Anda di halaman 1dari 24

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN

FASILITAS KESEHATAN MASYARAKAT GUNA MENDETEKSI DINI COVID-19


DI PUSKESMAS MOOTILANGO

PROPOSAL MINI

Oleh

FELNIYAWATI AHMAD

KELAS C KEPERAWATAN 2019

C01419039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga peneliti
dapat menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
peneliti tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan proposal sebagai tugas dari mata kuliah Metode Penelitian dengan judul
“Gambaran perilaku masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan masyarakat
guna mendeteksi dini covid-19 di puskesmas mootilango” Dalam penyusunan proposal
ini, peneliti menyadari bahwa hasil proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga
saya selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian. Akhir kata Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat untuk peneliti, dan
teman-teman mahasiswa lainnya.

Gorontalo, 28 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular adalah penyakit yang disebut juga sebagai infeksi yang di
tularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan
yang besar dan hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan
kematiannya relatif tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit menular adalah
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme atau toxinnya yang ditularkan oleh
reservoir kepada manusia yang rentan. Interaksi manusia dengan lingkungan telah
menyebabkan kontak antara kuman, virus, dan bakteri dengan manusia. Sering terjadi
mikroorganisme yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke manusia karena
manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini tercermin dari
tingginya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang masih merupakan
masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Penyakit menular merupakan hasil
perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. (Widoyono, 2008).
Corona virus atau yang dikenal dengan Covid-19 merupakan kasus pneumonia
baru yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Dalam waktu satu
bulan, penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand,
Jepang, dan Korea Selatan. Dalam waktu beberapa bulan, sudah menyebar ke seluruh
dunia. (Kemenkes RI, 2020). Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan corona virus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis
corona virus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala
berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus Covid-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. (Kemenkes RI, 2020). Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak
langsung, kontak tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi
melalui sekresi seperti air liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran
napas yang ke luar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi.
(WHO, 2020). Penularan Covid-19 dapat terjadi dimana saja terutama tempat yang
terdapat banyak orang berinteraksi sosial, seperti ditempat kerja, tempat ibadah, pusat
perbelanjaan dan tempat wisata juga lingkungan sekolah yang banyak terdapat anak-
anak. (Morawska & Cao, 2020).
Anak-anak merupakan kelompok berisiko tinggi atau rentan terserang
penyakit. Selain itu, anak-anak juga sering melakukan bermain dan berkumpul
bersama serta belum mendapatkan informasi tentang protokol kesehatan pencegahan
penularan Covid-19. (Erlin et al., 2020). Pada anak-anak yang terinfeksi Covid-19
hanya menunjukkan gejala infeksi virus musiman seperti flu, batuk, dan demam
hingga sering diabaikan oleh orang tua. Namun gejala tersebut merupakan ancaman,
jika sampai terjadi infeksi pada anak-anak maka peluang paparan virus akan lebih
besar ke komunitas yang lebih luas. (Yang et al., 2020).
Berdasarkan permasalahan yang ada saat ini dengan meningkatnya data kasus
pasien terkonfirmasi Covid-19 da adanya permasalahan di wilayah kerja Puskesmas
Mootilango bahwa ada masyarakat yang masih belum memaksimalkan pemanfaatan
fasilitas kesehatan terutama Puskesmas untuk deteksi dini Covid-19 saat mengalami
gangguan kesehatan. Dan saat ini sudah ada beberapa masyarakat yang sudah
melakukan swab antingen maupun swab PCR dengan hasil positif namun tidak
berkenan untuk melaporkan hasil pemeriksaan tersebut ke Puskesmas sehingga
petugas terlambat memberikan treatmen penyembuhan maka dengan ini peneliti
tertarik untuk melihat gambaran perilaku masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan untuk mendeteksi dini Covid-19 di Puskesmas Mootilango.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dengan permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran perilaku masyarakat
dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk mendeteksi dini Covid-19 di Puskesmas
Mootilango?”.
1.3 Tujuan Penelitian
2. Tujuan umum
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah guna mendapatkan gambaran perilaku
masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk mendeteksi dini Covid-
19 di Puskesmas Mootilango.
3. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat di sekitar wilayah kerja
Puskesmas Mootilango
b. Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan di masa pandemi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait dengan ilustrasi dalam
mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan
untuk mendeteksi dini Covid-19 dan untuk menekankan angka penyebaran Covid-
19. Kemudian Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
data dasar penelitian selanjutnya dengan metode yang berbeda.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang bermanfaat
bagi peneliti dan bagi masyarakat karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan pemahaman tentang gambaran perilaku masyarakat dalam
pemanfaatan fasilitas kesehatan guna mendeteksi dini dan untul menekankan
angka penyebaran Covid-19.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Covid-19
a. Pengertian Covid-19
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-
Cov2, pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, di Provinsi Hubei China
pada akhir Desember 2020. Virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) milik keluarga virus yang disebut coronavirus,
virus yang menyebabkan flu biasa dan menyebabkan infeksi yang lebih
serius seperti sindrom pernapasan akut Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus SARS-CoV pada tahun 2002 dan sindrom pernapasan Timur
Tengah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang disebabkan oleh
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) pada tahun
2012. (Yuzar, 2020).
Virus Corona (Cov) adalah keluarga besar virus yang dapat
menginfeksi burung dan mamalia, termasuk manusia. Menurut WHO (World
Health Organization) virus ini menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan
hingga infeksi pernapasan yang lebih parah. Virus ini bersifat zoonosis,
artinya ini merupakan penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan
manusia seperti Rabies dan Malaria.
b. Gejala Covid-19
Masa inkubaksi Covid-19 adalah 1 sampai 14 hari, dan pada umumnya
terjadi dihari ke tiga sampai hari ke tujuh. Demam, kelelahan, dan batuk
kering merupakan tanda-tanda umum infeksi corona disertai dengan gejala
seperti hidung tersumbat, pilek, dan diare pada beberapa pasien.Beberapa
gejala yang dikutip dari (Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri, 2020)
mungkin terjadi, antara lain :
1) Penyakit Sederhana (ringan)
Orang yang hadir dengan gejala infeksi virus saluran pernapasan
bagian atas, termasuk demam ringan, batuk kering, sakit tenggorokan,
hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot.
2) Pneumonia Sedang
Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada
anak-anak).
3) Pneumonia Parah
Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguang pernapasan,
takipnea (>30 napas/menit), dan hipoksia (SpO2<90% pada udara
kamar).
4) Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)
Sindrom ini menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang serius
atau memburuknya gambaran pernapasan yang sudah diidentifikasi.
c. Penularan Covid-19
Menurut Center For Disease Control And Prevention (CDC) Amerika
Serikat, virus corona Covid-19 bisa menular melalui kontak dekat dengan
orang yang terinfeksi apabila orang tersebut bersin atau batuk droplet dari
orang tersebut masuk ke tubuh individu di dekatnya dan menularkannya.
Skenario penularan lain juga bisa melalui kontak jabat tangan dengan
individu positif corona, orang yang sehat bisa tertular jika ia tak mencuci
tangannya dengan bersih setelah bersalaman.(Zendrato, 2020) Adapun cara
penularan Covid-19 yaitu :
1) Kontak dengan benda yang sering tersentuh.
Benda merupakan media yang bisa menjadi cara penularan yang masif,
sebab menurut penelitian virus corona Covid-19 dapat bertahan hidup
hingga tiga hari dengan menempel pada permukaan benda. Benda-benda
tersebut disinyalir merupakan benda yang sering terjamah oleh anggota
tubuh seperti tangan yang membawa Covid-19. Dengan menempelnya
virus tersebut di permukaan benda yang sering terjamah otomatis virus
tersebut berpindah dan menemukan inang baru apabila orang lain
menyentuhnya.
2) Tidak menjaga kebersihan
Cara kedua yang efektif sebagai media penularan virus Covid-19
adalah sebagai media penularan virus Covid-19 adalah tidak menjaga
kebersihan tangan. Sebab, tangan adalah anggota tubuh yang paling
banyak melakukan aktivitas dan melakukan interaksi dengan orang lain
atau benda yang ada disekitarnya. Dengan tangan yang tidak terjaga
kebersihannya, virus Covid-19 ini dapat menyebar dengan cepat.
3) Tidak menjaga kebersihan setelah berpergian
Beraktivitas adalah hal yang wajar dilakukan oleh manusia namun
penularan Covid-19 secara tidak langsung sering dilakukan oleh orang
yang melakukan aktivitas ditempat tertentu apabila tempat tersebut
terdapat droplet virus Covid-19 dan menempel pada pakaian dan benda
yang digunakan sehingga dapat menular pada orang-orang terdekat
dirumah.
4) Tidak menerapkan etika batuk dan bersin
Cara yang paling banyak menjadi media penularan Covid-19 adalah
melalui droplet yang kemudian menempel pada benda-benda yang
dibawa oleh orang lain sehingga Covid-19 mendapatkan inang baru pada
orang lain. Etika batuk dan bersin dapat dilakukan dengan menutup
mulut dan hidung menggunakan siku bagian dalam atau tisu bersih.
5) Interaksi dengan banyak orang
Berkumpul atau beraktivitas di tengah kerumunan menjadi salah satu
cara penularan Covid-19 sebab virus ini dapat menempel secara tak kasat
mata pada pakaian dan benda yang dibawa oleh orang lain yang juga
dapat terjadi melalui droplet orang lain ketika batuk dan bersin.
6) Tidak isolasi diri setelah kembali dari wilayah pandemi
Cara lain yang dapat menularkan Covid-19 adalah tidak melakukan
tindakan pencegahan setelah kembali dari wilayah atau negara pandemi.
Cara ini disinyalir banyak terjadi di Indonesia saat ini mengingat
banyaknya warga yang kembali ke kampung halaman namun tidak
melakukan isolasi.
d. Pencegahan Covid-19
Pencegahan Covid-19 dapat dilakukan dengan upaya preventif yaitu
dengan menerapkan 6M+3T. Adapun 6M+3T yaitu sebagi berikut:
1) Menggunakan Masker
Menurut UU PMK No. 152 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Fasilitas Kesehatan, masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat
yang berfungsi untuk melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan
virus yang ada di udara, dan zat-zat kimia yang digunakan. Penggunaan
masker medis adalah salah satu langkah pencegahan yang membatasi
penyebaran penyakit- penyakit saluran pernapasan tertentu yang
diakibatkan oleh virus Covid-19.
Berdasarkan penelitian (Kesehatan et al., 2020) WHO menekankan ada
hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan masker kain, seperti
masker kain yang dianjurkan adalah masker yang memiliki 3 lapisan
kain. Lapisan pertama dari bahan hidrofilik seperti katun, lapisan kedua
bisa menggunakan kain katun yang polyester dan lapisan ketiga atau yang
paling luar adalah hidrofobik atau yang bersifat anti air seperti
polypropylene. Selain itu masker kain juga harus diganti dengan masker
yang baru dan bersih setiap 4 jam sekali.
Penggunaan masker memang terbukti efektif mampu menekan
penyebaran Covid-19 bila diimbangi juga dengan melaksanakan protokol
kesehatan lainnya seperti, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, serta jaga jarak dengan orang lain. (Asnawati et al., 2020)
Berikut panduan cara menggunakan masker yang tepat yaitu :
a) Sebelum memasang masker, cuci tangan terlebih dulu dan
menggunakan sabun dengan air mengalir selama minimal 20 detik.
Bila tidak tersedia air mengalir, gunakan cairan pembersih tangan
(dengan kandungan alkohol minimal 60%).
b) Pasang masker hingga menutupi hidung, mulut, sampai dagu,
pastikan tidak ada sela antara wajah dan masker.
c) Jangan membuka dan menutup masker berulang-ulang saat sedang
digunakan. Jangan menyentuh masker, bila tersentuh, cuci tangan
dengan dengan air mengalir selama minimal 20 detik. Bila tidak
tersedia air mengalir, gunakan cairan pembersih tangan (dengan
kandungan alkohol minimal 60%).
d) Ganti masker yang sudah basah atau lembab dengan masker baru.
Masker medis hanya boleh digunakan sekali. Sedangkan masker
kain dapat digunakan berulang kali setelah dicuci dengan air bersih
dan detergen.
e) Cara membuka masker adalah dengan melepaskan dari belakang.
Jangan menyentuh bagian depan masker. Buang segera masker
sekali pakai di tempat sampah tertutup atau kantong plastik. Untuk
masker kain segera cuci dengan detergen lalu keringkan.
2) Mencuci tangan
Virus corona menular melalui droplet, yaitu cairan atau cipratan liur
yang dikeluarkan seseorang dari hidung atau mulut saat bersin, batuk,
bahkan berbicara. Droplet ukurannya yang kecil dan ringan dapat
menyebar diperkirakan sejauh 1 hinggan 2 meter, kemudian jatuh sesuai
dengan hukum gravitasi. Droplet yang berisi virus ini jatuh diatas
permukaan benda mati, maka benda tersebut akan terkontaminasi dan
berpotensi menyebabkan infeksi. Tangan apabila tanpa sengaja
menyentuh fomite, virus akan menempel, kemudian ketika tangan yang
sudah terkontaminasi menyentuh wajah, virus akan lebih mudah masuk
ke tubuh kita melalui mukosa mulut, hidung, ataupun mata.
3) Menjaga Jarak
Menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain. Jarak yang terlalu
dekat memungkinkan dapat menghirup tetesan air dari hidung atau mulut
orang yang mungkin terinfeksi Covid19 ketika seseorang itu bersin atau
batuk (Santika, 2020)
4) Menjauhi Kerumunan
Masyarakat diminta untuk menjauhi kerumunan saat berada di luar
rumah. Semakin banyak dan sering kita bertemu dengan orang lain,
kemungkinan terinfeksi virus corona bisa semakin tinggi. Hindari
kerumunan, hindari tempat berkumpul dengan teman dan keluarga,
termasuk berkunjung atau bersilaturahmi tatap muka dan sebaiknya
menundang kegiatan bersama, karena ini memiliki risiko yang lebih besar
bagi penularan Covid-19. (Kandari & Ohorella, 2020).
5) Mengurangi Mobilitas
Bila tidak ada kepentingan yang mendesak tetaplah untuh berada di
dalam rumah. Meski tubuh dalam keadaan sehat dan tidak ada gejala
penyakit, belum tentu saat pulang ke rumah dengan keadaan yang masih
sama. Menurut kemenkes RI tahun 2020 dalam jurnal (Kandari &
Ohorella, 2020) menyatakan untuk sementara waktu sebaiknya tetap
dirumah dan melaksanakan ibadah dirumah.
6) Menjaga pola makan sehat dan istirahat
Pola hidup sehat merupakan pola kebiasaan hidup yang berpegang
pada prinsip menjaga kesehatan. Pola hidup sehat mencakup pola makan,
menjaga kesehatan pribadi, istirahat yang cukup, dan aktif berolahraga.
(Suharjana, 2019)
7) Testing (Pemeriksaan Dini)
Testing adalah pemeriksaan dini pada virus Covid-19. Pemeriksaan
dini menjadi sangat penting agar bisa mendapatkan perawatan dengan
cepat jika terpapar virus Covid-19 dan dengan mengetahui lebih cepat
bisa menghindari potensi penularan ke orang lain dengan begitu bisa
menekan angka penularan virus Covid-19.
8) Tracing (Pelacakan)
Tracing adalah pelacakan. Pelacakan ini dilakukan pada kontak-kontak
terdekat pasien positif Covid-19. Setelah diidentifikasi oleh petugas
kesehatan, kontak erat pasien harus melakukan isolasi atau mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Jika ketika dilacak kontak erat menunjukkan
gejala maka perlu dilakukan tes kembali kepada ke praktik pertama yaitu
testing.
9) Treatment (Perawatan)
Treatment adalah perawatan. Perawatan akan dilakukan apabila
seseorang positif Covid-19. Jika ditemukan tidak ada gejala, maka orang
tersebut harus melakukan isolasi mandiri di fasilitas yang sudah
disediakan. Sebaliknya jika orang tersebut menunjukkan gejala maka
para petugas kesehatan akan memberikan perawatan di rumah sakit yang
sudah ditunjuk pemerintah.
2. Penerapan (Implementasi)
Berdasarkan jurnal penelitian (Maunde, 2021) pengertian penerapan
(implementasi) yang dikemukakan oleh Pariata Westra. Dkk (2009:256) adalah
aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk semua rencana dari
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan, dan dilengkapi segala
kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan dimasa
pelaksanaannya, kapan waktu mulai dan berakhirnya dan bagaimana cara yang
harus dilaksanakan. Keberhasilan penerapan (implementasi) kebijakan akan
ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut
saling berhubungan satu sama lain. Adapun empat variabel yang mempengaruhi
yaitu :
a. Komunikasi
Keberhasilan penerapan (implementasi) kebijakan masyarakat agar
implementor mengetahui apa yang harus dilakukan dimana yang menjadi
tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran
(Target Group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.
b. Sumber daya (resource)
Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya manusia
untuk melasanakan, maka penerapan (implementasi) tidak akan berjalan
efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia misalnya
kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
c. Sikap birokrasi dan pelaksana (disposisi)
Adalah waktak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor.
Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor
tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan.
d. Faktor struktur birokrasi
Merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam organisasi yang
menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan bagaimana
fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau
dikoordinasikan.
e. Sumber daya (resource)
Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya manusia
untuk melasanakan, maka penerapan (implementasi) tidak akan berjalan
efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia misalnya
kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
f. Sikap birokrasi dan pelaksana (disposisi)
Adalah waktak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor.
Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor
tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan.
g. Faktor struktur birokrasi
Merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam organisasi yang
menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan bagaimana
fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau
dikoordinasikan.
3. Penerapan Protokol Kesehatan
Protocol dalam etiologi biasa didengar “protocol” dalam bahasa inggris,
“protocole” dalam bahasa Perancis, “protocollum” dalam bahasa latin,
“protocollon” dalam bahasa Yunani. Pengertian keprotokolan adalah sebuah
bentuk aturan, atau pun kebiasaankebiasaan yang diyakini dan dianut oleh
masyarakat dalam kehidupan bernegara dan berbangsa serta berpemerintahan.
Namun dalam hal ini kata protokol kemudian dipakai dalam pengertian
rangkaian aturanaturan yang dikeluarkan negara dan sebagai warga negara kita
harus mentaati apa yang sudah menjadi keputusan pemerintah dalam menjaga
stabilitas ekonomi masyarakat.
Tujuan dari penerapan protokol kesehatan yaitu untuk meningkatkan upaya-
upaya dalam mencegah dan mengendalikan Covid-19 bagi masyarakat di
berbagai tempat dan fasilitas umum daam rangka mencegah terjadinya klaster
baru Covid-19 selama masa pandemi. Prinsip utamanya adalah perlindungan
kesehatan individu dan perlindungan kesehatan masyarakat. (Ariesta &
Widiantara, 2020)
Berdasarkan Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 33 Tahun 2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Sehat dan
Produktif Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 Di Kabupaten
Pekalongan bahwa penerapan protokol kesehatan wajib dilaksanakan dan
dipatuhi oleh seluruh masyarakat. (Peraturan, 2020)
a. Adapun penerapan protokol kesehatan bagi perlindungan kesehatan individu
antara lain :
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik (handsanitizer)
sebelum dan sesudah beraktifitas.
2) Memakai masker di luar rumah tinggal.
3) Menjaga jarak minimal 1 (satu) meter dengan orang lain untuk
menghindari paparan droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin.
4) Menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan.
5) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas).
b. Adapun penerapan protokol kesehatan bagi perlindungan kesehatan
masyarakat antara lain :
1) Sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk
memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta
keteladanan dari pemimpin dan tokoh masyarakat.
2) Penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan
memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer
3) Upaya penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan
fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan,
ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisiplinan
pada perilaku masyarakat yang beresiko dalam penularan dan tertularnya
Covid-19.
4) Fasilitas dalam deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
5) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala Covid19) terhadap
semua orang yang ada di tempat dan fasilitas umum.
6) Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang
lebih luas.
c. Adapun penerapan protokol kesehatan pada kegiatan/aktivitas masyarakat
antara lain :
1) Setiap orang yang beraktivitas dan berinteraksi di luar rumah/tempat
tinggalnya wajib melaksanakan protokol kesehatan
individu/perseorangan dengan memakai masker dan menjaga jarak
minimal 1 meter.
2) Setiap orang yang melanggar ketentuan dikenakan tindakan disiplin
berupa upaya paksa penerapan protokol kesehatan, kerja sosial berupa
menyapu, membersihkan atau memungut sampah difasilitas umum,
tindakan disiplin lainnya yang bersifat mendidik.
3) Pengenaan tindakan disiplin dilaksanakan oleh Gugus Tugas Daerah,
Gugus tugas Kecamatan, Satpol PP, dan tim penertiban bupati.
4) Pelaksanaan pengenaan tindakan disiplin didampingi oleh unsur
Polri/TNI.
d. Adapun penyesuaian kegiatan/aktivitas masyarakat dilakukan dengan
pertimbagan sebagai berikut :
1) Penyesuaian kegiatan/aktivitas masyarakat dilakukan dengan
pertimbangan tingkat risiko wilayah penyebaran Covid-19 dan
kemampuan daerah dalam mengendalikan Covid-19.
2) Penyesuaian kegiatan/aktivitas masyarakat dapat dipertimbangkan
ketentuan pemberlakuan pembukaan tempat dan fasilitas umum yang
ditetapkan oleh pemerintah.
3) Diperbolehkan dengan penerapan protokol kesehatan.
4) Diperbolehkan terbatas, dengan penerapan protokol kesehatan.
4. Pendataan Keluarga 2021
Pendataan Keluarga adalah kegiatan pengumpulan data primer tentang data
Pembangunan Keluarga, data Kependudukan, data Keluarga Berencana, dan data
anggota Keluarga yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah
(BKKBN) secara serentak pada waktu yang telah ditentukan, setiap 5 (lima)
tahun sekali melalui kunjungan ke keluarga dari rumah ke rumah. Pendataan
keluarga dilindungi undang-undang UU No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan Peraturan
Pemerintah No 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Infromasi Keluarga.
(Kader, n.d.2020).
a. Manfaat data hasil Pendataan Keluarga 2021.
1) Peta sasaran Program Pemabngunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga
Berencana (Banggakencana) dan Program Pembangunan lain.
2) Penentuan program dukungan yang sesuai untuk keluarga dan wilayah
tertentu.
3) Pengukuran indikator kinerja utama sasaran strategis Program
Banggakencana, angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun, median usia
kawin pertama dan indeks Pembangunan Keluarga.
b. Cara Pendataan Keluarga 2021
1) Pendataan keluarga dilakukan dengan wawancara langsung dan observasi
melalui kunjungan rumah ke rumah.
2) Wawancara dilakukan kepada kepala keluarga dan atau pasangannya yang
mengetahui dengan baik karakteristik seluruh anggota keluarga kecuali
pada blok keluarga berencana harus ditanyakan pada wanita kawin umur
10 sd 49 tahun.
c. Alat pengumpulan data Pendataan Keluarga 2021
1) Formulir (paperbased) : kader melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan kertas formulir F/1/PK/21.
2) Smarthphone : Kader melakukan pengumpulan data dengan menginput ke
dalam aplikasi menggunakan smartphone.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pendekatan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode pendekatan yang
digunakan adalah metode pendekatan case study dengan berpegang pada penelitian
kualitatif deskriptif. Pendekatan case study merupakan bagian dari metodologi penelitian
yang mana pada pokok pembahasannya seorang peneliti di tuntut untuk lebih cermat,
teliti dan mendalam dalam mengungkap sebuah kasus, peristiwa, baik bersifat individu
ataupun kelompok (Suwartono, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk deteksi dini Covid-19 di Puskesmas Mootilango,
dengan melihat kebiasaan perilaku masyarakat dalam mengunjungi puskesmas jika
mengalami masalah kesehatan. Faktor fasilitas kesehatan yang diteliti adalah akses
puskesmas dan akses informasi kesehatan. Perilaku deteksi dini Covid-19 adalah upaya
yang dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
3.2 Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mootilango dengan melibatkan kelompok usia
masyarakat 20-50 tahun yang bertempat tinggal di wilayah Kerja Puskesmas Mootilango.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai dengan perizinan dan peraturan yang berlaku
di Puskesmas Mootilango terkait pembatasan sosial pandemi Covid-19. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2021 – 20 Juli 2021.
Teknik yang digunakan dalam menentukan subjek adalah non probability sampling
dengan metode snowball sampling. Snowball sampling yaitu metode pengambilan sampel
dengan proses bergulir dari satu informan ke informan lainnya dengan pemenuhan jumlah
kuota. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 15 informan utama yang memenuhi
kriteria sampel penelitian, dimana kriteria tersebut adalah masyarakat yang tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Mootilango dengan usia 20-50 tahun dan 15 informan
triangulasi tetangga informan utama.
3.3 Fokus penelitian
Fokus penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus
dengan penguraian secara deskriptif dan lebih teliti tentang perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam upaya deteksi dini dan memutus mata rantai
penularan Covid-19 di Puskesmas Mootilango.
3.4 Sumber Data
Sumber data didalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting, karena
sumber data akan menyangkut kualitas dari hasil penelitian. Oleh karena itu, sumber data
menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data
terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder (Purhantara, 2010).
1. Data primer
Data primer adalan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam
hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan
instrument-instrument yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pengumpulan data primer
merupakan bagian internal dari proses penelitian dan yang sering kali diperlukan
untuk tujuan pengambilan keputusan. Data primer dianggap lebih akurat karena data
ini disajikan secara terperinci.
Pada penelitian ini jawaban data primer diperoleh dari hasil wawancara
informan yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk.
Biasanya sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah
diolah sebagian rupa sehingga siap di gunakan dalam statistik. Data sekunder umunya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder
didapat dari institusi puskesmas dan pasien yang datang ke puskesmas dengan
memberikan pernyataan.
3.5 Teknik Pengumpulan
Data Pengumpulan data adalah kegiatan penelitian yang terpenting. Pengumpulan
data dalam penelitian perlu di pantau agar data yang diperoleh dapat terjaga tingkat
validitasnya. Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu
fakta, pendapat dan kemampuan (Siyoto, 2015).
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Untuk itu peneliti akan
langsung terjun ke lapangan dan berada ditengah masyarakat guna memperoleh data dari
informan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal
diwilayah kerja Puskesmas Mootilango.
1. Pengumpulan data melalui kuesioner atau angket.
Sebagian besar penelitian umumnya biasanya menggunakan kuesioner sebagai
metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Prosedur penyusunan kuesioner
yaitu:
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh kuesioner.
b. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
d. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan sekaligus menentukan teknik
analisisnya.
2. Pengumpulan data melalui wawancara
Pengumpulan data wawancara memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengumpulkan data. Dalam melakukan wawancara penelitian harus memperhatikan
sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan,
kesabaran serta keseluruhan penampilan akan sangat berpengaruh terhadap isi
jawaban informan yang diterima oleh peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan
peneliti dalam pengumpulan data melalui wawancara adalah:
a. Melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.
Selain dari pertanyaan yang disiapkan, pertanyaan juga bersifat fleksibel sesuai
dengan alur pembicaraan.
b. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam dan buku
catatan. Alat perekam digunakan setelah peneliti mendapatkan ijin dari informan.
c. Data yang didapatkan kemudian dianalisis sesuai teknis analisis data.
3. Pengumpulan data melalui metode observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format
yang disususn berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan
akan terjadi. Peran yang paling penting dalam menggunakan metode observasi adalah
pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati gerak atau proses.
4. Pengumpulan data melalui metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan
sebagainya. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi
benda mati. Pengumpulan data ini merupakan salah satu metode pengumpulan data
kualitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan instrumen
wawancara yang terdiri dari 20 pertanyaan yang akan di tanyakan langsung kepada
informan penelitian. Pertanyaan ini meliputi tentang pengetahuan masyarakat tentang
fasilitas kesehatan, pengetahuan masyarakat tentang virus Covid-19, perilaku
masyarakat dalam upaya pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19, dan
pengambilan keputusan dalam mencari pengobatan saat muncul gejala Covid-19.
3.6 Teknik Keabsahan Data
Uji keabsahan data meliputi uji kreadibilitas data (validitas internal), uji depenabilitas
(reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas eksternal/ generalisasi), dan uji
konfirmabilitas (obyektivitas). Dalam penelitian kualitatif ini memakai beberapa teknik,
yaitu :
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil
dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai
kreadibilitas ialah teknik perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan membercheck.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan
berbagai sumber diluar data sebagai bahan perbandingan yang masih terkait satu
sama lain. Kemudian dilakukan cross check agar hasil penelitian dapat
dipertanggung jawabkan. Teknik ini dilakukan untuk membuktikan apakah
penelitian yang dilakukan benar-benar diuji kevalidan datanya.
Dalam penelitian kuaitatif ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Dalam triangulasi metode ini,
peneliti mengumpulkan data menggunakan metode wawancara dan observasi.
Sedangkan triangulasi sumber data, peneliti melakukan wawancara dengan
informan lebih dari 5 orang agar data bisa lebih luas yaitu 15 orang.
3. Memperpanjang pengamatan
Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dengan memperpanjang pengamatan ini berartihubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport (hubungan), semakin
akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak
ada informasi yang disembunyikan lagi. Dalam perpanjangan pengamatan ini,
peneliti melakukan penggalian data secara lebih mendalam supaya data yang
diperoleh menjadi lebih konkrit dan valid. Peneliti datang ke lokasi penelitian
walaupun peneliti sudah memperoleh data yang cukup untuk dianalisis, bahkan
ketika analisis data, peneliti melakukan crosscheck di lokasi penelitian.
4. Pemeriksaan sejawat
Pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dari informasi yang berhasil digali,
diharapkan dapat terjadi perbedaan pendapat yang akhirnya lebih memantapkan
hasil penelitian.
5. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati–hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data
sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Kesalahan sering
dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan
pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses
penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor
independent oleh dosen pembimbing.
6. Kepastian (confIrmability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan
cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung
oleh materi yang ada pada peneltian. Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian
confirmability mirip dengan penelitian kebergantungan dependability, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
3.7 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono, proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah 41 selesai di lapangan.
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti turun ke lapangan
(Sugiyono, 2018). Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa metode atau teknik
pengolahan data kualitatif dapat dilakukan melalui tiga tahap, yakni data reduction, data
display, dan conclusion drawing/Verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan dan dalam bentuk yang tidak tetap seperti
data kuantitatif. Oleh karena itu dapat dilakukan reduksi data yang berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak diperlukan.
2. Data Display (Penyajian data)
Setelah direduksi, maka tahap selanjutnya adalah menampilkan atau
menyajikan data agar memiliki visibilitas yang lebih jelas. Penyajian data yang
dimaksud dapat berupa tabel dengan format yang rapi, grafik, chart, pictogram
dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah untuk dipahami.
3. Conclusion Drawing/Verification (Menarik kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Hubermn
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
sifatnya masih sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Anda mungkin juga menyukai