Anda di halaman 1dari 10

JKA.

2022;9(1):73-81 ARTIKEL PENELITIAN

ANALISIS BIAS KOGNITIF MASYARAKAT TERHADAP INFORMASI HOAX


TENTANG COVID-19
Kartika Tarwati1, Irawan Danismaya2, Erna Safariyah3
1,2,3)
Fakultas Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Sukabumi
kartikatarwati@ummi.ac.id

ABSTRAK
Informasi yang diterima oleh masyarakat selama masa pandemi COVID-19 tidak selalu
benar. Salah satu bentuk yang muncul pada saat menerima berita hoax adalah bias
kognitif. Bias kognitif dipengaruhi oleh memori seseorang. Sehingga keputusan atau
respon yang diberikan banyak bergantung pada pengetahuan, emosi, dan pengalaman.
Terdapat lima jenis bias kognitif yang dibahas pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis jenis bias kognitif yang muncul pada masyarakat saat
menerima informasi hoax mengenai COVID-19. Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah deskripsi analisis. Tempat yang dipilih untuk dilakukannya penelitian ini adalah
Kecamatan Lembursitu di Kota Sukabumi. Pada saat penelitian ini dilakukan, Kota
Sukabumi sedang berada pada PPKM Level 4. Terdapat 396 responden yang telah dipilih
menggunakan purposive sampling untuk menjawab 20 pertanyaan yang telah diberikan
dalam bentuk google form. Hasil yang diperoleh adalah ada lima bias kognitif yang
muncul. kelima jenis bias kognitif tersebut adalah neglecting probability, social proof,
Dunning-Kruger bias,confirmation bias dan bandwagon effect. Kelimanya muncul pada
responden dengan rentang usia 10-59 tahun. Sementara itu, hanya neglecting probability
dan bandwagon effect yang muncul pada masyarakat dengan rentang usia 60-69. Kondisi
tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat literasi dari masyarakat Lembursitu yang masih
perlu ditingkatkan lagi dan juga penggunaan dari sosial media yang aktif. Oleh karena
itu, Pemerintah Kota Sukabumi dengan terus memberikan informasi terbaru dan akurat
melalui sumber informasi yang mudah diakses masyarakat dan penguatan dibidang
literasi bagi masyarakat.
Kata kunci: bias kognitif, COVID-19, hoaks
COGNITIVE BIAS ANALYSIS OF HOAX INFORMATION ABOUT COVID-19
Abstract
The information received by the public during the COVID-19 pandemic is not always
correct. Cognitive bias appears when someone responds hoax. A person’s memory
influences cognitive bias. So, the decision or response depends significantly on knowledge,
emotions, and experiences. There are five types of cognitive bias discussed in this study.
This research aims to analyze the types of cognitive bias that arise when people receive
hoaxes about COVID-19. The method used in this research is descriptive analysis. The
place chosen for this research was Lembursitu. When this research was conducted,
Sukabumi was at PPKM Level 4. 396 respondents had been selected using purposive
sampling to answer 20 questions in the google form. The results obtained are that five
cognitive biases appear. The five types of cognitive bias are neglecting probability, social
proof, Dunning-Kruger bias, confirmation bias, and the bandwagon effect. The five of them
appeared among respondents in the age range of 10-59 years. Meanwhile, only neglecting
probability and bandwagon effect appeared in people aged 60-69. This condition can be
influenced by the literacy level of the society, which still needs to be improved, and the
use of social media. Therefore, the government of Sukabumi needs to provide the latest

73
74 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

and most accurate information through sources that are easily accessible to the public
and strengthen the community’s literacy.

Keywords: cognitive bias, COVID-19, hoax

PENDAHULUAN jiwa masyarakat Indonesia adalah pengguna


aktif internet dan media sosial dan rata-rata
Tahun 2020 dibuka dengan munculnya
penggunaan internetnya adalah sembilan jam
Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19)
(Stephanie, 2021). Informasi yang didapat selama
yang menyebar dari Cina hingga ke seluruh
penggunaan internet dan media sosial semakin
penjuru dunia. Tingginya tingkat penyebaran
mempengaruhi kondisi psikologis masyarakat.
dan keparahan yang menghawatirkan
Selama masa pandemi COVID-19,
membuat World Health Organization (WHO)
diperoleh data bahwa 1.056 reponden di Jawa
menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global
Barat memilih media sosial Instagram sebagai
(Widyaningrum, 2020). Indonesia merupakan
media sosial yang paling banyak digunakan.
salah satu negara yang memiliki kasus kematian
Pada posisi kedua ditempati oleh Youtube dan
tertinggi akibat COVID-19 di kawasan Asia
WhatsApp pada tempat ketiga (Yulianti et al.,
Tenggara sebesar 8,9% (Fatmawati et al., 2021).
2020). Sayangnya, tidak semua informasi yang
Kondisi pandemi ini telah mengubah
didapat oleh masyarakat dari platform media
seluruh pola tatanan hidup masyarakat.
sosial tersebut adalah fakta. Banyak diantaranya
Masyarakat harus mengalami beberapa bentuk
berupa hoax.
pembatasan kegiatan sehingga kebanyakan
Hoax atau berita bohong merupakan
masyarakat harus tinggal dan melaksanakan
informasi atau berita yang berisi hal-hal yang
kegiatannya dari rumah saja. Semua kegiatan
belum pasti atau yang benar-benar bukan
yang tidak berada pada sektor esensial seperti
merupakan fakta yang terjadi (Judhita, 2018).
sekolah, perkantoran, harus melaksanakan
Selama masa pandemi, berbagai informasi palsu
kegiatannya secara daring. Begitu pula dengan
terkait COVID-19 telah menyebar luas. Untuk
pusat perbelanjaan dan rumah makan hanya
menghentikannya penyebaran informasi palsu
dapat menerima pesanan antar atau pemesanan
tersebut, pemerintah melalui Kepres No 7 Tahun
untuk dibawa (take away). Tentu saja hal ini tidak
2020 membentuk Gugus Tugas Percepatan
hanya mempengaruhi dari segi perekonomian,
Penanganan COVID-19. Tugas tim ini adalah
tetapi juga kondisi psikologis masyarakat.
untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan
Brooks et al., (2020) mengungkapkan
dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons
bahwa ada beberapa dampak psikologi ketika
terhadap COVID-19 (Gugus Tugas Percepatan
pandemi terjadi yang dirasakan oleh masyarakat
Penanganan Corona Virus Disease 2019
seperti gangguan stress pasca trauma (Post
(COVID-19), 2020)
Traumatic Stress Disorder), kegelisahan,
Tanggapan dari masyarakat mengenai
kebingungan, ketakutan akan afaksi, frustasi,
berita hoax memunculkan sikap untuk
insomania, dan merasa diri tidak berdaya.
melakukan tindakan yang tidak semestinya
Kondisi seperti ini menjadi semakin parah karena
atau “error” yang dikenal dengan bias kognitif.
kebiasaan orang Indonesia dalam menggunakan
Bias kognitif adalah bias sistematis dalam
internet dan media sosial. Berdasarkan hasil
pengambilan keputusan yang muncul dari cara
survei dari We are Social dan Hootsuite
orang memproses informasi (Permana, 2021).
diperoleh data bahwa 170 juta dari 274,9 juta

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022


Analisis Bias Kognitif Masyarakat Terhadap Informasi Hoax tentang COVID-19 75

Beberapa bias ini terkait dengan memori. Cara masakan di rumah makan itu pasti enak padahal
seseorang mengingat suatu peristiwa dapat belum tentu.
menjadi bias karena sejumlah alasan tertentu, dan Selanjutnya adalah Dunning-Kruger bias.
pada gilirannya dapat menyebabkan pemikiran Jenis bias kognitif ini muncul pada seseorang
dan pengambilan keputusan yang bias (Buana, yang merasa bahwa dirinya adalah paling benar
2020). Hasil dari keputusan bias tersebut dapat dibandingkan orang lain. Seperti dijelaskan
berupa tindakan yang tidak masuk akal. Salah oleh psikolog sosial David Dunning dan Justin
satu contoh yang terjadi yaitu kasus mengenai Kruger, bias kognitif ini dihasilkan dari ilusi
panic buying pada produk “Susu Beruang” internal pada orang-orang berkemampuan rendah
karena dianggap dapat meningkatkan imun dan dan dari kesalahan persepsi eksternal pada
mencegah COVID-19. orang berkemampuan tinggi; yaitu, kesalahan
Penyebab bias kognitif yang muncul perhitungan orang yang tidak kompeten berasal
pada saat pandemi ini terdiri atas tekanan dan dari kesalahan tentang diri, sedangkan kesalahan
pertentangan (time pressure and ambivalence perhitungan orang yang sangat kompeten berasal
conflict) (Chan, 2020). Sempitnya waktu dari kesalahan tentang orang lain (Buana, 2020).
dan banyaknya pertentangan dari sisi emosi Sebagai contoh, di dalam sebuah whatsapp
menyebabkan seseorang dapat mengambil group ada seorang anggota yang senang berbagi
keputusan secara bias. selain itu juga, Pandey informasi mengenai COVID-19 tanpa memeriksa
(2021) menyebutkan bahwa bias kognitif terlebih dahulu kebenarannya.
juga dapat terjadi berdasarkan pengalaman Bias kognitif yang keempat adalah
dari memori yang ada, mengikuti mayoritas, confirmation bias. Confirmation bias
kecenderungan melihat pola tanpa mencari data, terjadi ketika terdapat kecenderungan untuk
dan tergoda hasil instan. Dari beberapa penyebab menyukai, mencari, dan mengingat informasi
di atas, peneliti memilih neglecting probability, yang mengkonfirmasi kepercayaan yang kita
social proof, Dunning-Kruger bias, confirmation miliki (Nastiti et al., 2020). Bias konfirmasi
bias, dan bandwagon effect. berusaha membuat orang mengabaikan dan
Ketidakmampuan manusia untuk menyembunyikan fakta-fakta atau argumentasi
memahami dengan tepat akan bahaya dan resiko yang berlawanan dengan keyakinannya (Naja
dikenal dengan istilah neglecting probability. & Kholifah, 2020). Sebagai buktinya, orang
Kondisi seperti ini biasanya terjadi pada saat lebih merasa nyaman bersama kelompok yang
orang lebih takut menggunakan moda transportasi mempunyai pandangan atau selera yang sama.
pesawat dibandingkan dengan transportasi mobil. Bias yang kelima dalam penelitian ini
Padahal jika dibandingkan, pesawat lebih aman yaitu bandwagon effect. Bandwagon effect adalah
dibandingkan moda transpotasi lainnya. kecenderungan individu untuk memperoleh gaya,
Jenis bias kognitif yang kedua adalah perilaku, atau sikap tertentu karena semua orang
social proof. Social proof adalah kecenderungan melakukannya daripada mengikuti pendapatnya
seseorang untuk mengikuti perilaku mayoritas sendiri (Lechanoine & Gangi, 2020). Salah
(Pandey, 2021). Sudah sifat manusia yang satu fenomena yang terjadi pada saat ini adalah
tidak ingin terlihat berbeda dengan yang lain. maraknya lagu-lagu beraliran Korean pop atau
Contohnya seperti pada saat melewati sebuah K-pop. Saat ini banyak orang lebih familiar
rumah makan dengan halaman parkir yang penuh dengan lagu-lagu beraliran K-pop dibandingkan
dengan kendaraan maka kita asumsikan bahwa beberapa tahun sebelumnya karena saat ini lagu-

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022


76 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

lagu tersebut banyak diputar di berbagai tempat. mereka terima.


Penelitian mengenai bias kognitif pada
METODOLOGI
masa pandemi COVID-19 sebelumnya telah
dilakukan oleh Nastiti et al. (2020) mengenai Metode yang digunakan dalam
persepsi masyarakat mengenai pencegahan mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
COVID-19 dan bias kognitif yang menyertainya. metode deskriptif analisis. Kecamatan Lembursitu
Hasil dari penelitian tersebut adalah Akibat dari memiliki wilayah yang luas sebesar 899, 763
bias kognitif tersebut menghasilkan persepsi H2 dan memiliki lima kelurahan. Jumlah warga
risiko yang keliru seperti beberapa responden yang tinggal sebanyak 38.759 jiwa (Lembursitu,
yang merasa aman untuk pergi ke tempat umum n.d.). Pemilihan partisipan menggunakan teknik
dan tidak bersedia untuk divaksin. Penelitian purposive sampling. Hal ini dilakukan karena
lainnya yang membahas bias kognitif dipaparkan sesuai dengan Sugiyono (2016) bahwa teknik
oleh Buana (2020). Hasilnya adalah perilaku yang purposive sampling merupakan teknik penentuan
ditampilkan oleh orang yang tidak mematuhi sampel dengan pertimbangan tertentu.
himbauan pemerintah mengenai pencegahan
COVID-19 didasari oleh bias kognitif. Pada penelitian ini, pengambilan data akan
Kecamatan Lembursitu merupakan salah dilakukan di lima desa di Kecamatan Lembursitu
satu dari tujuh kecamatan di Kota Sukabumi. yaitu Desa Lembursitu, Desa Situmekar,
Kecamatan ini terletak paling jauh dari pusat Desa Cikundul, Desa Cipanengah, dan Desa
kota yaitu sekitar 7 km. Jarak yang cukup jauh Sindangsari. Kriteria warga yang dijadikan
ini dapat menjadi indikasi bahwa informasi sebagai responden penelitian adalah berusia 10-
dari pusat kota akan lebih lambat atau akan 69 tahun dan memiliki smartphone sebanyak 396
sampai tidak secara utuh kepada masyarakat di orang. Kuesionaer yang harus diisi berbentuk
Kecamatan Lembursitu. Pada bulan Juli 2021, format google form yang dibagikan melalui
Kota Sukabumi termasuk dalam wilayah PPKM Whatsapp group.
Level 4 (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Terdapat dua puluh pernyataan tertutup
Masyarakat Level 4 Corona Virus Disease 2019
yang harus dijawab oleh masyarakat.
Di Wilayah Jawa Dan Bali, 2021).
Jawabannya hanya berupa Setuju dan Tidak
Selain dari kondisi dari kondisi gografis
Setuju. Pertanyaan-pertanyaan penelitian
Kecamatan Lembursitu yang jauh dari ousat
tersebut disusun berdasarkan pengembangan
kota, masyarakat di daerah tersebut mudah sekali
dari teori dan jenis bias kognitif. Agar pertanyaan
terpengaruh dengan berita yang beredar tanpa
yang disampaikan memperoleh hasil yang valid
diketahui kebenarannya seperti terjadinya panic
dan reliabel maka terlebih dahulu dilakukan uji
buying terhadap salah satu produk susu murni,
validitas.
terjadinya pengucilan terhadap suatu keluarga
yang diduga menderita COVID-19, dan juga Setelah dianalisis, kedua puluh pertanyaan
rendahnya minat masyarakat untuk melaksankan tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima jenis
vaksin. Berdasarkan kondisi tersebut, tujuan dari bias kognitif yaitu neglecting probability, social
penelitian ini adalah menganalisis bias kognitif proof, Dunning-Kruger bias, confirmation bias,
yang muncul pada masyarakat di Kecamatan dan bandwagon effect, seperti yang tersaji pada
Lembursitu terhadap informasi hoax yang tabel berikut ini

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022


Analisis Bias Kognitif Masyarakat Terhadap Informasi Hoax tentang COVID-19 77

Tabel 1. Jenis Bias Kognitif Berdasarkan 3. Saya percaya tentang satu berita karena
Pertanyaan banyak orang juga menyebarkan informasi
itu (no 18)
Neglecting Probability Bandwagon Effect
Penyakit Covid sama seperti penyakit Flu. (no 1. Memborong barang perlu dilakukan di saat
1) seperti ini, orang lain juga melakukannya.
Social Proof (no 7)
1. Masih banyak yang bisa sembuh, berarti 2. Saya harus melakukan seperti mereka,
virus Covid tidak perlu ditakuti. (no 2) karena saya tidak mau disebut ketinggalan
2. Mereka yang tetap keluar rumah masih atau beda sendiri. (no 11)
sehat dan hidup, saya juga akan keluar 3. Banyak artis dan orang terkenal di TV tidak
rumah. (no 3) pakai masker, saya juga meniru mereka.
3. Supir ojek online yang bertemu banyak (no 12)
orang saja masih sehat, berarti virusnya
memang tidak ada. (no 6) HASIL
4. Piknik itu penting supaya bahagia agar
terhindar dari penyakit. (no 8) Pada penelitian ini, angket telah
5. Olahraga harus dilakukan bersama supaya disebarkan melalui google form kepada 396
lebih bersemangat agar imunnya kuat. (no responden dari lima kelurahan yang ada di
9)
Kecamatan Lembursitu. Data responden dapat
6. Saya tidak perlu divaksin karena yang
divaksin saja masih bisa terkena Covid. terlihat pada tabel berikut ini.
(no 10)
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Dunning-Kruger Bias
1. Saya bahagia sehingga imun saya kuat dan Rentang Usia Jumlah
tidak akan tertular. (no 4) 10-19 122
2. Mereka adalah keluarga dan teman saya,
sehingga saya akan tetap berkunjung meski 20-29 66
sedang ada larangan berkumpul. (no 5)
3. Cuci tangan itu merepotkan, karena harus 30-39 98
sering dan pakai sabun. (no 13)
40-49 62
4. Saya tidak mau repot menemukan dari
mana sumber informasi itu berasal. (no 16) 50-59 42
5. Saya tidak peduli pendapat orang lain
karena saya yakin kebenarannya. (no 17) 60-69 6
6. Biasanya saya akan mengabaikan Total 396
informasi yang berbeda dengan pendapat
saya. (no 19) Dari data di atas, terlihat bahwa usia 10-
7. Dengan sekali membacanya, saya bisa tahu 19 tahun mendominasi responden di Kecamatan
itu berita bohong atau benar. (no 20)
Lembursitu. Jika dikaitkan dengan syarat yang
Confirmation Bias
harus dimiliki oleh responden terlihat bahwa
1. Saya selalu meneruskan informasi yang
usia 10-19 merupakan usia yang paling banyak
menurut saya benar kepada grup medsos
yang saya ikuti (no 14) menggunakan smartphone.
2. Saya yakin informasi itu benar karena saya Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh
memperolehnya dari seseorang yang saya hasil dari setiap jenis bias kognitif adalah sebagai
kenal (no 15) berikut.

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022


78 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

Tabel 3. Neglecting Probability Tabel 5. Dunning-Kruger Bias

Tidak Tidak
Rentang Usia Setuju Rentang Usia Setuju
Setuju Setuju
10thn-19thn 48 74 10thn-19thn 599 255
20thn-29thn 36 30 20thn-29thn 240 222
30thn-39thn 45 53 30thn-39thn 425 261
40thn-49thn 16 46 40thn-49thn 242 192
50thn-59thn 36 6 50thn-59thn 190 104
60thn-69thn 4 2 60thn-69thn 10 32

Berdasarkan data pada tabel 3 diperoleh Pada Confirmation bias dan Bandwagon
hasil bahwa responden dengan rentang usia 20- Effect bias, responden menjawab masing-masing
29, 50-59, dan 60-69 tahun paling banyak yang tiga pertanyaan untuk setiap jenisnya. Hasilnya
setuju bahwa COVID-19 sama dengan penyakit dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
flu. Dapat diartikan bahwa kelompok rentang
usia tersebut paling banyak yang mengalami Tabel 6. Confirmation bias
neglecting probability. Tidak
Bias kognitif kedua yang dihitung yaitu Rentang Usia Setuju
Setuju
social proof. Berdasarkan enam pertanyaan yang 10thn-19thn 204 162
diberikan, diperoleh hasil perhitungan sebagai 20thn-29thn 124 74
berikut. 30thn-39thn 180 114
40thn-49thn 128 58
Tabel 4. Social Proof
50thn-59thn 72 54
Tidak 60thn-69thn 8 10
Rentang Usia Setuju
Setuju
10thn-19thn 446 42 Confirmation bias terjadi hanya pada rentang
20thn-29thn 202 194 usia 10-59 tahun, sedangkan pada rentang usia
30thn-39thn 305 283 60-69 tahun tidak mengalaminya. Sementara
40thn-49thn 212 160 itu, Bandwagon Effect bias terjadi pada seluruh
50thn-59thn 152 100 rentang usia. Hasilnya terlihat pada tabel 7.
60thn-69thn 10 26 Tabel 7. Bandwagon Effect bias
Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa Tidak
social proof bias terjadi pada rentang usia 10-59 Rentang Usia Setuju
Setuju
tahun. 10thn-19thn 333 33
Bias kognitif selanjutnya adalah Dunning- 20thn-29thn 170 28
Kruger Bias. untuk mendapatkan hasilnya 30thn-39thn 248 46
responden harus menjawab tujuh pertanyaan. 40thn-49thn 156 30
Hasilnya bahwa hanya pada rentang usia 60-69 50thn-59thn 94 32
tahun saja Dunning-Kruger Bias tidak terjadi. 60thn-69thn 10 8
Hasilnya disajikan pada tabel di bawah ini.
Dari hasil uraian di atas, terlihat bahwa
masyarakat dengan rentang usia 20-29 tahun

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022


Analisis Bias Kognitif Masyarakat Terhadap Informasi Hoax tentang COVID-19 79

dan 50-59 tahun cenderung mengalami kelima pembenaran dari tindakan yang dilakukannya
bias kognitif tersebut. Sementara itu, usia 10-19 walaupun salah. Hal ini dapat disebabkan karena
dan 30-39 tahun mengalami social proof bias, otak manusia tidak dapat menerima kondisi yang
dunning-kruger bias, bandwagon effect, dan tidak biasa (Pandey, 2021).
confirmation bias. Sedangkan masyarakat dengan Kemampuan literasi seseorang juga
rentang usia 60-69 tahun hanya mengalami dapat mempengaruhi bias kognitif yang muncul.
negative probability dan bandwagon effect. Berdasarkan (Putri et al., 2019) motivasi
tertinggi menggunakan sosial media adalah
PEMBAHASAN
untuk memperbaharui informasi. Terlihat bahwa
Bias kognitif yang muncul di lingkungan masyarakat saat ini sangat mengandalkan
masyarakat Kecamatan Lembursitu terhadap informasi yang beredar di dunia maya. Padahal,
informasi hoax COVID-19 dapat dipengaruhi informasi yang ada belum tentu benar.
dari lingkungan dan kebiasaan masyarakat Cepatnya informasi yang beredar di
sekitarnya. Kecenderungan masyarakat dunia maya juga menyebabkan masyarakat
menyepelekan kondisi COVID-19 karena merasa takut tertinggal dengan informasi yang
mereka berpikir bahwa COVID-19 tidak ada atau yang dikenal dengan fear of missing
berbeda dengan flu sehingga mereka tidak takut out (FOMO). Oleh karena itu, informasi pertama
dibandingkan dengan ketakutan akan kelaparan yang diperoleh langsung dianggap sebagai
akibat kekurangan makanan. Kangsaputra sumber terpercaya dan tidak perlu repot-repot
(2020) menyebutkan bahwa di Amerika Serikat mencari kebenarannya. Menurut Tresnawati
terdapat perbedaan 0,1% antara kematian (2017) orang dengan usia di bawah 30 tahun
karena COVID-19 dengan penyakit flu sehingga kemungkinan mengalami fear of missing out
masyarakat perlu mewaspadainya. pada media sosial.
Kebiasaan masyarakat yang tidak ingin
SIMPULAN DAN SARAN
berbeda dari orang lain juga menjadikan pribadi
yang selalu ikut-ikutan dengan trend yang terjadi. Kondisi pandemi COVID-19 membuat
Seperti panic buying membeli hand sanitizer, masyarakat harus membatasi kegiatannya di
masker, dan Susu Beruang yang terjadi selama rumah. Sayangnya, pembatasan kegiatan ini
pandemi ini karena orang-orang merasa perlu tidak disertai dengan pembatasan informasi
untuk memborong barang karena melihat orang yang masuk, shingga, masyarakat sering kali
lain juga memborong barang. Sesuai dengan memperoleh berita hoax terutama mengenai
Lechanoine & Gangi (2020) yang menyebutkan info COVID-19. Hasil penelitian terhadap sikap
bahwa manusia cenderung mengikuti tindakan masyarakat Kecamatan Lembursitu menunjukkan
yang dilakukan masyarakat sekitarnya. bahwa bias kognitif berupa neglecting
Selain faktor eksternal yang berasal dari probability, social proof, DunningKruger bias,
masyarakat, munculnya bias kognitif ini juga confirmation bias, dan bandwagon effect dialami
terjadi dari faktor internal manusia itu sendiri. oleh masyarakat dengan rentang usia 20-29 dan
Perubahan kondisi kehidupan selama pandemi 50-59. Hal ini dapat dipengaruhi dari tingginya
yang terjadi hampir 180 derajat dibandingkan penggunaan media social di usia tersebut dan juga
dengan kehidupan sebelum pandemi tentu saja kebiasaan untuk mudah percaya dan mengikuti
menyebabkan banyak orang merasa tidak dapat mayoritas.
menerima keadaan tersebut dan akhirnya mencari Oleh karena itu, ada beberapa hal

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022


80 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

yang perlu menjadi masukan bagi pemangku Disease 2019 Di Wilayah Jawa dan Bali,
kepentingan di masyarakat adalah pentingnya 22 (2021) (testimony of Menteri Dalam
literasi mengenai COVID-19 bagi dalam bentuk Negeri Republik Indonesia).
digital ataupun non digital. Perlunya promosi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona
lebih giat kepada masyarakat untuk terlebih Virus Disease 2019 (Covid-19), 7
dahulu memeriksa kebenaran informasi melalui (2020) (testimony of Presiden Republik
web-web terpercaya seperti covi-19.go.id. Selain Indonesia).
itu, membangun kebiasaan hidup sehat tidak Judhita, C. (2018). Interaksi Komunikasi Hoax di
hanya dalam bentuk himbauan saja akan tetapi Media Sosial serta Antisipasinya. Jurnal
juga disediakan fasilitas yang memadai. Pekommas, 3(1), 31–44.
Kangsaputra, L. S. (2020). Perbandingan
DAFTAR PUSTAKA
Tingkat Kematian COVID-19 dan Flu
Brooks, S. K., Webster, R. K., Smith, L. E., Biasa. Okehealth. https://health.okezone.
Woodland, L., Wessely, S., Greenberg, com/read/2020/03/09/481/2180653/
N., & Rubin, G. J. (2020). The perbandingan-tingkat-kematian-covid-
Psychological Impact Of Quarantine And 19-dan-flu-biasa
How To Reduce It: Rapid Review Of The Lechanoine, F., & Gangi, K. (2020). COVID-19:
Evidence. Lancet, 395(10227), 912–920. Pandemic of Cognitive Biases Impacting
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/ Human Behaviors and Decision-Making
S0140- 6736(20)30460-8 of Public Health Policies. Frontiers:
Buana, D. R. (2020). Analisis Perilaku Masyarakat Public Health, 8(613290). https://doi.
Indonesia dalam Menghadapi Pandemi org/10.3389/fpubh.2020.613290
Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Lembursitu, P. K. S. K. (n.d.). Profil Kecamatan
Menjaga Kesejahteraan Jiwa. SALAM; Lembursitu. https://lembursitu.
Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 7(3), sukabumikota.go.id/p/profil-kecamatan.
217–226. https://doi.org/10.15408/sjsbs. html
v7i3.15082 Naja, F., & Kholifah, N. (2020). Bias Konfirmasi
Chan, D. (2020, July 4). How to make critical terhadap Perilaku Berbohong. Jurnal
decisions amid Covid-19 pressures. Psikologi, 7(1), 21–40.
The Straits Times, A28. https://www. Nastiti, A., Kusumah, S. W. D., Wangsaatmaja,
straitstimes.com/opinion/how-to-make- A., Roosmini, D., Sundana, E., &
critical-decisions-amid-covid-19- Sutadian, A. (2020). Persepsi Risiko
pressures dan Bias Kognitif Dalam Pencegahan
Fatmawati, B. R., Suprayitna, M., Prihatin, K., Penularan Covid-19 di Jawa Barat,
Arifin, Z., & Albayani, M. I. (2021). Indonesia. Creative Research Journal,
Health Literacy dan Perilaku CERDIK 6(02), 107–116. https://doi.org/10.34147/
Penderita Hipertensi di Masa Pandemi crj.v6i2.282
Covid-19. Jurnal Keperawatan ’Aisyiyah, Pandey, F. (2021). Pengertian dan Jenis-Jenis
8(1), 59–67. https://doi.org/10.33867/jka. Bias Kognitif Sering Terjadi Pada Otak
v8i1.242 Manusia. https://fhandypandey.com/
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan pengertian-dan-jenis-jenis-bias-kognitif-
Masyarakat Level 4 Corona Virus sering-terjadi-pada-otak-manusia-1519/

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022


Analisis Bias Kognitif Masyarakat Terhadap Informasi Hoax tentang COVID-19 81

Permana, B. . (2021). Efek Bias Kognitif dalam Kualitatif, dan R & D. Alfabeta.
Pengambilan Keputusan dan Cara Tresnawati, F. R. (2017). Hubungan Antara the
Mencegahnya. https://www.sehatq.com/ Big Five Personality Traits Dengan Fear
artikel/bias-kognitif of Missing Out About Social Media Pada
Putri, L. S., Purnama, D. H., & Idi, A. (2019). Mahasiswa. Intuisi : Jurnal Psikologi
Gaya hidup mahasiswa pengidap Fear of Ilmiah, 8(3), 179–185.
missing out di kota palembang. Jurnal Widyaningrum, G. L. (2020). WHO Tetapkan
Masyarakat & Budaya, 21(2), 129– COVID-19 Sebagai Pandemi Global, Apa
148. https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/ Maksudnya? Nationalgeographic.Grid.
view/867 Id. https://nationalgeographic.grid.id/
Stephanie, C. (2021). Berapa Lama Orang read/132059249/who-tetapkan-covid-19-
Indonesia Akses Internet dan Medsos sebagai-pandemi-global-apa-maksudnya
Setiap Hari? Kompas.Com. https://tekno. Yulianti, Y., Putri, D. W., Hamdan, S. R., & Sari, Y.
kompas.com/read/2021/02/23/11320087/ (2020). Perilaku Bermedia Saat Pandemi
berapa-lama-orang-indonesia-akses- Covid-19: Studi Pada Masyarakat
internet-dan-medsos-setiap-hari-? Muslim Jawa Barat. Diakom : Jurnal
Sugiyono, S. (2016). Metode Penelitian Media Dan Komunikasi., 3(2), 117–126.
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, https://doi.org/https://doi.org/10.17933/
diakom.v3i2.116.

JKA | Volume 9 | Nomor 1 | Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai