Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa disebut dengan Covid-19 ini
merupakan penyakit baru yang hadir di dunia dan penyakit ini biasanya muncul
dari gejala ringan hingga berat. Covid-19 terbagi menjadi dua jenis yang
diketahui yang dapat menimbukan gejala berat seperti Middle East Respiratory
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona ini termasuk dalam
kategori zoonosis yang artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia).
(Kemenkes RI, 2020).
Menurut World Health Organization (2020), pada tanggal 1 desember
2020 tercatat ada 62.844.837 jiwa kasus Covid-19 yang terkonfirmasi dan baru
dilaporkan dalam 24 jam terakhir tercatat 453.170 jiwa, terdapat jumlah
kematian yang dilaporkan WHO termasuk 1.465.144 jiwa dan baru dilaporkan
dalam 24 jam terakhir tercatat 7.837 jiwa. Jadi, hal ini menunjukan bahwa
Corona Virus Disease (Covid-19) merupakan suatu penyakit serius yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan di semua negara sehingga merugikan negara
dan pribadi karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat
mortalitas covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al., 2020). Jumlah kasus yang tercatat di
Negara Indonesia pada tanggal 1 desember 2020 terdapat jumlah yang positif
tercatat 543.975 jiwa, jumlah data yang sembuh tercatat 454.879 jiwa dan
jumlah data yang meninggal tercatat 17.081 jiwa. Kesimpulan dari data
tersebut bahwa terkait terjadinya covid semakin meningkat di setiap bulan.
(Satgas, 2020).

1
Menurut Dinas Kesehatan Kalimantan Barat (2020), berdasarkan tanggal 1
Desember 2020 terdapat 2.438 jiwa yang terkonfirmasi Covid-19 diantaranya
termasuk 374 jiwa yang terkonfirmasi isolasi, 2042 jiwa yang terkonfirmasi
sembuh dan 22 jiwa yang terkonfirmasi meninggal. Suspek 1309 jiwa
diantaranya 522 jiwa suspek dirawat, 737 jiwa discarded dan 50 jiwa probable.
Kontak erat dengan orang yang positif covid-19 terdapat 19.486 jiwa (Dinkes
Kalbar, 2020). Kota Pontianak yang terkonfirmasi covid-19 tercatat 772 jiwa,
suspek tercatat 785 jiwa dan kontak erat dengan orang yang positif covid-19
tercatat 2.624 jiwa (Dinkes Kalbar, 2020).
Menurut Kementerian Kesehatan (2020), Orang Tanpa Gejala (OTG)
adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala-gejala Covid-19, tetapi
mereka pernah melakukan kontak erat dengan orang yang sudah dinyatakan
positif Covid-19. OTG perlu melakukan pemeriksaan rapid test antibodi, jika
pemeriksaan yang pertama menunjukkan hasil negatif, maka tindakan
selanjutnya adalah menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
social distancing (jaga jarak fisik) serta memakan makanan yang sehat dan
bergizi serta rutin olahraga dengan protokol kesehatan. Jika didapatkan hasil
positif maka, tindakan selanjutnya adalah mengisolasikan diri atau isolasi
mandiri dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan social
distancing serta rutin cek kesehatan.
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah tentara bagi kesehatan
tubuh kita yang berperan dalam menjaga dan melawan benda asing yang
negatif masuk ke tubuh. Seperti yang kita ketahui bahwa tidur merupakan
kebutuhan dasar manusia yang mempunyai pengaruh terhadap fisik dan
psikologis dengan kebutuhan yang berbeda-beda berdasarkan usia. Saat tidur
terjadinya perubahan fisiologis, perubahan neurologi, perubahan hormonal dan
pernapasan. Dengan kebutuhan tidur yang terpenuhi maka dapat meningkatkan
kesehatan karena fungsi biologis tubuh menjadi seimbang dan normal. Ketika
seseorang kebutuhan tidurnya tidak tercukupi maka dapat mengalami
perubahan perilaku, emosi dan menurunkan imunitas tubuh sehingga mudah
terinfeksi virus. Setelah saya membaca artikel terkait sistem imun, saya belum

2
menemukan apakah ada hubungan sistem imun terhadap pola tidur (Jauhari,
2020).
Tidur adalah salah satu perilaku atau aktivitas sebagai kebutuhan dasar
bagi manusia. Tidur mungkin tampak sebagai suatu proses yang dianggap 
pasif. Kenyatannya, tidur dapat dikaitkan dengan aktivasi otak tingkat tinggi. 
Tidur merupakan keadaan yang relevan dengan psikiatri, karena gangguan
tidur  dapat terjadi di hampir semua penyakit kejiwaan dan sering menjadi
bagian  kriteria diagnostik untuk gangguan tertentu. Kualitas tidur sangat
berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia sehingga berpengaruh ke
kesehatan mental jika terjadinya gangguan tidur. (Sadock, Sadock, & Ruiz,
2015). 
Untuk mengetahui kondisi tidur yang baik dapat digambarkan dengan
durasi  yang cukup, kualitas yang baik, ketepatan dan keteraturan waktu, serta
tidak  adanya gangguan tidur. Durasi waktu tidur yang baik untuk
meningkatkan  kesehatan secara optimal bagi orang dewasa adalah 7 jam atau
lebih per malam secara teratur. Tidur kurang dari 7 jam per malam secara
teratur dikaitkan  dengan beberapa masalah kesehatan di antaranya
penambahan berat badan, penyakit jantung dan stroke, depresi, hipertensi,
diabetes dan peningkatan risiko  kematian (Watson et al., 2015).
Hasil dari penelitian Bilqis tahun 2018, menyatakan bahwa adanya
hubungan infeksi saluran pernafasan akut terhadap gangguan tidur yang
menyebabkan kekebalan tubuh menurun pada mahasiswa Kedokteran
Universitas Andalas angakatan 2015-2016.
Menurut penulis, dari latar belakang tersebut menyimpulkan bahwa saat
pandemi Covid-19 banyaknya tenaga kesehatan tertular penyakit Covid-19
dengan tanpa gejala namun, penulis belum mengetahui hubungan kualitas tidur
terhadap orang tanpa gejala. Maka dari itu, penulis ingin meneliti hubungan
pola tidur terhadap kejadian Orang Tanpa Gejala akibat covid-19.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas latar belakang sebelumnya maka peneliti dapat
menyusun rumusan masalah yaitu, “Hubungan Pola Tidur Terhadap Orang
Tanpa Gejala (OTG) Akibat Covid-19 Di RS Universitas Tanjung Pura”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap orang tanpa gejala
(OTG) akibat Covid-19 Di RS Universitas Tanjung Pura?
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pola tidur terhadap kejadian
Covid-19
b. Untuk mengetahui hubungan pola tidur terhadap Orang Tanpa Gejala
(OTG)
D. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai cara pencegahan
covid-19 Di RS Universitas Tanjung Pura.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai masukan peningkatan mutu dan kualitas dalam pelayanan
kesehatan khususnya dalam penanganan Covid-19.
3. Bagi instusi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan
memperkaya ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan bagi peniliti
selanjutnya. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi dan pengalaman bagi
peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan yang terkait dengan
hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat

4
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

a. Definisi Covid-19

Berdasarkan penelitian (Centers for Disease Control and

Prevention, 2020), Covid-19 merupakan sekumpulan virus yang

mempengaruhi dan menginfeksi sistem pernapasan mulai dari yang

ringan hingga berat seperti penyakit pneumonia sehingga dapat

terjadinya kematian. Tercatat kurang lebih 200 negara yang terinfeksi

virus ini dan yang terbanyak terinfeksi yaitu Amerika Serikat terdapat

kurang lebih 186.046 orang yang positif covid-19. Setelah Amerika

Serikat yang terbanyak terinfeksi virus ini terdapat juga dari Negara

Italia dengan 105.792 jiwa, dan Spanyol sebanyak 95.923 jiwa.

Meningkatnya mortalitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor

individu dan faktor luar individu.

b. Etiologi

Covid-19 merupakan virus RNA strain tunggal positif, ia berkapsul

dan juga tidak bersegmen. Covid-19 mempunyai 4 struktur protein yang

utama yaitu: peotein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),

glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Covid-19 termasuk

ordo Nidovirales, keluarga dari Coronaviridae. Virus ini dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus


6

diantaranya alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus,

dan deltacoronavirus. Covid-19 termasuk dalam genus betacoronavirus

yang berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, berdiamter 60-140

mm. lamanya virus ini bertahan mungkin dipengaruhi dengan kondisi-

kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan

lingkungan) (Kemenkes RI, 2020).

c. Patofisiologi

Covid-19 disebut dengan zoonotik artinya virus yang diteruskan

dari hewan ke manusia. Kelelawar, tikus bamboo, unta, dan musang

adalah host biasa yang ditemukan untuk coronavirus. Corona virus

pada kelelawar termasuk sumber utama untuk terjadinya Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome

(MARS). Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan

dari manusia ke manusai melalui transmisi kontak, transmisi droplet,

rute feses dan oral.

Covid-19 terlebih dahulu menginfeksi usia dewasa atau anak lebih

tua dengan terdapat gejala klinis ringan seperti common cold dan

faringitis berat seperti SARS atau MERS serta beberapa cedera

menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi coronavirus ini biasanya

terjadi pada musim dingin dan semi karena virus ini terkait dengan

adanya faktor iklim dan perpindahan populasi yang cenderung banyak

perjalanan. Selain itu, terkait dengan karakteristik dari coronavirus


7

yang sangat menyukai suhu dingin dan kelembapan yang tidak terlalu

tinggi.

Semua orang rentan terinfeksi virus ini. Pneumonia coronavirus

jenis baru dapat terjadi pada pasien yang immunocompromised yaitu

pasien yang kekebalan tubuhnya berkurang karena gangguan. Jika

terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu maka dapat

menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal.

Orang yang dengan sistem imunnya lemah seperti orang tua,wanita

hamil, dan kondisi lainnya maka penyakit secara progresif tertular lebih

cepat dan lebih parah.

Coronavirus hanya bisa meregenerasi diri melalui sel host-nya

karena virus tidak dapat hidup tanpa sel host. Siklus coronavirus setelah

menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, adanya penempelan

dan masuk virus ke sel host yang diperantarai oleh Protein S yang ada

di permukaan virus. Protein S merupakan penentu utama dalam

menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropis. Pada studi SARS-

CoV protein S keterikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-

2 (angiotensin converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada

mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus

besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel

alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel

otot polos. Setelah berhasil masuk maka selanjutnya terjadnya translasi

replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan


8

transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan

dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya yaitu perakitan dan

membentuk virus. Setelah terjadinya transmisi, virus masuk ke saluran

pernapasan bagian atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas

atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran

napas bagian bawah. Pada infeksi yang akut maka terjadinya peluruhan

virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut dan meluruh beberapa

waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus

sampai muncul penyakit 3-7 hari (Burhan, et al, 2020).

d. Klasifikasi Covid-19

Berikut klarifikasi Covid-19 di Indonesia berdasarkan buku

Pedoman Pencegahan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19)

per 27 Maret 2020:

1) Pasien dalam Pengawasan (PdP)

a) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu

demam (≥38ºC) atau riwayat demam yang disertai salah satu

tanda adanya penyakit pernapasan seperti: batuk, sesak nafas,

sakit tenggorokan, pilek, pneumonia ringan sampai berat dan

tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang

meyakinkan. Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala

memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara atau wilayah

yang melaporkan transmisi lokal.


9

b) Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau ispa dan

pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat

kontak erat dengan yang positif covid-19.

c) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan

perawatan di rumah sakit dan juga tidak ada penyebab lain

berdasarkan gambaran klinis yang menyakinkan.

2) Orang dalam Pemantauan (OdP)

a) Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau

gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit tenggorokan,

batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki

riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang

melaporkan transmisi lokal.

b) Orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan seperti pilek,

sakit tenggorokan dan batuk pada 14 hari terakhir sebelum timbul

gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid-

19.

3) Orang Tanpa Gejala (OTG)

Seseorang yang tidak ada gejala tetapi memiliki resiko tertular

dari orang yang positif covid-19. Orang tanpa gejala merupakan

seseorang yang riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi covid-

19. Kontak erat adalah seseorang yang pernah melakukan kontak

fisik atau pernah berada didalam satu ruangan yang sama atau

berkunjung (dengan jarak 1 meter dengan kasus pasien dalam


10

pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum timbulnya gejala

dan hingga 14 hari setelah timbul gejala.

Orang yang termasuk dalam kontak erat adalah petugas

kesehatan karena mereka yang memeriksa, merawat, mengantar, dan

membersihkan ruangan ditempat perawatan kasus tanpa

menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standart. Selanjutnya

orang yang termasuk dalam kontak erat adalah orang yang berada

dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus konfirmasi covid-19

(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, dan acara besar) dalam 2 hari

sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah timbul

gejala. Orang yang termasuk kontak erat yang terakhir adalah orang

yang berpergian bersama (radius 1 meter) dengan berbagai jenis

transportasi dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14

hari setelah kasus timbul gejala.

4) Kasus Konfirmasi

Pasien yang terinfeksi Covid-19 dengan hasil pemeriksaan tes

positif melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)

(Handayani, et al. 2020).

e. Faktor Risiko

Berdasarkan penelitian (Susilo, et al, 2020) penyakit komorbid

hipertensi dan diabetes mellitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok

aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Jenis kelamin

laki-laki lebih rentan terpapar infeksi ini berdasarkan prevalensi


11

perokok aktif yang tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes

mellitus diduga ada peningkatan ekspresi reseptor ACE2.

f. Manifestasi Klinis

Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang hingga

berat. Gejala klinis utama yang sering muncul yaitu demam dengan

suhu (≥38ºC), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai

dengan sesak yang berat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti

diare dan gejala saluran napas lainnya. Setengah dari pasien timbul

sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan

progresif seperti ARDS, syok septic, asidosis metabolic yang sulit

dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam

beberapa hari.
12

2. Pola Tidur

a. Definisi Tidur

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tidur

adalah suatu keadaan dimana seseorang sedang tidak sadar tetapi dapat

dibangunkan oleh stimulus atau dapat juga diakatakan sebagai keadaan

tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan dalam penuh

ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus

yang berulang (Hidayat A, 2015).

b. Fisiologi Tidur

Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak pada

mesensefalon dan terdapat pada bagian pons. Pons tersebut terletak

antara otak tengah dan medulla oblongata. Reticular activating system

(RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran nyeri dan

perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk

rangsangan emosi dan proses berpikir. Ketika dalam keadaan sadara,

neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepinefrin.

Pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum

serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,

yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Sementara, pada saat

terbangun bergantung pada keseimbangan implus yang diterima pusat

otak dan sistem limbic (Hidayat A, 2015).


13

c. Tahapan Tidur

Berdasarkan penelitian Tarwoto (2015) tahapan tidur terdapat non

rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM),

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Tahap Tidur NREM: NREM tahap I, tingkat transisi, merespon

cahaya, berlangsung beberapa menit, mudah terbangun dengan

rangsangan, aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolism

menurun, bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) NREM Tahap II: Periode suara tidur, mulai relaksasi otot,

berlangsung 10-20 menit, fungsi tubuh berlangsung lambat, dapat

dibangunkan dengan mudah.

3) NREM Tahap III: Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak, agak

sulit untuk dibangunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah

menurun, berlangsung 15-30 menit.

4) NREM Tahap IV: Tidur nyenyak, denyut jantung dan frekuensi

pernapasan menurun, sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus

intensif, tonus otot menurun dan gerak bola mata cepat.

5) Tahap Tidur REM:

a) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tahap NREM.

b) Pada orang dewasa nomal REM 10-25% dari tidur malamnya.

c) Jika individu terbangun pada tahap ini, maka biasanya terjadi

mimpi.
14

d) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi yang

berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.

d. Fungsi dan Tujuan Tidur

Fungsi dan tujuan tidur ini secara jelas tidak diketahui, akan tetapi

diyakini bahwa pada dasarnya tidur dapat digunakan untuk menjaga

keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada

paru, kardiovaskular, endokrin dan lain-lainnya. Selama kita tertidur,

energi kita disimpan secara otomatis, sehingga dapat diarahkan kembali

pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek

fisiologis dari tidur yaitu pertama, efek pada sistem saraf diperkirakan

dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara

berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh yang dapat

memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama

tidur terjadi penurunan (Hidayat A, 2015). Berikut adalah beberapa

fungsi dari tidur:

1) Memelihara Fungsi Jantung

2) Pembaruan Sel

3) Penyimpanan Energi

e. Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah ketika seseorang sedang mengalami

gangguan dan perubahan waktu tidur yang menyebabkan

ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Tarwoto,

2015).
15

1) Penyebab Gangguan Tidur

Menurut Nugroho (2014) menyatakan penyebab gangguan

tidur adalah:

a) Faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang

tenang.

b) Faktor instrinsik (dalam), misalnya berupa nyeri, gatal, kram

pada betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia),

depresi, ansietas, stress, iritabilitas, marah yang tidak

tersalurkan dan penyakit tertentu yang membuat gelisah.

2) Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur

(Tarwoto,2015) :

a) Penyakit

Seseorang ketika mengalami sakit maka memerlukan

waktu tidur yang lebih banyak dari normal. Namun demikian,

keadaan sakit menyebabkan lansia kurang tidur bahkan tidak

dapat tidur. Misalnya sakit gangguan pernapasan seperti asma,

bronchitis, penyakit kardiovaskuler dan penyakit persarafan.

b) Lingkungan

Pasien yang biasanya tidur pada lingkungan yang tenang

dan nyaman, kemudian terjadilah perubahan suasana

lingkungan yang tidak nyaman seperti adanya keributan maka

akan menghambat tidur seseorang.


16

c) Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat

menimbulkan keinginan untuk bangun dan waspada terhadap

kantuk.

d) Kelelahan

Apabila seseorang sedang mengalami kelelahan maka

dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

e) Kecemasan

Pada saat seseorang dalam keadaan cemas maka

kemungkinan meningkatkan saraf simpatis sehingga

mengganggu tidur.

f) Alkohol

Alkohol dapat menekan REM secara normal, seseorang

yang sedag minum alcohol maka dapat mengakibatkan

insomnia dan terpancing marah.

g) Obat-obatan

Beberapa kandungan obat yang dapat menimbulkan

gangguan tidur yaitu Diuretic (menyebabkan insomnia), Anti

depresan (supresi REM), Kafein (meningkatkan saraf

simpatis), Beta bloker (menimbulkan insomnia) dan Narkotika

(mensupresi REM).
17

B. Keaslian penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Tahun
1 Nasrul Hadi Hubungan Metode Hasil penelitian Menggunakan Populasi
Purwanto, Antara penelitian menujukan sikap cross dalam
(2017). Sikap ini keluarga sectional penelitian
Dengan menggunak sebagian besar seluruh
Perilaku an desain negative yaitu 12 Menggunakan keluarga
Keluarga penelitian responden kuesioner pasien
Tentang analitik (54,5%) besikap
Pencegaha Cross positif yaitu 10 Tempat dan
Total
n Penyakit Sectional. responden waktu
sampling
Menular Populasi (45,5%). Dan penelitian
tuberkulosi dalam perilaku keluarga
s penelitian yang berperilaku
adalah baik 6 responden
seluruh (27,3%),
keluarga berperilaku
pasein cukup 9
tuberkulosi responden
s di (40,9%) dan yang
puskesmas berperilaku
wringinano kurang 7
m gresik responden
(31,8%)
sedangkan dari
hasil uji statistic
diperoleh hasil
terdapat
hubungan antara
sikap dengan
perilaku keluarga
tentang
pencegahan
penyakit
menular
tuberkulosis.
18

No Nama/ Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Tahun
2. Ruslantri Analisis Metode Berdasarkan hasil Variabel Menggunak
Sianturi, faktor penelitian penelitian terkait an
(2013). yang ini adalah menunjukkan analisis rancangan
berhubun penelitian bahwa ada univariant kasus
gan analitik hubungan antara dan kontrol
dengan observasi pengetahuan biavariant (case
kekambu onal penderita control
han tb dengan terhadap TB paru Terletak pada study)
paru rancangan dengan variabel
(studi penelitian kekambuhan TB penelitianya Populasi
kasus di kasus paru di BKPM yaitu sampel
bkpm kontrol Semarang. kekambuhan
semarang (case Berdasarkan hasil TBC Tempat dan
tahun control penelitian ini,
waktu
2013) study). kekambuhan TB
penelitian
Analisis paru lebih banyak
data yang pada responden
digunaka yang memiliki Menggunak
n pada pengetahuan an analisis
penelitian kurang. faktor
ini adalah
analisis
univariat
dan
bivariat.
3. Ihsan Hubungan Metode Berdasarkan hasil Menggunakan Tempat dan
Nashirud Tingkat penelitian bahwa tidak ada metode cross waktu
din, Pengetah ini hubungan antara sectional penelitian
(2018). uan menggun tingkat
Pasien akan pengetahuan Penelitian Jumlah
Tentang cross pasien tentang yang akan di sampelnya
Tuberkulo sectional, tuberculosis lakukan yaitu
sis jumlah dengan kejadian sama-sama
Dengan sampel tuberkulosis. meneliti
Kejadian yang Sebagian besar tentang
Tuberculo diambil responden tingkat
sis Di pada memiliki pengetahuan
Puskesma penelitian pengetahuan penderita
s ini adalah baik karena Tuberkulosis
Wonoayu 22 responden telah
. responde mendapatkan
Total
n informasi dari
sampling
keluarga petugas
pasien TB puskesmas
Paru di tentang
wilayah tuberculosis.
kerja
puskesma
s
wringinao
m-gresik
melalui
metode
total
sampling.
19

C. Kerangka Teori

Skema 2.2 Kerangka Teori

1. TBC Primer
COVID-19
2. TBC Skunder

Tingkat
Faktor internal
pengetahuan
Tingkat pengetahuan
penderita TBC

Faktor eksternal

Perilaku
1. Faktor pendorong
Perilaku
pencegahan
2. Faktor pemungkin
kekambuhan pada
3. Faktor Penguat
penderita TBC

Keterangan : : Diteliti

: Tidak Diteliti
20

Sumber : (Muttaqin, 2017.) (Notoadmojo, 2003.) (Nursalam, 2003.) (Lestari,

2015.)

BAB III

METODE PENELITIAN

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan

dilakukan (Riyanto, 2011).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah hubungan pola tidur

terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat Covid-19 di RS Universitas

Tanjung Pura

Berdasarkan teori yang dikemukakan maka dapat dibuat kerangka konsep

sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Pola Tidur Orang Tanpa Gejala Akibat

Covid-19
21

E. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian dikembangkan dari konsep atau teori dan hasil

penelitian terdahulu sesuai dengan fenomena atau masalah penilitian

(Dharma, 2011).

1) Variabel bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas (Indenpendent Variabel) disebut juga variabel sebab

yaitu karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan

perubahan pada variabel lainya (Dharma, 2011). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pola tidur.

2) Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel akibat atau

variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi

pada variabel independent (Dharma, 2011). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah orang tanpa gejala akibat covid-19.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan antara

variabel yang merupakan jawaban penelitian tentang kemungkinan hasil

penelitian (Dharma, 2011). Berdasarkan kerangka konsep diatas maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala akibat

Covid-19.

2. Ho : Tidak ada hubungan pola tidur terhadap kejadian orang tanpa gejala

akibat Covid-19.
22

G. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti

untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya

penelitian (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan metode korelasi yang bertujuan untuk menganalisis

hubungan antara beberapa variabel yang diteliti, apakah ada hubungan atau

tidak (Dharma, 2011). Sedangkan dalam desain penelitian ini menggunakan

metode cross sectional yaitu dimana peneliti mengambil data terhadap

beberapa variabel penelitian dengan tidak mengikuti responden sampai kurun

waktu tertentu, karena variabel yang diteliti diukur dalam satu satuan waktu

(Dharma, 2011).

H. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian adalah

seluruh tenaga kesehatan RS Universitas Tanjungpura.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan

sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dalam


23

penelitian ini menggunakan non probality sampling (sampel tidak acak)

dengan teknik purposive sampling yaitu merupakan teknik pengambilan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat peneliti,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Riyanto, 2011). Sampel yang diambi berasal dari jumlah populasi yang

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

1) Penderita TBC yang sudah mengalami kesembuhan 1x.

2) Bersedia menjadi responden dengan dibuktikan dengan lembar

infromed consent.

b. Kriteria Eksklusi

1) Penderita TBC yang masih dalam proses penyembuhan maupun

pengobatan.

2) Penderita TBC dengan tidak adanya penyakit penyerta seperti

HIV dan Diabetes

Berdasarkan jumlah sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

yang ada, maka peneliti mengambil sampel dengan metode total sampling

dimana peneliti mengambil sampel sesuai dengan populasi berjumlah 40

sampel (Riyanto, 2011).

I. Tempat dan Waktu Penelitan

1. Tempat penelitian
24

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Rumah Sakit Universitas

Tanjungpura di Pontianak Tenggara.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan dari rentang bulan Januari 2020 - Mei 2020.

J. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati

atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan. Definisi

operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1. Variabel Pengetahuan Menggunakan Dinyatakan Ordinal
independen tentang kuesioner dalam
Tuberculosis dengan tingkatan :
(Tingkat adalah segala hal (Guttman) 1. Baik > 75
Pengetahu yang harus jawaban 2. Cukup 56-
an) diketahui oleh Benar = 1 75
seseorang Salah = 0 3. Kurang <56
tentang
tuberculosis,
2. Variabel Perilaku adalah Menggunakan Perilaku baik = Ordinal
dependen sikap individu (Skala jika distribusi
dalam sesuatu Guttman) normal maka >
(perilaku yang dilakukan Jawaban mean
pencegahan oleh responden Ya = 1
kekambuha mengenai Tidak = 0 Perilaku buruk =
n) pencegahan jika distribusi
kekambuhan tidak normal
penyakit TBC, maka < mean
25

K. Instrumen Penelitian / Alat Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

penelitian dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya baik

(cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga mudah diolah (Arikunto, 2012).

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan dari variabel independen dan dependen yang diisi oleh

responden (penderita TBC) dengan perilaku pencegahan kekambuhan.

Kuesioner adalah sekumpulan pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh

informasi dan responden terkait dengan pengetahuan dan perilaku

pencegahan kekambuhan (Arikunto, 2010).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini di susun menjadi 3 bagian

yaitu:

1. Bagian I

Kuesioner demografi yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data

indentitas penderita sembuh dengan penyakit TBC.

2. Bagian II

Kuesioner tentang tingkat pengetahuan TBC, kuesioner ini terdiri dari

15 pertanyaan dengan pilihan jawaban benar atau salah. Pilihan tersebut

menggunakan prosedur Guttman dengan penilaian angka yaitu 1 (benar)

dan 0 (salah).

3. Bagian III

Kuesioner tentang perilaku pencegahan kekambuhan, terdiri dari 15

pertanyaan dengan pilihan jawaban ya atau tidak dengan penilaian angka


26

yaitu 1 (ya) dan 0 (tidak).

L. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan Data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2011). Adapun prosedur pengumpulan data sebagai

berikut :

1. Tahap persiapan

a. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan instrumen yang akan

digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner

b. Penelitian meminta perizinan permohonan data dan studi pendahuluan

kepada bagian Umum STIK Muhammadiyah Pontianak.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti mengurus surat izin penelitian kepada Bagian Umum STIK

Muhammadiyah Pontianak.

b. Peneliti mengurus perizinan untuk pengambilan data kepada Dinas

Kesehatan Pontianak.

c. Peneliti mengurus perizinan pengambilan data kepada Puskesmas

Kecamatan Pontianak Barat.

d. Peneliti akan memperkenalkan diri kepada calon responden, jika

memenuhi kriteria inklusi maka akan dijadikan sebagai responden.

e. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan

dilakukan dengan mengisi informed consent.


27

f. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden, peneliti melakukan

penelitian di Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat.

g. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden.

h. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti mengumpulkan

kembali kuesioner untuk di analisa.

M. Rencana pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer

menggunakan spss.

1. Pengolahan Data

a. Penyuntingan Data (Editing)

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah semua data terkumpul

(Notoatmodjo, 2010). Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti

ditempat penelitian jika ada kekurangan data dapat segera

dilengkapi.

b. Koding Data (Coding)

Koding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Mengubah data

yang berbentuk huruf menjadi angka untuk memudahkan hasil

penginterpretasikan hasil penelitian. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

c. Scoring
28

Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian

dilakukan tabulasi dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data

serta jumlah item pertanyaan dari setiap variabel.

d. Entering

Proses memasukkan jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk kode dimasukan kedalam program atau software

computer (Notoatmodjo, 2010). Memasukkan jawaban dalam bentuk

tabel dan menganalisis melalui software pada computer.

e. Cleaning

Proses pembersihan data apabila semua data dari setiap sumber

data atau responden selesai dimasukan, perlu pengecekkan kembali

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode dan

ketidaklengkapan baru kemudian dilakukan perbaikan atau koreksi

(Notoatmodjo, 2010). Data yang sudah dimasukkan ke dalam

komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan

sehingga data siap dianalisis.

2. Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai upaya yang sudah tersedia kemudian

diolah dengan statistik dan dapat dipergunakan untuk menjawab rumusan

masalah dalam penelitian (Sujarweni, 2014). Analisa data dilakukan

untuk menjawab atau membuktikan diterima atau ditolak hipotesa yang

telah ditegakkan. Analisa data sering juga disebut uji hipotesis yang
29

terdiri dari beberapa uji statistik tergantung dari desain penelitian dan

skala pengukuran datanya (Suyanto, 2011).

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik

digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi dan

untuk data kategorik digunakan distribusi frekuensi (Notoatmodjo,

2010). Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran dari

karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, agama,

gambaran pengetahuan.

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariate, hasilnya akan

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat

dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi

(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen (tingkat pengetahuan penderita

TBC) dan variabel dependen (perilaku pencegahan kekambuhan).

Penelitian ini menggunakan uji statistik chi Square dengan tabel 3x2.

Uji chi square adalah salah satu jenis uji komparatif non paramateris

yang dilakukan pada dua variabel (Arikunto, 2010).


30

N. Uji Validasi dan Relibilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mendapatkan

data yang valid dan reliabel maka kuesioner tersebut harus di uji validitas

dan reliabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian,

kuesioner akan dilakukan uji validitas. Untuk mengetahui validitas suatu

instrument penelitian (kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan

korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya

(Ghozali, 2006 dalam Susilo, 2014). Dalam Penelitian ini maka peneliti

melakukan uji validitas di wilayah kerja (Riyanto, 2011).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pada penelitian ini,

pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software komputer,

peneliti menggunakan rumus cronbach’s alpha. Suatu variabel dikatakan

reliabel jika nilai cronbach’s alpha nya > 0,6 dan variabel dikatakan

tidak reliabel jika nilai cronbach’s alpha nya < 0,60 (Riyanto,2011).

O. Etika Penelitian

Prinsip utama dalam etik keperawatan yang digunakan peneliti menurut

Notoadmodjo, 2010. Sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).


31

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek dan memberikan

kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak

memberikan informasi (berpartisipasi). Peneliti sebagiannya

mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform concent) sebagai

bentuk menghormati harkat dan martabat subjek yang mencakup:

penjelasan manfaat penelitian, kemungkinan resiko dan ketidak

nyamanan yang ditimbulkan, manfaat yang didapatkan. Persetujuan

peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek berkaitan

dengan prosedur penelitian. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri

sebagai objek penelitian kapan saja. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan

terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh

sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan

coding sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan


32

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan

sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah

atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian

subjek penelitian. Sesuai dengan prinsip dasar penelitian maka peneliti

hendaknya memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati

nurani, moral, kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai