Anda di halaman 1dari 25

SISTEM PENYIARAN INDONESIA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Komunikasi Indonesia yang diampu oleh:
Dr.Kun Wazis, S. Sos., M.I.Kom

Disusun Oleh:
(Kelompok 2)
Lailatul Qodriyah D20191001
Noer Fajriyatul Maslahah D20191003
Ismatul Maula D20191012
Syaqrah Karara Azzen D20191019
Naimatul Munawaroh D20191030
Zidqi Mudhar D20191045
Muhammad Izzul Afif D20191050

FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kemudahan dan
pertolonganya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah tepat waktu.
Selawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
saw., yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang
benderang.
Tak lupa ucapan syukur senantiasa terucap kepada Allah swt atas limpahan
rezekinya berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Sistem Komunikasi Indonesia dengan
judul Sistem Penyiaran Indonesia.
Permohonan maaf sebesar-besarnya penulis ucapkan karena dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat banyak kesalahan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca
supaya nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik.
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pengampu, Dr.Kun
Wazis, S. Sos., M.I.Kom yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca.
Terima kasih.

Jember, 18 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................2

C. TUJUAN PEMBAHASAN............................................................................2

BAB II...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. KARAKTERISTIK RADIO DAN TELEVISI...............................................3

Radio Sebagai Media Siaran Auditif.....................................................................3

Televisi Sebagai Siaran Audio Visual...................................................................4

Lembaga Penyiaran Radio dan Televisi................................................................5

B. DINAMIKA PENYIARAN NASIONAL......................................................7

1. Sistem Penyiaran Merdeka..........................................................................8

2. Sistem Penyiaran Terpimpin.......................................................................9

3. Sistem Penyiaran Pancasila.......................................................................10

4. Sistem Penyiaran Nasional........................................................................10

ii
C. DEMOKRATISASI DAN PERAN SERTA MASYARAKAT...................12

1. Lemabaga Penyiaran dan Pola Jaringan....................................................13

2. Komisi Penyiaran Indonesia......................................................................14

3. Wawasan Keindonesiaan...........................................................................16

BAB III........................................................................................................................18

PENUTUP...................................................................................................................18

A. KESIMPULAN.............................................................................................18

B. SARAN.........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berkembangnya sistem penyiaran di indonesia sangatlah signifikan, baik dari
media televisi maupun radio. Perkembangan itu tidak luput dari perubahan
jaman dan juga perkembangan teknologi dimana sekarang kita sudah
dipermudah dalam mengakses hampir seluruh media penyiaran dimanapun
dan kapanpun. Hal ini dilakukan agar dapat terus memberikan informasi
secara cepat kepada masyarakat. Sekarang ini media penyiaran adalah media
paling cepat dalam menyiarkan berita atau informasi kepada khalayak secara
serempak.

Dalam media penyiaran yang merupakan sebuah organisasi yang


menyebarkan informasi berupa sebuah produk budaya atau pesan yang
mempengaruhi dan mecerminkan budaya dalam masyarakat. Maka dari itu
seperti politik, ekonomi, media massa khususnya media penyiaran merupakan
sebuah sistem sendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan
yang lebih luas.1

Media penyiaran merupakan organisasi masyarakat yang berperan untuk


kepentingan rakyat, kebijakan tersebut keluar saat pembentukan UU
penyiaran Nomor 32 tahun 2002 yang menjadikan media penyiaran sebagai
srana rakyat dan bersistem kepancasilaan. Dalam makalah ini kita akan
mengulas bagaimana sistem penyiaran di indonesia dari masa ke masa dan
sistem demokratisasi penyiaran yang tercantum dalam UU nomor 32 tahun
2002, serta peran masyarakat dan media penyiaran dalam dinamika penyiaran
indonesia.

1
Morissan. 2011. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta:
Kencana.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik radio dan televisi
2. Bagaimana dinamika penyiaran nasional
3. Bagaimana demokratisasi dan peran serta masyarakat

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui karakteristik radio dan televise
2. Untuk mengetahui dinamika penyiaran nasional
3. Untuk mengetahui demokratisasi dan peran serta masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK RADIO DAN TELEVISI

Radio Sebagai Media Siaran Auditif

Radio is the birth of broadcasting (radio adalah anak pertama dunia


penyiaran). Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan radio
ke khalayak dan stimulasi yang dikorelasikan oleh khalayak kedepannya.
Secara psikologis suara adalah sensasi yang terpersepsikan kedalam kemasan
auditif. Menurut Stanley R. Alten, suara adalah efek gesekan dari sejumlah
molekul yang ditransformasikan melalui medium elastis dalam suatu
interaksi dinamis antara molekul itu dengan lingkungannya. Suara
dari penyiar memiliki komponen visual yang bisa menciptakan gambar
dalam benak pendengar.2

Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah,


merakyat dan bisa dibawa atau didengar dimana-mana. Radio berfungsi
sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan
hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab
sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan
berupaya memvisualisasikan suara penyiarnya.3

Radio menciptakan imajinasi (theatre of mind) dan mudah akrab


dengan audiens. Karakteristik radio siaran, antara lain: auditori (untuk
didengar), isi siaran sepintas lalu dan tidak bisa diulang, identik dengan
musik, mengandung gangguan timbul-tenggelam (fading) dan teknis, akrab
dan hangat, suara penyiar hadir di rumah atau didekat pendengar. Sifat radio

2
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional,(Yogyakarta: Pustaka Populer LKis, 2004),
3
John, Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005),hlm.9

3
antara lain: heterogen, pribadi, aktif, berpikir, interpretasi, menilai dan
selektif dalam memilih gelombang siaran sesuai selera.4

Menurut Max Well, radio adalah suatu gelombang magnetis


yang dapat mengarungi ruang angkasa secara gelombang dengan kecepatan
tertentu yang diperkirakan sama dengan kecepatan cahaya yaitu 186.000
mil/detik.5

Radio sebagai alat untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan
radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini
melintas dan merambat lewat udara dan juga bisa merambat lewat ruang
angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan
medium pengangkut (seperti molekul udara). Gelombang radio adalah suatu
bentuk dari radiasi elektromagnetik, dan terbentuk ketika objek bermuatan
listrik dimodulasi (dinaikkan frekuesinya) pada frekuensi yang
terdapat dalam frekuensi gelombang radio dalam suatu spektrum
elektromagnetik.6

Televisi Sebagai Siaran Audio Visual


Media audio visual televisi muncul karena perkembangan teknologi.
Kehadirannya setelah beberapa penemuan seperti telepon, telegraf, fotografi
serta rekaman suara. Media televisi ada setela radio dan media cetak
(Badjuri, 2010: 5).

Menurut Skornis dalam bukunya “Television and Society. An


Incuest and Agenda”. (1965), dibandingkan media massa lainnya (radio,
surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi mempunyai sifat
istimewa. televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Sifat
4
Asep Syamsul, M. Romli, Kamus Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), hlm 108
5
Onong, Uchjana Effendy, Radio Siaran dan Praktek, (Bandung: Alumni, 1990),hlm 15
6
Mufid, Muhammad, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010),hlm 38

4
politisnya sangat besar karena bisa menampilkan informasi, hiburan dan
pendidikan, atau gabungan dari ketiga unsur tersebut secara kasat mata
(Badjuri, 2010: 6).

Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu penonton televisi dapat


menikmati acara televisi sambil duduk santai menyaksikan berbagai
informasi. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator
dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi, dengan mudah
dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
Pesan-pesan yang disampaikan langsung mempengaruhi otak, emosi,
perasaan dan sikap pemirsa (Badjuri,2010: 6).

Kelebihan lain dari pesawat televisi ialah dengan adanya satelit


komunikasi, cakrawala informasi menjadi semakin luas. Peristiwa di satu
tempat, dapat dilihat di tempat lain melalui televisi dengan pola teknologi
baru, yaitu “Direct Broadcasting Satelite” (DBS). Jaringan-jaringan televisi
yang terbesar di dunia saat ini didominasi oleh Amerika Serikat, diantaranya
“ABC” (america Broadcasting Company), “CBS” (Columbia Broadcasting
System) dan “NBC” (National Broadcasting Company) dan lain-lain,
jaringan televisi tersebut menghubungkan semua stasiun televisi di seluruh
dunia. (Badjuri, 2010: 6-7).

Lembaga Penyiaran Radio dan Televisi


Melihat efisiennya format siaran digital, maka pemerintah
melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, Peraturan
MENKOMINFO Nomor 22 Tahun 2011 ini juga memperkenalkan serta
mengukuhkan dua jenis lembaga penyelenggara penyiaran televisi baru yaitu:

1. LPPPS (Lembaga penyiaran penyelenggara program siaran) Lembaga


yang mengelola program siaran untuk dipancarluaskan kepada suatu

5
wilayah layanan siaran melalui layanan siaran atau slot dalam kanal
frekuensi radio.
2. LPPPM (Lembaga penyiaran penyelenggara penyiaran multipleksing)
Lembaga yang menyalurkan beberapa program siaran melalui
perangkat multiplek dan perangkat tranmisi kepada masyarakat
di suatu zona layanan.

Peraturan MENKOMINFO ini juga bisa dimaknai peraturan menteri


tentang penataan dan persiapan awal migrasi televisi analog ke televisi
digital. Penyebutan kedua jenis lembaga penyiaran di maksud tidak
terdapat dalam Undang Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang
hanya menyebutkan dalam pasal 13 ayat 2 Undang Undang Penyiaran
tersebut empat jenis sebagai berikut:

1. LPP (Lembaga penyiaran publik) Lembaga penyiaran yang berbentuk


badan hukum yang di dirikan oleh Negara yang bersifat independen,
netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk
kepentingan masyarakat.
2. LPS (Lembaga penyiaran swasta) Lembaga penyiaran bersifat
komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya
hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio dan televisi.
3. LPK (Lembaga penyiaran komunitas) Lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum Indonesia, yang di dirikan oleh komunitas
tertentu yang bersifat independen dan tidak komersial dengan daya
pancar rendah,luas jangkauan terbatas serta untuk melayani
kepentingan komunitasnya.
4. LPB (Lembaga penyiaran berlangganan) Lembaga penyiaran
berbentuk badan hukum Indonesia yang bidang usahanya hanya
menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib dahulu
memperoleh izin penyelenggaraan berlangganan.

6
Peraturan MENKOMINFO diiringi dengan berbagai konsep yang
tidak sesuai dengan Undang Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang
sekarang melalui masa revisi di DPR. Revisi Undang Undang penyiaran
diperkirakan selesai pada akhir tahun 2012. Di industri penyiaran sendiri
yaitu Lembaga Penyiaran (televisi) khususnya harus segera melaksanakan
dan mempersiapkan berbagai aktifitas penyiaran untuk beradapatasi
dengan teknologi baru yaitu digital.

B. DINAMIKA PENYIARAN NASIONAL


Menurut UU Nomor 32. Tahun 2002, penyiaran yang disebut
broadcasting memiliki pengertian, kegiatan pemancarluasan siaran melalui
sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, di laut dan di antariksa
dengan menggunakan spektrum frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk
gelombang elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel dan atau
media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh
masyarakat dengan perangkat penerima siaran.7

Sedangkan menurut J.B. Wahyudi, penyiaran adalah proses


komunikasi suatu titik ke khalayak atau audiens, yaitu proses pengiriman
informasi dari seseorang atau produser kepada masyarakat melalui proses
pemancaran elektromagnetik atau gelombang yang lebih tinggi. 8 Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penyiaran adalah proses pengiriman informasi dari

7
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG
PENYIARAN.” Accessed March 25, 2021. http://www.kpi.go.id/download/regulasi/UU%20No.
%2032%20Tahun%202002%20tentang%20%20Penyiaran.pdf.

8
Nur Bahri, Andini. Dasar-Dasar Broadcasting. Medan, Sumatera Utara: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Medan. Accessed March 25, 2021.
http://repository.uinsu.ac.id/6195/1/Diktat%20Dasar-dasar%20broadcasting%20Andini.pdf.

7
produser atau pengirim pesan kepada audiens di berbagai lokasi melalui suatu
sarana pemancar yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang
merambat melalui udara, kabel dan media lainnya.

Penyiaran dapat terjadi jika kebutuhan penyiaran, mulai dari


perangkat, orang yang menyiarkan (penyiar), gelombang elektromagnetik dan
lain sebagainya sudah terpenuhi. Maka, terdapat lima syarat terjadinya
penyiaran, anatara lain:

1. Harus tersedia spektrum frekuensi radio


2. Harus ada sarana pemancaran (transmisi)
3. Harus ada perangkat penerima siaran
4. Harus ada sesuatu yang disiarkan (acara atau program)
5. Harus dapat diterima secara serentak atau bersamaan.

Sistem penyiaran di Indonesia berkembang sesuai zaman dan tidak


terlepas dari cerita sejarahnya. Adapun sistem penyiaran yang pernah
diterapkan di Indonesia sesuai zamannya adalah sebagai berikut:

1. Sistem Penyiaran Merdeka


Pada tahun 1945 ada seorang amatir radio bernama Gunawan berhasil
menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan. Siaran tersebut terpancar ke
banyak wilayah di Indonesia dan negara yang lain. Kemudian pada akhir
tahun 1945, ada sebuah organisasi yang bernama PRAI (Persatoean Radio
Amatir Indonesia) dan semakin banyak amatir radio muda yang membuat
sendiri perangkat radio transceiver (semakin banyak sampai tahun 1949).
Pada tanggal 11 September 1945, Radio Republik Indonesia (RRI) berdiri
dengan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpin. Kemudian pada April
1946, RRI berada di bawah kekuasaan Menteri Penerangan. Lalu pada
tahun 1950, Perdana Menteri M. Hatta melakukan pelarangan siaran radio-
radio amatir karena ia ingin memusatkan siaran radio dari pemerintah saja,

8
yaitu RRI. Namun, pada akhir 1950, Perdana Menteri Moh. Natsir
memperbolehkan kembali siaran radio amatir.

2. Sistem Penyiaran Terpimpin


Sistem ini bersamaan dengan ditetapkannya demokrasi terpimpin oleh
Presiden Soekarno. Diberlakukannya demokrasi terpimpin, Soekarno
menginginkan pembangunan sistem politik dilakukan sesuai dengan jati
diri bangsa.9 Namun pada demokrasi terpimpin ini, Soekarno bertindak
secara otoriter terhadap pers, termasuk sistem penyiaran informasi. Kritik
pada pemerintah mulai melunak dan kebebasan pers mulai tergerus.10

Pada sistem penyiaran terpimpin, penyiaran dilakukan di bawah


kekuasaan pemerintah. Sesuai dengan UU Nomor 5 tahun 1964 pasal 2
dan pasal 3 yang menyatakan bahwa telekomunikasi (termasuk penyiaran)
dikuasai, diselenggarakan dan diatur oleh pemerintah, termasuk
telekomunikasi untuk umum. Maka dari itu, segala bentuk penyiaran harus
berada dalam pengawasan pemerintah.11

Demi memperluas jangkauan siaran yang dilakukan, pemerintah


melalui Menteri Penerangan, pada 25 Juli 1961 mengeluarkan SK Menpen
No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi
(P2T). Kemudian disusul perintah Presiden Soekarno untuk segera
menyiapkan proyek televisi di bawah wewenang pemerintah yang
kemudian melahirkan TVRI. Pada 17 Agustus 1962 TVRI mulai

9
Nailufar, Nibras Nada. “Demokrasi Terpimpin (1957-1965): Sejarah dan Latar Belakangnya.”
kompas.com, February 13, 2021.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/090000069/demokrasi-terpimpin-1957-1965---
sejarah-dan-latar-belakangnya?page=all#:~:text=Demokrasi%20Terpimpin%20yang%20sudah
%20dirintis,baru%20untuk%20mengganti%20UUDS%201959.
10
Pratama, Cahya Dicky. “Pers di Era Orde Lama.” kompas.com, December 22, 2020.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/22/153838469/pers-di-era-orde-lama?page=all.
11
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1964 Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang
No. 6 Tahun 1963 Tentang Telekomunikasi , Jakarta

9
mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia XVII di Istana Merdeka. Kemudian dilanjut pada
24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya dengan
tayangan siaran langsung opening ceremony Asian Games IV dari Stadion
Utama Gelora Bung Karno.

3. Sistem Penyiaran Pancasila


Menurut UU Nomor 24 Tahun 1997 pasal 2 dan pasal 3, penyiaran
harus dilakukan sesuai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan
penyiaran berasaskan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kemanfaatan, pemerataan, keseimbangan, keserasian dan
keselarasan, kemandirian, kejuangan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi.12

Sistem demokrasi juga membuka dan memperkuat partisipasi


masyarakat dalam penyiaran. Pada sistem penyiaran ini pun menetapkan
bahwa radio amatir harus berbentuk badan hukum. Kemudian juga banyak
stasiun televisi swasta yang mulai lahir dan sampai sekarang sudah
semakin banyak stasiun televisi swasta yang mengudara. Penyiaran-
penyiaran yang dilakukan juga harus sesuai dengan apa yang disebutkan
oleh undang-undang di atas.

4. Sistem Penyiaran Nasional


UU Nomor 24 Tahun 1997 menyebutkan bahwa sistem penyiaran
nasional adalah tatanan penyelenggaraan penyiaran nasional berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku menuju
tercapainya dasar, asas, tujuan, fungsi, dan arah penyiaran nasional.
Kemudian sistem penyiaran nasional ini memiliki beberapa jenis siaran,
yaitu:13
12
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, Jakarta
13
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, Jakarta

10
a. Siaran Sentral, siaran pemerintah yang wajib dipancarteruskan oleh
seluruh sistem penyiaran nasional ke seluruh wilayah NKRI
b. Siaran Bersama, siaran yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran
Pemerintah dan/atau Lembaga Penyiaran Swasta yang dipancarluaskan
oleh jaringan penyiaran, baik lokal, regional, nasional maupun
internasional.
c. Siaran Nasional, siaran yang dipancarkan dengan wilayah jangkauan
siaran meliputi seluruh atau sebagian wilayah NKRI
d. Siaran Regional, siaran yang dipancarkan dengan wilayah jangkauan
meliputi satu provinsi
e. Siaran Lokal, siaran yang dipancarkan dengan wilayah jangkauan
meliputi wilayah sekitar tempat kedudukan lembaga penyiaran atau
wilayah satu kabupaten/kota
f. Siaran Internasional, siaran yang dipancarluaskan dengan wilayah
jangkauan siaran meliputi wilayah beberapa negara
g. Siaran Berlangganan, siaran yang dipancarkan dan/atau disalurkan
khusus kepada pelanggan.

Kemudian, pada pasal 7 (undang-undang yang sama) disebutkan


bahwa penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan
pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah dengan didampingi oleh
Badan Pertimbangan dan Pengendalian Penyiaran Nasional (BP3N).
BP3N menjadi lembaga nonstruktural yang menjadi wujud interaksi
positif antara penyelenggara penyiaran, pemerintah dan masyarakat dalam
membina pertumbuhan dan perkembangan penyiaran nasional (pasal 136).
Sehingga dalam sistem penyiaran nasional, terwujud adanya kebebasan
dan tanggung jawab yang seimbang antara penyelenggara siaran dan
negara atau pemerintah.

11
C. DEMOKRATISASI DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
UU Penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 memuat pasal-pasal yang
mendorong terjadinya demokratisasi penyiaran. Pertama-tama, UU
memperkenalkan gagasan tentang adanya sebuah lembaga pengatur penyiaran
independen, Komisi Penyiaran Indonesia. KPI, menurut UU, dipilih dan
bertanggungjawab kepada DPR dan keanggotaannya berasal dari mereka yang
diharapkan tidak mewakili kepentingan industri penyiaran, pemerintah,
ataupun partai politik.

UU Penyiaran 2002 memang seperti memberi jaminan bagi


demokratisasi penyiaran. Pemerintahan dipinggirkan, untuk digantikan oleh
lembaga regulasi penyiaran yang mewakili kepentingan publik. Proses
perolehan perizinan, yang merupakan jantung penyiaran, dibuat murah,
transparan, dan harus dipertanggungjawabkan kepada publik.14 

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menyebutkan;


Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi
nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera,
serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Bab IV Pasal 52 Undang-
Undang Penyiaran mengatur tentang peran serta masyarakat yaitu:

a. Setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan tanggung


jawab dalam berperan serta mengembangkan penyelenggaraan
penyiaran nasional.

14
Anita Kusuma Wardana, Demokratisasi Penyiaran dan UU No. 32 Tahun 2002 Penyiaran, Jurnal
Kompas.com, Tahun 2015

12
b. Organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi,
dan kalangan pendidikan, dapat mengembangkan kegiatan literasi dan/
atau pemantauan Lembaga Penyiaran.
c. Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mengajukan
keberatan terhadap program dan/atau isi siaran yang merugikan.15

1. Lemabaga Penyiaran dan Pola Jaringan


Menurut Pasal 6 Ayat (3) UU No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran
dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan
membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. UU Penyiaran
mengamanatkan pergantian sistem siaran nasional dengan sistem siaran
berjaringan sebagai wujud demokratisasi/desentralisasi Penyiaran. Aturan
ini dimaksudkan untuk menghadirkan sistem penyiaran yang tidak lagi
sentralistik, namun desentralisasi, dimana penyiaran yang dipancarkan
dari stasiun induk di Jakarta dapat diterima di daerah dengan cara
berjaringan bersama stasiun lokal. Dengan sistem ini, demokratisasi dan
desentralisasi penyiaran dimulai melalui pemerataan kepemilikan
(diversity of ownership) dan pemerataan informasi (diversity of content).

Siaran berjaringan secara umum yang dideskripsikan oleh Ashadi


Siregar sebagai sistem pemasokan siaran secara sentral kepada sejumlah
stasiun penyiaran. Dalam sistem penyiaran jaringan ia menjelaskan bahwa
sebagai adanya suatu stasiun induk dengan sejumlah stasiun lokal yang
menjadi periferal dalam penyiaran. Secara umum dapat dipahami bahwa
konsep stasiun jaringan adalah sejumlah stasiun penyiaran yang saling
terhubung untuk dapat menyiarkan program secara serentak atau dengan
kata lain stasiun jaringan adalah merupakan pola bergabungnya stasiun

15
Robeet Thadi, Penguatan Peran Masyarakat Dalam Pengawasan Isi Siaran Televisi Melalui Fmpms,
Jurnal Syi’ar Vol. 16 No. 2 Agustus 2016

13
penyiaran lokal untuk dapat menyiarkan program secara besama-sama
sehingga membentuk wilayah siaran yang lebih luas.

2. Komisi Penyiaran Indonesia


Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002, terdiri atas KPI Pusat dan KPI
Daerah (tingkat provinsi). Anggota KPI Pusat (9 orang) dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Selain itu, anggaran program kerja KPI Pusat
dibiayai oleh APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan KPI
Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah).
Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI dibantu oleh sekretariat tingkat eselon
II yang stafnya terdiri dari staf pegawai negeri sipil serta staf profesional
non PNS. KPI merupakan wujud peran serta masyarakat berfungsi
mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan
penyiaran.16
Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai
pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah
milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-
besarnya bagi kepentingan publik, artinya adalah media penyiaran harus
menjalankan fungsi pelayanan informasi publik yang sehat. Informasi ini
terdiri dari beberapa bentuk mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan
dan lain-lain.
Seperti yang diketahui KPI terbentuk karena adanya UU Nomor 32
tahun 2002 tentang penyiaran, dan UU tersebut lahir dengan 2 semangat
utama yakni :

16
Profil KPI, Laman Website Komisi Penyiaran Indonesia.com

14
a. Pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan
karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-
besarnya untuk kepentingan publik.
b. Menguatkan entitas lokal dalam semangat otonomi daerah dengan
pemberlakuan sistem siaran berjaringan.

Diselenggarakannya KPI sebagai kepentingan penyiran publik, KPI


juga mempunyai tujuan untuk memperkokoh integrasi nasional,
terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil, dan
sejahtera serta menumbuhkan industri penyiaran indonesia.

Agar terwujudnya tujuan tersebut lembaga KPI dibagi menjadi 3


bidang yakni bidang kelembagaan, bidang struktur penyiaran dan
pengawasan isi siaran. Dari bidang bidang tersebut mempunyai visi dan
misi yang sama yakni :

1. Visi Komisi Penyiaran Indonesia


Terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan
bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat.
2. Misi Komisi Penyiaran Indonesia
 Mengembangkan kebijakan pengaturan, pengawasan dan
pengembangan Isi Siaran.
 Melaksanakan kebijakan pengawasan dan pengembangan terhadap
Strutur Sistem Siaran dan Profesionalisme Penyiaran.

 Membangun Kelembagaan KPI dan partisipasi masyarakat


terhadap penyelenggaraan penyiaran.

15
 Meningkatkan kapasitas Sekretariat KPI.17

3. Wawasan Keindonesiaan
Lembaga penyiaran baik radio maupun televisi harus dapat
dimanfaatkan sebagai sarana atau media dalam menyebarkan ilmu dan
wawasan kebangsaan indonesia. Apalagi pada masa pandemi saat ini yang
mengharuskan masyarakat berkegiatan dirumah dan menyebabkan akses
masyarakat pada televisi dan radio semakin meningkat. Diharapkan
lembaga penyiaran dapat menyajikan prigram dan konten siaran yang
tidak hanya menghibur dan bermanfaat saja, namun juga menanamkan
wawasan keindonesiaan sehingga sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2002
atas dasar ideologi pancasila.
Tujuan terselenggaranya penyiaran sebagaimana yang disebut
dalam regulasi yakni memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak
dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun
masyarakat mandiri, demokratis, adil dan sejahtera serta menumbuhkan
industri penyiaran. Di sisi lain, media penyiaran juga memiliki fungsi
sebagai sarana informasi yang layak dan benar, pendidikan bagi
masyarakat, Hiburan yang sehat, Kontrol dan perekat sosial, sarana
kebudayaan dan ekonomi.
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga mengimbau agar
seluruh industri penyiaran, termasuk televisi, menyajikan program-
program yang mengusung identitas keindonesiaan. Menurut KPI, hal
tersebut penting dilakukan oleh industri penyiaran, karena masyarakat
Indonesia yang beragam pada era kecanggihan teknologi sekarang
ini."Jadi dengan (masyarakat) multikultur ini di era kecanggihan

17
Devi Rahayu, Peranan Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Terhadap Tayangan Infotainmen Televisi,
UIN Jakarta, Tahun 2010.

16
teknologi, tetap bisa menghadirkan program dan konten-konten harus
mempunyai karakter dan identitas NKRI.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan radio ke
khalayak dan stimulasi yang dikorelasikan oleh kahalayak kedepannya.
Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai
media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya
memvisualisasikan suara penyiarnya. Karakteristik radio siaran, antara lain:
auditori (untuk didengar), isi siaran sepintas lalu dan tidak bisa diulang,
identic dengan music, mengandung ganggunan timbul teggelam (fading) dan
teknis, akrab dan hangat, suara Penyiar hadir dirumah atau didekat
pendengar. Salah satu kelebihan televisi sebagai media audiovisual adalah
informasi yang disampaikan dengan mudah dimengerti karena jelas terdengar
secara audio dan terlihat secara visual. televisi menciptakan suasana tertentu,
yaitu penonton dapat menikmati acara televisi sambal duduk dantai
menyaksikan berbagai informasi. Banyak sekali Lembaga – Lembaga
Penyiaran Radio dan Televisi yang terdapat di peraturan MENKOMINFO.
Dapat disimpulkan bahwa penyiaran adalah proses pengiriman
informasi dari seseorang / produser depada audiens di berbagai lokasi melalui
suatu satana pemancar yang menggunakan gelombang elektromagnetik dan
lain sebagainya sudah terpenuhi. Adapun sistem penyiaran yang pernah
diterapkan di Indonesia sesuai zamannya yakni sistem penyiaran merdeka,
sistem penyiaran terpimpin, sistem penyiaran pancasila, dan sistem penyiaran
nasional.
UU Penyiaran yang akhirnya lahir pada 2002 memuat pasal-pasal yang
mendorong terjadinya demokratisasi penyiaran. UU Penyiaran 2002 memang
seperti memberi jaminan bagi demokratisasi penyiaran. Pemerintahan
dipinggirkan, untuk digantikan oleh lembaga regulasi penyiaran yang

18
mewakili kepentingan publik, yang mana di Indonesia terdapat Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). Proses perolehan perizinan, yang merupakan
jantung penyiaran, dibuat murah, transparan, dan harus
dipertanggungjawabkan kepada publik.
Penyiaran mengamanatkan pergantian sistem siaran nasional dengan
sistem siaran berjaringan sebagai wujud demokratisasi/desentralisasi
Penyiaran. Aturan ini dimaksudkan untuk menghadirkan sistem penyiaran
yang tidak lagi sentralistik, namun desentralisasi, dimana penyiaran yang
dipancarkan dari stasiun induk di Jakarta dapat diterima di daerah dengan cara
berjaringan bersama stasiun lokal.
Tujuan terselenggaranya penyiaran sebagaimana yang disebut dalam
regulasi yakni memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri
bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat
mandiri, demokratis, adil dan sejahtera serta menumbuhkan industri
penyiaran.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman kepada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah di atas.

19
DAFTAR PUSTAKA
Masduki, 2004, Menjadi Broadcaster Profesional, Yogyakarta: Pustaka
Populer LKis
John, Fiske, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo
Asep Syamsul, M. Romli, 2008, Kamus Jurnalistik, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Onong, Uchjana Effendy, 1990, Radio Siaran dan Praktek, Bandung: Alumni
Mufid, Muhammad, 2010, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Devi Rahayu, Peranan Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Terhadap Tayangan
Infotainmen Televisi, UIN Jakarta, Tahun 2010.
Profil KPI, Laman Website Komisi Penyiaran Indonesia.com
Robeet Thadi, Penguatan Peran Masyarakat Dalam Pengawasan Isi Siaran
Televisi Melalui Fmpms, Jurnal Syi’ar Vol. 16 No. 2 Agustus 2016.
Anita Kusuma Wardana, Demokratisasi Penyiaran dan UU No. 32 Tahun
2002 Penyiaran, Jurnal Kompas.com, Tahun 2015.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, Jakarta.
Nailufar, Nibras Nada. “Demokrasi Terpimpin (1957-1965): Sejarah dan
Latar Belakangnya.” kompas.com, February 13, 2021.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/090000069/demokrasi-terpimpin-
1957-1965---sejarah-dan-latar-belakangnya?page=all#:~:text=Demokrasi
%20Terpimpin%20yang%20sudah%20dirintis,baru%20untuk%20mengganti
%20UUDS%201959.
Pratama, Cahya Dicky. “Pers di Era Orde Lama.” kompas.com, December 22,
2020. https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/22/153838469/pers-di-era-orde-
lama?page=all.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1964 Penetapan Peraturan Pemerintah


pengganti Undang-Undang No. 6 Tahun 1963 Tentang Telekomunikasi , Jakarta.

20
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002
TENTANG PENYIARAN.” Accessed March 25, 2021.
http://www.kpi.go.id/download/regulasi/UU%20No.%2032%20Tahun
%202002%20tentang%20%20Penyiaran.pdf.

Nur Bahri, Andini. Dasar-Dasar Broadcasting. Medan, Sumatera Utara:


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Medan. Accessed March
25, 2021. http://repository.uinsu.ac.id/6195/1/Diktat%20Dasar-dasar%20broadcasting
%20Andini.pdf.

21

Anda mungkin juga menyukai