Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AGAMA
“KETAUHIDAN DALAM MENGHADAPI COVID-19”

DISUSUN OLEH:
CHAIRUL TOMAS (21220010)

DOSEN PENGAMPU: WAHYU HIDAYAT, MH

PROGAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Bengkulu, April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Kemenkes RI (2020), Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang
dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan, sedang sampai berat. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civetcats) ke manusia dan MERS-CoV dari
unta ke manusia. Di akhir tahun 2019 telah muncul jenis virus corona baru yakni
coronavirus disease 2019 (COVID-19).
COVID 19 yang telah melanda seluruh penjuru muka bumi sejak tahun 2019
menyebabkan berbagai kelumpuhan dalam berbagai sector, yang tertampak jelas adalah
sector Kesehatan. Hal ini dikarenakan virus ini sangat mudah menginfeksi manusia
bahkan virus ini dapat bertahan hidup meski menempel pada benda-benda mati. Selain
sector Kesehatan, sector yang lain juga terdampak secara nyata dengan adanya Covid-19
adalah sector Pendidikan, ekonomi dan sosial keagamaan. Di bidang Pendidikan, aktivitas
belajar mengajar di sekolah telah dialihkan menjadi aktivitas belajar di rumah yang
tentunya menambah beban orang tua baik dari segi waktu maupun biaya. Di sector
ekonomi, kegiatan masyarakat diberhentikan secara massal sehingga mempengaruhi
pendapatan sehari-hari. Serta di sector sosial dan keagamaan terlihat aktifitas ini juga
diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19 serta melindungi
masyarakat agar tetap sehat.
Masyarakat Indonesia yang heterogen menciptakan respon yang beraneka ragam
terhadap kebijakan pemerintah. Hal itu turut berpengaruh terhadap sikap masyarakat
dalam menghadapi COVID 19, ada yang acuh dengan tetap melaksanakan aktivitas seperti
biasa, ada yang panik dan ada juga yang patuh menjalankan protokol yang diterapkan oleh
pemerintah. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentu harus menjadi
garda terdepan. Umat Islam harus mampu membentengi dirinya terlebih dahulu, dan
menjadi rahmatan lil ‘alamin untuk sesama masyarakat lainnya demi melewati ujian
wabah tersebut. Bahkan, di zaman Rasulullah SAW, juga pernah terjadi wabah seperti ini.
Artinya sudah terdapat tata cara menghadapi wabah yang meluas seperti yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Sebagai umat beragama kita wajib mengikuti tuntunan dalam
menghadapi wabah seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sikap-sikap sebagai
muslim dalam menghadapi Covid-19.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tinjauan Umun Covid-19
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-2)
adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
Covid 19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan,
infeksi paru- paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome corona
virus 2 (SARS- CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru
dari corona virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi,
anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. 1 Corona virus adalah
kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. 2
Gejala klinis umum yang terjadi pada pasien Covid19, diantaranya yaitu demam,
batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan sakit kepala. 3 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Huang dkk (2020), gejala klinis yang paling sering terjadi pada pasien
Covid19 yaitu demam (98%), batuk (76%), dan myalgia atau kelemahan (44%). Gejala
lain yang terdapat pada pasien, namun tidak begitu sering ditemukan yaitu produksi
sputum (28%), sakit kepala 8%, batuk darah 5%, dan diare 3%, sebanyak 55% dari pasien
yang diteliti mengalami dispnea.
Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga dilaporkan oleh Kumar dkk.
Sakit abdominal merupakan indikator keparahan pasien 8 dengan infeksi Covid19.
Sebanyak 2,7% pasien mengalami sakit abdominal, 7,8% pasien mengalami diare, 5,6%
pasien mengalami mual dan/atau muntah. 4
Computerised Tomographytoraks (CT toraks) pada pasien dengan Covid19 pada
umumnya memperlihatkan opasifikasi ground-glass dengan atau tanpa gabungan
abnormalitas. CT toraks mengalami abnormalitas bilateral, distribusi perifer, dan
melibatkan lobus bawah. Penebalan pleural, efusi pleura, dan limfadenopati merupakan
penemuan yang jarang didapatkan. 5
Individu yang terinfeksi namun tanpa gejala dapat
menjadi sumber penularan SARS-CoV-2 dan beberapa diantaranya mengalami progres
1
Diah Handayani, et. al. 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Resipologi Indonesia. Vol.40. No. 2, April 2020.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2
Kemenkes. 2020
3
Lapostolle, F., dkk. 2020. Cinical Features of 1487 COVID-19 Patient with Outpatient Management in the Greater Paris:
the Covid -Call Study. Internal and Emergency Medicine (0123456789). https://doi.org/10.1007/s11739-020-02379-z
4
Kumar, dkk. 2020. Novelty in the Gut: A Systematic Review Analysis of the Gastrointestinal Manifestations of Covid-19.
BMJ Open Gastronterology, 7(e000417),1-9. https://doi.org/10.1136/bmjgast-2020-00417
5
Gennaro, F. dkk. 2020. Coronavirus Diseases ( COVID-19 ) Current Status and Future Perspectives : A Narrative Review.
International Journal of Environmental Research and Public HealthEnvironmental Research and Public Health, 17(2690),
1–11. https://doi.org/10.3390/ijerph17082690
yang cepat, bahkan dapat berakhir pada ARDS dengan case fatality rate tinggi. Penelitian
yang dilakukan oleh Meng dkk tahun 2020 menunjukkan bahwa dari 58 pasien tanpa
gejala yang dites positif Covid19 pada saat masuk RS, seluruhnya memiliki gambaran CT-
Scan toraks abnormal. Penemuan tersebut berupa gambaran opasitas ground-glass dengan
distribusi perifer, lokasi unilateral, dan paling sering mengenai dua lobus paru. Setelah
follow up dalam jangka waktu singkat, 27,6% pasien yang sebelumnya asimptomatik
mulai menunjukkan gejala berupa demam, batuk, dan fatigue. 6

2. Arti Tauhid
Kata tauhid berasal dari kata-kata wahhada, yuwahhidu, tauhidan, yang artinya
mengesakan, menyatukan. Jadi, tauhid adalah suatu agama yang mengesakan Allah. 7 Arti
kata tauhid adalah mengesakan, yang dimaksud dengan mengesakan Allah Swt adalah
dzat-Nya, sifat-Nya, asma‟-Nya dan af‟al-Nya. 8
Hakeem Hameed mengartikan tauhid sebagai sebuah kepercayaan ritualistik dan
perilaku seremonial yang mengajak manusia menyembah realitas hakiki (Allah); dan
menerima segala pesan-Nya yang disampaikan lewat kitabkitab suci dan para Nabi untuk
diwujudkan dalam sikap yang adil, kasih sayang, serta menjaga diri dari perbuatan maksiat
dan sewenang-wenang demi mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. 9
Tauhid menurut Abu al-A‟la al-Maududi adalah kalimat deklarasi seorang muslim,
kalimat pembeda seorang muslim dengan orang kafir, ateis dan musyrik. Sebuah
perbedaan yang lebih terletak pada peresapan makna tauhid dan meyakininya dengan
sungguh-sungguh kebenaran-Nya dengan mewujudkannya. dalam perbuatan agar tidak
menyimpang dari ketetapan Ilahi. 10
Secara umum, Tauhid lebih sering diartikan dengan teoantroposentris; yang mana
pembahasannya masih berkutat pada pemusatan pada Allah dan bahwa manusia mesti
mengabdi pada-Nya. Belum ada pembahasan secara rinci tentang tauhid sebagai prinsip
kehidupan, prinsip pokok yang menjadi prinsip atas aspek-aspek kehidupan. Aspek
keluarga, negara, ekonomi, sosial, politik, sosial, pengetahuan dan sebagainya selengkap
yang dilakukan oleh Ismail Raji al-Faruqi. 11
6
Meng, H., dkk. 2020. CT Imaging and Clinical Course of Asymptomatic Cases with Covid-19 Pneumonia at Admission in
Wuhan, China. Journal of Infection, 81(2020), e33–e39. Retrieved from https://doi.org/10.1016/j.jinf.2020.04.004
7
Amin Rais, Tauhid Sosial Formula Menggempur Kesenjangan, Mizan Bandung 1998, hlm. 36
8
Dja‟far Sabran, Risalah Tauhid, Cipitat: Mitra Fajar Indonesia, 2006, hlm. 1.
9
Hakeem Abdul Hameed, Aspek-aspek Pokok Agama Islam, terj. Ruslan Shiddieq, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983, Cet.
1, 36.
10
Abul A‟la al-Maududi, Prinsip-prinsip Islam, terj. Abdullah Suhaili, (Bandung: alMa‟arif, 1975), 68
11
Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Pustaka, 1988), Cet. 1, seluruh isi buku
3. Ketauhidan dalam Menghadapi Covid-19
Ditinjau dari sisi medis, munculnya wabah disebabkan oleh proses mutasi genetik dari
bakteri atau virus. Diantara penyebab mutasi ini karena virus yang biasa tinggal di tubuh
hewan sering terpapar dengan sel manusia (misalnya pada hewan yang dimakan), sehingga
virus menyesuaikan diri dan akhirnya tinggal di sel tubuh manusia. 12
Apabila dari sisi syariat, tentu saja Allah yang menyebabkan terjadinya mutasi genetik
tersebut. Adapun sebab lainnya adalah karena maksiat dan dosa manusia karena semua
musibah itu karena ulah tangan manusia secara langsung atau dosa manusia. 13
Dengan demikian adanya wabah ini menjadikan kita tetap berserah kepada Allah
SWT. Percaya dengan ketentuan yang telah Allah gariskan terhadap kehidupan manusia.
Mengingat Allah SWT, tidak akan memberi musibah apabila kita tidak sanggup
menghadapinya serta selalu berbaik sangka terhadap Allah SWT bahwa dengan adanya
musibah ini menandakan bahwa Allah masih menyayangi umatnya.
Pada titik ini berarti orang menampilkan konsep la ilaha illah, tidak ada tuhan selain
Allah Swt., yang merupakan tahap pertama dalam Islam, yang tanpanya Islam tidak bisa
dipenuhi. Selanjutnya, ada tahap-tahap lain tauhid, yang bisa dicapai dengan pengetahuan
dan amal-amal dijalan kesempurnaan: Tauhid dalam meminta pertolongan dan mencari
sandaran, tauhid dalam ketakutan dan mengharapkan, tauhid dalam cinta, dan seterusnya,
hingga orang mencapai tahap tauhid yang tertinggi, yaitu tauhid dalam wujud-Nya yang
mandiri. Wujud yang mandiri adalah milik Allah Swt, semata. Semua urusan wujud adalah
dari-Nya ini harus menjadi kenyataan yang bersifat visual, bukan sekedar konsep mental
yang dicapai dengan penalaran mental dan filosofis. Barang siapa mencapai tahap ini, dia
akan menjadi monoteis yang sempurna. Orang seperti itu tidak akan mempunyai hubungan
yang independen kecuali dengan Allah SWT. 14

Sebagai seorang muslim yang mengimani takdir dan ketentuan Allah, kita wajib
meyakini bahwa musibah wabah yang terjadi saat ini di berbagai belahan dunia
merupakan takdir yang telah Allah tetapkan jauh sebelum manusia diciptakan.
Namun demikian, dalam menyikapi musibah yang sedang terjadi seorang
muslim hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:

12
Sri Patmawati, AMK. Sikap SEorang Muslim Dalam Menghadapi Wabah Covid-19 https://fk.uii.ac.id/sikap-seorang-
muslim-dalam-menyikapi-wabah-covid-19/
13
Obid
14
Muhammad Taqi Misbah Yasdi, Filsafat Tauhid mengenal tuhan melalui nalar dan firman, Arasyi Bandung 2003, hlm. 76
1. Tawakkal kepada Allah

Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah atas segala sesuatu
yang terjadi. Allah berfirman:

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun: 11)
1. Menjaga aturan Allah

Kita harus ingat apabila kita menjaga aturan Allah, memperhatikan perintah dan
menjauhi larangan-Nya, pastilah Allah akan menjaga kita pula. Dalam nasihat
Rasulullah kepada Ibnu ‘Abbas disebutkan:

“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Al-Hakim)
1. Mengingat keadaan seorang mukmin antara bersyukur dan bersabar

Dari Shuhaib ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini
tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia
bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik
baginya.” (HR. Muslim).
1. Melakukan ikhtiar dan sebab
Seorang muslim hendaknya melakukan sebab dan berbagai upaya untuk
menanggulangi wabah dan musibah Covid-19 ini, baik sebab secara fisik
(sebab kauni) maupun sebab secara syar’i (non fisik). Diantara upaya melakukan
sebab secara fisik adalah dengan melakukan pencegahan secara individu
dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
 Sering mencuci tangan dengan air dan sabun dengan langkah yang
benar khususnya saat baru pulang dari bepergian, sebelum dan
sesudah makan, dan lain-lain.
 Menghindari untuk berjabat tangan secara langsung
 Menjaga jarak dalam berinteraksi dengan orang lain (physical
distancing) minimal 1,5 meter.
 Menutup mulut saat bersin dan batuk dengan lengan atas dan
segera mencuci tangan
 Menggunakan masker saat keluar rumah dan beraktifitas diluar.
 Sering membersihkan/mengelap permukaan benda seperti
meja/kursi yang sering disentuh.
 Hindari berkumpul tatap muka dengan banyak orang dan menunda
kegiatan bersama (social distancing)
Adapun upaya dalam menempuh sebab non fisik (sebab syar’i) dapat dilakukan
dengan cara:
 Meyakini bahwa Allah telah menakdirkan segala sesuatu. Allah
berfirman:

“Dan Allah menciptakan segala sesuatu dan menetapkan takdirnya dengan


sebenar-benarnya.” (QS. al-Furqan: 2)
 Menyempurnakan tawakal kepada Allah dan menyandarkan segala
urusan kepada-Nya. Allah berfirman:

“Katakanlah; Tidak akan menimpa kami kecuali apa-apa yang telah ditetapkan
Allah menimpa kami, Dia lah penolong bagi kami. Dan kepada Allah semata
hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. At-Taubah : 51).
 Kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya
 Menempuh sebab-sebab (upaya nyata) untuk menghindar dari
wabah. Allah berfirman:

“Dan janganlah kalian dengan sengaja menjerumuskan diri kalian menuju


kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 195)
 Bersungguh-sungguh dalam mengambil informasi yang berkaitan
dengan wabah ini dari sumber-sumber yang terpercaya dan ahli pada
bidangnya.
 bersungguh-sungguh dalam berdoa kepada Allah karena doa itulah
intisari dari ibadah. Baik itu doa secara umum agar dihindarkan atau
diangkat dari bencana yang menimpa, atau dengan doa-doa secara
khusus seperti:
 Membaca surat al-Falaq dan an-Naas
 Membaca doa

“Allahumma inni a’uudzu bika minal barash wal junun wal judzam wa sayyi’il
asqam”

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta,
dan dari segala penyakit yang buruk lainnya.”

1. Merutinkan dzikir pagi dan petang

Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang
dari setiap malamnya kalimat: Bismillahilladzi Laa Yadhurru Ma’asmihi Syai-Un Fil Ardhi
Wa Laa Fis Samaa’ Wa Huwas Samii’ul ‘Aliim sebanyak tiga kali, maka tidak akan ada apa
pun yang membahayakannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

4.

Anda mungkin juga menyukai