Teori informasi organisasi merupakan proses untuk menjelaskan informasi yang membingungkan atau ambigu, melalui penafsiran pesan sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan masuk akal. Organisasi terdiri dari individu-individu yang termasuk dari bagian unit-unit komunikasi dalam hubungan hirarki, berhubungan satu dengan lainnya dan memiliki fungsi yang berbeda-beda pada suatu lingkugan. Terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori ini. 1. Asumsi pertama adalah organisasi manusia ada dalam sebuah lingkungan informasi. Artinya, lingkungan informasi merupakan lingkungan yang memberikan rangsangan atau input berupa informasi kepada organisasi. Lingkungan informasi yang dimaksud berbeda dengan lingkungan fisik dimana organisasi berada. Organisasi berada di lingkungan informasi. Artinya, organisasi perlu untuk mencari informasi dari lingkungan informasi tertentu. Contoh pemerintah sebagai organisasi ingin memberikan bantuan kepada masyarakatnya dalam menghadapi pandemi covid-19, tetapi agar bantuan tepat sasaran pemerintah mencari informasi kepada pemerintah daerah mengenai kebutuhan apa yang dibutuhkan di daerah. Hal ini penting agar pemerintah bisa memberikan bantuan sesuai apa yang dibutuhkan masyarakatnya, melalui informasi pemerintah daerah. 2. Asumsi kedua adalah informasi yang diterima sebuah organisasi berbeda dalam hal ketidak jelasannya. Menurut weick asumsi kedua ini berfokus pada ambiguitas yang terdapat pada suatu informasi. Organisasi juga perlu menentukan anggota mana yang lebih mengetahui atau memiliki pengalaman dalam menghadapi informasi penting yang didapat, rencana juga perlu disusun untuk memahami suatu informasi. Ketidakjelasan mengacu pada pesan yang rumit, tidak pasti, dan tidak dapat diprediksi. Pesan ambiguitas sering muncul dalam suatu organisasi, tim dalam organisasi harus mencari cara untuk mengurangi ketidakjelasan, karena pesan yang disampaikan tidak mudah dipahami. Contoh, dalam menangani pandemi COVID 19, pemerintah seringkali dihadapkan dengan informasi yang tidak jelas atau tingkat ambiguitasnya tinggi. Beberapa waktu lalu, presiden menyampaikan statement bahwa musim kemarau atau suhu tinggi dapat membunuh virus ini. Informasi ini tentu berasal dari orang-orang sekitar presiden. Menurut peneliti di Universitas Gadjah Mada, hal ini kurang tepat. Dalam hal ini, presiden kurang bisa mengurangi ambiguitas sebuah informasi, sehingga informasi yang disampaikan menjadi tidak tepat. Semestinya, presiden hanya mendengar informasi mengenai hal ini misalnya dari menteri kesehatan yang kredibel. 3. Asumsi ketiga, organisasi terlibat dalam pemrosesan informasi untuk mengurangi ambiguitas dalam suatu infomasi. Asumsi ini menyatakan bahwa informasi dapat lebih mudah dipahami jika organisasi berkerjasama dalam melakukan aktivitasnya. Menurut Weick proses mengurangi ketidakjelasan adalah sebuah aktivitas bersama dalam suatu organisasi dan bukan tanggung jawab satu bagian organisasi saja. Contoh, karena terjadi pandemi pemerintah sebagai organisasi harus tetap berkomunikasi dengan anggota-anggotannya walau pun tidak bisa bertemu secara langsung, melainkan melalui media daring, agar komunikasi bejalan dengan baik dan dapat mengurangi ketidakjelasan dan ambiguitas sebuah informasi. Masing-masing kementrian atau bagian dalam organisasi pemerintahan saling memberikan informasi. Hal ini menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara bagian dalam organisasi.