, kelompok tertentu mengerahkan
pengaruh atas kelompok lain dan sistem tertentu mengerahkan kekuasaan/kekuatan yang
mengontrol atau mengelola sistem lain. Littlejohn berpendapat bahwa ada 3 aspek dalam
organisasi yaitu:

1). Struktur Organisasi. Bentuk dan Fungsi; (Organizational structure, form and function)
2). Manajemen, Kendali/Pengawasan, dan Kekuasaan/Kekuatan; Serta (Management, control,
and power)
3). Budaya Organisasi. (Culture)

1. ORGANIZATIONAL STRUCTURE, FORM, AND FUCTION

Pada chapter ini Littlejohn mengelompokkan organisasi kedalam kelompok tradisi-tradisi craig
yaitu, tradisi Sosiopsikologi, Sibernetik, dan Sosiokultural. Ketiga pendekatan tradisi tersebut
oleh Littlejohn dikaitkan dengan teori-teori antara lain:

a. Pendekatan Tradisi Sosiopsikologi


Teori Sosiopsikologi organisasi berfokus pada individu dan kelompok atribut atau karakteristik
daripada pola-pola komunikasi. Sebagai hasilnya, tradisi ini tidak sangat berpengaruh dalam
literatur komunikasi organisasi. Teori yang digunakan pada pendekatan tradisi ini adalah
Managerialism and Weber’s Theory of Bereaucracy (Managerialism dan Weber teori birokrasi).
Teori Weber mendefinisikan struktur organisasi dalam hal dimana orang ditempatkan dalam
hirarki dan jenis-jenis otoritas dan peran yang diberikan kepada mereka sebagai anggota
organisasi. Prinsip utama dari brokrasi Weber ada 3 yaitu :1). Otoritas, 2). Spesialisasi, 3).
Peraturan. Organisasi didirikan sebagai sistem rasional, dan aturan menentukan otoritas. Cara
terbaik untuk mengatur rasional-otoritas hukum (rational-legal authority) menurut Weber,
adalah dengan hirarki. Dengan kata lain, bos memiliki bos, yang mempunyai lebih tinggi bos.
Hirarki ini dengan hati-hati ditentukan oleh peraturan dalam organisasi. Setiap lapisan
manajemen memiliki kewenangan yang sah sendiri, dan hanya kepala organisasi memiliki
otoritas tertinggi secara keseluruhan.

Teori birokrasi Weber bias kita lihat sangat dekat dengan tradisi sosiopsikologi, karena disini
individu mempunyai peran yang besar dalam pencapaian tujuan organisasi.

b. Pendekatan Tradisi Sibernetik

Pada pendekatan Sibernetik ini melihat struktur sebagai muncul dari pola interaksi dalam
organisasi. Teori yang digunakan pada pendekatan tradisi ini adalah :

1. The Process of Organizing (Proses Pengorganisasian)


Salah satu teori-teori yang paling berpengaruh tradisi cybernetic adalah Karl Weick. Teori
Weick's pengorganisasian signifikan di bidang komunikasi karena menggunakan komunikasi
sebagai dasar untuk mengatur manusia dan memberikan alasan untuk memahami bagaimana
orang mengatur. Menurut teori ini, organisasi bukan struktur yang terbuat dari posisi dan peran,
akan tetapi kegiatan komunikasi. Hal ini lebih tepat untuk berbicara tentang "pengorganisasian"
daripada "organisasi" karena orang-orang membangun organisasi melalui proses yang
berkelanjutan komunikasi. Interaksi adalah suatu bentuk komunikasi dalam rangka menciptakan
organisasi, yang diikuti oleh respon dan kemudian melakukan penyesuaian yang terjadi secara
berulan/ ganda yang bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian informasi. Dalam istilah Weick
ketidakpastian disebut equivocality. kegiatan-kegiatan pengorganisasian dirancang untuk
mengurangi kurangnya kepastian. Adapun proses penghilangan equivocality dengan cara:
enactment (fokus perhatian pada situasi tertentu); selection (penerimaan dan penolakan
informasi), dan retention (penyimpanan informasi untuk masa datang). Setelah penyimpanan,
organisasi menghadapi titik pilihan, mereka harus memutuskan apakah mereka harus melihat lagi
pada lingkungan sekitar dengan cara baru.

2. Actor Network Theory, Co-orientation, and the Montreal School


Actor Network Theory lebih sering disebut sebagai “teori terjemahan”. teori jaringan aktor telah
diadopsi oleh beberapa bidang untuk menjelaskan bagaimana berbagai proses dan struktur skala
besar diciptakan dalam interaksi . Pandangan ini telah dibawa ke dalam komunikasi terutama
oleh James R. Taylor dan rekan-rekannya yang kemudian dikenal sebagai Montreal Sekolah
Komunikasi Organisasi . Konsisten dengan pandangan Weick, Taylor melihat organisasi sebagai
produk dinamis kegiatan yang sedang berlangsung, khususnya interaksi . Pelaku tidak hanya
berbicara untuk diri mereka dalam interaksi dengan aktor-aktor lain , tetapi mereka juga
berbicara atas nama jaringan kelompok yang lebih besar. Ketika aktor berbicara untuk kelompok
, organisasi , atau lembaga , mereka selalu harus menerjemahkan makna berasal dari dasar, atau
mikro. Taylor memulai pemikirannya dengan gagasan bahwa pengorganisasian terjadi ketika dua
orang berinteraksi di sekitar fokus khusus perhatian yang disebut proses co-orientasi .

3. Network Theory (Teori Jaringan)


Teori ini dikembangkan oleh Peter Monge dan Noshir Contactor. Jaringan merupakan susunan
sosial yang diciptakan oleh komunikasi antar individu dan kelompok. Gagasan struktural dasar
dari teori jaringan adalah keterkaitan (connectedness). Satuan dasar dari organisasi menurut
teori jaringan adalah mata rantai (link) antara dua orang. Sebuah mata rantai dapat didefinisikan
dengan maksud atau tujuannya, bagaimana tujuan/maksud tersebut dibagi,dan fungsi mata rantai
tersebut dalam organisasi. Mata rantai juga dapat mendefinisikan sebuah peranan jaringan
tertentu,bahwa mereka menghubungkan kelompok-kelompok dalam cara tertentu. Mata rantai
dapat bersifat langsung : menggunakan mata rantai yang lurus antara dua orang, dan bersifat
tidak langsung : ada dua orang terhubung melalui orang ketiga. Jaringan dapat dibentuk oleh
sejumlah kualitas ( ukuran atau jumlah orang yang besar).,keterkaitan (mata rantai),sentralitas.
c. Sosiokultural.

Teori yang mewakili tradisi Sosiokultural adalah Teori Stukturisasi yang dikemukakan oleh
Poole & McPhee. Strukturisasi adalah proses akibat yang tidak diharapkan dari tindakan
menciptakan norma, aturan, dan susunan sosial lain yang membatasi atau mempengaruhi
tindakan masa depan. Susunan organisasi diciptakan ketika individu saling berkomunikasi dalam
metafora "tempat": 1). Tempat konsepsi, 2). Tempat implementasi, 3.) Tempat penerimaan.
Menurut Poole & McPhee,iklim organisasi adalah penjelasan umum kolektif tentang organisasi
yang membentuk harapan dan perasaan anggotanya dan juga kinerja organisasi.

2. MANAGEMENT, CONTROL, AND POWER


Littlejohn melakukan pendekatan metateori ini dengan dengan sudut pandang dari tradisi
Retorik dan Kritik.

a. Pendekatan pada Tradisi Retorik


Teori yang mengacu pada pendekatan tradisi ini adalah Teori Kontrol Organisasi
(Organizational Control Theory). Phillip Tompkins,George Cheney,dan rekan-rekan telah
mengembangkan pendekatan baru dan berguna terhadap komunikasi organisasi, yaitu tertarik
dim cara cara komunikasi biasa membentuk kendali atas pegawainya, kendali dinyatakan dalam
organisasi dgn 4 cara : 1).Kendali sederhana, 2). Kendali teknis, 3). Kendali birokrasi, 4).Kendali
konsertif. Identitas adalah salah satu hal yang tercipta dari interaksi. Identitas seseorang sangat
berhubungan dengan identifikasi. Organisasi mewakili ringkasan kendali konsertif melalui
identifikasi. Kendali konsertif adalah salah satu mekanisme yang digunakan oleh organisasi
untuk mengatur banyak identitas. Organisasi harus memiliki sebuah cara untuk menarik individu
dgn semua ketertarikan variabel mereka kedalam sebuah identifikasi umum dgn organisasi,
perbedaan identitas & pertentangan dapat ditangani jika setidaknya ada keseluruhan identifikasi
dgn organisasi sebagai sebuah kesatuan
b. Pendekatan pada Tradisi Kritik
Discourse of Suspicion - Wacana Kecurigaan
Pada tingkat tertentu, teori dalam organisasi ini harus bergantung pada data yang dikumpulkan
oleh peserta atau pengalaman pengamat , danmereka harus menafsirkan dalam beberapa cara.
Teori yang dikemukan Dennis Mumby ini percaya bahwa pendekatan ini telah melahirkan
serangkaian tantangan untuk mainstream teori organisasi. Salah satu hasil adalah munculnya apa
yang Mumby sebut sebagai "wacana kecurigaan." yang menantang kepentingan yang ada dan
pengaturan kekuasaan di organizations. Dengan tantangan ini, dapat kita lihat dari chapter map
bahwa kita bergerak dari sociocul budayanya dengan tradisi kritis. Dennis mumby menyatakan :
" salah satu ajaran prinsipil dari pendekatan penelitian kritis adalah bahwa organisasi bukan
hanya tempat netral untuk pembuatan makna, namun organisasi menghasilkan dan dihasilkan
dalam konteks perjuangan antara ketertarikan kelompok dan sistem representasi yang saling
bersaing". Mumby melakukan pengujian kritis dengan menggunakan konsep hegemoni dari
karya teori kritis. Gagasan Mumby tentang hegemoni adalah sebuah proses penonjolan dan
perlawanan yang pragmatis, interaktif, dan dialektis. Hegemoni bukanlah pertanyaan tentang
sebuah kelompok yang aktif dan berkuasa yang mendominasi kelompok yang lebih pasif dan
kurang berkuasa, tapi merupakan sebuah proses penyusunan kekuasaan yang muncul sebagai
proses aktif dari pembentukan multi kelompok social

Corporate Colonization Theory - Teori Kolonisasi perusahaan


Teori ini digagas oleh Stanley Deetz dimana mengemukakan bahwa organisasi kontemporer
memberikan keistimewaan pada minat manajerial diatas kepentingan identitas, komunitas , atau
demokrasi . Menurut Deetz, wacana normal dalam organisasi menanamkan 4 dimensi yang
mendominasi yaitu :
1) Naturalisasi : Etika organisasi bahwa pihak manajemen yang mengatur prioritas.
2) Netralisasi : adalah gagasan bahwa informasi bersifat netral, atau bebasdari nilai
3) Legitimasi : adalah usaha organisasi untuk memberikan sebuah bentuk wacana
sebagai suara otoritas dari organisasi.
4) Sosialisasi : adalah proses "pelatihan" pegawai yg terus berjalan untuk menerima
dan mengikuti susunan moral organisasi.
Keempat proses tadi mendasari sebuah komunikasi yang menyimpang secara sistematis yang
memberikan minat kapitalisme manajerial.
Perbedaan antara kapitalisme manajerial dan tradisional:
- Kapitalisme manajerial : bertujuan untuk mereproduksi organisasi untuk kelangsungan hidup
manajemen itu sendiri
- Kapitalisme tradisional : bertujuan untuk mengembangkan produksi dan menghasilkan uang
Deetz memberikan metateori yang terdiri atas tiga tekanan yang ia yakini merupakan tempat
manusia benar benar terlibat:1)Tekanan perhatian, 2) Tekanan pemikiran, 3). Tekanan hiburan.

Gender dan Ras dalam Komunikasi Organisasi


Pada topik ini Littlejohn menawarkan tiga teori dari beberapa ilmuan dalam menjelaskan
keberadaan ras dan gender dalam komunikasi organisasi: (1) Dari Angela Trethewey, melihat
persoalan ketidakseimbangan keberadaan wanita dalam organisasi terutama dari segi pelayanan.
Hal itu terlihat dari sisi feminitas seperti emosi, seksualitas, kehamilan, atau mentruasi; (2) Dari
Karen Ashcraft, memperluas ketidakseimbangan selain gender dengan adanya perbedaan ras
dalam organisasi. Lalu terakhir (3) Dari Robin Clair, lebih meluaskan dengan melihat
kompleksitas keduanya dengan paradoks yang sering terjadi di organisasi semisal pelecehan
seksual, rasisme, dan tekanan kepada minoritas dalam organisasi.

3. CULTURE
Teori yang mengikuti topik Culture (budaya) pada organisasi ini adalah Budaya Organisasi.
Pendekatan tradisi yang paling dekat menurut Littlejohn adalah dari tradisi Sosiokultural. John
mengambil teori dari John Van Maanen dan Stephen Barley. John Van Maanen & Stephen
Barley menggaris bawahi 4 bidang budaya organisasi: 1). Konteks ekologis
(lokasi,waktu,sejarah,konteks sosial), 2). Jaringan atau interaksi diferensial, 3). Pemahaman
kolektif (isi dari budaya,gagasan ,cita cita, nilai dan kegiatan), 4).idang individu (domain)
individu. Teori tentang budaya organisasi juga dikemukakan oleh Pacanowsky dan Nick
O’Donnell-Trujillo merasa bahwa organisasi dapat paling baik dipahami dengan menggunakan
lensa budaya. ini budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar belakang
individu. Menurut Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo budaya adalah suatu cara hidup di dalam
sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer emosional dan psikologis.
Hal ini mencakup semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat produktifitas Budaya organisasi
juga mencakup semua simbol (tindakan, rutinitas, percakapan, dst) dan makna-makna yang
dilekatkan orang pada simbol-simbol ini. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui
interaksi yang terjadi antar karyawan dan pihak menejemen.

A First Look at Communication Theory chapter 20

 PENDEKATAN BUDAYA TERHADAP ORGANISASI


(CLIFFORD GEERTZ & MICHAEL PACANOWSKY)

Antropolog Princeton Clifford Geertz menulis bahwa “manusia adalah seekor binatang yang
digantungkan pada jaring keberartian yang telah ia pilin sendiri”. Ia menggambarkan budaya sebagai
jaring-jaring tersebut. Untuk berjalan melintasi rintangan menuju pusat jaring, orang harus menemukan
interpretasi umum yang menyatukan jaring tersebut. Budaya memiliki makna, pemahaman, dan
kepraktisan yang sama.
Dalam bidang komunikasi, mantan professor Universitas Colorado, Michael Pacanowsky telah
menerapkan wawasan budaya Geertz kedalam kehidupan organisasi. Ia mengatakan bahwa jika budaya
terdiri atas jaring-jaring makna yang telah dipilih oleh orang, dan jika jaring yang dipilih itu menyiratkan
aksi pemilihan, ‘maka kita perlu memperhatikan bukan hanya struktur jaring budaya tersebut, melainkan
juga proses pemilinannya juga. Proses itu adalah komunikasi. Yaitu komunikasi yang “menciptakan dan
merupakan realita dunia yang dianggap benar”.

Budaya Sebagai sebuah Metafora Kehidupan Organisasi


Saat ini istilah budaya perusahaan berarti hal-hal yang berbeda bagi orang yang berbeda.
Beberapa pengamat menggunakan frase untuk menjelaskan lingkungan sekitar yang membatasi
kebebasan aksi sebuah perusahaan. Yang lain menggunakan istilah tersebut untuk mengacu kepada
kualitas atau harta benda organisasi. Mereka berbicara tentang budaya sebagai persamaan kata dengan
citra, karakter, atau iklim. Akan tetapi, Pacanowsky berkomitmen terhadap pendekatan simbolis Geertz
dan maka dari itu menganggap budaya lebih dari sebuah variabel tunggal dalam penelitian organisasi.
Budaya organisasi bukan hanya sekedar bagian lain dari teka-teki; ini adalah teka-teki. Dari sudut
pandang kita, budaya bukan sesuatu yang dimiliki oleh sebuah organisasi; sebuah budaya adalah sesuatu
yang disebut organisasi.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN BUDAYA; APA YANG BUKAN BUDAYA


Geertz mengakui bahwa konsep budaya sebagai system makna bersama adalah sesuatu yang
samar-samar dan sulit untuk dipahami. Tidak seperti penggunaan yang popular, yang menyamakan
budaya dengan konser dan museum seni, ia menolak menggunakan kata untuk menandai yang kurang
primitif. Tidak ada antropolog modern yang akan masuk kedalam perangkap mengklasifikasikan orang
sebagai budaya yang tinggi atau rendah.
Budaya bukan keseluruhan atau tak terbagi-bagi. Budaya adalah jaring-jaring makna; sistem
makna bersama. Geertz mengemukakan bahwa bahkan masyarakat yang terikat erat sekalipun memiliki
sub-sub budaya dan budaya tandingan didalam batas-batas mereka. Bagi Pacanowsky, jaring budaya
organisasi merupakan sisa kinerja karyawan – tindakan-tindakan dimana para anggota mengangkat dan
mengungkapkan budaya mereka kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Ia mengemukakan bahwa
hasil kerja hanya memainkan sebuah peran kecil dalam pembuatan budaya perusahaan.
Kinerja budaya adalah tindakan-tindakan yang dengannya para anggota mengangkat dan
memperlihatkan budaya mereka kepada diri mereka dan orang lain; sebuah ansambel teks. Geertz
menyebut kinerja budaya ini sebagai ‘sebuah ansambel teks … yang oleh antropolog dipaksa untuk
dibaca diatas bahu mereka yang memilikinya. Sifat yang sukar dipahami dari budaya mendesak Geertz
untuk menyebut kajiannya sebagai ilmu pengetahuan yang lunak. Ini “bukan sebuah ilmu percobaan
dalam pencarian hukum, melainkan ilmu interpretatif dalam pencarian makna”.

DESKRIPSI YANG KENTAL – APA YANG DILAKUKAN OLEH PARA AHLI ETNOGRAFI
Geertz menyebut dirinya sebagai ahli etnografi. Persis seperti ahli geografi yang menggambar
bagan wilayah fisik, para ahli etnografi memetakan wacana sosial. Mereka melakukan hal ini “untuk
menemukan siapakah mereka menurut orang-orang, apa yang mereka pikir sedang mereka lakukan, dan
untuk apa mereka melakukan itu”. Tidak ada jalan pintas untuk bulan-bulan pengamatan partisipan yang
diperlukan untuk mengumpulkan sebuah catatan interaksi yang mendalam. Tanpa bahan mentah itu, tidak
akan apapun yang harus diinterpretasikan. Etnografi adalah memetakan wacana sosial; menemukan
siapakah orang-orang yang ada didalam suatu budaya menurut mereka, apa yang mereka pikir mereka
lakukan, dan untuk tujuan apa mereka berpikir mereka melakukannya.
Catatan-catatan yang ditulis setiap hari mengenai pengamatan yang intensif akan menjadi
dukungan yang cukup bagi Geertz untuk menyebut etnografi sebagai deskripsi yang kental. Akan tetapi,
istilah ini menjelaskan lapisan makna umum yang saling berkaitan yang mendasari apa yang orang
katakan dan lakukan. Deskripsi yang kental adalah rekonstruksi yang paling kuat, bukan hanya
pengamatan yang terperinci. Deskripsi yang kental adalah sebuah catatan tentang lapisan-lapisan makna
umum yang saling terjalin yang mendasari apa yang seseorang katakan dan lakukan. Sejak Geertz
mempopulerkan konsep, kebanyakan ahli etnografi menyadari bahwa tugas mereka adalah:
1. Menjelaskan pembicaraan dan tindakan-tindakan secara akurat dan konteks dimana mereka terjadi.
2. Memahami pikiran, emosi, dan jaring interaksi sosial.
3. Memberikan motivasi, niat, atau maksud kepada apa yang orang katakan dan lakukan.
4. Menulis hal ini dengan penuh seni jadi pembaca merasa mereka telah mengalami kejadian-kejadian
tersebut.
5. Menafsirkan apa yang terjadi; menjelaskan apa arti dari hal ini didalam budaya ini.
Deskripsi yang kental menelusuri banyak untaian dari sebuah jaring budaya dan penelusuran yang
mengembangkan makna. Tidak peduli seberapa tinggi tumpukan catatan seorang ahli etnografi, tanpa
interpretasi, mereka masih akan menjadi deskripsi yang tipis (lemah).
Deskripsi yang kental dimulai dengan sebuah keadaan kebingungan. Apa yang terjadi? Geertz
menanyai dirinya saat ia mengarungi sebuah budaya baru. Satu-satunya cara untuk mengurangi teka-teki
adalah dengan mengamati seolah-olah seseorang itu adalah orang asing di sebuah dataran yang asing.
Walaupun Pacanowsky akan memberikan perhatian kepada semua kinerja budaya, ia akan sangat
sensitif terhadap para anggota bahasa imajinatif yang digunakan, cerita yang mereka kisahkan dan
upacara dan ritual-ritual non verbal yang mereka praktekkan. Secara keseluruhan, ketiga bentuk
komunikasi ini memberikan akses yang bermanfaat terhadap makna bersama yang unik didalam sebuah
perusahaan.

METAFORA: MENGGUNAKAN BAHASA DENGAN SERIUS


Ketika digunakan oleh para anggota dalam sebuah organisasi (dan bukan manajemen) metafora
dapat menawari ahli etnografi sebuah tempat permulaan untuk mengakses makna bersama dari sebuah
budaya perusahaan. Metafora (kiasan) menjelaskan apa yang tidak diketahui atau membingungkan
dengan menyamakannya dengan sebuah gambar yang lebih familier atau lebih hidup.
Setelah sembilan bulan mempelajari kinerja komunikasi di W.L. Gore & Associates, Pacanowsky
mengangkat tiga metafora yang berbeda tentang dirinya untuk menjelaskan ciri-ciri penting dari budaya
yang unik. Ia menganggap Gore sebagai sekelompok desa petani dalam keinginan besarnya untuk
desentralisasi dan oralitasnya yang luar biasa. Ia melihat Gore seperti sebuah grup jazz improvisasi besar
karena daya tariknya bagi orang-orang yang suka menciptakan sesuatu yang baru tetapi ingin cocok
dengan pemain lain yang berpikiran serupa. Dan ia membandingkan orang-orang yang ada di Gore
dengan golongan-golongan di Amerika Kolonial karena sebagian besar teman sejawatnya menganggap
bahwa piagam inovatif perusahaan adalah hal terbaik sejak diciptakannya roda, namun sebagian kecil dari
mereka sinis dengan tujuan-tujuan idealistisk. Untuk penemuan maupun komunikasi budaya perusahaan,
para ahli etnografi menganggap metafora sebagai sebuah alat yang bermanfaat.
INTERPRETASI SIMBOLIS TENTANG CERITA
Pacanowsky mengungkapkan tiga jenis narasi yang mendramatisasi kehidupan kehidupan
organisasi. Cerita perusahaan membawa ideologi manajemen dan memperkuat kebijakan perusahaan.
Cerita-cerita pribadi adalah cerita-cerita yang dikisahkan oleh pegawai perusahaan tentang diri mereka
sendiri, yang seringkali menentukan bagaimana mereka akan dilihat didalam organisasi. Cerita-cerita
kolegial adalah anekdot positif atau negatif tentang orang lain didalam organisasi; deskripsi tentang
bagaimana sesuatu sesungguhnya bekerja. Karena cerita-cerita ini biasanya tidak didukung oleh
manajemen, catatan kologelial mengalir seputar bagaimana organisasi “sesungguhnya bekerja”.
Cerita-cerita Di Dixie
Hampir sepanjang hidup saya, saya telah memiliki akses terhadap beberapa adat dan pengetahuan
budaya tentang Dixie Communications, sebuah perusahaan berukuran menengah yang mengoperasikan
sebuah surat kabar dan sebuah stasiun televisi di sebuah kota di bagian Selatan. Sepertih halnya banyak
perusahaan regional lainnya, Dixie telah diambil alih oleh sebuah perusahaan luar negeri yang tidak
memiliki ikatan lokal. Penafsiran ini sesuai dengan penyebutan metafora yang berulang-ulang terhadap
Dixie lama sebagai keluarga dan Dixie baru sebagai komputer yang tak berwajah.
Fiksi sebagai Suatu Bentuk Wacana Ilmiah
Pacanowsky tidak hanya menunjukkan bahwa narasi merupakan sumber kebijaksanaan budaya
bagi ahli etnografi, tetapi ia juga telah menunjukkan bahwa para ilmuwan dapat menggunakan sebuah
format fiksi untuk menyampaikan hasil penelitian mereka.

RITUAL: INI ADALAH CARA YANG SELALU DAN AKAN SELALU


Geertz menulis tentang ritual adu jago orang Bali karena perlombaan tersebut menggambarkan
lebih dari sekedar sebuah permainan. Ritual adalah teks-teks yang mengutarakan berbagai macam aspek
kehidupan budaya, yang seringkali menandai ritual perjalanan atau transisi kehidupan.
Pacanowsky setuju dengan Geertz bahwa beberapa ritual (seperti adu jago Bali) adalah “teks”
yang mengutarakan berbagai aspek kehidupan budaya. Ritual-ritual ini hampir keramat (suci) dan setiap
upaya untuk mengubah mereka menemui perlawanan yang kuat. Walaupun penekanan terhadap
improvisasi dan hal-hal baru mengurangi pentingnya ritual di Gore, ritual organisasi di perusahaan yang
lebih tradisional menenun banyak benang budaya perusahaan. Dari sudut pandang manajemen, ritual
menjamin bahwa tidak akan ada kejutan.
DAPATKAH MANAJER MENJADI SEORANG AGEN PERUBAHAN BUDAYA?

Akan tetapi, dapatkah budaya diciptakan? Geertz menganggap interpretasi bersama muncul
secara alami dari semua anggota sebuah kelompok bukan yang direkayasa secara sadar oleh para
pemimpin. Para manajer dapat mengutarakan sebuah visi baru dalam kosakata yang segar, tetapi,
pekerjalah yang tersenyum, berkeluh kesah, tertawa atau mengejek.
Makna-makna sulit untuk dihilangkan. Para pengamat simbol didalam sebuah perusahaan dengan
cepat mengurangi kata-kata manajemen jika mereka tidak seimbang dengan kinerja. Akan tetapi, bahkan
meskipun budaya dapat diubah, masih ada pertanyaan tentang apakah ia harus diubah.

KRITIK: APAKAH PENDEKATAN BUDAYA BERMANFAAT?

Pendekatan budaya mengadopsi dan memperbaiki metodologi penelitian kualitatif etnografi


untuk memperoleh pemahaman baru tentang sekelompok orang tertentu. Suatu bagian yang penting dari
pemahaman itu adalah penjelasan tentang nilai-nilai didalam budaya yang sedang diteliti. Para ahli
etnografi juga memahami dengan jelas tentang nilai-nilai yang mereka berikan pada sifat non-judgmental
(tidak menghakimi) dalam penafsiran mereka. Sekarang anda memahami bahwa Geertz akan menganggap
pertanyaan untuk mengubah budaya baik sebagai tidak tepat maupun mustahil secara virtual. Kedudukan
yang paling murni ini memaparkan dirinya dan pengagumnya didalam disiplin ilmu kita terhadap kritikan
dari konsultan perusahaan yang tidak hanya ingin memahami komunikasi organisasi melainkan juga ingin
mempengaruhinya.
Berbeda dengan tujuan tradisional para konsultan yang didanai oleh organisasi yang mereka
pelajari, tujuan dari etnografi bukan untuk mengubah organisasi atau membantu para manajer
mengerahkan lebih banyak control. Juga tidak untuk mewariskan penilaian moral. Tujuan dari analisis
simbolis adalah untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang diperlukan untuk
berfungsi secara efektif didalam budaya. Di kebanyakan organisasi, para anggota bebas untuk
memutuskan apakah mereka ingin termasuk didalamnya. Sebuah analisis yang sensitif dapat membantu
mereka membuat sebuah pilihan yang cerdas.
A First Look at Communication Theory chapter 20

TEORI KRITIK TENTANG KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI


(Stanley Deetz)

Professor komunikasi Universitas Colorado Stanley Deetz telah mengembangkan sebuah teori
komunikasi kritis untuk meneliti cara-cara untuk menjamin kesehatan keuangan perusahaan sambil
meningkatkan gamabran tentang beraneka macam kepentingan manusia. Ia menguraikan tentang
bagaimana tempat kerja dapat menjadi lebih produktif dan demokratis melalui reformasi komunikasi.

KOLONISASI PERUSAHAAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Kolonisasi perusahaan adalah pelanggara batas perusahaan-perusahaan modern didalam setiap
bidang kehidupan diluar tempat kerja. Deetz mengatakan bahwa perusahaan “mengendalikan dan
menjajah” kehidupan modern dengan cara-cara yang tidak pernah dianggap memungkinkan oleh
pemerintah maupun badan pemerintahan sejak jaman feodal. Namun pengendalian perusahaan adalah
sebuah penurunan yang tajam dalam kualitas kehidupan manusia di berbagai macam warga negara. Teori
komunikasi Deetz penting, Ia ingin mengkaji praktek-praktek komunikasi dalam organisasi yang
mengganggu pengambilan keputusan yang benar-benar representatif dan oleh karenanya mengurangi
kualitas, inovasi, dan keadilan kebijakan perusahaan.

INFORMASI ATAU KOMUNIKASI: SEBUAH PERBEDAAN YANG MEMBUAT SEBUAH


PERBEDAAN
Deetz memulai analisisnya dengan menantang pandangan bahwa komunikasi adalah penyebaran
informasi. Model informasi adalah sebuah pandangan bahwa komunikasi hanya merupakan sebuah
saluran untuk transmisi informasi tentang dunia nyata.
Deetz menyajikan sebuah model komunikasi yang menganggap bahasa sebagai media utama
yang dengannya realita tercipta dan dipertahankan. Ia menyatakan bahwa “bahasa tidak menyatakan
sesuatu yang sudah ada. Pada kenyataannya, bahasa merupakan suatu bagian dari produksi sesuatu yang
kita perlakukan sebagai terbukti sendiri dan alami didalam masyarakat”. Model komunikasi adalah
sebuah pandangan bahwa bahasa merupakan media utama yang melaluinya realita diciptakan dan
dipertahankan.
Seperti halnya Pearce dan Cronen, Deetz menganggap komunikasi sebagai konsep sosial yang
terus menerus tentang makna. Akan tetapi teori kriotisnya berbeda dengan CMM dimana ia berpikir
bahwa masalah kekuatan melewati semua bahasa dan komunikasi.
Deetz menyebut proses keputusan perusahaan yang secara sistematis tidak memasukkan suara
orang-orang yang terpengaruh langsung oleh keputusan sebagai kontrol manajerial yang mengundang
dialog terbuka diantara semua pemegang saham. Deetz menyebut praktek ini sebagai kodeterminasi.
Kodeterminasi adalah pengambilan keputusan kolaborasi; demokrasi partisipasi di tempat kerja.

STRATEGI: LANGKAH MANAJERIAL YANG JELAS UNTUK MEMPERLUAS KONTROL


Sesuai dengan pandangan Deetz tentang kontrol perusahaan, menjelaskan bahwa para manajer
individu tidak menjadi masalah. Penjahat yang sesungguhnya adalah manajerialisme. Deetz menjelaskan
manajerialisme sebagai ‘suatu jenis logika yang sistematis, serangkaian praktek rutin, dan ideologi’ yang
menilai kontrol diatas semua yang lain. Para pemegang saham menginginkan laba dan pekerja
menginginkan kebebasan, tetapi manajemen sangat mengharapkan kontrol.
Deetz menyatakan bahwa sebagian besar kesuksesan (atau kegagalan) perusahaan merupakan
hasil dari faktor-faktor diluar kontrol manajerial. Akan tetapi, kontrol memiliki kelemahan yang
tersendiri. Acuan yang sering terhadap ‘penghapusan orang yang tak berguna’ atau ‘perampingan orang
yang gemuk’ menciptakan kegelisahan dikalangan karyawan dan kadang-akdang ketakutan mereka
diekspresikan dalam pemberontakan yang tersembunyi.

PERSETUJUAN: KESETIAAN KEINGINAN TERHADAP KONTROL YANG TERSEMBUNYI


Deetz mendukung kapitalisme, melalui proses yang oleh Deetz disebut sebagai persetujuan,
kebanyakan karyawan mau memberikan kesetiaan itu tanpa mendapatkan banyak imbalan. “Persetujuan
adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan berbagai macam situasi dan proses dimana seseorang
secara aktif, walaupun tanpa diketahui, mencapai kepentingan orang lain dalam upaya yang keliru untuk
memenuhi kepentingannya sendiri”.
Manajerialisme mempromosikan persetujuan karyawan melalui sebuah proses yang oleh Deetz
disebut sebagai komunikasi yang terganggu secara sistematis. Tidak seperti kontrol strategis yang terbuka
dan disengaja, komunikasi yang terganggu secara sistematis bekerja tanpa kesadaran yang jelas dari
karyawan. Jadi komunikasi yang terganggu secara sistematis adalah bekerja diluar kesadaran karyawan,
suatu bentuk wacana yang membatasi apa yang dapat kita katakan atau bahkan kita bicarakan.
Komunikasi yang terganggu secara sistematis menuntut penekanan kemungkinan timbulnya konflik.
Proses yang oleh Deetz disebut sebagai penutupan diskursif, terjadi dalam berbagai cara. Penutupan
diskursif adalah penekanan konflik tanpa karyawan yang menyadari bahwa mereka terlibat dalam
(bersekongkol dengan) penyensoran dirinya sendiri.

KETERLIBATAN: EKSPRESI YANG BEBAS TENTANG IDE, TETAPI TIDAK ADA SUARA
Keterlibatan karyawan dalam pilihan perusahaan dimulai dengan sebuah kotak saran yang
tergantung di dinding. Keterlibatan adalah pengekspresian ide yang bebas yang mungkin atau mungkin
tidak mempengaruhi keputusan manajerial. Akan tetapi Deetz mencatat bahwa model demokrasi liberal
hanya bekerja di perusahaan-perusahaan dimana setiap orang memiliki serangkaian nilai umum. Dalam
masyarakat postmodern yang heterogen saat ini, kasus ini jarang terjadi.
Akan tetapi menurut Deetz suara bukan hanya sekedar memiliki sebuah pernyataan. Ketika
melakukan survey praktek komunikasi perusahaan, Deetz menyimpulkan bahwa “hak ekspresi tampaknya
lebih sentral daripada yang tepat untuk diinformasikan atau untuk memiliki pengaruh. Melalui
keterlibatan dalam diskusi kebijakan perusahaan, karyawan memiliki kesempatan untuk mengudarakan
keluhan mereka, menyatakan keinginan mereka dan merekomendasikan cara-cara kerja alternatif.

PARTISIPASI: DEMOKRASI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM TINDAKAN


Teori komunikasi Deetz bersifat kritis tetapi tidak hanya negatif. Meskipun ia sangat mengkritik
strategi manajerial yang terus meningkatkan kontrol atas para pekerja, merencanakan persetujuan mereka,
dan memberi mereka kebebasan berekspresi tanpa memberi mereka suara didalam keputusan, ia juga
percaya bahwa keputusan bersama yang terbuka di tempat kerja mungkin saja terjadi.
Deetz yakin bahwa “partisipasi demokrasi yang bermanfaat menciptakan warga negara yang lebih
baik dan pilihan sosial yang lebih baik dan memberikan manfaat ekonomi yang baik. Salah satu tujuan
dari teorinya adalah untuk menyatakan kembali kemungkinan negosiasi kekuasaan yang terbuka. Ia
menyebut hal ini sebagai demokrasi pemangku kepentingan (stakeholder). Partisipasi atau demokrasi
pemangku kepentingan adalah proses dimana semua pemangku kepentingan dalam sebuah organisasi
menegosiasikan kekuasaan dan mencapai keputusan kolaborasi secara terbuka.

MODEL PARTISIPASI PEMANGKU KEPENTINGAN


Dalam Transforming Communication, Transforming Business, Deetz mengutip Saturn
Coporation sebagai contoh manfaat yang harus dimiliki ketika diskusi dan negosiasi mengambil alih
tempat kontrol manajerial. Ia menjelaskan sebuah tempat kerja dimana setiap karyawan berpikir dan
bertindak seperti seorang pemilik. Ia mencatat bahwa di Saturn semua informasi, termasuk keuangan,
dibagikan secara terbuka dikalangan semua karyawan. Para pekerja dapat mengetahui apa yang perlu
mereka ketahui untuk membuat keputusan-keputusan yang terdidik; mereka juga terlibat dalam produksi
pengetahuan.
CERMINAN ETIKA: PRAGMATISME RAMALAN BARAT
Cornel West adalah seorang filosuf pragmatis yang sekarang menjadi professor agama di
Universitas Princeton. Bersama-sama dengan ahli pragmatik Amerika yang terkenal John Dewey, West
menganggap pragmatisme sebagai sebuah modus tindakan kritik budaya yang terfokus kepada cara dan
alat yang dengannya umat manusia memiliki, melakukan dan dapat mengatasi hambatan, menyelesaikan
keadaan yang sulit dan menyelesaikan situasi yang problematis. Hambatan moral yang ingin diatasi oleh
West adalah penindasan lembaga terhadap orang-orang yang tidak beruntung, direndahkan, ditolak” yang
berjuang di pinggir-pinggir masyarakat. Mereka menghadapi rasisme, diskriminasi seksual, dan
ketidakadilan ekonomi.

KRITIK: APAKAH DEMOKRASI TEMPAT KERJA HANYA MERUPAKAN SEBUAH


IMPIAN?
Pendekatan Deetz terhadap pengambilan keputusan perusahaan sangat menarik karena hal ini
terbentuk berdasarkan pada nilai-nilai yang dimiliki bersama oleh sebagian besar kita yang ada dalam
bidang komunikasi.
Deetz mengakui bahwa sebuah alternatif positif terhadap manajerialisme sulit untuk dikerjakan
dalam pemahaman (konsep) dan didalam praktek. Deetz didukung oleh sejumlah perusahaan yang telah
mulai melaksanakan setidaknya model pengambilan keputusan pemangku kepentingan yang telah
dimodifikasi. Saat beralih dari teori ke teoretikus, Deetz mengungkapkan bahwa para ilmuwan kritis
seharusnya “penuh dengan kepedulian, pemikiran dan humor yang baik”.

Anda mungkin juga menyukai