Anda di halaman 1dari 11

Tradisi Retorika

Disusun oleh:

MAMAN ABDURAHMAN
20080018013
Fian Ramadhan
200880018021

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Teori-teori Komunikasi

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG (UNISBA)
T.A 2018/2019
I. PENDAHULUAN
Pada awalnya ilmu retorika berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika adalah seni
penyusunan argument dan pembuatan naskah pidato. Kemudian berkembang sampai ke
proses penyesuaian ide ke seseorang dan seseorang ke ide dalam berbagai bentuk pesan.

Teori Tradisi Retorika (The Rhetorical Tradition) menganggap bahwa Komunikasi Sebagai
Seni Berbicara di Depan Publik. Fokus retorika telah berkembang diperluas bahkan lebih
mencakup segala cara manusia dalam menggunakan symbol untuk mempengaruhi
lingkungan di sekitarnya dan untuk membangun dunia tempat tinggal mereka.

Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric, bersumber dari perkataan latin Rhetorica
yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya “Modern
Rhetoric” mendefinisikan retorika sebagai the art of using language effectively atau seni
penggunaan bahasa secara efektif. Kedua pengertian itu menunjukkan bahwa retorika
mempunyai pengertian sempit: mengenai bicara, dan pengertian luas: penggunaan bahasa
baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu ada sementara orang yang mengartikan retorika
sebagai Public Speaking atau pidato di depan umum; banyak juga yang beranggapan bahwa
retorika bukan saja berarti pidato di depan umum, tetapi juga termasuk seni menulis.

Salah satu tokoh retorika pada zaman Yunani, adalah Aristoteles yang sampai kini
pendapatnya banyak dikutip. Berlainan dengan tokoh–tokoh lainnya yang memandang
retorika sebagai suatu seni. Aristoteles memasukkannya sebagai bagian dari filsafat.

Dalam bukunya “Retorika” dia mengatakan:


“Anda, para penulis retorika terutama menggelorakan emosi ini memang baik, tetapi
ucapan–ucapan anda lalu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan retorika yang
sebenarnya, adalah membuktikan maksud pembicaraan atau menampakkan
pembuktiannya. Ini terdapat pada logika. Retorika hanya menimbulkan perasaan pada
suatu ketika, kendatipun lebih efektif daripada silogisme. Pernyataan yang menjadi pokok
bagi logika dan juga bagi retorika akan benar, bila telah di uji oleh dasar-dasar logika”.

Demikian Aristoteles, selanjutnya ia berkata bahwa keindahan bahasa hanya


dipergunakan untuk empat hal, yaitu yang bersifat:
1. Membenarkan (corrective)
2. Memerintah (instructive)
3. Mendorong (suggestive)
4. Mempertahankan (devensive)

Dalam membedakan bagian-bagian struktur pidato, Aristoteles hanya membaginya


menjadi tiga bagian, yakni pendahuluan, badan,dan kesimpulan. Bagi Aristoteles, retorika
adalah the art of persuasion. Lalu ia mengajarkan bahwa dalam retorika suatu uraian
harus singkat, jelas, dan meyakinkan.

Tradisi retorika memberi perhatian pada aspek proses pembuatan pesan atau
simbol. Prinsip utama disini adalah bagaimana menggunakan simbol yang tepat dalam
menyampaikan maksud. Dalam media berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan
keredaksian, merancang program acara, penentuan grafis.

Prinsip bahwa pesan yang tepat akan dapat mencapai maksud komunikator.
Kemampuan dalam merancang pesan yang memadai menjadi perhatian yang penting
dalam kajian komunikasi.

Faktor-faktor nilai, ideologi, budaya, dan sebagainya yang hidup dalam suatu
organisasi media atau dalam diri individu merupakan faktor yang menentukan dalam
proses pembuatan pesan. Bahwa pesan dihasilkan melalui proses yang melibatkan nilai-
nilai, kepentingan, pandangan hidup tertentu dari manusia yang menghasilkan pesan.
Tradisi retorika dapat menjelaskan baik dalam kontek komunikasi antar personal
maupun komunikasi massa. Sepanjang memberi perhatian terhadap bagaimana proses-proses
merancang isi pesan yang memadai sehingga proses komunikasi dapat berlangsung secara
efektif.

Daya tarik logis dan emosional menjadi ciri khusus teori-teori retorika. Tradisi ini
memandang bahwa aktivitas seorang komunikator diatur oleh seni dan metode. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa kita itu sangat kuat dan berkuasa. Karena itulah, informasi
memang penting dalam pembuatan keputusan sehingga komunikasi dapat dievaluasi dan
diperbaiki. Adapun varian dari tradisi ini dapat dibagi menjadi beberapa era yaitu:

a. Era Klasik (abad 5 SM sd 1 SM), dimana terjadi pertarungan antara dua aliran, yaitu
sophis dan filosof yang mana aliran sophis beranggapan bagaimana kita dapat
berargumen untuk memenangkan suatu perkara melalui retorika tidak peduli apakah itu
benar atau tidak dan berlawanan dengan aliran filosif yang menganggap bahwa Retorika
hanya digunakan untuk berdialog untuk mendapatkan kebenaran yang absolute.
b. Era Abad Pertengahan (abad 400 M sd 1400 M), dimana studi tentang retorika berfokus
pada pengaturan gaya, namun retorika pada abad pertengahan dicela sebab dianggap
sebagai ilmu kaum penyembah berhala dan tidak perlu dipelajari sebab agama Kristen
dapat memperlihatkan kebenarannya sendiri. Penulisan surat menjadi sangat penting
sebagai sebuah sarana karena banyak keputusan penting dibuat secara pribadi dalam
bentuk dekrit dan surat.
c. Era Renaissance (1300 M sd 1600 M), dimana masa ini dianggap sebagai kelahiran
kembali retorika sebagai suatu filosofi seni. Para penganut humanism yang tertarik dan
berhubungan dengan semua aspek dari manusia, biasa menemukan kembali teks
retorika klasik dalam sebuah usaha untuk mengenal dunia manusia.
d. Masa Pencerahan (1600 M sd 1800 M) , dimana retorika menjadi sarana untuk
menyampaikan suatu kebenaran. Logika dan pengetahuan merupakan suatu bagian dari
bahasa. Rasionalisasi ini membatasi gaya retorika. Sehingga memunculkan pergerakan
belles lettres, yaitu bentuk retorika seni murni seperti drama, puisi bahkan berkebun.
e. Era Kontemporer (Abad 20 M), era ini ditandai dengan pemanfaatan media massa
untuk menyampaikan suatu pesan baik secara verbal maupun visual pada media massa.
Retorika bergeser fokusnya dari pidato ke semua jenis symbol. Periode ini
mengembalikan pemahaman retorika sebagai sebuah epistemika – sebuah cara untuk
mengetahui dunia, bukan hanya cara untuk menyampaikan suatu hal tentang dunia.
f. Postmodernisme (akhir abad 20 dan awal abad 21), dimana aliran ini merupakan
alternatif yang dimulai dari asumsi dan nilai- nilai acuan yang berbeda, untuk
menghasilkan suatu retorika yang berbeda pula. Dimana budaya memiliki peran penting
dalam bentuk retorika yang disampaikan, budaya yang berbeda walaupun memiliki
pesan yang sama dapat memunculkan bentuk retorika yang berbeda pula.

II. TEORI KOMUNIKASI DALAM TRADISI RETORIKA


Retorika memiliki dua macam pengertian, yaitu pengertian secara sempit dan pengertian
secara luas. Pengertian sempit retorika adalah mengenai bicara dan pengertian luas retorika
adalah seni penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan.Retorika memiliki sejarah yang
sangat panjang dan sekaligus merupakan titik awal sejarah perkembangan ilmu komunikasi.
Menurut para ahli, retorika merupakan salah satu disiplin akademis yang sangat mendominasi
pada masa Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Littlejohn (1996) mengemukakan bahwa sumber
retorika adalah ide-ide tentang komunikasi sebelum abad ini adalah retorika.

Pada mulanya, retorika hanya menitikberatkan pada persuasi namun retorika kemudian
berevolusi hingga meliputi seluruh penggunaan lambang oleh manusia untuk mempengaruhi
lingkungan sekitarnya dan membentuk dunia tempat mereka tinggal. Retorika merupakan
tradisi teori komunikasi tertua apabila dibandingkan dengan tradisi fenomenologi dalam teori
komunikasi dan tradisi teori komunikasi lainnya.
Menurut Robert T. Craig, tradisi retorika memandang komunikasi sebagai sebuah seni
praktek diskursus. Dalam artian bahwa komunikasi manusia merupakan sebuah bentuk seni
yang seringkali ditampilkan pada berbagai macam bentuk seperti persuasi atau pidato.
Berdasarkan tradisi retorika, komunikasi dapat digunakan sebagai strategi untuk
mengembangkan argumen yang kuat dan kredibel yang dapat mengarah pada keberhasilan
persuasi terhadap khalayak.

Permasalahan komunikasi terjadi manakala komunikator mengalami ketidakpastian saat


menampilkan seni mempersuasi orang lain selama proses interaksi sosial berlangsung. Berbagai
teori komunikasi menurut para ahli yang berada di bawah payung tradisi retorika umumnya
menekankan pada beberapa topik seperti penggunaan simbol-simbol di setiap diskursus atau
pidato yang efektif, cara berbicara di depan umum untuk mempersuasi massa, dan
kesempurnaan diskursus publik melalui studi kritis dan pelatihan ekstensif.

Meskipun sebagian besar teori komunikasi dalam tradisi retorika berasal dari disiplin
retorika namun beberapa asumsi teoretis sejatinya dipinjam dari disiplin ilmu lain seperti
filsafat, semiotika dan linguistik, psikologi, dan aliran kritis.

Prinsip Dasar
Menurut Littlejohn dkk (2011) yang menjadi inti tradisi retorika adalah Lima Hukum
Retorika atau The Five Canons of Rhetoric yaitu invention atau penemuan, arrangement atau
penyusunan, style atau gaya, delivery atau penyampaian, dan memory atau pengingatan.

- Invention atau penemuan mengacu pada penggalian dan penemuan ide atau gagasan
serta penelitian khalayak guna mengetahui metode persuasi yang akan digunakan.
- Arrangement atau penyusunan mengacu pada pengorganisasian ide atau gagasan
menjadi pesan.
- Style atau gaya mengacu pada pemilihan kata-kata atau bahasa yang tepat.
- Delivery atau penyampaian mengacu pada penyampaian pesan secara lisan oleh retor
atau pembicara.
- Memory atau pengingatan mengacu pada kemampuan retor atau pembicara untuk
mengingat apa yang akan disampaikan kepada khalayak.

Littlejohn dkk lebih lanjut menjelaskan bahwa seiring dengan evolusi retorika, kelima hukum
retorika tersebut kemudian berkembang tidak hanya digunakan untuk menyusun pidato
melainkan juga digunakan untuk menggambarkan setiap konstruksi atau bentukan simbolis.
Dengan demikian, konsep kelima hukum retorika menjadi sebagai berikut :

a. Invention atau penemuan mengacu pada proses pemaknaan simbol melalui penafsiran
simbol-simbol. Mengacu kepada konseptualisasi – proses saat kita menentukan makna
dari symbol melalui intepretasi, respon terhadap fakta yang tidak mudah kita temukan
pada apa yang telah ada, tetapi kita menciptakannya melalui penafsiran dari kategori-
kategori yang kita gunakan.
b. Arrangement atau penyusunan mengacu pada proses pengorganisasian simbol-simbol.
Pengaturan symbol-simbol – menyusun informasi dalam hubungannya diantara orang-
orang, symbol-simbol dan konteks terkait.
c. Style atau gaya mengacu pada segala sesuatu yang terlibat dalam penyajian simbol-
simbol seperti pemilihan sistem simbol hingga pemberian makna terhadap simbol-
simbol. Berhubungan dengan semua anggapan yang terkait dalam penyajian semua
symbol tersebut, mulai dari memilih sampai dengan memberikan makna kepada symbol
tersebut.
d. Delivery atau penyampaian mengacu pada perwujudan simbol-simbol dalam bentuk fisik
yang mencakup pesan-pesan nonverbal, verbal, dan bermedia.
e. Memory atau pengingatan mengacu pada sumber pengingatan budaya yang lebih luas
seperti proses persepsi yang berdampak pada bagaimana kita mengingat dan mengolah
informasi.
Sebagaimana proses komunikasi efektif pada umumnya yang melibatkan komponen-
komponen komunikasi, proses retorika juga melibatkan elemen-elemen retorika seperti retor
atau pengguna simbol yakni orang yang menciptakan teks atau artefak yang ditujukan untuk
khalayak tertentu.

Dengan demikian, teori komunikasi dalam tradisi retorika lebih banyak berkaitan
dengan elemen-elemen proses retorika seperti retor atau komunikator atau pengguna simbol,
pesan, dan khalayak.

Adapun contoh-contoh teori komunikasi dalam tradisi retorika menurut Littlejohn dkk (2011)
adalah sebagai berikut :

1. Teori Kebenaran dan Retorika

Teori kebenaran dan retorika adalah salah satu contoh teori komunikasi dalam tradisi
retorika yang dikembangkan oleh Richard Weaver. Teori ini adalah salah satu teori tentang
komunikator yang didasarkan atas konsep-konsep tentang manusia, kebenaran, dan peran
retorika dalam mengkomunikasikan kebenaran.

Bagi Weaver, manusia memiliki cara tersendiri untuk mengkomunikasikan ide-ide yang
mencerminkan diri mereka sebagai seorang manusia.

Retorika, dalam hal ini, merupakan jendela dimana manusia dapat dikenali oleh manusia
lainnya.
2. Teori Invitational Rhetoric

Dalam tradisi retorika, teori invitational rhetoric adalah salah satu teori yang
menekankan pada percakapan. Teori invitational rhetoric dikembangkan oleh Sonja K. Foss dan
Cindy L. Griffin pada tahun 1955.

Teori ini didefinisikan sebagai sebuah invitasi untuk memahami perspektif orang lain
sebagai cara untuk menciptakan sebuah hubungan yang didasarkan atas persamaan, nilai-nilai,
dan penentuan nasib sendiri.

3. Teori Identifikasi

Teori identifikasi adalah salah satu teori produksi pesan sekaligus contoh teori
komunikasi dalam tradisi retorika yang menekankan pada pesan. Teori identifikasi pertama kali
dikemukakan oleh Kenneth Burke.

Identifikasi adalah istilah yang digunakan Burke untuk membahas retorika. Ia


menggunakan istilah identifikasi untuk mengevaluasi persepsi tradisional retorika sebagai
persuasi. Ia menyarankan bahwa kapanpun seseorang berusaha untuk mempersuasi orang lain,
terjadilah identifikasi.

Agar terjadi persuasi, salah satu pihak harus mengidentifikasi dengan pihak lainnya.
Karena itu, seseorang yang terpersuasi melihat salah satu pihak seperti yang lainnya.
4. Teori Critical Rhetoric

Teori ini digagas oleh Michael McGee dan Raymie McKerrow. Teori ini mengkritisi
praktek retorika tradisional utamanya kewenangan untuk mengawasi siapa yang dapat
berbicara dan waktu yang tepat untuk berbicara.

Teori critical rhetoric juga berusaha untuk mengkritisi dominasi dan kebebasan dalam
praktek retorika tradisional.

5. Teori Equipment for Living

Teori equipment for living adalah teori komunikasi dalam tradisi retorika yang berusaha
untuk menjelaskan media sebagai bentuk retorika. Adalah Kenneth Burke, sang penggagas teori
dramatisme dalam teori komunikasi, yang mencetuskan teori ini.

Bagi Burke, selain untuk menciptakan identifikasi, fungsi retorika lainnya adalah untuk
mendefinisikan situasi.

Setiap bagian diskursus adalah cara untuk memasuki dan merespon situasi. Retorika
tidak hanya menyuguhkan nama untuk situasi melainkan juga menawarkan beberapa strategi
untuk menghadapi situasi atau mengatasi permasalahan yang terjadi.
Daftar Pustaka

Buku
Littlejohn Stephen W , Foss Karen A. 2018. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta. Salemba Humanika

Internet
https://pakarkomunikasi.com

Anda mungkin juga menyukai