PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA 2021 A. Pendahuluan Sejak akhir Desember 2019 yang lalu, Dunia dikejutkan dengan menyebarnya Covid-19. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus Covid-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020) Virus ini telah menjadi fokus perhatian layanan publik seluruh dunia. Jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi yang dilaporkan secara global saat ini lebih dari 241 juta dan jumlah kumulatif kematian lebih dari 4,9 juta. Di Indonesia tingkat kematian Covid-19 mencapai 3,4%, dengan jumlah kasus lebih dari 4,2 juta (WHO,2021). Presiden Republik Indonesia, telah menetapkan bahwa virus Corona (Covid-19) adalah bencana non alam yang ditetapkan sebagai bencana nasional (Keputusan Presiden RI, 2020). Covid-19 ditularkan secara langsung maupun tidak langsung melalui hidung, mulut dan mata melalui tetesan (droplets) yang dihasilkan dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. Tetesan (droplets) dapat mencemari benda-benda seperti alat rumah tangga, kantor, gagang pintu, air, alat pribadi maupun fasilitas umum lainnya dan menjadi sumber penularan (Mohamad Amin, Akhmad Muwafik Saleh, 2020) . Pada penelitian terbaru, kembali dinyatakan bahwa penyebaran virus Covid-19 juga dapat melalui udara atau airbone (WHO, 2020). Untuk itu pemerintah telah meghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan Covid-19 melalui protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Untuk mencegah penyebaran wabah yang semakin meluas, tentunya bukan hanya pemerintah saja yang bergerak. Masyarakat juga harus memiliki kesadaran untuk bergerak melawan pandemi dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Untuk itulah pemerintah memberikan edukasi dan pencegahan Covid-19 melalui media sosial kepada masyarakat melalui berbagai media, salah satunya adalah media sosial. Media sosial sebagai dampak dari perkembangan teknologi internet memiliki andil yang cukup besar dalam membantu pemerintah untuk melakukan edukasi dan pencegahan COVID-19 kepada masyarakat. Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite pada Februari 2021, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 170 juta (61,8% dari jumlah populasi. Jenis media sosial yang paling banyak digunakan adalah Youtube, WhatsApp, Facebook, Instagram dan Twitter (Kemp, 2021). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh BPS bahwa media sosial (83,6%), televisi (78,5%), dan whatsapp (76,0%) merupakan media terpopuler untuk responden survei memperoleh informasi mengenai protokol kesehatan dan pentingnya mencegah penyebaran Covid-19 (BPS, 2020). Media sosial merupakan salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat. Melalui media sosial dan online, seseorang akan dengan mudahnya mendapatkan, membagikan data atau informasi dari satu media sosial ke media sosial yang lainnya sehingga menjadi viral dan trend Intervensi media memiliki potensi untuk membantu individu baik pasien suspect Covid-19 dan masyarakat umum dalam memodifikasi perilaku untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan perilaku (Sampurno,dkk, 2020). Pemanfaatan media sosial instagram sebagai upaya untuk edukasi dan pencegahan Covid- 19 dilakukan oleh beberapa lembaga dan organiasi, salah satunya adalah IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan bahwa akan membentuk satuan tugas (Satgas) pencegahan Covid-19. Satgas ini dibentuk untuk berkoordinasi dengan pihak terkait (Sucipto, 2020). Satgas (Satuan Gugus Depan) bertugas menjelaskan tentang Covid-19 pada masyarakat, melakukan upaya edukasi berupa menjaga pola hidup yang sehat dan bersih serta mengajarkan menggunakan masker. Instagram adalah aplikasi untuk mengambil gambar dan video berdurasi singkat yang dapat ditambah dengan filter digital dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial lainnya. Instagram juga dipilih karena merupakan media yang relatif mudah digunakan baik bagi penyelenggara maupun peserta. Selain itu, berdasarkan laporan dari NapoleonCat, jumlah pengguna aktif bulanan Instagram di Indonesia dilaporkan telah mencapai 61.610.000 atau sekitar 22,6 total penduduk Indonesia. Pengguna instagram berusia 18-24 tahun menjadi kelompok usia pengguna paling besar di Indonesia, dengan total persentase 37,3 persen atau sekitar 23 juta pengguna (KOMINFO RI, 2019). Dengan banyaknya penggguna media sosial Instagram di Indonesia dan beragam fitur yang ditawarkan oleh instagram, diharapkan akan dapat mengedukasi masyarakat terkait Covid-19 dan dapat menjangkau lebih banyak orang dari kalangan masyarakan yang beragam. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal Pemanfaatan Instagram Live sebagai Sarana Edukasi Kesehatan Masyarakat di masa Pandemi Covid-19, sebanyak 37 orang (50,7%) menyatakan bahwa tingkat keefektifan intervensi dan edukasi dalam kegiatan tersebut menurut responden terbilang cukup efektif (Herbawani dkk., 2021). Penggunaan media sosial dapat menjadi salah satu strategi yang dapat digunakan oleh promotor kesehatan demi tercapainya tujuan kesehatan masyarakat. Selain memiliki jangkauan yang luas, media sosial juga berbiaya rendah apabila dibandingkan dengan media konvensional (Yulia, 2018). Salah satu akun yang sering memberikan edukasi kesehatan terkait Covid-19 adalah @satgascovididijatim. Respons yang ditunjukkan masyarakat terhadap akun instagram @satgascovididijatim dalam upaya edukasi dan pencegahan Covid-19 terdiri atas tiga respons yaitu, respons kognitif, afektif dan tingkah laku. Dari ketiga respons tersebut dapat diketahui bahwa akun instagram @satgascovididijatim cukup efektif menjadi media penyebaran informasi edukasi dan pencegahan Covid-19 melalui media sosial Instagram kepada masyarakat (Huda, Trisna and Rosyidah, 2020). Kendala utama yang dialami baik oleh narasumber maupun peserta dalam melakukan edukasi kesehatan melalui media sosial Instagram adalah berupa kendala jaringan yang tidak selalu stabil. Selain itu, keterbatasan saat pelaksanaan edukasi kesehatan melalui Instagram live, sasaran peserta tidak dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat, karena sebagian besar pengguna instagram adalah kalangan usia muda (Herbawani et al., 2021). Hal ini sesuai dengan penelitian (Prihatiningsih, 2017) yang memperlihatkan bahwa informan penelitian yakni remaja, memiliki kebutuhan dalam menggunakan instagram baik dari kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan integrasi personal, kebutuhan integrasi sosial, dan kebutuhan berkhayal atau hiburan. Instagram ternyata dapat menambah pengetuan remaja mengenai dunia. Dengan menggunakan instagram, kebutuhan kognitif penggunanya sedikit banyak terpenuhi. Keingintahuan pengguna atas beragam hal dapat terpenuhi dengan melihat konten-konten yang ada di dalamnya (Prihatiningsih, 2017). Penelitian lain juga menyebutkan faktor penghambat atau kendala yang dihadapi adalah kesulitan penyampaian materi edukasi secara daring melalui sosial media bagi masyarakat kampung dukuh yang belum memiliki smartphone. Selain itu, kurangnya partisipasi dan respon dari masyarakat kampung dukuh terhadap kegiatan webinar disebabkan keterbatasan masyarakat dalam kegiatan tersebut misalnya dari aspek smartphone, akses internet, jaringan dan paket data (Zainal, 2021). Solusi terhadap kelemahan tersebut adalah dengan meningkatkan peran profesional bidang kesehatan dalam mengelola promosi kesehatan berbasis media sosial, sehingga informasi lebih berkualitas. Selain itu, untuk melakukan edukasi kesehatan melalu media sosial yang harus dilakuka adalah mengidentifikasi sasaran, memilih konten yang tepat, memberikan informasi berbasis data yang akurat dan terkini, meningkatkan partisipasi audien dan penyedia layanan, melakukan monitoring dan evaluasi guna memastikan program promosi berhasil dan berkelanjutan secara online.
C. Kesimpulan dan Saran
Media sosial Instagram merupakan salah satu media yang cukupefektif untuk melakukan edukasi kesehatan. Data dilihat dari beberapa hasil penelitian menunjukkan respon aktif pengguna Instagram terhadap informasi kesehatan yang diberikan. Namun, dibalik keefektifan tersebut juga terdapat beberapa kelemahan, seperti masalah jaringan, dan sasaran yang kurang luas. Saran yang dapat diberikan jika ingin menggunakan media sosial instagram sebagai media edukasi adalah, agar informasi dapat dijangkau oleh masyarakat luas, dapat mengidentifikasi pukul berapa keaktifan sasaran menggunakan media sosial terbanyak. Selain itu, mempelajari lebih lanjut fitur-fitur yang disediakan agar tidak monoton dan mengikuti trend pemberian informasi yang sedang disukai oleh pengguna media sosial saat itu. Daftar Pustaka Badan Pusat Statitistik (BPS). 2020. Perilaku Masyarakat Di Masa Pandemi COVID 19, Hasil Survei Perilau Masyarakat Di Masa Pandemi COVID 19 (7-14 September 2020). Katalog: 3101039. BPS RI Herbawani, C. K. et al. (2021) ‘Pemanfaatan Instagram Live sebagai Sarana Edukasi Kesehatan Masyarakat di masa Pandemi COVID-19’, Warta LPM, 24(2), pp. 196–206. doi: 10.23917/warta.v24i2.12067. Huda, S., Trisna, I. W. W. and Rosyidah, H. U. (2020) ‘Respons Masyarakat terhadap Upaya Edukasi dan Pencegahan Covid-19 di Instagram @Satgascovididijatim’, W-2nd International Conference on Da’wa and Communication, (November), pp. 1–13. doi: 10.5281/ZENODO.4718694. Kemp, S. (2021) DIGITAL 2021: INDONESIA, datareportal. Available at: https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia (Accessed: 20 October 2021). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2020) ‘Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MenKes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)’, MenKes/413/2020, 2019, p. 207. Keputusan Presiden RI (2020) ‘Keppres No 12 Tahun 2O2O Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 Sebagai Bencana Nasional’, Fundamental of Nursing, (01), pp. 1–2. KOMINFO RI (2019) Pengguna Internet di Indonesia 63 juta orang. Retrieved from https://www. kominfo.go.id/content/detail/3415/kominfo-pengguna-internet-di-indonesia- 63-juta-orang/0/berita_satker. Mohamad Amin, Akhmad Muwafik Saleh, H. Z. A. B. (2020) Covid-19 (Corona Virus Disease 2019): Tinjauan Perspektif Keilmuan Biologi, Sosial, dan Agama. Inteligensia Media, 2020. Available at: https://books.google.co.id/books?id=2YjxDwAAQBAJ&dq=COVID- 19+ditularkan+secara+langsung+maupun+tidak+langsung+melalui+hidung,+mulut+dan+ mata+melalui+tetesan+(droplets)+yang+dihasilkan+dari+batuk+atau+bersin+orang+yang+ terinfeksi.+Tetesan+(droplets)+dapat+. Prihatiningsih, W. (2017) ‘Motif Penggunaan Media Sosial Instagram Di Kalangan Remaja’, Communication, 8(1), p. 51. doi: 10.36080/comm.v8i1.651. Sampurno, dkk. 2020. Budaya Media Sosial, Edukasi Masyarakat dan Pandemi COVID 19. Vol.7 No.6 SALAM: Jurnal Sosial & Budaya Syar’I Sucipto, T. I. (2020) PB IDI Bentuk Satgas Pencegahan Virus Korona. Available at: https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/ybDlEgZb-pb-idi-bentuk-satgas-pencegahan- virus-korona. WHO (2021) WHO coronavirus disease (COVID-19) Dashboard. https://covid19.who.int/ (Accessed: 21 October 2021). WHO (2020) Transmission of SARS-CoV-2: implications for infection prevention precautions, who.int. Available at: https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/transmission- of-sars-cov-2-implications-for-infection-prevention-precautions (Accessed: 20 October 2021). Yulia, I. (2018) ‘OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM PEMASARAN SOSIAL DAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU (Suatu Pendekatan Studi Literature Review)’, Hearty, 6(2). doi: 10.32832/hearty.v6i2.1276. Zainal, A. U. (2021) ‘Media Sosial sebagai Metode Edukasi Pencegahan Penularan Media Sosial sebagai Metode Edukasi Pencegahan Penularan Media Sosial sebagai Metode Edukasi Pencegahan Penularan Media Sosial sebagai Metode Edukasi Pencegahan Penularan Media Sosial sebagai Metode’, Seminar Nasional Abdimasmu, 2(1), pp. 1–7.