Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

PESERTA LATSAR CPNS GOLONGAN III TAHUN 2021


AGENDA 1. SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
ANALIS ISU KONTEMPORER

TOPIC: ” COVID-19”

Disusun
oleh:

FRITTA FAULINA SIMATUPANG


NIP: 199204132019032010
ANGKATAN XXX / KELOMPOK 1 / NO. ABSEN 3
1. IDENTIFIKASI ISU-ISU DAN ANALISIS PENYEBABNYA

Pada tugas analisi isu kontemporer ini, diberikan 9 jenis isu yang harus dipilih secara
berkelompok oleh CPNS peserta diklat prajabatan. Isu-isu tersebut merupakan isu
yang banyak terjadi di sekelilingi kita baik yang disadari maupun tidak disadari. Kata
isu yang dimaksud disini sesuai dengan yang dijabarkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang berarti masalah yang dikedepankan atau harus segera diselesaikan.
Penetapan isu ini merupakan isu-isu yang berkaitan dengan tugas-tugas peserta selama
menjadi CPNS, dalam hal ini tugas pada unit kerja di Sekretariat Daerah Kabupaten
Simalungun.
Dalam hal ini, peserta mengambil tema tentang “Covid-19”. Seperti yang kita ketahui
bahwa Covid-19 sejak awal kemunculannya sangat meresahkan dan menjadi sebuah
pandemic yang merugikan banyak pihak. Penyebaran virus Covid-19 sekarang ini
semakin menghawatirkan.
Saat ini, masyarakat di seluruh dunia telah terjangkit penyakit coronavirus 2019
(COVID-19), yang merupakan pandemi kelima setelah pandemi flu 1918. Dalam
hitungan bulan, wabah COVID-19 telah mengakibatkan krisis di berbagai negara di
dunia. Sejarah Coronavirus bermula pada laporan pertama wabah COVID-19 yang
berasal dari sekelompok kasus pneumonia manusia di Kota Wuhan, China, sejak akhir
Desember 2019. Tanggal paling awal timbulnya kasus adalah 1 Desember 2019.
Gejala dari pasien meliputi demam, malaise, batuk kering, dan dispnea yang
didiagnosis sebagai gejala infeksi virus pneumonia. Awalnya, penyakit itu disebut
pneumonia Wuhan oleh pers karena gejala yang serupa pneumonia. Hasil sekuensing
genom menunjukkan bahwa agen penyebabnya adalah coronavirus baru. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) untuk sementara menamai virus baru 2019 novel
coronavirus (2019-nCoV) pada 12 Januari 2020 dan kemudian secara resmi
mengubahnya menjadi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) pada 12 Februari
2020.
Sejak akhir Desember 2019, pandemi COVID-19 telah menyebar secara global dan
mengakibatkan sedikitnya 772.296 kematian di seluruh dunia per 18 Agustus 2020,
menurut data yang terdapat pada coronavirus.jhu.edu. Karena pengobatan dan vaksin
antivirus untuk SARS-CoV-2 masih dalam pengembangan dan pengujian, maka
karantina dan social distancing digalakkan untuk mencegah penyebaran virus.
Krisis COVID-19 saat ini tentu tidak akan jadi yang terakhir tetapi hal ini membuat
manusia belajar banyak hal sekaligus memanfaatkan berbagai ilmu dan pengetahuan
yang telah kita dapatkan dari sejarah Coronavirus ini, serta pengalaman untuk
bertahan hidup dan bersiap untuk bangkit Kembali setelah wabah ini mereda. Karena
virus ini sangat mudah menular, ia menyebar dengan cepat dan terus bermultiplikasi
pada populasi manusia. (sumber: https://genecraftlabs.com/id/sejarah-coronavirus-
penyebab-wabah-covid-19/)
Berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran virus
tersebut, namun masaih ada saja masyarakat yang kurang memperhatikannya,
sehingga penyebaran virus tersebut masih muncul. Berikut bebrapa permasalahan
yang sering muncul, yaitu
Pertama ialah masih ada warga masyarakat yang tidak menerapkan protokol Kesehatan
ketika sedang bepergian keluar. Padahal 5 M (memakai masker, mencuci tangan pakai
sabun, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas) merupakan salah satu upaya
dari pencegahan penularan Covid-19. Meski begitu, banyak orang masih mengalami
ketidaknyamanan dalam menerapkan protokol Kesehatan, sehingga sering
mengabakannya ketika berada di ruang publik. (sumber:
(https://www.suara.com/health/2020/08/29/101645/5-masalah-dalam-menerapkan-
protokol-kesehatan-dan-cara-mengatasinya). Dikarena memakai masker membuat
kacamata berembun, jerawat, masker sering bergeser, sakit dibelakang telinga serta
kulit tangan kering. Kurangnya edukasi atau pemahaman warga masyarakat terkait
seberapa rentan mereka tertular COVID-19, seberapa parah penyakit ini, apa manfaat
melakukan pencegahan, dan kurangnya petunjuk untuk bertindak mnenjadi penyebab
masyarakat tidak patuh. Edukasi perlu diberikan untuk bisa mengubah persepsi
masyarakat terkait protokol Kesehatan. Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/20052-
pakar-ugm-jelaskan-penyebab-masyarakat-melanggar-protokol-kesehatan-covid-19)
Jika masyarakat memiliki persepsi yang baik terhadap kerentanan diri, bahaya
penyakit, keuntungan dari upaya pencegahan yang dilakukan dan mendapat petunjuk
bertindak serta minimalnya hambatan, maka self-efficacy dapat dibangun. Keyakinan
akan kemampuan dan kesanggupan seseorang untuk dapat menjalankan protokol
kesehatan dapat ditumbuhkan dengan cara melihat pencapaian kesehatan yang ia
lakukan pada masa lalu; melihat keberhasilan orang lain (jika orang lain bisa, maka
saya pun bisa); bersikap tegas dengan diri sendiri; dan menghilangkan sikap emosional
dan menetapkan tujuan. Kepatuhan masyarakat menjadi kuncil awal keberhasilan
penerapan protokol kesehatan.
Kedua, masalah ekonomi yang timbul sebagai efek dari munculnya penyebaraan virus
Covid-19. Pertumbuhan ekonomi yang memburuk tidak terlepas dari daya beli
mayarakat yang menurun. Penghasilan masyarakat yang menurun karena pandemic
menyebabkan Sebagian besar sector usaha mengurangi aktivitasnya atau tutup total.
Angka pengangguran pun meningkat. Badan Pusat Statistik dalam Survei Angkatan
Kerja Nasional tahun 2020 menunjukkan bahwa Covid berimbas pada sektor
ketenagaerjaan. Bahkan hampr seluruh sector usaha ditutup (sumber:
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/ekonomi-indonesia-pada-masa-
pandemi-covid-19-potret-dan-strategi-pemulihan-2020-2021)
Lembaga survei Indonesia merilis survei dengan 1.200 responden yang dipilih secara
acak. Mayoritas, 56.5%, melihat keadaan ekonomi nasional pada umumnya sekarang
buruk/sangat
buruk. Kondisi ekonomi ini dipersepsi memburuk, khususnya dalam lima bulan
terakhir. Jumlah warga yang mengalami penurunan pendapatan relatif tetap dalam
enam bulan terakhir,
demikian pula intensitas penurunannya relatif tak berubah. Mayoritas masih menjawab
bahwa
pendapatan mereka turun dan turun dengan sangat atau cukup banyak.

Isu-isu tersebut terangkum dan dapat dilihat beserta penyebabnya sesuai pada tabel 1
berikut:

Tabel 1. Identifikasi Isu dan Analisis Penyebab


No
ISU SUMBER DATA PENYEBAB

1 Masih ada warga  Media online  Kurang nyaman dalam


masyarakat yang tidak suara.com menerapkan protokol Kesehatan,
menerapkan protokol sehingga sering mengabakannya
Kesehatan ketika sedang  https://ugm.ac.id/id/ ketika berada di ruang publik.
bepergian keluar.  Kurangnya edukasi atau
pemahaman
2 Masalah ekonomi yang  Badan Pusat  Meningkatnya penggangguran
timbul sebagai efek dari Statistik  Daya beli menurun
penyebaraan virus Covid-  Riset LSI
19.  Media Online
Kompasmedia.
kompas.id.
3 Masih ada warga  Media Online  Kebijakan pemerintah dan
masyarakat yang tidak (nasional.temp turunannya berupa petunjuk
patuh pada aturan PPKM o.co) pelaksana dan anjuran lainnya
(Pemberlakuan Pembatasan  Media online belum tersosialisasi secara
Kegiatan Masyarakat) (https://rri.co.id masif.
Darurat. /purwokerto/be  Masih banyaknya mobilitas
rita/banyumas/ penduduk di akhir pekan
976551/pember  Kurang tegas terhadap
lakuan- pelanggar PPKM
ppkm-)mikro-
apa-saja-
kendalanya
 Media online
(https://republi
ka.co.id/berita/
nasional/umum
/qvcquy423/im
plementasi-
dan-
pengawasan-
ppkm-mikro-
masih-kurang)
2. PENETAPAN ISU

Setelah mengidentifikasi berbagai isu pada sub-bab sebelumnya, maka selanjutnya


perlu adanya analisis untuk menentukan isu mana yang paling krusial. Dalam
menentukan isu yang dipilih, teknik analisis yang digunakan ada dua,yaitu metode
APKL (Aktual, Problematik, Khalayakan, Layak) dan metode USG (Urgency,
Seriousness,Growth).
Awalnya isu dipilih menggunakan teknik APKL yang terdiri dari empat aspek. Pertama
adalah Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan
hingga masa sekarang, Kedua adalah Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang
dari harapan standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari
penyebab dan pemecahannya; Ketiga adalah Kekhalayakan (K), yaitu isu yang
diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup orang banyak dan bukan hanya
untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil orang; dan keempat adalah Layak
(L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai
dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi
isu yang prioritas.
Tabel 2. Matriks APKL

KRITERIA ISU
NO. ISU
A P K L
1 Masih ada warga masyarakat yang tidak
menerapkan protokol Kesehatan ketika ✓ ✓ ✓ ✓
sedang bepergian keluar.
2 Masalah ekonomi yang timbul sebagai efek
dari penyebaraan virus Covid-19. ✓ ✓ ✓ ✓
3 Masih ada warga masyarakat yang tidak
patuh pada aturan PPKM (Pemberlakuan ✓ ✓ ✓ ✓
Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat.

6
Setelah isu-isu yang ada disaring menggunakan teknik APKL, selanjutnya disaring lagi
menggunakan teknik USG. Teknik USG menilai keutamaan isu dari tiga aspek.
Pertama adalah urgency, yaitu seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis
dan ditindaklanjuti. Kedua seriousness, yaitu seberapa serius suatu isu harus dibahas,
dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Ketiga growth, seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.

Metode USG menetapkan urutan prioritas masalah menggunakan metode


teknik scoring (LAN, 2015). Berdasarkan tiga kriteria yang disediakan, isu-isu
yang telah diidentifikasi diukur menggunakan penilaian berdasarkan skala

Linkert 1 – 5, dengan rincian sebagai berikut:


1 = Sangat tidak tinggi
2 = Tidak tinggi
3 = Biasa saja
4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi

Tahap berikutnya yaitu melakukan pemilihan isu yang diangkat dengan


menggunakan metode USG, dimana isu dengan skor tertinggi adalah yang dipilih.
Analisis pemilihan isu dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah. Jika melihat hasil
analisa pada Tabel 3 maka isu yang paling krusial untuk diangkat adalah isu
nomor 2.
Tabel 3. Matriks USG

KRITERIA ISU
NO. ISU JML PREDIKAT
U S G
1 Masih ada warga masyarakat yang tidak
menerapkan protokol Kesehatan ketika 5 5 5 15 I
sedang bepergian keluar.
2 Masalah ekonomi yang timbul sebagai
efek dari penyebaraan virus Covid-19. 5 4 5 14 II
3 Masih ada warga masyarakat yang tidak
patuh pada aturan PPKM 4 4 4 12 III
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

7
Masyarakat) Darurat.

8
3. PERUMUSAN DAN PENETAPAN ISU

Berdasarkan analisis isu dengan menggunakan Metode APKL dan Metode USG
maka ada 1 (satu) yang ditetapkan sebagai isu, yaitu: “Masalah ekonomi yang timbul
sebagai efek dari penyebaraan virus Covid-19.”

4. ANALISIS DAMPAK

Apabila kegiatan tersebut tidak segera diselaikan, maka akan berdampak pada
perekonomian masyarakat.

5. PENETAPAN GAGASAN KEGIATAN


Isu : Masalah ekonomi yang timbul sebagai efek dari penyebaraan virus Covid-19.

Kegiatan :

1. Memberikan edukasi atau sosialisasi terkait penerapan protokol kesehatan dalam


kehidupan sehari-hari.
2. Lebih tegas dalam memberikan hukuman atau denda kepada pelanggar protocol
Kesehatan.
3. Tetap waspada terhadap keadaan sekitar.
4. Aparat yang berwenang secara konsisten merazia tempat-tempat yang mengumpulkan
keramaian.
5. Jika memungkinkan, menahan diri untuk berada dirumah.
6. Memasang banner atau poster di ruang terbuka publik terkait penerapan protokol
kesehatan serta dampak yang akan terjadi jika dilanggar/diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai