Anda di halaman 1dari 6

SISTEM IMUN TERHADAP COVID 19

Disusun Oleh : Marcia Rosmonic Minipko (230111010212)


Dosen Pengampu : Dr. dr. Herlina I.S. Wungouw,MAppSc,MMedEd
A. Pendahuluan
Pada Hakekatnya manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Setiap manusia mempunyai tempat tinggal
atau yang kerap kali disebut rumah. Menurut Siswono Yudohusodo (Rumah Untuk
Seluruh Rakyat), Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Dalam proses kehidupan manusia tidak terpisah
dari adanya virus atau bakteri. Keduanya telah menjadi hambatan dalam proses
keberlangsungan hidup manusia di bidang Kesehatan. Akhir tahun 2019 tepatnya pada
bulan Desember dunia dihebohkan dengan berita munculnya wabah pneumonia yang
tidak diketahui sebab pastinya. Wabah ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan Provinsi
Hubei, China. Kebanyakan pasien pneumonia ini berawal dari pedagang di pasar Huanan
yang menjual hewan hidup yang terletak di kota Wuhan. Pada 7 Januari 2020 para
peneliti berhasil mengidentifikasi penyebab pneumonia ini yakni jenis novel coronavirus.
Secara resmi, WHO menamakan penyakit ini Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) dan
nama virus tersebut adalah SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (Yelfi Lefani:2021) [1] Oleh sebab itu, perlunya pemahaman lebih mengenai COVID 19
sehingga proses penyebarannya dapat dicegah.

B. Pembahasan / Isi

Sistem Imun Berperan sebagai benteng pelindung untuk menjaga kekebalan tubuh agar
terhindar dari benda asing seperti virus dan bakteri. Pada tanggal 2 Januari 2020, penderita
meningkat menjadi 41 orang yang dirawat dirumah sakit teridentifikasi positif Covid-19
setelah hasil tes keluar dari laboratorium di kota Wuhan. Sebagian dari penderita memiliki
penyakit bawaan seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan hipertensi. Corona virus atau
Virus corona adalah hal yang familiar di dunia kesehatan hewan. Virus ini termasuk salah
satu kelompok virus ribonukleat acid (RNA) yang menjangkit mamalia dan burung. Virus ini
dapat menginfeksi manusia sehingga bagi yang terinfeksi virus akan terjangkit penyakit
mulai dari penyakit ringan seperti batuk kering, deman dan lain-lain. (ADIJAYA:2021) [2]
Virus Covid-19 yang berhasil ditransmisikan akan langsung berikatan dengan reseptor
Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE 2) untuk menembus membran kemudian genom
RNA virus yang sudah berhasil masuk dalam sel akan dikeluarkan ke sitoplasma
selanjutnya virus akan bereplikasi pertama kali di epitel mukosa respirasi atas (rongga
hidung dan faring), lalu replikasi selanjutnya di respirasi bawah dan gastrointestinal.
Glikoprotein yang sudah terbentuk akan masuk ke dalam retikulum endoplasma
kemudian tumbuh menjadi komponen virus baru yang siap dilepaskan Pada tahap
pelepasan virus inilah gejala respirasi maupun gejala non-respirasi bisa muncul karena
ACE 2 berada di berbagai mukosa hidung, bronkus, paru, jantung, kerongkongan, ginjal,
lambung, kandung kemih, dan ileum sehingga rentan terhadap Covid-19. (Inas
Dzakira:4:10:2021)[3]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa virus Covid-
19 ditransmisikan selama kontak dekat melalui tetesan pernapasan (seperti batuk) dan oleh
hubungan jarak dekat (Liu et al, 2020). Virus dapat menyebar langsung dari manusia ke
manusia ketika penderita Covid-19 batuk atau buang nafas menghasilkan tetesan yang
mencapai hidung, mulut atau mata orang lain. Atau, karena tetesan terlalu berat untuk di
udara, mereka mendarat di benda dan permukaan yang mengelilingi orang tersebut. Orang
lain juga dapat terinfeksi Covid-19 dengan menyentuh benda atau permukaan yang
terkontaminasi ini kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Berdasarkan hasil
penelitian juga menyatakan bahwa penularan melalui udara pada jarak satu meter, jumlahnya
sedikit jika dibandingkan dengan kontak langsung dengan penderita. WHO terus
merekomendasikan agar setiap orang membersihkan tangan secara teratur, menggunakan
masker, dan membersihkan benda yang ada di sekitar dengan menggunakan disinfektan
secara teratur. WHO juga terus merekomendasikan pentingnya menjaga jarak fisik dan
menghindari orang dengan gejala pernapasan atau demam. Tindakan pencegahan ini akan
membatasi penularan virus. (YE Nopiyanto:2020) [4]

Penyebaran kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020 yang
terkonfirmasi sebanyak 2 penderita yang berasal dari Jakarta. Tanggal 15 Juni 2020, sebanyak
38.277 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan terkonfirmasi meninggal sebanyak 2.134
kasus.(11) Di Jawa Timur, pada tanggal 19 Juni 2020 terkonfirmasi penderita Covid-19
sebanyak 9.046 +209 kasus baru, terkonfirmasi sembuh sebanyak 2.763 kasus, dan
terkonfirmasi meninggal sebanyak 721 kasus. Penyebaran virus ini semakin meningkat dan
telah menyebar hampir ke seluruh Negara di dunia sehingga pada tanggal 11 Maret 2020,
WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi. Hingga 15 Juni 2020 tercatat 7.805.148
kasus tersebar di seluruh dunia. Dimulai dari penularan hewan ke manusia, diikuti
penyebaran dari manusia ke manusia. Beberapa pasien yang telah menjalani tes radiografi
memiliki perubahan di paru-parunya. Selain itu, rata-rata jumlah sel limfosit dan trombosit
pasien menunjukkan hasil yang lebih rendah dan disertai hipoksemi. (Yelfi Lefani :2021) [1]

Vaksin mengurangi risiko terkena penyakit dengan cara bekerja dengan pertahanan
alami tubuh untuk membangun perlindungan. Sistem kekebalan tubuh akan merespons ketika
tubuh mendaptkan vaksin. Sistem kekebalan tubuh akan mengenali patogen yang menyerang
seperti virus atau bakteri yang kemudian menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein
yang diproduksi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit dengan
cara mengingat penyakit danmelawannya. Sistem kekebalan tubuh dapat dengan cepat
membunuh patogen jika terkena bakteri atau virus dikemudian hari sebelum tubuh menjadi
tidak sehat. Oleh karena itu vaksin adalah cara yang aman dan pintar untuk menghasilkan
respons kekebalan tubuh dalam tubuh tanpa menyebabkan penyakit. (PRATIKA
INDAH:12:11:2021)[5]

Tumbuhan secara luas dikenal memiliki berbagai sifat yang berfungsi sebagai agen
preventif dan kuratif. Sebagai agen pencegahan, salah satu sifat yang didapatkan saat
mengkonsumsi ramuan herbal adalah adanya peningkatan daya tahan tubuh. Tanaman herbal
yang memiliki sifat - sifat ini diantaranya adalah kunyit dan jahe merah. Kunyit mengandung
senyawa curcumin yang dikenal sebagai imunomodulator. Sementara shagaol dan gingerol
yang terkandung dalam jahe dianggap bertindak sebagai imunomodulator, selain itu juga
memiliki khasiat sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Dalam pengobatan tradisional di
Indonesia, kunyit merupakan salah satu bahan jamu dan rempah tradisional. Penelitian ini
menemukan hubungan antara penggunaan herbal terhadap COVID-19 berdasarkan kedekatan
kata-kata yang diperoleh dari informasi secara kualitiatif. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
COVID-19 berkorelasi dengan kekebalan tubuh, curcumin, vitamin, ramuan tradisional.
Sedangkan herbal yang mempengaruhi kekebalan tubuh dengan menggunakan analisis klaster
berdasarkan kesamaan kata diantaranya adalah daun kelor, delima, dan kurkumin (senyawa
dalam kunyit). Berita tentang jamu di Indonesia tidak lepas dari peran BPOM sebagai badan
pengatur, yang dalam hal ini mengizinkan produk obat tradisional seperti jamu dan minuman
herbal. (AD ANGGRAENI:2021)[6]
C. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Virus Covid 19 telah menjadi permasalahan pokok di dunia
yang menciptakan banyak kerugian, salah satunya adalah merenggut nyawa banyak orang.
Hal ini sangat memprihatinkan dan tentunya membuat Masyarakat di berbagai belahan dunia
merasa resah. Masyarakat telah berusaha menggunakan berbagai cara agar imun mereka tetap
terjaga sehingga tidak mudah terjangkit virus Covid 19. Mulai dari mengonsumsi minuman
herbal,makanan bergizi,berolahraga dengan teratur,menerapkan aturan mejaga jarak antara
satu dengan yang lain,memakai masker dan berbagai protokol Kesehatan lainnya sehingga
diharapkan pelan – pelan penyebaran virus Covid 19 dapat berkurang dan kemudian
menghilang.

D. Daftar Pustaka
1. Levani,Y.,Prastya,A,D., Mawaddatunnadila,S. 2021. Coronavirus Disease 2019
(COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan. Vol.17, No. 1 : 47 – 57.
2. Adijaya,O.,Bakti,A,P. 2021. PENINGKATAN SISTEM IMUNITAS TUBUH
DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19. Jurnal Kesehatan Olahraga. Vol.
09. No. 03 : 51 – 60.
3. Dzakira,I. 2021. PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DALAM
PENGOBATAN COVID-19. Jurnal Medika Hutama. Vol. 3, No. 01 : 1633 – 1637.
4. Nopiyanto, Y,E., Raibowo, S., Sugihartono, T., Yarmani. 2020. Pola Hidup Sehat
Dengan Olahraga dan Asupan Gizi Untuk Meningkatkan Imun Tubuh Menghadapi
Covid-19. Jurnal Ilmiah Pengembangan dan Penerapan IPTEKS. Vol. 18, No. 02 :
90 – 100.
5. Wahyuni, P,I,S. 2021. LITERATURE REVIEW:RESPON IMUNOLOGI
TERHADAP VAKSIN COVID-19. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyiyah: Yogyakarta.
6. Anggraeni,A,D.,Salahudin.,Jamil,A,S.,Rofida,S. 2021. ANALISIS KUALITATIF
OBAT TRADISIONAL SEBAGAI AGEN PENINGKATAN IMUNITAS TUBUH
DALAM MELAWAN COVID-19 DI SURAT KABAR ONLINE INDONESIA.
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus. Vol. 8, No. 2 : 208 –
226.

Anda mungkin juga menyukai