Anda di halaman 1dari 5

M2-Komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan penanggulangan COVID-19 pada skala

komunitas di lingkungan lahan basah

Artikel 1: Samuel Ngigi, Doreen Nekesa Busolo (2018)

Behaviour Change Communication in Health Promotion: Appropriate Practices and Promising


Approaches (Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Kesehatan Promosi: Praktik yang Tepat dan
Pendekatan yang Menjanjikan)

Ringkasan

Studi ini juga mengidentifikasi model komunikasi yang dapat digunakan untuk memandu
pengembangan strategi yang mendorong perlindungan, mengurangi perilaku berisiko, dan
mendorong adopsi dan pemeliharaan perilaku positif. Ada berbagai macam saluran komunikasi yang
berbeda mulai dari percakapan tatap muka dasar, saluran telekomunikasi seperti telepon atau email,
komputasi saluran seperti rekam medis dan saluran media massa seperti TV, radio, poster, brosur
dll. Penting untuk diketahui saluran mana yang paling efektif menjangkau populasi sasaran tertentu.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa Upaya untuk membawa perubahan perilaku positif di
masyarakat harus melibatkan semua pemangku kepentingan.

Komunikasi Perubahan Perilaku (BCC) merupakan komponen penting dari pembangunan. Namun,
perubahan di seluruh masyarakat lambat. Mayoritas peneliti komunikasi kesehatan bersikeras pada
program perubahan perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mendorong dialog,
mempromosikan perubahan sikap, mengurangi stigma, meningkatkan keterampilan, dll. Scutchfield
dan Keck (2003) menegaskan bahwa keberhasilan komunikasi ditentukan oleh berbagai faktor yang
mungkin meliputi: seberapa banyak akses khalayak sasaran harus mendapatkan informasi, apakah
khalayak sasaran telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melakukan
perilaku antara lain.

Hambatan BCC:

- Tidak semua org yang terpapar akan memahami dan setuju


-

Artikel 1: A. Finset dkk (2020)

Effective health communication – a key factor in fighting the COVID-19 pandemic (Komunikasi
kesehatan yang efektif - faktor kunci dalam melawan COVID-19 pandemi)

Komunikasi kesehatan adalah kunci dan faktor penting dalam menyelamatkan nyawa selama krisis
pandemi COVID-19. Komunikasi kesehatan yang akurat dan berkembang dengan baik dapat
memfasilitasi bagaimana masyarakat menangani ketidakpastian dan ketakutan, mempromosikan
dan mencapai kepatuhan terhadap perubahan perilaku yang diperlukan, dan bertemu individu'
ketakutan dan menumbuhkan harapan dalam menghadapi krisis.
Diskusi: memahami, dan bagaimana sejauh ini dengan kondisi indonesia

Elemen utama menentukan cara memberikan informasi/komunikasi secara efektif:

Pertama, penting untuk menyatakan secara terbuka dan jujur apa adanya diketahui dan apa yang
tidak diketahui dan berpegang pada fakta sebanyak mungkin [4]. Kita juga harus mengakui
temporalitas 'fakta' sebagai pekerjaan yang sedang berjalan. Data apa yang kita miliki hari ini akan
diperbarui dan mungkin dimodifikasi mengingat bukti baru terkait dengan penyakit dan pengelolaan.
Kami juga perlu mengkonfirmasi sumber yang akurat tentang ini informasi. Mengingat betapa
cepatnya hal-hal berubah, itu penting menjadi jelas bahwa ketika rekomendasi berubah, ini
didasarkan pada bukti baru yang sebelumnya tidak diketahui.

Dimas: Keterbukaan dan kejujuran terkait dengan penyampaian data berdasarkan fakta dan bukti
terkini yang berkaitan dengan penyakit dan penanganannya yang diperoleh dari sumber yang akurat.

Bagaimana implementasi Keterbukaan dan Kejujuran data Covid-19 di Indonesia?

Keterbukaan di Indonesia

Angga: keterbukaan diganti dengan transparansi

Dimas: Transparansi masuk ke rekomendasi

Angel: data covid di indonesia tu terbuka kita bisa liat data datanya mulai dari data sebaran penyakit
hingga data masyarakat yang sudah melakukan vaksinasi di Covid19.go.id

Agus: di jurnal yang ditemukan, di indonesia masih belum terbuka

Devi: dari data keterbukaannya sudah maksimal, setiap bulan pasti tersedia analisis datanya per
provinsi, dan bisa diunduh dengan mudah.

Aul: sudah maksimal, mnrtku untuk akses datanya tuh udah cukup mudah karena sudah tersedia di
semua social media, website pun update tiap hari

Angga: setuju, secara hukum ada UU Keterbukaan Informasi Publik dan UU No.36 tahun 2009
tentang kesehatan diatur dalam pasal 169, menyatakan pemerintah memberikan kemudahan
kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Agus: dari berita kominfo “Alhamdulillah, dengan informasi yang terbuka, transparan, akuntabel,
bertanggung jawab, serta kerja sama antarsemua pihak, kita bisa segera membuat situasi kondusif
dan terukur. Pemerintah juga dapat segera mengambil kebijakan yang tepat. Masyarakat juga dapat
memahami dan menghadapi pandemi ini dengan informasi yang baik,” tuturnya.

Dina: menurutku informasi penanganan covid itu sudah baik dan mudah dicari seperti di laman
Kemenkes RI ada terkait gejala, pencegahan, isolasi mandiri yang baik.

Bherlian: Menurutku implementasinya sudah cukup baik. Karena dari pemerintah juga memiliki
upaya untuk menanggulangi penyebaran Covid-19 dalam perspektif keterbukaan informasi sesuai
dengan UU No. 14 tahun 2008, dimana terdapat
1. Informasi Berkala terkait covid-19
2. Informasi tersedia setiap saat
3. Informasi Serta Merta
4. Badan Publik
Dwi: Di Kalimantan Selatan kurang terbuka, beberapa puskesmas melampirkan data dan lokasi,
tetapi tidak setiap hari.

April: Ada website https://corona.kalselprov.go.id/ itu update soal kasus dikalsel soalnya tertulis
disana update terbaru itu kemarin jam 5 sore

Aul: kalo pendapatku belum semua data kasusnya terbuka dan update, karena dari masyarakat pun
masih banyak yang menyembunyikan diri kalo dia sedang positive

Dini: masih terdapat instansi/badan publik yang belum memahami kewajiban menyediakan
informasi ketika diminta masyarakat. Bahkan badan publik cenderung tidak merespon permintaan
informasi yang disampaikan oleh masyarakat, sehingga berujung pada sengketa informasi di Komisi
Informasi. Selain itu, penyediaan informasi juga termasuk dalam kontek pelayanan publik, sehingga
bisa saja masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan atas informasi yang dimintanya,
menempuh dua cara. Yang pertama melalui sengketa informasi di Komisi Informasi dan yang kedua
menyempaikan pengaduan pelayanan informasi kepada Ombudsman kalsel, karena bagian dari
pelayanan publik.

Asrina: Izin berpendapat terkait pendapat dari dwi berdasarkan dari berita kompas.com di situ di
jelaskan bahwa terkait data yang tidak selalu upgrade itu disebabkan Batasan waktu yang dibuat
untuk mengubah data covid-19

Dina: informasi data se-Kalsel itu menurutku sudah terbuka namun untuk lembaga atau instansi
tertentu beberapa belum optimal

Kesimpulan: Data sudah terbuka dan jujur tetapi penyebaran ke masyarakat belum optimal.
Rekomendasi

Pertama, Michie dan rekan telah menyarankan kegunaan dari menciptakan model mental tentang
bagaimana kontaminasi bekerja dan bagaimana ini dapat dicegah [16]. Gambaran batin yang lebih
baik yang Anda miliki tentang bagaimana virus masuk ke lingkungan dan kemudian terhirup, lebih
baik Anda memahami dan mengingat bagaimana rute ke transmisi dapat diblokir. Sementara
sebagian besar masyarakat umum memiliki model mental COVID-19 sebagai penyakit yang
menakutkan dan mengganggu, lainnya sektor populasi mungkin tidak memiliki rasa urgensi itu dan
sehingga dapat mengabaikan perilaku, seperti jarak sosial, yang dapat membantu menghentikan
penyebaran. Tantangan lain yang jelas di sini adalah mental model ahli bahkan belum diselesaikan,
karena kita belajar lebih banyak di sepanjang jalan dan perlu menunggu bukti yang dapat diandalkan
dikumpulkan dan dibagikan.

Pertama, Michie dan rekan telah menyarankan kegunaan membuat model mental tentang
bagaimana kontaminasi bekerja dan bagaimana hal ini dapat dicegah [16]. Gambaran batin yang
lebih baik yang Anda miliki tentang bagaimana virus masuk ke lingkungan dan kemudian dihirup,
semakin baik Anda memahami dan mengingat bagaimana rute penularannya dapat diblokir.
Sementara sebagian besar masyarakat umum memiliki model mental COVID-19 sebagai penyakit
yang menakutkan dan mengganggu, sektor lain dari populasi mungkin tidak memiliki rasa urgensi itu
dan dengan demikian dapat mengabaikan perilaku, seperti jarak sosial, yang dapat membantu
menghentikan penyebaran. Tantangan lain yang jelas di sini adalah bahwa model mental para ahli
bahkan belum diselesaikan, karena kita belajar lebih banyak dan lebih lama lagi dan perlu menunggu
bukti yang dapat diandalkan untuk dikumpulkan dan dibagikan.

Angga: Bagaimana cara kita mengubah mindset, karena mindset berpengaruh pada mental
seseorang, permasalahanya mindset masyarakat itu covid ini adalah mengganggu, covid jangan
dipikirkan mari lihat perkembangannya dan cara pencegahannya.

Dini: Para akademisi dibidang kesehatan telah memainkan peran kunci dalam menginformasikan
masalah epidemilogi dengan memantau penyebaran penyakit dan memberi tahu kepada kalayak.
Disisi lain Informasi yang dapat dipercaya, akurat, dan dapat diakses tentang pandemi juga penting
untuk mengurangi risiko penularan virus Covid-19 dan untuk melindungi publik terhadap
disinformasi yang berbahaya. Informasi yang akurat sangat penting dalam mengurangi kemungkinan
stigmatisasi atau diskriminasi kelompok rentan, termasuk mereka yang terinfeksi virus Covid-19. Ini
juga memungkinkan publik untuk memahami dan mengevaluasi apakah tindakan pemerintah tepat
untuk melindungi dan menjaga posisi publik, kelompok, atau komunitas yang rentan sebagai
tindakan pencegahan penting terhadap bahaya disinformasi. Apakah berbahaya atau hanya kurang
informasi.
Disinformasi dapat membahayakan kelompok-kelompok semacam itu lebih jauh, karena mereka
tidak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk mengatur perilaku secara benar.

Devi: kalo dari google mengenai model mental itu "Senge menyebutkan bahwa model mental adalah
suatu aktivitas perenungan, terus menerus mengklarifikasikan, dan memperbaiki gambaran-
gambaran internal kita tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan
keputusan kita."
Dini: Upaya dalam meminimalisir Stigma Negatif Covid19 di masyarakat Komunikasi resiko yang
lebih baik Pemberitaan media terkait informasi yang utuh soal penularan virus yang selama ini sering
tidak sampai ke masyarakat sangat mempengaruhi stigma terhadap orang terkait Covid-19 baik itu
OTG, ODP, PDP, pasien positif dan keluarga pasien serta Nakes. Media yang hanya fokus pada
pertumbuhan kasus & kurangnya keterbukaan informasi perihal penanganan Covid-19.

Angga: kesimpulan nya, semua elemen harus bisa bersinergis. masyarakat butuh diberikan sosialisasi
utk merubah mental dan instansi/faskes harus bisa memberi kan informasi terupate setiap harinya
melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Kesimpulan:

Penulis menyarankan untuk mengubah mindset/model mental, Senge menyebutkan bahwa model
mental adalah suatu aktivitas perenungan, terus menerus mengklarifikasikan, dan memperbaiki
gambaran-gambaran internal kita tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu membentuk
tindakan dan keputusan kita." Bagaimana cara kita mengubah mindset, karena mindset berpengaruh
pada mental seseorang, permasalahanya mindset masyarakat itu covid ini adalah mengganggu, covid
jangan dipikirkan mari lihat perkembangannya dan cara pencegahannya.

Rekomendasi kelompok

Upaya dalam meminimalisir Stigma Negatif Covid19 di masyarakat, Komunikasi resiko yang lebih
baik Pemberitaan media terkait informasi yang utuh soal penularan virus yang selama ini sering tidak
sampai ke masyarakat sangat mempengaruhi stigma terhadap orang terkait Covid-19 baik itu OTG,
ODP, PDP, pasien positif dan keluarga pasien serta Nakes. Media yang hanya fokus pada
pertumbuhan kasus & kurangnya keterbukaan informasi perihal penanganan Covid-19.

Semua elemen harus bisa bersinergis. masyarakat butuh diberikan sosialisasi utk merubah mental
dan instansi/faskes harus bisa memberi kan informasi terupate setiap harinya melalui berbagai
media baik cetak maupun elektronik.

Anda mungkin juga menyukai