Anda di halaman 1dari 12

Penjelasan soal:

Pilihlah satu isu/ tema pemberitaan di media massa dengan melakukan kliping online
mengumpulkan beberapa berita dari berbagai media terkait isu. Soal ada tiga pertanyaan
uraian yang mengkait isu yang dipilih. Dalam menjawab ketiga pertanyaan bisa
menggunakan satu isu bila berdasarkan pengamatan anda memang ada kaitan dengan
ketiga analisis (agenda setting, framing, dan priming). Alternatif lainnya kalua tidak
memungkinkan boleh dengan setiap nomor mengambil isu yang berbeda untuk
menyesuaikan. Pilihan media bebas diantaranya, koran digital, media online, youtube dari
media masa (contoh tvone, kompasTV, dll), Intagram media massa, dst. Tidak boleh blog
pribadi, akun pribadi dst yang tidak terkait dengan media massa/ sosial media dari media
tradisional. Gunakan buku Eriyanto 2018 sebagai panduan menjawab soal.

Soal:

1. Jelaskan tingkatan dan lapisan dalam kajian agenda setting dengan yang ringkas dan
sederhana. Buatlah analisis agenda setting dari isu/ tema yang anda pilih.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan framing, dengan bahasa yang mudah dipahami
dan tetap merujuk secara teoritis. Dengan menggunakan salah satu model analisis
framing, silahkan anda membuat perbandingan isu/ tema yang anda pilih dengan
membandingkan minimal dua media.
3. Dari hasil nomor 1 dan 2 jelaskan proses priming yang terjadi sehingga terjadi proses
pembentukan opini publik (baca dan fahami bab 4-5, buat skema spt hal 163 dan
166).

Selamat mengerjakan 😊
Jawaban
1. Agenda Setting adalah menciptakan public awareness (kesadaran masyarakat) dengan
menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan
dipercaya di media massa. Sebagai contoh misalnya tim redaksi Mata Najwa. Dalam
menentukan topik apa yang akan diangkat tiap minggu, biasanya mereka akan
mengumpulkan isu-isu yang potensial dan memiliki banyak nilai berita yang bisa
menarik perhatian publik.
Hal-hal yang mendukung terjadinya agenda setting
1. Kekuatan presentasi
Iyengar dan Kinder menemukan bahwa pemberitaan yang dramatis melemahkan
daripada meningkatkan kekuatan agenda setting televisi. Berita personal yang secara
kuat ditampilkan barangkali berfokus terlalu banyak pada situasi tertentu atau
individu daripada suatu isu yang sebenarnya.
2. Penempatan Kisah
Berita utama memiliki efek agenda setting yang lebih besar. Iyengar dan Kinder
menawarkan dua kemungkinan alasan untuk hal ini. Pertama, orang lebih
memperhatikan cerita di awal-awal dan jarang muncul gangguan di awal jika kita
menonton dirumah. Kedua, orang-orang menerima rancangan implisit dari program
berita, bahwa berita utama itulah yang paling penting
3. Priming
Pemikiran ini menyatakan bahwa bahkan warga yang paling termotivasi sekalipun,
tidak dapat menimbang semua hal yang mereka ketahui ketika menilai isu politik
yang kompleks.
Jenis-jenis Agenda Setting
1. Agenda Media
Isu-isu yang dibahas dan ditampilkan dalam media. Agenda media itu sendiri harus
diformat dimana harus memperhatikan jumlah dan tingkat penonjolan berita (dapat
dilihat dari letak berita), relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak, dan menarik
atau tidaknya suatu berita yang ditampilkan.
2. Agenda Publik
Apa yang dipikirkan masyarakat. Ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau
dianggap penting oleh publik, dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan media
massa. Sehingga apa yang menjadi ageda media, akan menjadi agenda publik.

Antara agenda publik dan agenda media terdapat kolerasi dimana, agenda media
dapat menjadi agenda publik, publik mengembangkan agenda tersebut dan kemudian
akan diangkat lagi menjadi agenda media. Hal tersebut disebut dengan rangkaian
sirkuler.

Contoh isu kasus agenda setting COVID- 19

Meningkatnya jumlah kasus COVID-19 sejak Maret 2020 membuat pemerintah


memberlakukan kebijakan imbauan mulai dari physical distancing hingga
pemberlakuan karantina nasional atau lokal. Pelaksanaan kebijakan tersebut
menyebabkan terjadinya ketidakstabilan masyarakat dan penurunan perekonomian
Indonesia yang signifikan karena perusahaan tidak lagi melakukan kegiatan produksi
dan mengalami kesulitan dalam pembayaran utang. Konsumsi rumah tangga di
Indonesia juga anjlok 3,2% menjadi 1,6% dari sekitar 5%. Terjadi kelangkaan pangan
di masyarakat. Angka ini jauh dari APBN (Anggaran Belanja dan Belanja Negara)
Target tahun 2020 yang menetapkan pertumbuhan APBN sebesar 5%, dilansir
Kompas.com. Masyarakat juga menuntut pemerintah untuk memberikan
perlindungan dan ketahanan pangan sebagai dampak dari Social Distancing atau Jarak
Fisik serta kesejahteraan masyarakat di tengah wabah ini.
Penyebaran berita virus corona sempat menghiasi media sosial, masyarakat
disuguhkan dengan masifnya penyebaran berita virus corona yang menjadikannya
sebagai perbincangan publik. Beberapa menganggap itu sebagai kemalangan
sementara yang lain menganggapnya sebagai humor. Ironisnya, tak sedikit pula yang
memanfaatkan momen tersebut untuk menyebarkan hoaks seputar virus corona dan
bisnis masker. Media sosial, YouTube, aplikasi Tiktok, dan media lainnya adalah
beberapa alat yang dapat digunakan untuk mencegah penyebaran informasi virus
corona. Paparan corona, atau disebut juga sebagai informasi terkait dampak corona,
bertujuan agar masyarakat mampu melakukan langkah-langkah strategis melawan
virus tersebut. Beberapa langkah pencegahan penyebaran virus corona antara lain
penggunaan masker, pembatasan aktivitas di luar ruangan, fokus pada kebersihan,
dan munculnya jamu yang dapat menjaga daya tahan tubuh. Selain upaya preventif,
diperlukan juga langkah-langkah strategis pemerintah dalam upaya preventif, kuratif.
Penyebaran virus corona di berbagai media sosial, seperti Facebook, YouTube,
Instagram, dan lain-lain menyebabkan beralihnya perhatian dari isu hukum dan
politik ke isu kesehatan, ekonomi, Di sisi lain media massa juga menetapkan COVID-
19 sebagai konten utama pemberitaan.
Media massa dapat dianggap sebagai sumber informasi mengenai peristiwa-
peristiwa yang sedang terjadi di seluruh belahan dunia. Kehadiran media massa
dinilai mampu menjalankan fungsinya dalam hal ini untuk menginformasikan atau
mendidik. Dalam Pasal 28F UUD 1945 dijelaskan bahwa setiap orang berhak
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
saluran yang tersedia. Khalayak cenderung lebih aktif mencari apa yang mereka
inginkan, dan apa yang sedang populer di media karena media menyajikan isu-isu
yang seharusnya diketahui oleh khalayak.
Fenomena pandemic COVID-19 (Corona Virus Desease 2019) merupakan suatu
fenomena yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya sehingga pentingnya
informasi mengenai pandemic ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mengingat
betapa berbahayanya virus ini membuat masyarakat harus waspada terhadap
persebarannya. Informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah informasi yang
terbaru, terpercaya dan kredibel sehingga masyarakat mampu untuk memahami
bagaimana cara yang tepat untuk melindungi dirinya dan orang-orang disekitarnya
dalam menghadapi pandemic COVID-19. Dalam hal ini tentu media massa sangat
dibutuhkan untuk menjadi wadah pemberitahuan informasi kepada masyarakat
sehingga berita dapat tersampaikan secara massif.
Dalam teori Agenda Setting, proses pembentukan opini public diawali dengan
adanya kebijakan redaksi, penyebaran berita virus corona atau COVID-19 dianggap
sebagai berita yang sangat penting sehingga memengaruhi kebijakan redaksi media.
Media menganggap bahwasannya pemberitaan mengenai COVID-19 menjadi lebih
menarik dan lebih penting daripada berita lainnya. Oleh karena itu seluruh media
yaitu media cetak, media elekronik dan media internet banyak melakukan penyebaran
berita dan informasi terkait tentang COVID-19 yang kini sedang dihadapi.

Pemberitaan COVID-19 di Media Cetak


Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS Pusat)
terhadap 434 media cetak seluruh Indonesia menyatakan bahwa 71% perusahaan pers
cetak mengalami penurunan omzet lebih dari 40% selama pandemic COVID-19 ini
terjadi. Media cetak dapat dikatakan sebagai media yang paling aktual dan dapat
dipercaya karena berita yang disampaikan melalui beberapa proses, mulai dari proses
peliputan, mengumpulkan data, fakta dan juga melalui tahap verifikasi sehingga
informasi yang disampaikan terbaru, terpercaya dan kredibel. Dengan begitu tentu
saja pemberitaan COVID-19 di media cetak dapat dikatakan sebagai media yang bisa
digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat.
Sesuai dengan teori Agenda Setting media cetak diharapkan dapat menciptakan
kesadaran dengan menekankan sebuah isu yang penting untuk dilihat terkhusus dalam
pemberitaan pandemic COVID-19. Akan tetapi karena pandemic ini pengguna media
cetak menjadi berkurang karena banyak yang beralih ke media elektronik dan media
online atau internet.

Pemberitaan COVID-19 di Media Elektronik


Dengan terjadinya pandemic COVID-19 mengharuskan masyarakat untuk tetap
berada dirumah untuk mengurangi kasus penyebaran virus yang terus meningkat
setiap harinya. Televisi dan Radio menjadi media yang massif melakukan penyebaran
berita terkait pandemic COVID-19 sejak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
mengumumkan dua warga negara Indonesia positif terinfeksi virus Corona pada 2
Maret 2020 yang lalu. Televisi dan Radio menjadi media arus utama yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi. Pemerintah juga
aktif dan gencar dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media
elektronik televisi dan radio dengan penayangan berita diberbagai stasiun televisi,
siaran radio dan juga iklan layanan masyarakat sebab sosialisasi dan komunikasi
terkait Pandemi COVID-19 harus disampaikan secara detail dan sistematis ke seluruh
lapisan masyarakat. Kredibilitas media elektronik dapat dipercaya karena media
elektronik seperti televise dan radio memiliki badan pengawas yaitu Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) yang selalu mengatur dan memberikan standar dalam
penyiaran program.

Pemberitaan COVID-19 di Media Internet


Media internet masih menjadi primadona dikalangan masyarakat sehingga berita
online mejadi pilihan utama masyarakat di masa pandemic saat ini. Pemberlakuan
aturan untuk tetap berada dirumah saja membuat aktivitas yang biasa dilakukan oleh
masyarakat dilakukan secara daring atau online sehingga media internet menjadi
media yang kini banyak digunakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari We Are
Spesial pada semester pertama tahun 2020 terdapat peningkatan akses penggunaan
internet hingga 6 jam 43 menit per hari. Oleh karena itu masyarakat banyak
mendapatkan informasi dan berita melalui online yang didapat dari internet dan juga
media sosial, akan tetapi kredibilitas berita yang disampaikan melalui media sosial
masih diragukan sebab belum adanya regulasi yang mengatur diranah digital sehingga
banyak berita yang tidak sesuai dengan fakta atau hoaks karena masih ada sebagian
masyarakat yang menelan mentah-mentah berita yang didapat. Saat ini pemerintah
sedang gencar memberitakan dan memberikan informasi terkait vaksinasi COVID-19
yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi terjadinya penular virus
corona atau COVID-19, akan tetapi banyak berita yang tersebar tidak sesuai fakta
seperti contohnya kematian seseorang akibat vaksinasi COVID-19 yang diterimanya
akan tetapi berita tersebut tidak benar karena kematiannya tersebut disebabkan oleh
penyakit yang ia derita sebelumnya atau penyakit bawaan tetapi masyarakat yang
menelan berita secara mentah-mentah merasa takut dan tidak mau melakukan
vaksinasi sehingga hal tersebut menghambat pemerintah dalam upaya memberikan
vaksin kepada seluruh lapisan masyarakat.
Sumber : kompasiana.com

Analisis Agenda Setting Pemberitaan COVID-19


Pemberitaan terkait penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) melalui
berbagai macam jenis media seperti media cetak, media elektronik dan media internet
dinilai cukup efektif untuk melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat.
Teori Agenda Setting percaya media dapat menentukan apa yang dianggap penting
oleh masyarakat dan dapat dikatakan juga bahwa agenda media bisa menentukan
agenda public. Pemberitaan yang dilakukan secara massif oleh media terkait
penyebaran COVID-19 secara eksplisit menjadi agenda utama media pemberitaan
hingga saat ini mulai dari awal kasus adanya korban yang dinyatakan positif
terjangkit virus corona, sosialisasi hingga arahan kepada masyarakat untuk
melakukan vaksin COVID-19. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pemberitaan
media berusaha untuk menciptakan public awareness dengan menekankan
pemberitaan terkait COVID-19 karena hal ini menjadi topik utama dalam
pemberitaan saat ini yang dibutuhkan oleh public. Frekuensi pemberitaan terkait isu
ini selalu menjadi prime time dan headline news diberbagai media, hal tersebut juga
didukung dengan adanya media sosial yang melakukan penyebaran informasi secara
luas melalui pesan teks, gambar atau video dan hal tersebut menjadi trending
dikalangan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuan dapat disimpulkan bahwa terkait
isu kasus penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) yaitu tentang
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah yang terbaru, terpercaya dan
kredibel sehingga masyarakat mampu untuk memahami bagaimana cara yang tepat
untuk melindungi dirinya dan orang-orang disekitarnya dalam menghadapi pandemic
COVID-19. Agenda Setting dalam hal ini melakukan proses pembentukan opini
public diawali dengan adanya kebijakan redaksi, penyebaran berita virus corona atau
COVID-19 dianggap sebagai berita yang sangat penting sehingga memengaruhi
kebijakan redaksi media. Media menganggap bahwasannya pemberitaan mengenai
COVID-19 menjadi lebih menarik dan lebih penting daripada berita lainnya. Oleh
karena itu seluruh media yaitu media cetak, media elekronik dan media internet
banyak melakukan penyebaran berita dan informasi terkait tentang COVID-19 yang
kini sedang dihadapi. Teori Agenda Setting percaya media dapat menentukan apa
yang dianggap penting oleh masyarakat dan dapat dikatakan juga bahwa agenda
media bisa menentukan agenda public. Pemberitaan yang dilakukan secara massif
oleh media terkait penyebaran COVID-19 secara eksplisit menjadi agenda utama
media pemberitaan hingga saat ini mulai dari awal kasus adanya korban yang
dinyatakan positif terjangkit virus corona, sosialisasi hingga arahan kepada
masyarakat untuk melakukan vaksin COVID-19. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa pemberitaan media berusaha untuk menciptakan public awareness dengan
menekankan pemberitaan terkait COVID-19 karena hal ini menjadi topik utama
dalam pemberitaan saat ini yang dibutuhkan oleh public.
2. framing adalah teori atau proses tentang bagaimana pesan media massa memperoleh
perspektif, sudut pandang, atau bias. Lebih menariknya, teori framing kerapkali dikaitkan
dengan teori agenda setting karena kedua teori tersebut berbicara tentang bagaimana
media mengalihkan perhatian khalayak dari kepentingan sebuah isu ke dalam apa yang
ingin diproyeksikan dan digunakan untuk mengetahui efek media.

Secara harfiyah, framing artinya pembingkaian dari kata frame yang berarti bingkai.
Framing merupakan bagian dari strategi komunikasi media dan/atau komunikasi
jurnalistik. Pengertian praktisnya, framing adalah menyusun atau mengemas informasi
tentang suatu peristiwa dengan misi pembentukan opini atau menggiring persepsi publik
terhadap sebuah peristiwa. Framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda
setting, yaitu pemilihan fakta dalam sebuah peristiwa yang dinilai penting disajikan dan
dipikirkan pembaca (publik). Framing tidak berbohong, tapi ia mencoba membelokkan
fakta dengan halus melalui penyeleksian informasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan
kata, bunyi, atau gambar, hingga meniadakan informasi yang seharusnya disampaikan.

Framing bertujuan untuk membingkai sebuah informasi agar melahirkan: citra, kesan,
makna tertentu yang diinginkan media, atau wacana yang akan ditangkap oleh khalayak.
Secara teoritis, framing adalah cara pandang yang digunakan media atau pewarta dalam
menyeleksi isu dan menulis berita. Framing adalah bagaimana seorang pewarta
melaporkan sebuah peristiwa berdasarkan sudut pandangnya ada fakta yang sengaja
ditonjolkan, bahkan ada fakta yang dibuang.

Menurut Sobur (2004; 162), “Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan
menulis berita”. Berdasarkan pengertian tersebut, penulis memahami bahwa framing
adalah bagaimana wartawan melaporkan sebuah peristiwa berdasarkan sudut pandang
yang ingin ia sampaikan kepada pembaca. Pada proses penyeleksian itu, tidak semua
fakta yang didapat wartawan dituangkan pada berita. Namun, ada fakta yang sengaja
ditonjolkan, tapi ada juga fakta yang dibuang. Semua itu tergantung dengan apa yang
ingin ia sampaikan pada pemberitaan tersebut. Menurut Eriyanto (2002; 10): “Pada
dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas
peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang
dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.
Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media
mengkonstruksikan realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.”
Dari kedua tujuan penggunaan analisis framing yang diungkapkan Eriyanto, pada
penelitian ini penulis menggunakan framing untuk melihat bagaimana media
mengkonstruksikan realitas. Dalam pengkonstruksian tersebut, media menggunakan
sudut pandang mereka dalam menulis berita. Hal itu dimaksudkan untuk membentuk
opini publik agar sesuai dengan apa yang dipikirkan media. Gitlin mengungkapkan,
“Pembuatan frame itu sendiri didasarkan atas berbagai kepentingan internal maupun
eksternal media, baik teknis, ekonomis, politis ataupun ideologis” (Hamad, 2004; 22).
Dapat dikatakan bahwa pada proses konstruksi, media dipengaruhi oleh berbagai faktor
dalam penyeleksian isu tersebut.

Sedangkan Aditjondro, seperti yang dikutip Sudibyo mendefinisikan: Framing sebagai


metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari
secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap
aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi
tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (Sobur, 2004; 165).
Dengan kata lain menurut Aditjondro, framing digunakan untuk merekonstruksikan
realitas dengan cara membelokkan suatu kejadian berdasarkan pandangan wartawan.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan framing adalah metode yang


igunakan untuk menyajikan berita dengan cara mengkonstruksi realitas sesuai dengan apa
yang dipikirkan media. “…Setiap hasil laporan adalah hasil konstruksi realitas atas
kejadian yang dilaporkan” (Hamad, 2004; 11). Jadi, apa yang disampaikan media adalah
Laporan mengenai realitas yang telah dikonstruksikan berdasarkan sudut pandang media.

Analisis kasus framing


Berita Covid 19 hampir menguasai semua media,baik media mainstream, cetak,
eletronik maupun online.Fenomena pandemic Corona Virus Disease (Covid-19)
menjadi suatu gejala umum menggelobal, sehingga kasus yang terjadi hamper di
seluruh belahan duni ini belum bisa diatasi secara maksimal dengan baik. Berbagai
pendapat dari berbagai pakar yang dikemukakan untuk mengungkapkan latar belakang
dan penyebab terjadinya penyebaran vurus Corona, yang sangat mematikan ini hingga
kini belum ada penangkalnya, waluapun beberapa Negara sampai saat ini masih
berkutat dalam usaha untuk menemukan dan melakukanuji klinis mengenai
penemuan obat yang mujarab untuk VaksinCovid-19.Sebagai virus modren yang
relative baru tumbuh dan berkembang menjadi fakta yang mengisi ruang dan
menjadi konsumsi berita di media massa. Hal ini didukung oleh akses informasi
yang begitu terbuka dan massif, sekaligus menjadi momentum bagi media massa
dalam melakukan aktifitas jurnalisme dalam mengkontruksi sebuah berita, sesuai
dengan fakta dan data dari narasumber yang bisa dipertanggung jawabkan
keaakuratanya, sehingga menajdi informasi yang berguna bagi masyarakat.Dengan
menyebarnya informasi berita Pandemi Covid-19 membuktikan bagaimana peran
media bekerja untuk meberikan informasi secara update ke semua lapisan
masyarakat. Berbagai inforamsi, isu, sampai pada provoganda tentang bahaya virus
itu masuk dalam relung privasikemanusiankita.Ancaman kematian yang bisa merengut
siapa saja tanpa kenal pejabat publik, masyarakat awam hingga ke lapisan paling
bawah dalam lingkungan perusahaan dan kalangan masyarakat lainnya, tidak luput
dalam propaganda Covid-19.Menurut para ahli Covid-19 adalah wabah penyakit
yang menyerang paru-paru memalui virus, yang masuk melalui saluran pernapasan dan
cairan air liur (dophlet) yang masuk saluran pernapasan kita. Virus ini berinkubasi
selama 14 hari dalam tubuh khususnya paru-paru, sehingga mengakibatkan
pengidapnya menjadi sulit bernapas dan jika tidak mendapat pertolongan medis
serta minimnya produksi mekanisme pertahanan tubuh berupa sel-sel darah putih
membuat penderitaannya akan menimbulkankematian.Covid-19 yang dideklarasikan
disejumlah media mainstream muncul pertama kali di kota Wuhn Tiongkok (China)
pada akhir Desember 2019 lalu. Ditengah perayaan tahun baru Cina atau Imlek,
virus ini menyebar sangat cepat di kota Wuhan yang menjadi salah satu kota
terbesar di Tiongkok pada awal Januari 2020. Akibatnya, pemerintah Tiongkok
menutup sementara akses public dan transportsi dari dan menuju Wuhan untuk
memutus mata rantai penyebaran virus di tengahwarga.Dari Wuhan, virus ini telah
menyebar ke 200-an lebih Negara hingga minggu pertama bulan

Maret 2020 yang mengakibatkan ratusan ribu orang tewas, akibat penyakit tetular
virus covid 19 ini. Termasuk Indonesia juga tidak lepas dari penyebaran pandemic
covid-19, sehingga menyerang keseluruh wilyah Negara kesatuan Indoensia, tidak
terkecuali wilayah Kepulangan Riau juga kena dampaknya.Sementara sejumlah media
mainstream telah mengingatkan akan bahaya Covid-19, melalui pemberitaanya dari
sejumlah Negara yang sudah terjangkit virus ini. Media bahkan turut andil besar dalam
menciptkan kondisi psikologis public menjadi larut dalam ketakutan akan
penyebaran virus yang mematikanini.Dampaknya, Terjadi berbagai fenomena
peristiwa, beberapa pasien rumah sakit yang dinyatakan tewas akibat covid-19, tetapi
ketika akan dimakamkan mendapat penolakan sebagian warga. Ketakutan warga yang
terus menerus tersebut menimbulkan ketakutan yang begitu mencemaskan ketingkat
paranoid atau suatu kondis kejiwaan, yang diyakini bahwa orang lain, dapat
membahayakan dirinya akhirnya terbukti dan erjadi dibeberapa wilayah Indonesia.

Perbedaan pemberitaan dari 2 sumber

Artikel 1 (Edisi Bulan Maret2020)


Judul : Data Terbaru Corona di Kepri Senin (30/3/2020), 6 Pasien Positif Covid-19, 2
Meninggal di BatamSumber : TribunNews.com
1) StrukturSintaksisa.
a. Headline: Data Terbaru Corona di Kepri Senin(30/3/2020),6 Pasien Positif
Covid 19, 2 Meninggal diBatam.
b. Lead : Jumlah Pasien Covid 19 di Kepri sebanyak 6 orang alias tidak
mengalamiperubahan.

c. Latar Informasi: Dalam artikeltersebut, sebaran positif covid 19 di Kepri


yakni 3 di Batam, 2 di Tanjung Pinang dan 1 di Karimund.

Kutipan Sumber : Keseluruhan artikel hanya mengambil pernyataan

Didi Kusmarjadi: Pasien Covid 19 nomor 03 meninngal.

d. Penutup: Kutipan Penulis bahwa Pasien Covid-19 meninggal faktor dari


keluar daerah yang menghadiri rapat dengan meneri kelautan

2) Struktur Skrip
a. What: Jumlah pasien covid 19 di Kepri sebanyak 6 orang, 2 meninggal
diBatam
b. Where: RSUD Embung Fatimah, Batam.
c. When: Senin, 30Maret 2020
d. Why: Karena Pasien Covid 19 tersebut sempat menghadiri kegitan
pertemuan menteri kelautan di Jakarta.
e. How: Di ketahui Bahwa pasien Covid 19 ini terkena pada saat pulang
dari perjalanan Pluit. Pasien saat itu pulang ke hotel pada keesokan
harinya pasien tersebut mengalamidemam dan pada saat itu pasien
mengalami sakit lagi dan di cek kerumah sakit. Hasilnya pasien
tersebut mengalami PDP.
3) Struktur Tematika.
a. Kata Ganti: Kata Gantiyang di pakai wartawan/penulis adalah kata
gantiorangketigasebagaiorangyangmenulisberita,karenaberita
inimemaparakan kejadian Covid 19 di Kepri, kasus 2 pasien di
Batammeninggal.
b. Bentuk Kalimat: Dalam TribunBatam.id teks berita terdiri dari 7
paragarf singkat yanglebih banyak memasukan data pernyataan
pasien covid 19 untuk mendukung tulisan.

c. Maksud : Dalam TribunBatam.id menulis berita tentang kasus secara


detail, dimana pemberitaan covid 19 di Kepri mendapat
perhatianmasyarakat,khalayak dan serta penulis TribunBatam id bisa
membuat berita yang aktual.
4) StrukturRetorisa.
a. Penekanan Pesan: Dalam kata” Penelusuran menjadi salah satu faktor
warga batam dalam penyebabnya Covid19b.Gambar : Gambar terletak
di atas paragraf,
b. gambar menunjukan datacovid 19 diKepri.
Artikel 2 (edisi bulan mei 2020)
Judul: Polres Karimun Gelar Simulasi Pemulasaraan Jenazah Corona Sesuai Protokol
Kesehatan.
(Sumber:WartaKepri.co.id)

1) Struktur Sintaksis
a. Headline: Polres Karimun Gelar Simulasi Pemulasaraan Jenazah
Corona Sesuai Protokol Kesehata
b. Lead: Guna memberikan pemahaman sekaligus mengedukasi kepada
masyarakat tentang bagaimana mengurus jenazah virus covid19.
c. Latar Informasi: Di saksi oleh Kaplores AKBP Yos Guntur, Polsek
Daratan dan melibatkan petugas medis dan Dinas Kesehatan
KabupatenKarimun.
d. Kutipan Sumber: Berdasarkan artikel ini, sumber yang di dapatkan
langsung dari Kapolres AKBP Yos Guntur.
e. Penutup: berita ini ditutup dengan pernyataan” Polres Karimun, AKBP
Yos Guntur menghimbau kepada masyarakat Karimun agar tidak
panik dan jangan takut. Covid 19 bukan lah suatu aib yang harus
hal malu menanggungnya, akan tetapi hal tersebut menjadi tanggung
jawab kita bersama untuk dapat mencegah dan menanganinya.
2) Struktur Skrip
a. What:Polres Karimun Gelar Simulasi Pemulasaraan Jenazah
Corona Sesuai ProtokolKesehatan.
b. Where : Mapolres Karimun
c. When : Dilaksanakan pada Rabu, 6 Mei 2020
d. Who: AKBP Yos Guntur Beserta Dinas Kesehatan Dan TNI.
e. Why: Dikarenakan Simulasi ini dilakukan dengan standar
operasional kesehatan yang ditentukan.
f. How : Dalam Simulasi tersebut bahwa AKBP Yos Guntur
Mengatakan” pada praktik pengurusan covid 19, setelah
melakukan penyemprotan, petugas melakukan pengecekan,
petugas kemudian melakukan penanganan protokol kesehatan
kerumah sakit untuk dilakukan pemulasaraan hingga kedalam
petijenazah.
3) Struktur Tematik
Paragraf Proposisi, Kalimat dan Hubungan AntarKalimat:Paragraf awal dan akhir
memfokuskan tentang cara mengurus simulasi jenazah covid 19 serta melatih
dari elemen masyarakat Karimun.

4) Struktur Retoris
a. Penekan Pesan : dalam kata “ Suatu Aib , Maksud dari kata tersebut agar
masyarakat bisa berani menangani kasus covid 19 di Kabuapten Karimun dan
mencegahnya bersama.
b. Gambar: Gambar terletak di awal paragraf, menggambarkan para petugas
medis simulasi jenazah covid - 19

Anda mungkin juga menyukai