MAKALAH
FILSAFAT KOMUNIKASI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
MANADO
2021
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa kami selesaikan. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Komunikasi, selain itu agar dapat memperluas
wawasan tentang Filsafat Komunikasi khususnya tentang pembahasan ”Pemikiran Filosofis Tentang
Media Komunikasi”. Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkonstribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari semuannya itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik.
I
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
1.3 . Tujuan Makalah.....................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
2.1. Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur........................................................................6
2.1.1. Hakikat Komunikasi Antaretnis Kultur Dan Etnis Bangsa..................................................7
2.1.2. Hakikat Menyatakan Akan Pikiran Dan Perasaan................................................................7
2.2. Hakikat Transaksi Komunikasi Antaretnis Kultur Dan Etnis Bangsa.....................................8
2.2.1. Hakikat Ketentraman Dan Perdamaian Dalam Konteks Hak-Hak Asasi Manusia...............9
2.3. Hakikat Sistem Nilai dalam Proses Komunikasi Antar Etnis................................................10
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................12
LAPORAN KEAKTIFAN ANGGOTA KELOMPOK.......................................................................13
I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang tidak akan bisa hidup tanpa berkomunikasi dengan yang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi, karena setiap kegiatan
atau pekerjaan yang dilakukan itu dimulai dengan sebuah komunikasi contohnya dari bangun tidur
sampai kemudian tertidur kembali. Komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu
komunikasi verbal atau non-verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.
Sehingga kita dianjurkan untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, hal-hal
yang mengenai berkomunikasi harus kita ketahui dan kita pelajari. Filsafat merupakan landasan setiap
perilaku manusia. karena dengan berfilsafat, manusia akan dapat melakukan segala hal dengan baik.
Dalam melakukan kegiatan komunikasi, manusia juga harus menggunakan filsafat sebagai landasan.
Filsafat melandasi pandangan dalam pelaksanaan komunikasi. Selain filsafat, manusia harus
mengetahui etika dalam melakukan kegiatan komunikasi. Di dunia ini kita mengetahui istilah
makrokosmos dan mikrokosmos tentunya. Makrokosmos adalah jagat raya (masih alam dunia),
sementara mikrokosmos adalah sesuatu yang terdapat di dalamnya, seperti manusia. Tapi istilah
mikrokosmos yang diberikan kepada manusia dan makorkosmos yang diberikan kepada jagat raya ini,
kurang cocok, karena sesungguhnya manusialah yang merupakan makrokosmos, sementara jagat raya
merupakan salah satu dari sekian mikrokosmos. Makrokosmos secara bahasa adalah alam semesta
yang besar. Alam semesta yang dimaksud adalah langit, bumi, serta luar angkasa. Manusia adalah
mikrokosmos yang merupakan satu kesatuan dengan makrokosmos. Secara umum alam semesta atau
jagad raya ini terbagi menjadi dua macam yaitu alam semesta yang membahaskeseluruhan alam
semesta atau biasa disebut dengan istilah makrokosmos.
Manusia dianggap sebagai makrokosmos, karena apa yang ada di dalam diri manusia (meliputi
angan-angan, mimpi, dan yang di dalam hati) meliputi juga apa yang ada di seluruh alam semesta,
sebab jika manusia berhasil menemukan sesuatu yang baru di alam ini, manusia akan segera
mempelajarinya sehingga dapatlah sesuatu itu dibilang telah masuk ke dalam diri manusia. Selain itu,
manusia disebut makrokosmos adalah karena apa yang ada pada manusia, belum tentu ada di jagat
raya, misal : apapun itu yang aneh yang manusia bayangkan. Bayangkan saja sesuatu yang aneh dan
seaneh-anehnya yang kiranya tidak Allah ciptakan di dunia ini atau di jagat raya ini. Tentu manusia
itu bisa, dan tentu pula itu menunjukkan bahwa manusia mampu memiliki sesuatu yang tidak
terkandung pada jagat raya, dan jagat raya sendirilah yang dikandung oleh manusia. Filsafat
komunikasi merupakan ilmu pengetahuan yang menelaah secara mendasar mengenai komunikasi dari
I
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap sistem selalu diikat oleh norma-norma sistem sebagai pedoman sikap perilaku para penghuni
sistem. Demikian pula nilai-nilai budaya suatu masyarakat merupakan pedoman yang memberi arah
kepada sikap perilaku dalam hidup bermasyarakat. Menurut Koentjaraningrat wujud budaya etnis
kultur terbagi ke dalam tiga wujud yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasam, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan-peraturan dan sebagainya
Wujud ini bersifat ideal dan abstrak yang berada dalam angan-angan atau cita-cita. Dalam
fungsi adat terdiri dari beberapa lapisan, dari yang paling abstrak dan luas, sampai paling
konkret dan terbatas. Lapisan yang paling abstrak adalah sistem nilai budaya. Lapisan
berikutnya ialah sistem norma lebih konkret lagi. Sedangkan peraturan-peraturan khusus yang
mengatur berbagai aktifitas sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, merupakan lapisan adat
yang paling konkret tetapi terbatas ruang lingkupnya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
I
Wujud ini sering disebut sistem sosial, yaitu yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi, berhubungan serta bergaul antara saty dengan yang lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan pada adat tata kelakuan.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud ini yaitu benda-benda hasil karya manusia yang disebut dengan benda kebudayaan.
Produk ini lebih konkret karena dapat dilihat, diraba, dan dirasakan.
Ketiga wujud kebudayaan yang telah diuraikan diatas dalam kenyataan empiris merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sifat-sifat dasar yang tampak dari keragaman etnik kultur
dikemukakan oleh Pierre L. Van De Berghe dalam bukunya “Pluralism and The Policy: A Theoritical
Exploration” sebagai berikut:
a. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub
kebudayaan yang berbeda satu sama lain;
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplementer;
c. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar;
d. Secara relatif sering kali mengalami konflik-konflik diantara kelompok yang lain;
e. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coecion) dan saling ketergantungan di
dalam bidang ekonomi; serta
f. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas kelompok-kelompok lainnya (Nasikum,
1988).
Pandangan Bride memberikan suatu perspektif bahwa Brite menempatkan komunikasi sejajar dengan
peradaban umat manusia, keduanya saling berimpit dan tidak pernah kering selama manusia ada.
I
Karena itu maka fungsi komunikasi telah melebar ke dalam beberapa fungsi utama, yaitu;
a. fungsi informasi; fungsi ini memberi rujukan bagi seluruh etnis kultur ( etnis bangsa).
b. Fungsi sosialisasi; fungsi ini menyediakan sumber ilmu pengetahuan (sumber rujukan) yang
memungkinkan setiap individu bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang
efektif.
c. Fungsi motivasi; fungsi ini menjelaskan tujuan tiap masyarakat dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
d. Fungsi debat dan diskusi; fungsi ini menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan
untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah
publik.
e. Fungsi pendidikan; funsi ini adalah pengalihan ilmu pengetahuan yang dapat mendorong
perkembangan intelektual pembentuk watak dan perilaku serta kepribadian.
f. Fungsi memajukan kebudayaan; flungsi ini menyebarluaskan hasil kebudayaan dan seni
dengan maksud melestarikan warisan massa lampau.
g. Fungsi hiburan; fungsi ini untuk memperkaya rujukan batinia, menyebarluaskan lambang-
lambang budaya, kesenian, drama, imajinsi, musik dan lain sebagainya.
h. Interaksi; fungsi ini menyediakan bagi etnis bangsa, etnis kultur, kelompok, indiividu,
kesempatan memperoleh pesan yang mereka perlukan agar terwujudnya saling pengertian dan
saling menghargai pendapat, pandangan dan keinginan.
2.2.1. Hakikat Ketentraman Dan Perdamaian Dalam Konteks Hak-Hak Asasi Manusia
Filsafat komunikasi melihat manusia dalam lingkup alam semesta ini berada dalam
keharmonisan dengan tanpa melihat batas-batas geokultur. Manusia mempunyai hak-hak yang
sama di dalam komunikasi di mana pun mereka berada, dalam bentuk etnis yang bagaimanapun
sifatnya, tidak ada diskriminasi atas hak-hak tersebut. Namun, di dalam kenyataan empiris
geokultural yang membedakan hak-hak manusia berkomunikasi. Bahkan pada tingkat kemajuan
berfikir telah melebihi manusia lainnya, maka muncul naluri ingin mendominasi terhadap semua
sumber komunikasi untuk lebih memperkuat keberadaannya terhadap etnis bangsa lain., sehingga
terjadi jurang pembeda antara satu etnis bangsa dengan bangsa lain.
I
Dalam abstraksi sejarah pernah terjadi polar keyakinan etnis bangsa sebagai akibat dari
perang Dunia II yaitu palor keyakinan yang bersumber kepada ajaran Marxisme Leninisme yang
melahirkan ajaran komunis. Sebagai pemegang supremasi terhadap ajaran ini berada pada negara
adi kuasa Uni Soviet. Polar yang satu lagi yaitu menganut ajaran Liberalisme yang berpolar
kepada Amerika Serikat.
Kedua polar ini berusaha untuk mengembangkan pengaruh keseluruh pelosok planet bumi.
Pengembangan pengaruh ini tidak berhenti pada penyebaran paham melalui transformasi simbol-
simbol komunikasi, namun telah bergeser ke produk benda-benda fisik yaitu produk teknologi di
bidang militer. Konsep-konsep pemikiran di bidang komunikasi dalam wacana politik dan budaya
menempatkan hak-hak asasi manusia sebagai naungan efektif untuk memasarkan data-data
komunikasi keberbagai kawasan global.. Untuk kembali kepada hakikat komunikasi sebagai
hakikat komunikasi sebagai hakikat kebutuhan hidup manusia maka komunikasi perlu ditata
secara bijak. Hal ini memerlukan suatu tatanan yang dapat mengayomi seluruh etnis bangsa,
sehingga tidak ada satu etnis pun yang akan merasa dirugikan. Tatanan yang dimaksud yaitu
tatanan dunia baru komunikasi dan informasi.
Makna keadilan dan kebenaran berkomunikasi antar etnis, sasaran persuasive terbagi menjadi
dua tahap:
Pada tahap ini terjadi proses ecording (proses formulasi lambing-lambang) secara selektif
menurut ukuran kepentingan sasaran, sehingga proses tetap berorientasi kepada kapasitas sasaran.
Terbentuknya sikap perilaku komunikan sesuai dengan pola yang telah ditentukan yakni
komunikasi sebagai ilmu normatif, mempedomani bagi manusia bahwa di dalam komunikasi
I
tidak akan bebas dari nilai-nilai atau norma yang mengikatnya sehingga terhindar dari perilaku-
perilaku yang saling merugikan.
I
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Makrokosmos adalah jagat raya (masih alam dunia), sementara mikrokosmos adalah sesuatu
yang terdapat di dalamnya, seperti manusia. Filsafat komunikasi dalam makrokosmos dapat
disimpulkan bahwa suatu pencarian kebenaran melalui interaksi timbal balik antara manusia
dengan manusia manusia dengan alam.Setiap etnis akan berorientasi kepada nilai-nilai etnisnya,
sehingga akan menjadi problema di dalam mewujudkan etnis pada skala yang di sebut bangsa.
Semakin maju dan berkembang kualitas kepentingan individu-individu maka semakin kompleks
pula problema-problema etnis. Pada tangga ini etnis kultur mulai merasakan suatu kebutuhan
jalinan dengan etnis kultur lainnya, yang pada gilirannya terjadi transaksi komunikasi antaretnis
untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam suatu lingkup yang lebih besar yang disebut Negara.
Dalam lingkup ini timbul pola-pola baru dan nilai-nilai baru sebagai produk transaksi komunikasi
yang menuntut setiap etnis untuk menerima dan menghargai serta menjunjung tinggi produk-
produk tersebut. Dalam setiap masyarakat yang bagaimanapun bentuk dan sifatnya terdapat
sejumlah nilai budaya yang antara satu dengan yang lainnya saling berkait hingga merupakan
suatu sistem yang terus berproses dan mengarah ke fungsi primer sistem yaitu tujuan sistem.
Setiap sistem selalu diikat oleh norma-norma sistem sebagai pedoman sikap perilaku para
penghuni sistem. Demikian pula nilai-nilai budaya suatu masyarakat merupakan pedoman yang
memberi arah kepada sikap perilaku dalam hidup bermasyarakat.
I
Pertanyaan :
Bisakah kelompok memberikan contoh dan penjelasan yang lebih detail dari Hak nisbi yang
merupakan (hak-hak yang muncul sebagai akibat terjadinya transaksi-transaksi komunikasi
atau aktivitas-aktivitas hubungan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat adil yaitu
menempatkan sesuatu sesuai dengan fungsi dan manfaat kegunaannya)
Hak nisbi atau hak relatif yaitu hak relatif, merupakan hak-hak yang muncul sebagai
akibat terjadinya transaksi-transaksi komunikasi atau aktivitas-aktivitas hubungan manusia di
dalam kehidupan bermasyarakat adil yaitu menempatkan sesuatu sesuai dengan fungsi dan
manfaat kegunaannya.
Pengertian lain dari hak nisbi : hak yang memberikan wewenang kepada seseorang
tertentu atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa
orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu.
1. Budaya transaksi Komunikasi antara penjual-pembeli, yang masih terjaga dan terpelihara
sampai sekarang, padahal teknologi semakin berkembang dan cara berkomunikasi pun
semakin canggih.
1. Budaya transaksi Komunikasi antara penjual-pembeli, yang masih terjaga dan terpelihara
sampai sekarang, padahal teknologi semakin berkembang dan cara berkomunikasi pun
semakin canggih.
I
2. Seseorang yang bertanya kepada sasaran individu yg ingin ditanya berhak untuk menerima
respon/jawaban dari individu yang ditanya. Inilah yang disebut transaksi komunikasi.
Pertanyaan : Setiap etnis akan berorientasi kepada nilai-nilai etnisnya, sehingga akan menjadi
problema di dalam mewujudkan etnis pada skala yang di sebut bangsa. Bagaimana
strategi/cara kita dlm mengatasi problem yg terjadi antara etnis?
Konflik memang bukan sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang yang hidup di dunia ini.
Apa lagi konflik yang bernuansa karena perbedaan agama yang dianut dan pebedaan etnis.
Konflik yang demikian itu memang suatu konflik yang sangat serius. Untuk meredam wajah
bahaya dari konflik itu, maka konflik itu harus dimanagement agar ia berproses ke arah yang
positif. Karena itu, masyarakat terutama para pemuka agama dan etnis haruslah dibekali ilmu
Management Konflik setidak-tidaknya untuk tingkat dasar.
Konflik yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya itu mengajarkan
untuk konflik. Karena cara umat memahami ajaran agamanyalah yang menyebabkan mereka
menjadi termotivasi untuk melakukan konflik. Misalnya, semua agama mengajarkan umatnya
untuk hidup sabar menghadapi proses kehidupan ini. Menjadi lebih tabah menghadapi
berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dalam menghadapi hidup ini. Rela
berkorban demi kepentingan yang lebih mulia. Tidak mudah putus asa memperjuangkan
sesuatu yang benar dan adil. Hal-hal yang seperti itulah yang sesungguhnya lebih
dipentingkan oleh masyarakat bangsa.
Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya mengurangi bentuk
perayaan dengan penampilan yang berhura hura. Hal ini sangat mudah juga memancing
konflik. Karena umat lain juga dapat terpancing untuk menunjukan existensi dirinya bahwa ia
juga menganut agama yang sangat hebat dan luhur.
I
Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hidup dari dalam dirinya. Salah satu nafsu itu
ada yang disebut nafsu. Nafsu ini mendorong seseorang untuk menjadi lebih dari yang
lainya. Kalau nafsu ini dikelola dengan baik justru akan membawa manusia menjadi siap
hidup bersaing. Tidak ada kemajuan tanpa persaingan. Namun, persaingan itu adalah
persaingan yang sehat. Persaingan yang sehat itu adalah persaingan yang berdasarkan norma-
norma Agama, norma Hukum dan norma-norma kemanusiaan yang lainya. Namun, sering
nafsu ini menjadi dasar untuk mendorong suatu etnis bahwa mereka adalah memiliki
berbagai kelebihan dari etnis yang lainya. Nafsu ini sering membuat orang buta akan
berbagai kekuranganya. Hal inilah banyak orang menjadi bersikap sombong dan exlusive
karena merasa memiliki kelebihan etnisnya.
Pertanyaan : Saya mau bertanya pada bagian hakikat transaksi komunikasi antaretnis kultur
dan etnis bangsa. mengapa intercultural communication merupakan dua arah yang bersifat
tidak resmi? dan tolong kelompok berikan contohnya.
Contoh dari intercultural communication ini adalah ketika orang medan berkomunikasi
dengan orang manado. Seperti yang kta ketahui medan dan manado itu memiliki kebudayan
yang berbeda salah satunya ialah budaya dalam berbahasa. Untuk dapat berkomunikasi dua
orqng ini atau dua kebudayan ini akan saling beetukar pikiran atau gagasan untuk memulai
peradaptasian agar keduanya dapat saling Memahami kebudayan lawan bicaranya tanpa
melibatkan suatu instantsi ataupun negara.