Anda di halaman 1dari 11

Dampak Covid-19 terhadap Psikologis Masyarakat

Aswita Aprililian Sihaloho


aswita2002@gmail.com

Abstrak

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan,
mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia. COVID-
19 (coronavirus disease 2019) adalah jenis penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari
golongan coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona. Kasus pertama
penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID-19
menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam beberapa bulan. Penyebarannya yang cepat membuat beberapa negara
menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus
Corona. Di Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. Hal itu berkaitan dengan keadaan perekonomian
rakyat. Pada akhirnya semua sektor ekonomi menjadi terhambat,dari mulai pengusaha kecil
sampai pengusaha besar,mereka mulai mencari solusi demi terciptanya keadaan yang tetap
seimbang demi menjaga kehidupan para karyawanya. Namun tidak sedikit dari mereka yang
harus terpaksa tutup karena akibat covid 19 ini, yang pada akhirnya banyak orang kena PHK
( Pemutusan Hubungan Kerja ).Tidak sedikit masyarakat yang terkena imbas psikologisnya
karena keadaan ini, hingga membuat masyarakat harus berfikir antara lebih penting menjaga
kesehatan atau keuangan,sebuah pilihan yang sangat sulit namun perlu di pertimbangan oleh
pemerintah demi menjaga kesetabilan dalam kehidupan masyarakat di era modern seperti ini.

Abstract

COVID-19 is a disease caused by the severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) virus. COVID-19 can cause respiratory system disorders, ranging from mild symptoms
such as flu, to lung infections, such as pneumonia. COVID-19 (coronavirus disease 2019) is a
new type of disease caused by a virus from the coronavirus class, namely SARS-CoV-2 which is
also often called the Corona virus. The first case of this disease occurred in the city of Wuhan,
China, at the end of December 2019. After that, COVID-19 spread between people very quickly
and spread to dozens of countries, including Indonesia, in just a few months. Its rapid spread
has led several countries to implement policies to impose lockdowns to prevent the spread of the
Corona virus. In Indonesia, the government has implemented a Large-Scale Social Restriction
(PSBB) policy to suppress the spread of this virus. This is related to the state of the people's
economy. In the end, all sectors of the economy became obstructed, from small entrepreneurs to
big entrepreneurs, they began to look for solutions to create a balanced situation in order to
protect the lives of their employees. However, not a few of them had to be forced to close
because of the impact of Covid 19, which in the end many people were laid off (Termination of
Employment). Not a few people were affected psychologically because of this situation, so that
people have to think between it is more important to maintain health or finance, an option that
is very difficult but needs to be considered by the government in order to maintain stability in
people's lives in this modern era.

Metode kasus. Data yang diperoleh dari interaksinya


di dalam forum internet, chat room, mailing
Adapun metode penelitian yang digunakan
list, blog, WhatsApp atau jejaring sosial
adalah etnografi virtual. Etnografi virtual
maya internet yang ditelitinya. Dalam
memandang teknologi sebagai kelompok
metode etnografi virtual selalu mendorong
simbol dengan maknanya sendiri, sebagai
keterlibatan penelaah untuk melakukan
bentuk metafora yang melibatkan konsep
observasi di dunia nyata sosial internet
baru terhadap teknologi dan hubungannya
terhadap subyek yang ditelitinya. Melalui
dengan kehidupan sosial. (Hine, 2000;
jaringan internet global, sekat-sekat
Murthy, 2008). Apalagi dalam situasi PSBB
kewilayahan semakin direduksi, sehingga
(Pembatasan Sosial Berskala Besara), maka
orang yang berada di zona waktu berbeda
pengunaan metode penelitian etnografi
pun dapat berkomunikasi dalam ruang yang
virtual menjadi sangat kontekstual dengan
sama. Meskipun cenderung tampak ‘bebas’,
keadaan saat ini.Metode etnografi virtual
telaah dalam bentuk riset di era cyber tetap
telah memadukan analisis jaringan sosial
harus dilakukan secara terbuka dan
dengan etnografi. Metode ini menggunakan
akuntabel, dan tetap memperhatikan etika
analisis jaringan untuk membenarkan seleksi
penelitian yang berlaku.Ranah dunia maya
yang dapat diakses secara umum atau 2020 covid-19 telah ditetapkan sebagai
dikenal dengan Surface Web. Pencarian data pandemi (WHO, 2020). Lebih lanjut WHO
dalam jejak digital sangat mudah dilakukan (2010) menjelaskan pandemi adalah suatu
dengan menggunakan mesin pencari web wabah penyakit yang menjangkit secara
yang dikenal oleh publik seperti Google. global artinya tidak hanya terjadi di suatu
(Bergman, 2001). Selain itu Metode yang negara namun hampir seluruh negara di
gunakan oleh penulis dalam artikel ini belahan dunia. Covid-19 menyebar di
menggunakan metode literatur. Teknik seluruh dunia hingga terdapat 213 negara
pengumpulan data yaitu melakukan yang terjangkit dengan jumlah kasus
penggalian informasi berdasarkan beberapa 2.724.809 dan 187.847 orang meninggal
sumber tertulis seperti buku-buku, artikel, (data update WHO, 25 April 2020, 07:00
jurnal, majalah, serta dokumen sesuai GMT+7). Di Indonesia, terkonfirmasi
dengan permasalahan yang dikaji sehingga munculnya covid-19 sejak awal bulan Maret
dapat memperkuat argumentasi pada artikel 2020. Saat ini di Indonesia terdapat 8.607
ini. orang positif covid-19, 6.845 orang pasien
dalam perawatan, 1.042 pasien yang
Tujuan dari artikel ilmiah ini eqadalah untuk
dinyatakan sembuh, dan 720 orang
menganalisis lebih lanjut mengenai akibat
meninggal (data update Gugus Depan
COVID-19 yang bukan hanya berpengaruh
Percepatan Penanganan Covid-19, 25 April
pada kesehatan fisik namun pada kesehatan
2020, 16:00 WIB). Angka yang cukup besar
mental masyarakat luas serta mengetahui
untuk sebuah wabah penyakit yang dapat
bagaimana cara mengurangi dampak
menjangkiti pada tubuh manusia. WHO
negative terhadap hal tersebut serta
(2020) menjelaskan bahwa covid-19
mendapatkan informasi mengenai dampak
merupakan suatu kelompok virus yang dapat
dan kendala dari pandemik covid 19
menyebabkan infeksi saluran nafas pada
terhadap psikologis masyarakat modern saat
manusia mulai dari batuk pilek hingga yang
ini.
lebih serius seperti Middle East Respiratory
Hasil dan Pembahasan Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Gejala-
Sejak awal tahun 2020 hampir seluruh
gejala covid 19 yang paling umum adalah
negara mengalami sebuah wabah virus
demam, rasa lelah dan batuk kering.
corona atau covid-19. Pada tanggal 11 Maret
Selanjutnya pada beberapa pasien dapat perkantoran harus segera melakukan
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung kebijakan untuk belajar dan bekerja dari
tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, hingga rumah. Lebih lanjut keputusan untuk tinggal
diare (WHO, 2020). di rumah menjadikan masyarakat
mengurangi aktivitas sosial di luar rumah
Gejala tersebut bersifat ringan yang muncul
seperti biasa sebagai pencegahan dari
secara bertahap. Masih dalam WHO (2020)
tertularnya virus. Oleh sebab itu adanya
beberapa orang yang terinfeksi bahkan tidak
kebijakan-kebijakan tersebut berdampak
menunjukan gejala apa pun dan tetap sehat.
pada beberapa sektor industri baik yang
Artinya semua manusia dapat terjangkit
kecil maupun besar sekalipun untuk
covid-19 baik disertai maupun tanpa
melakukan pengurangan pengawai atau
gejala.Kondisi yang demikian, tentunya
harus menutup sementara usahanya. Bahkan
dengan munculnya pandemi covid-19
lebih parahnya adalah pekerja harus diPHK
berdampak pada hampir seluruh sektor yang
sebagai imbas dari beberapa perkantoran
ada, kesehatan, pendidikan, perekonomian,
dan industri yang ditutup.
bahkan sosial. Dampak dari setiap sektor
mempengaruhi sektor yang lain. Hal Gejala dari COVID-19 beragam, tergantung
tersebutlah yang semakin memperburuk kondisi pasien. Gejala yang paling dominan
situasi. Sosial, masyarakat dihimbau untuk yaitu demam, batuk kering dan rasa lelah.
stay at home atau berada dirumah sebagai Selain itu, gejala lainnya seperti napas
upaya tanggap darurat mencegah tertular pendek, nyeri pada tubuh (nyeri otot, sakit
virus. Perekonomian, para pekerja harus kepala), radang tenggorokan, dan beberapa
melakukan work for home atau bekerja dari pasien dalam jumlah yang sedikit juga
rumah. Sesuai Keputusan Kepala BNPB No. mengalami gejala seperti hidung meler
13 A Tahun 2020 Tentang Perpanjangan (rhinorrhoea), nyeri dada, diare, mual dan
Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana muntah (Chen, dkk., 2020).Kontrol terhadap
Wabah Penyakit Akibat Virus Corona penyebaran virus COVID-19 merupakan
bahwa segala proses yang berkaitan dengan suatu tantangan besar. Hal ini dikarenakan
pekerjaan dan pengajaran dilakukan secara kemampuan transmisi virus yang tinggi,
online di tempat tinggal masing-masing. belum adanya vaksin dan penanganan
Adanya keputusan untuk tetap tinggal di farmakologis untuk menyembuhkan (Xu
rumah menjadikan sektor pendidikan dan dkk., 2020; WHO, 2020). Oleh karena itu,
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi berinteraksi dengan orang telah positif
diperlukan penanganan non medis, seperti COVID-19 sehingga dapat berisiko terkena
memberikan promosi untuk meningkatkan droplet. Oleh karena itu untuk
perlindungan diri, misalnya menggunakan meminimalisir risiko, disarankan untuk
masker dan menjaga kebersihan diri, menggunakan masker, mencuci tangan
mengurangi bepergian dan menjaga dengan air mengalir, dan mandi setelah
jarak.Ketidakpastian, kebingungan, dan keluar rumah. Selain itu, untuk
keterdesakan merupakan tanda dari pandemi meminimalisir risiko juga disarankan untuk
(WHO, 2005). Pada tahap awal pandemi, mengkonsumsi vitamin C, berjemur, dan
terjadi ketidakpastian mengenai pola hidup sehat termasuk pola tidur.
kemungkinan dan keseriusan virus. Berbagai anjuran diinformasikan melalui
Bersamaan dengan ketidakpastian, terjadi media, baik televisi maupun internet.Saat
kemungkinan adanya kesalahan informasi menghadapi pandemi yang baru,
mengenai metode pencegahan dan mendapatkan informasi dari berbagai
penanganan terbaik (Kanadiya & Sallar, sumber, misalnya tenaga kesehatan,
2011). Ketidakpastian dapat bertahan hingga pemerintah dan media dapat meningkatkan
akhir pandemi, terutama mengenai kesadaran orang mengenai risiko terpapar.
pertanyaan apakah pandemi benar-benar Oleh karena itu, individu melakukan
berakhir. pencegahan (van der Weerd, 2011). Secara
umum, risiko nyata terpapar virus COVID-
Pandemi COVID-19 tergolong sebagai
19 mungkin rendah, namun epidemi ini
kejadian luar biasa, sehingga efek yang
mendapatkan perhatian oleh media sehingga
ditimbulkan juga besar yang mencakup
menjadi topik dalam diskusi dalam media
berbagai aspek. Dampak COVID-19
sosial. Hal ini dapat memicu kekhawatiran
meliputi aspek ekonomi dan sosial karena
pada masyarakat sehingga mengubah
diterapkannya beberapa aturan, seperti
perilakunya (Sjöberg, 2000). Sejak
physical distancing dan pembatasan sosial
munculnya pandemi COVID-19 terjadi
berskala besar (PSBB). Penetapan aturan-
peningkatan dalam penggunaan masker
aturan ini disebabkan oleh cara penyebaran
(Feng dkk, 2020) dan hand sanitizer yang
virus yang cukup cepat dan tidak kasat
kemudian menyebabkan kelangkaan dan
mata.Hal-hal yang dapat meningkatkan
peningkatan harga di pasaran. Di Indonesia,
risiko terpaparnya COVID-19 yaitu
harga hand sanitizer naik sepuluh kali lipat Tingkat kecemasan setiap orang dapat
(Rossa, 2020). berbeda tergantung pada faktor-faktor
terkait. Berbagai faktor termasuk faktor
Berbagai kondisi yang terjadi selama
demografi dapat mempengaruhi kecemasan
pandemi COVID-19 memberikan efek
mengenai pandemi (Goodwin, Gaines,
psikologis kepada masyarakat (WHO,
Myers, & Neto, 2011). Selain itu, persepsi
2020c). Hal ini dikarenakan pandemi
mengenai risiko terpapar dimungkinkan juga
COVID-19 menjadi stressor yang berat.
mempengaruhi tingkat kecemasan.
Kecemasan merupakan respon umum yang
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
terjadi selama masa krisis. Kecemasan
pemahaman mengenai kondisi kecemasan
adalah kondisi umum dari ketakutan atau
yang dialami oleh masyarakat Indonesia di
perasaan tidak nyaman (Nevid, Rathus, &
masa pandemi COVID-19 untuk dapat
Greene, 2018). Kecemasan ditandai dengan
memahami cara efektif dalam menurunkan
berbagai gejala, yang mencakup gejala fisik,
kecemasan selama pandemi.
perilaku dan kognitif. Gejala fisik meliputi
gemetar, sesak di bagian perut atau dada, Informasi di era digital 4.0 melalui beberapa
berkeringat hebat, telapak tangan media salah satunya juga media sosial
berkeringat, kepala pusing atau rasa ingin menjadi salah satu faktor penting yang
pingsan, mulut atau tenggorokan terasa menentukan kecemasan responden di masa
kering, napas tersengal-sengal, jantung pandemi seperti ini. Collinson (Dalam
berdegup kencang, jari atau anggota tubuh Taylor, 2019) menjelaskan bahwa
terasa dingin dan rasa mual. Gejala perilaku sensational berita baru dalam menjelaskan
meliputi perilaku menghindar, perilaku suatu wabah akan dapat menyebabkan
bergantung dan perilaku gelisah. Gejala kecemasan dan menimbulkan respon emosi
kognitif meliputi kekhawatiran, merasa takut yang negatif kepada reporter berita. Lebih
atau cemas akan masa depan, terlalu lanjut dijelaskan oleh Adebayo, Neumark,
memikirkan atau sangat waspada dengan Gesser-Edelsburg, Ahmad dan Levine
sensasi yang muncul di tubuh, takut (dalam Taylor, 2019) bahwa media sosial
kehilangan kendali, memikirkan pikiran menjadi sumber utama untuk informasi
yang mengganggu secara terus menerus, dan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi
sulit berkonsentrasi atau memfokuskan platform global sebagai komunikasi yang
pemikirannya. beresiko untuk sebuah informasi suatuwabah
atau pandemi dan kesehatan. Taylor (2019) yang diberikan telah diikuti oleh masyarakat
menjelaskan bahwa Kemudian media sosial umum.
dapat mempengaruhi emosi dan perilaku
Yang dialami oleh masyarakat Indonesia
individu. Seperti yang dikemukakan oleh
telah menimbulkan kecurigaan yang
Quick (dalam Taylor, 2019) yang
berlebihan sehingga mereka seringkali
menjelaskan bahwa dalam menghadapi
saling mencurigai satu sama lain serta
sebuah pandemi yang terasa ada teror,
mencurigai diri sendiri. Hal itu karena
rumor, teori konspirasi, dan panik maka
kecemasan tersebut disebabkan oleh adanya
salah satu solusinya dalam penyelesaiannya
Covid-19 yang tidak hanya memengaruhi
adalah menyediakan dan memelihara
bidang medis, melainkan juga bidang
komunikasi yang jelas dan jujur. WHO
politik; sosial; ekonomi; pendidikan;
(dalam Taylor, 2019) menjelaskan elemen
kebudayaan; dan sebagainya. Dalam berita
penting petunjuk suatu komunikasi dalam
yang terdapat di Kompas pada hari Jum’at,
menghadapi situasi tersebut antara lain
27 Maret 2020, Dosen Filsafat di
mengumumkan tentang wabah tersebut
Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta,
secepatnya walaupun informasinya belum
F. Budi Hardiman, memberikan gagasannya
komplit untuk meminimalisir penyebaran
tentang pandemi korona yang telah
berita yang tidak benar dan informasi yang
memberikan dampak bagi berbagai bidang
salah, menyediakan informasi apa yang
yang dihidupi oleh manusia. Menurut
harus dilakukan oleh masyarakat untuk
penulis buku Seni Memahami ini, pandemi
membuat diri mereka menjadi aman,
virus korona menimbulkan seluruh
memelihara transparansi untuk memastikan
masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia,
kepercayaan masyarakat umum,
masuk ke dalam situasi yang horor. Selain
menunjukkan suatu usaha yang telah
itu, virus tersebut juga memengaruhi aspek
dilakukan untuk memahami pandangan dan
kemanusiaan. Untuk mengurangi
perhatian masyarakat akan wabah tersebut
penyebaran dan mitigasi dampak COVID-
dan yang terakhir yaitu mengevaluasi
19, apa yang bisa kita lakukan untuk
dampak dari kemajuan program komunikasi
membantu pemerintah dalam menangani
untuk memastikan bahwa pesan telah
penyebaran penyakit ini?Menurut
disampaikan dengan tepat dan saran-saran
Klinenberg (2020) dalam situasi pandemi,
kita butuh solidaritas semua pihak, kita
butuh kebersamaan dan kesatuan untuk stess. Dengan membangun
mengurangi penyebaran dan dampak optimisme dan harapan positif bahwa
COVID-19. Berikut beberapa rekomendasi situasi akan dapat kita lalui dengan
dari WHO (2020), APA (2020) dan hasil baik. Selain, itu meningkatkan daya
penelitian ahli psikologi untuk mengurangi, tahan tubuh dan psikis dengan
dan mengatasi dampak psikologis COVID- pendekatan psiko-religious.
19, yaitu”,  Kelima, tetap aware pada situasi, dan
perubahan yang terjadi.Hal ini
 Pertama, tidak berlebihan mengakses
membantu kita untuk tetap
informasi, utamakan informasi
mengetahui langkah-langkah apa
positif (pencegahan, penaganan)
yang kita lakukan untuk menghadapi
dibandingkan informasi negatif.
situasi pandemi.
Selain itu, utamakan sumber
 Keenam, terlibat aktif pada kegiatan
informasi terpecaya, jangan terlalu
prososial.pada situasi ini, banyak
terlibat secara emosional dengan
orang-orang yang rentan teradampak
pemberitaan—yang mendapat
pandemi COVID-19, usahakan
mengarahkan kita pada emosi
tetaplah berbagi—melakukan
negatif.
tindakan yang menimbulkan
 Kedua, menjaga koneksitas dengan
kebahagiaan pada orang lain.
orang lain. Selama melakukan social
 Ketujuh, bersikap kooperatif, dengan
distancing, perlu tetap mengaja
pro aktif melaporkan masalah-
koneksitas dengan orang lain, untuk
maslaah sosial yang disebabkan
membangun solidaritas, saling
dampak COVID-19 kepada pihak
dukung, dan mebangun relasi postif
yang berwenang, sehingga
untuk meningkatkan kebahagiaan.
membantu terciptanya suasana
 Ketiga, menjalan aktifitas secara
kondusif dan harmonis di lingkungan
rutin tiap hari.dengan melakukan
masyarakat.
kegiatan inovasi, dan kreatif agar
tetap semangat dan produktif.. Bagi, pemerintah dan pihak-pihak terkait
 Keempat, menggunkan strategi yang bertangung jawab dalam penanganan
koping psikologis dalam mengatasi COVID-19, dapat meiningkatkan sosialisasi
tentang cara pencegahan dan penganan
COVID-19, serta memberikan informasi menutup kemungkinan individu mengalama
yang jelas dan akurat dalam penanganan distres,cemas, gejala obsesif kompulsif dan
wabah ini. Selain itu, pemimpin harus permasalah psikologis lainya, akibat dari
mampu menunjukkan kebijakan-kebijakan covid 19 ini. Maka dari itu kerja sama antara
yang mampu mengurangi dampak COVID- masyarakat dan pemerintah sangat di
19 khususnya bagi orang-orang yang rentan, anjurkan untuk permasalahan ini demi
seperti buruh, pekerja harian, pedagang kecil mejaga kestabilan bermasyarakat.
dan sebagainya.Pemerintah harus mampu
Penutup
menjamin aksek layanan kesehatan, dan
kebutuhan hidup dengan menjamin stabilitas Kunci dari semua ini ialah menahan diri dan
harga. Akhirnya, kesuksesan program aspek psikologis guna meningkatkan
pemerintah tergantung kerjasama semua imunitas tubuh agar terhindar dari virus
pihak dalam membantu pemerintah covid 19.Dengan perubahan-perubahan yang
Indonesia dalam mengurangi penularan dan ada semoga masyarakat dan pemerintah bisa
dampak pandemic COVID-19 baik secara bekerja sama demi mencapai keinginan
materi maupun psikologis. bersama,untuk melawan virus pademi covid
19 ini.Penyebaran Pandemi COVID-19
Masyarakat inilah yang perlu di edukasi
secara cepat dan luas mengakibat perubahan
mengenai pentingnya mematuhi kebijakan
signifikan pada segala aspek kehidupan
pemerintah dan dampak dari sikapnya
masyarakat. Pandemi psikologi COVID-19
tersebut bagi keluarga dan masyarakat
telah “menyebarkan” ketakutan, kecemasan
sekitar. Dalam mengantisipasi dampak
dan kepanikan hingga berpengaruh pada
psikologis masyarakat terhadap covid 19,
psikologis bagi masyarakat secara cepat di
dengan cara adaptif baik penderita maupun
seluruh dunia. Ada beberapa dinamika
masyarakat luas. Perasaan khawatir, tertekan
psikologi pandemic COVID-19yang
dan cemas yang mengakibatkan psikologis
menjadi perhatian dalam perspektif
masyarakat terganggu, kalau diolah secara
psikologi sosial, yaitu pengolahan informasi
tepat, bisa mengarahkan individu kepada
dan bias kognisi, perubahan emosi dan
reaksi melindungi diri dengan tepat dan
perilaku, serta perngaruh sosial dan
meningkatkan religiusitas individu.
konformitas. Dinamika psikologi itu tidak
Begitupun sebaliknya, apabila strateginya
lepas dari interaksi antara karakteristik
adalah coping maladatif maka tidak
personal (kepribadian, nilai, pengatahuan), masukan bagi pemerintah dan pihak-pihak
situasi (budaya, norma, agama), dan terkait dalam membuat kebijakan
kebijakan pemerintah dalam menangani penanganan COVID-19 secara akurat.
pandemi COVID-19. Memahami dinamika efektif dan komprehensif.
sosial psikologis pandemi COVID-19
membantu kita untuk bagiamana berpikir,
bersikap dan berperilaku, serta memberikan

Daftar Pustaka

1. Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial.


Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68-84.
2. Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020). Pembelajaran daring
masa pandemik Covid-19 pada calon guru: hambatan, solusi dan proyeksi. LP2M.
3. Rinaldi, M. R., & Yuniasanti, R. (2020). Kecemasan pada Masyarakat Saat Masa
Pandemi Covid-19 di Indonesia. COVID-19 dalam Ragam Tinjauan Perspektif, 137-150.
4. Saragih, B., & Mulawarman, U. (2020). Gambaran Kebiasaan Makan Masyarakat pada
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan, 2.
5. Aji, R. H. S. (2020). Dampak COVID-19 pada pendidikan di indonesia: Sekolah,
keterampilan, dan proses pembelajaran. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i.(7), 5,
395-402.
6. Shadiqi, M. A., Hariati, R., Hasan, K. F. A., I’anah, N., & Al Istiqomah, W. (2020). Panic
buying pada pandemi COVID-19: Telaah literatur dari perspektif psikologi. Jurnal
Psikologi Sosial.
7. hifzul Muiz, M., & Sumarni, N. (2020). Pengaruh Teknologi Pembelajaran Kuliah Online
Di Era Covid-19 Dan Dampaknya Terhadap Mental Mahasiswa. EduTeach: Jurnal
Edukasi Dan Teknologi Pembelajaran, 1(2), 153-165.
8. Handayani, R. T., Kuntari, S., Darmayanti, A. T., Widiyanto, A., & Atmojo, J. T. (2020).
Faktor penyebab stres pada tenaga kesehatan dan masyarakat saat pandemi COVID-19.
Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), 353-360.
9. Aufar, A. F., & Raharjo, S. T. (2020). Kegiatan relaksasi sebagai coping stress di masa
pandemi COVID-19. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(2), 157-163.
10. Purwaningsih, H. (2020, August). Analisis Masalah Psikologis pada Ibu Hamil Selama
Masa Pandemi Covid-19: Literature Review. In CALL FOR PAPER SEMINAR
NASIONAL KEBIDANAN (Vol. 1, No. 1, pp. 9-15).
11. aelatus Syifa, Dosen psikolog Universitas Sebelas Maret ( UNS ) Surakarta Rini
Setyowati,M.Psi.Dampak Covid-19.Psikolog Universitas Sebelas Maret ( UNS )
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai