Anda di halaman 1dari 29

TAKE HOME EXAM

UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM MENCEGAH

IBU HAMIL TERKONFIRMASI COVID 19

PADA MASA ERA NEW NORMAL

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi proses penilaian


Salah satu mata kuliah keperawatan maternitas

Dosen pengampu:
Diyan Iindriyani , S.Kp , M . Kep , Sp . Mat

DISUSUN OLEH :
AZZAH FARAH NANDITYA
NIM : 19037140011

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Covid-19/Corona Virus”

Makalah ini berisikan tentang Pemanasan Covid-19/Corona Virus. Kami menyadari


bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Bondowoso , April 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau
radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan
pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang,
termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar
hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan
lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak
asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu
menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan
MERS, yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut,
virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang
sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi
lebih parah dan gagal organ.

Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan
yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehatnya. Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan
pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan
nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat. (Notoatmodjo S,
2007)
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong
dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di
lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar
peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya
kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja gejala orang yang terkena virus corona?
2. Apa saja penyebab virus corona?
3. Bagaimana mendiagnosa virus corona?
4. Bagaimana pengobatan virus corona serta kompilasi apa saja yang timbul?
5. Bagaimana pencegahan virus corona?
C. Tujuan
1. Menambah pengetahuan masyarakat dan pembaca tentang covid 19
2. Mengedukasi masyarakat bagaimana cara mencegah virus corona
3. Mengedukasi masyarakat bagaimana gejala dan penyebab virus corona

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Virus Corona


Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih
dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular
ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang
dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.
Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah
menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti
flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu
untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan
mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya). Promosi Kesehatan ( Health Promotion ) adalah ilmu dan seni membantu
masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal
didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
intelektual. Agar promosi kesehatan dapat berjalan secara sistematis, terarah dan
terencana sesuai konsep promosi kesehatan bahwa individu dan masyarakat bukan hanya
sebagai objek/sasaran yang pasif menunggu tetapi juga sebagai pelaku maka perlu
pengelolaan program promosi kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan penilaian. Dan agar promosi kesehatan
berjalan secara efektif dan efesien maka pesan harus sesuai dengan karakteristik serta
kebutuhan / masalah sasaran. Sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat
khususnya perilaku masyarakat. Karena terbatasnya sumber daya, akan tidak efektif
apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan langsung dialamatkan kepada
masyarakat, oleh karena itu perlu dilakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan.
Sedangkan pelayanan kesehatan menurut Prof. DR. Soekidjo Notoadmojo adalah
sub system pelayan kesehatan yang tujuan utamanya adalah preventif (prncegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Menurut Levey dan
Loomba (1973) palayanan kesehatan adalah uapaya yang diselenggarakan sendiri/secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah, dan menyambuhakan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok, atau masyarakat.

Jadi pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), preventif ( pencegahan), kuratif
(penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat, lingkungan.

B. Gejala Virus Corona


Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa berupa gejala flu,
seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,
gejala bisa memberat. Pasien bisa mengalam demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh
bereaksi melawan virus Corona.
Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu:
1. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
2. Batuk
3. Sesak napas
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2
minggu setelah terpapar virus Corona.
C. Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-
19) seperti yang disebutkan di atas, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah
kembali dari daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau berinteraksi dengan
penderita infeksi virus Corona.
Bila Anda mungkin terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa
pun, Anda tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit, cukup tinggal di rumah
selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain.
D. Penyebab Virus Corona
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu
kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus,
coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu.
Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti
pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia.
Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke
manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita
COVID-19
2. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita COVID-19
3. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau
berjabat tangan
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih
berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang
sedang sakit, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah.
E. Diagnosis Virus Corona
Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan
menanyakan gejala yang dialami pasien. Dokter juga akan bertanya apakah pasien
bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum
gejala muncul.
Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan pemeriksaan
lanjutan berikut:
1. Uji sampel darah
2. Tes usap tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes PCR)
3. Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru

F. Pengobatan Virus Corona


Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah
penyebaran virus, yaitu:
1. Merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah
sakit yang ditunjuk
2. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi
penderita
3. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
4. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk
menjaga kadar cairan tubuh
G. Komplikasi Virus Corona
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa
komplikasi serius berikut ini:
1. Pneumonia
2. Infeksi sekunder pada organ lain
3. Gagal ginjal
4. Acute cardiac injury
5. Acute respiratory distress syndrome
6. Kematian
H. Pencegahan Virus Corona
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau
COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari
faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
1. Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung (social
distancing).
2. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di
tempat umum.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
5. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
6. Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan
hewan, cuci tangan setelahnya.
7. Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
8. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu
ke tempat sampah.
9. Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
10. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.
Pencegahannya adalah sebagai berikut :
1. Menjaga Kesehatan Imun Tubuh
Disaat-saat seperti ini, pastikan kita benar-benar menjaga kesehatan ya.
Jangan biarkan imun dalam tubuhmu menurun, karena virus akan mudah
menyerang ketika imun menurun. Ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan
untuk jaga imun tubuh kamu:
a. Perbanyak konsumsi sayur dan buah
b. Cukup Istirahat (Dewasa: 7-8 Jam, Remaja: 9-10 Jam)
c. Kelola Stress
d. Rutin Berolahraga minimal 30 menit sehari, bisa dimulai dari berjalan kaki.
e. Hindari Rokok dan Alkohol
f. Minum Air Mineral minimal 1,5 L Per hari
2. Mencuci Tangan Yang Benar
Kamu pasti sudah mengetahui bahwa cuci tangan merupakan cara yang
ampuh untuk membunuh kuman atau virus yang ingin masuk ke dalam tubuh.
Usahakan mencuci tangan menggunakan air yang mengalir dengan sabun ya,
minimal selama 20 detik. Jika kamu kesulitan mendapatkan air, kamu bisa
menggunakan hand sanitizer dan tisu basah yang mengandung minimal 70%
alkohol.
3. Terapkan Etika Ketika Bersin & Batuk
Tutup mulut dengan tisu jika kamu saat batuk & bersin. Jika kamu sedang
tidak membawa tisu atau masker, kamu bisa menutup mulutmu dengan telapak
tangan. Tapi, pastikan kamu tidak menyentuh bagian muka atau bersentuhan
dengan orang lain dan segeralah mencuci tangan hingga bersih. Hal ini dilakukan
agar lingkungan kamu tidak tertular.

4. Menjaga Jarak (social distance)


Ayo dukung keluarga, teman, kerabat dimulai dari diri kita sendiri untuk
tidak berpergian kecuali benar-benar urgent ya.
5. Gunakan Masker Bila Sakit
Tidak ada yang lebih tahu tubuh kita kecuali diri kita sendiri. Jika kamu
mulai merasa kurang enak badan seperti batuk-batuk dan bersin, pastikan kamu
memakai masker ya! Apalagi kalau kamu sedang berada ditempat umum. Ini
merupakan pencegahan virus corona terpenting nih. Dan pastikan masker bekas
kamu gunting agar tidak seorangpun dapat memakainya lagi.
6. Hindari Makan Daging Tidak Matang
Kamu suka makan daging? Tingkat kematangan medium rare seringkali
menjadi pilihan untuk menyantao daging? Kurangin yuk! Melihat situasi seperti
sekarang ini, memakan daging lebih baik dihindari, apalagi memakan daging
hewan liar, itu tidak sehat untuk tubuh kita.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk
kategori ODP (orang dalam pemantauan), ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
a. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
b. Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda mengalami gejala gangguan
pernapasan yang disertai demam atau memenuhi kriteria PDP (pasien dalam
pengawasan).
c. Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu.
Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang
berbeda dengan yang digunakan orang lain.
d. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampai Anda benar-benar sembuh.
e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau
sedang bersama orang lain.
h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.

A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara
garis besar terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan yaitu :
 Pelayanan preventif dan promotif
Pelayanan preventif dan promotif adalah pelayanan bagi kelompok
masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status
kesehatannya. Pada dasarnya pelayann ini dilakukan oleh kelompok profesi
kesehatan masyarakat.
Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit
atau menjaga orang yang sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana
melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar akan mencegah
terjadinya penyakit diare. sedangkan promotif (peningkatan) adalah meningkatkan
agar status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya pemberian inisiasi
menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu meningkatkan
kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi yang terkandung
dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit.
 Pelayanan kuratif dan rehabilitative
Pelayanan kuratif dan rehabilitative adalah pelayanan kesehatan masyarakat
yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakit dan menjadi pulih kesehatannya.
Pada prinsipnya pelayanan jenis ini dilakukan kelompok profesi kedokteran.
Kuratif (pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau dengan kata
yang lebih mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang
dari keadaan sakit secara fisik dan psikis. Misalnya  balita yang menderita
pneumonia tentu membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan
mengganggu tumbuh kembang balita tersebut ; Balita tidak suka makan yang
mungkin berakibat pada penurunan status gizi
balita.  Sedangkan rehabilitatif (pemulihan) adalah proses menjaga agar seorang
yang sudah sembuh (belum 100% sembuh) kembali bugar seperti semula. Misalnya
untuk balita sakit pneumonia membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama
protein untuk proses penyembuhan serta  pemulihan dari penyakitnya.  Balita yang
sering sakit akan mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya. 
Aspek kuratif dan rehabilitatif lebih mudah untuk diterapkan (terutama pada
orang sakit yang tidak memiliki banyak pilihan). Kebanyakan orang kalau sudah
menderita sakit akan patuh pada aturan yang disampaikan oleh petugas kesehatan
(Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, dll). Hasil dari pelayanankuratif dan
preventif juga lebih cepat dirasakan oleh klien apabila mentaati semua nasehat
termasuk tindakan medis, dan perawatan yang diberikan.  Sedangkan aspek preventif
dan  promotif lebih sukar untuk diterapkan karena hasil yang didapat bersifat long
term (jangka panjang) sehingga tidak bisa langsung diambil manfaatnya dan biasanya
orang-orang lebih senang untuk melihat hasil yang cepat. Misalnya pasien malaria
akan mudah dinasehati apabila dia menderita malaria daripada pada saat dia sehat.
 Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok,
yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi
menjadi dua aspek, yakni :
a. Promosi kesehatan pada aspek promotif.
b. Promosi kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan
1) Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention)
2) Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention)
3) Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention)

B. Upaya Promotif.
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok
orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan
kesehatannya. Dalam suatu survey di negara-negara berkembang, dalam suatu populasi
hanya terdapat antara 80%-85% orang yang benar-benar sehat.
Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan bagaimana
memelihara kesehatan,maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan kelompok
orang yang sakit akan meningkat.
Upaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan secara promotif sangat penting
untuk mengurangi AKI, AKA dan AKB. Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil
merupakan upaya kesehatan yang pari purna dan berkesinambungan melalui upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), dimulai sejak awal kehamilan
sampai dekat persalinan,deteruskan oleh upaya penyembuhan (kuratif) sebagai
pertolongan persalinan yang memadai sesuai dengan tingkat risikonya, dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) dengan masa nifas, laktasi / pemberian ASI dan Keluarga
Berencana (KB). Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan berbasis keluarga,
sejak awal kepada suami dan keluarga perlu diberikan informasi mengenai kondisi ibu
hamil. Lingkup promosi kesehatan dalam praktek kebidanan menurut sasarannya :
1. Bayi.
2. Anak balita
3. Remaja
4. Ibu hamil
5. Ibu bersalin
6. Ibu nifas
7. Ibu menyusui
8. PUS/WUS
9. Klimakterium/ menopause.

Upaya promotif dalam praktek kebidanan pada ibu hamil adalah dengan
mencegah adanya anemia dalam kehamilan melalui penyuluhan-penyuluhan dan
kegiatan-kegiatan lain. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi
ibu baik dalam kehamilan maupun persalinan. Berbagai penyulit dapat timbul akibat
anemia seperti abortus, partus prematurus, syok, dan lain-lain. Karena itulah usaha
promotif dalam peningkatan gizi ibu hamil sangat dipentingkan untuk mengurangi angka
kehamilan dengan anemia untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Adapaun
usaha promotifnya adalah dengan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang
pencegahan anemi dengan perbaikan gizi yaitu dengan menjelaskan dan
menginformasikan mengenai pola nutrisi yang baik bagi ibu hamil untuk menunjang
kesehatan ibu dan pertumbuhan janin yang baik.
Upaya promotif dalam praktek kebidanan pada ibu untuk anak tentang pemberian
imunisasi, yaitu menjelaskan mengenai keuntungan-keuntungan yang didapat setelah
pemberian imunisasi, serta bahaya apabila imunisasi tersebut tidak diberikan. Selain itu
juga menjelaskan mengenai gizi seimbang yang baik untuk diberikan kepada anak guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal serta menghindari terjadinya
gizi buruk pada anak. Pentingnya usaha pelayanan kebidanan promotif bagi bayi dan
anak dengan berbagai upaya dengan penyuluhan, ataupun kegiatan promotif lainnya agar
angka gizi buruk dapat terus berkurang agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
berlangsung dengan baik. Adapun bentuk usaha promotifnya adalah dapat berupa
berbagai penyuluhan ataupun kegiatan lainnya yang biasa dilakukan di posyandu-
posyandu bayi dan balita.
Contoh upaya promotif yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan:
 Melakukan penyuluhan untuk memberikan informasi pada ibu tentang pemenuhan
dan peningkatan gizi bayi dan balita pada usianya.
 Memberikan informasi tentang imunisasi pada ibu-ibu yang memiliki bayi,
informasi tersebut meliputi manfaat, efek samping, jenis-jenis imunisasi dan akiba
jika tidak dilakukan imunisasi pada bayi
 Melakukan penyuluhan untuk memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh
kembang balita pada ibu-ibu yang memiliki balita.
 Pemeriksaan kesehatan reproduksi pada usia pranikah untuk mengetahui keadaan
organ reproduksinya.
 Penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil.
 Penyuluhan tentang gizi pada ibu hamil karena selama kehamilan ibu mengalami
peningkatan kebutuhan gizi dan ibu harus memenuhi gizi tersebut.
 Pemberian informasi tentang tanda bahaya dalam kehamilan pada ibu hamil agar
ibu hamil segera memeriksakan diri jika mengalami salah satu tanda tersebut.
 Memberikan informasi tentang perawatan payudara pada ibu hamil sebagai
persiapan untuk masa laktasi nantinya
 Memberikan  informasi tentang persalinan dan kebutuhan selama persalinan
 Memberikan  informasi tentang kebutuhan nifas seperti kebutuhan gizi, kebutuhan
hygiene, perawatan bayi, dan lain-lain
 Memberikan  informasi tentang diet yang tepat pada masa lansia
 Memberikan informasi tentang menopause  pada lansia
 Memberikan informasi tentang pentingnya olahraga dan istirahat yang cukup pada
masa lansia
 Memberikan promosi kesehatan mengenai pemberian ASI eklusif pada ibu yang
baru melahirkan.

C. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal
care, perinatal dan neonatal. Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok
masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misalnya kelompok ibu hamil dan
menyusui,BBL, para perokok, obesitas (orang-orang kegemukan), para pekerja seks
(wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini
adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit (primary prevention).Upaya
preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa
latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak
terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian
bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirjo dan Latipun, 2005 : 145 ).
Contoh upaya preventif yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan:
 Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala ( balita, bumil, remaja, Lansia,dll ) melalui
posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
 Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita
 Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah
 Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
 Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dan remaja agar terhindar dari anemia
 Mobilisasi tubuh pada ibu hamil untuk mengatasi kekakuan dan melancarkan
sirkulasi ibu
 Pencegahan terjadinya komplikasi pada saat persalinan
 Pencegahan komplikasi pada saat nifas
 Pemeriksaan secara rutin dan berkala pada lansia

D. Upaya Kuratif
Upaya kuratif dalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi
lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien)
terutama penyakit kronis sperti asma, DM, TBC, rematik, hipertensi dan sebagainya.
Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah
(secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan.
Upaya kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas
kesehatan (dokter, perawat, bidan, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran
cenderung jauh. Upaya kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu
pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti
tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah
adanya penyakit. Upaya kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia
terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan
yang lainnya.
Program kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah  “Health program for
survival”. Upaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan melalui kuratif.
Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan kesehatan
Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun
penyakit akibat kerja. Terapi PAK dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis.
a. Bayi
 Mandiri:
 Pemberian vitamin K
 Obat tetes mata.
 Kolaborasi:
 Pengobatan pada kasus asfiksia berat
 Pengobatan mata pada kasus bayi dengan ibu yang menderita gonore
 Pengobatan pada kasus perdarahan intracranial
 Pengobatan path kasus hipoglikemia
 Pengobatan Dada penyakit-penyakit infeksi lainnya seperti ISPA. diare dll.

Contoh: Pada kasus bayi yang menderita gonoblenorhoe (ibu menderita


gonore) dilakukan kolaborasi untuk pemberian terapi pengobatan antibiotika.

b. Balita
 Mandiri:
 Pengobatan diare tanpa dehidrasi.
 Balita dengan kasus BGM.
 Kolaborasi:
 Pengobatan path kasus ISPA
 Pengobatan Dada kasus cacmgan
 Pengobatan pada kasus gizi buruk
 Pengobatan pada penyakit-penyakit mfeksi lainnya.

Contoh : Pada kasus diare dengan dehidrasi, selain rehidrasi, pemenuhan


nutrisi dilakukan kolaborasi untuk pemberian therapi obat antibiotika.
c. Remaja
 Mandiri:
 Pengobatan path kasus dismenorhoe
 Pengobatan ~ada kasus anemia ringan.
 Pada remaja korban perkosaan dengan ruftur pada serviks atau mukosa
 vagina dilakukan tindakan hecting.
 Kolaborasi:
 Pengobatan path kasus anemia berat.
 Pengobatan pada kasus plour arbus
Contoh : Pada kasus dismenorhoe dilakukan kolaborasi untuk pemberian
therapi hormonal.
d. PUS/WUS
 Mandiri:
 Pengobatan pada efek samping alat kontrasepsi
 Kolaborasi:
 Pengobatan pada kasus Penyakit Menular Seksual
 Pengobatan pada kasus radang panggul ( PRP)

Contoh : Pada kasus radang panggul dilakukan kolaborasi untuk pemberian


terapi obat antibiotika dan symptomatic.
e. Ibu hamil
 Mandiri:
 Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat I dan tmgkat II.
 Pengobatan pada kasus anemia ringan.
 Kolaborasi:
 Pengobatan pada kasus hiperemesis tmgkat Ill.
 Pengobatan path abortus inleksiousus
 Pengobatan pada kasus anemia berat.
 Pengobatan pada kasus APB
 Pengobatan pada kehamilan dengan penyakit yang menyertai seperti jantung
DM dll

Contoh : Pada kasus ibu hamil dengan anemia ringan diberikan obat tambah
darah (Fe) dan nutrisi yang adekuat.
f. Ibu Bersalin
 Mandiri:
 Manajemen Aktif Kala Ill
 Pengobatan path kasus atonia uteri.
 Ibu bersalin dengan ruftur pada servikslmukosa vagina/perineum dilakukan
tindakan hecting.
 Kolaborasi:
 Pengobatan pada kasus inersia uteri
 Pengobatan path kasus perdarahan ( HPP primer).

Contoh : Pada Manajemen Aktif Kala III diberikan injeksi oksitosin 10 U.


g. Ibu Nifas
 Mandiri:
 Pengobatan pada sub involusi

 Kolaborasi:
 Pengobatan pada mastitis
 Pengobatan pada HPP sekunder
 Pengobatan pada kasus vaginitis
 Pengobatan path kasus abses payudara

Contoh : Pada mastitis selain perawatan yang adekuat, dilakukan kolaborasi


untuk pemberian therapi obat antibiotika (Kloksasillin atau Eritromysin).
h. KlimakteriumlMenopause
 Kolaborasi:
 Terafi Sulih Hormon (TSH)

Contoh upaya kuratif dalam pelayanan kebidanan:


 Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
 Perawatan payudara yang mengalami masalah, seperti : mastitis dan
bendungan ASI
 Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir
 Perawatan bayi, balita dan anak sakit dirumah
 Pemberian vitamin E yang merupakan upaya pengobatan penyakit tertentu
 Pemeriksaan dan pengobatan yang tepat pada ibuhamil yang sakit
 Melakukan rujukan bila diperlukan
 Penatalaksanan dini terhadap komplikasi dalam kehamilan, misalnya pada
ibu hamil dengan anemia bidan dapat memberikan tablet Fe sebagai
penatalaksanaan dininya.
 Pengobatan pada ibu nifas yang mengalami komplikasi seperti pengobtan ibu
nifas yang mengalami infeksi.
E. Upaya Rehabilitatif
Upaya Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang
baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan
(tertiary prevention).
Contoh upaya rehabilitatif dalam kebidanan:
 Pemuliahan keadaan pasca sakit pada bayi dan balita
 Latihan fisik yang tepat, teratur dan rutin pada remaja pasca sakit sebagai
usaha pemeliharaan kesehatan
 Istirahat yang cukup dan pengaturan diet yang tepat pada ibu hamil pasca
sakit
 Mobilisasi dini pada ibu pasca bersalin sebagai pemulihan dengan cara ibu
dapat mengubah posisi dan   berjalan-jalan sekurang-kurangnya 6 jam setelah
melahirkan
 Latihan fisik pada ibu pasca bersalin, seperti melakukan senam nifas atau
senam kegel untuk membantu pemulihan alat kandungan ibu setelah
melahirkan
 Pemenuhan gizi pada ibu nifas
 Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum
sakit dan pada masa sakit. Leavell dan clark dalam bukunya “Preventive Medicine for
the doctor in his community”
Usaha-usaha pencegahan itu adalah :
a. Masa Sebelum Sakit
1. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion)
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific
protection).
b. Pada Masa Sakit
1. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera. (Early diagnosis and treatment).
2. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation).
3. Rehabilitasi (Rehabilitation).
a. Masa Sebelum Sakit ( Prepatogenesis)
1) Promosi Kesehatan ( Health Promotion)
Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promotion of health oleh para
ahli kesehatan masyarakat di Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan
kesehatan, bukan promosi kesehatan, hal ini dikarenakan makna yang
terkangdung dalam istilah promotion of health disini adalah meningkatkan
kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang, olahraga teratur, dan
lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak terserang penyakit.
Namun demikian,bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada
hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya
tengtan promotion of health menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi
dan lain-lain, peningkatan kesehatan juga dapat di lakukan dengan memberikan
pendidikan kesehatan (health education)kepada individu dan masyarakat.
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya. Menurut Machfoedz Ircham dalam bukunya Pendidikan Kesehatan
Bagian dari Promosi Kesehatan, usaha untuk memepertinggi nilai kesehatan
diantaranya :
a) Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas
b) Perbaikan Hyegiene dan Sanitasi Lingkungan
c) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
d) Pendididkan kesehatan pada masyrakat
Peran bidan dalam promosi kesehatan ( health promotion ) :
 Memberikan penyuluhan kepada individu dan masyrakat tentang asupan
makanan yang bergizi.
 Melakukan penyuluhan dan usaha perbaikan sanitasi lingkungan dengan
mengikutsertakan tokoh masyrakat dan masyarakat di dalam kegitan
tersebut.
 Memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada individu, keluarga
dan masyarakat. Pengertian dari pelayanan kesehatan maskimal menurut
Supariyasa (2010) adalah pelaksanaanpelayanan kesehatan yang meliputi
aspek promotif (pendidikan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobtan), dan rehabilitatif (perawatan) dengan berdasarkan pada UU no.
44 pasal 1 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
 Memberikan pendidikan kesehatan  kepada individu, keluarga, dan
masyarakat.
2) Perlindungan Khusus ( Spesific protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat, misalnya tentang:
a) Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus
b) Penggunanan kondom untuk mencegah penyakit HIV/AIDS.
c) Perlindungan kecelakaan baik di tempat umum maupun ditempat kerja.
d) Perlindungan terhadap korban penganiyaan, pelecehan seksual dan
diskriminasi terhadap hak reproduksi wanita, tindakan kekerasan pada anak
dan maupun wanita.
Peran bidan dalam usaha perlindungan khusus ( Spesific Protection) :
 Memberikan imunisasi kepada bayi dan balita serta memberikan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai pentingnya pemberian imunisasi.
 Memberikan penyuluhan penggunaan alat kontrasepsi serta kondom untuk
perlindungan dari penyakit menular seksual.

b. Masa Saat Sakit ( Patogenesis  )


1. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera ( Early diagnosis and prompt treatment)
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a) Pengobatan yang setepat-tepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna
b) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular
c) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan oleh suatu penyakit.

Beberapa usaha diantaranya :


a) Case Finding
Yaitu menacari penderita dimasyarakat dengan jalan pemeriksaan,
misalnya pemeriksan laboratorium, pemeriksaan pap smear, dan sebagainya
serta memberikan pengobatan.
b) Contact tracing
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit menular dan penyakit infeksi untuk diawasi bila penyakitnya
timbul dapat segera diberikan pengobatan, misalnya pada wanita yang
menderita penyakit menular seksual seperti gonorhoe, sipilis, hepatitis B,
HIV/AIDS dan sebagainya, pasangan diperiksa dan diberi pengobatan agar
penyakitnya tersebut dapat sembuh.
c) Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat agar dapat mengenal gejala
penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu mengtahui dan menyadari bahaya penyakit
kelamin untuk dirinya, keluarga dan keturunannya. Agar mereka menyadari
penularan penyakit kelamin tersebut, maka mereka yang telah berbuat
segera memeriksakan dirinya untuk segera untuk diobati.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha
pengobatan tidak hanya tergantung pada baiknya obat serta keahlian tenaga
kesehatan, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.
Pengobatan yang lamabat akan meneybabkan usaha peneymbuhan lebih
sulit bahakan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker
yang terlambat (Suryati, dkk. 2009)
Peran bidan dalam usaha diagnosis dini dan pengobatan segera ( Early
Diagnosis and Promotif Treatment) :
 Melaksanakan program pemeriksaan gratis di wilayah desa dengan
mengikutsertakan tokoh masyrakat dan tenaga kesehatan lainnya.
 Memberikan penyuluhan  pentingnya dilakukan diagnosis dini
 Melaksanakan program pemeriksaan papsmear, IVA
 Memberikan pelatihan pada masyarakat khusunya wanita dalam
melakukan pemeriksaan SADARI
 Segera melakukan rujukan atau kolaborasi apabila menemui penderita
yang mengalami penyakit berbahaya atau komplikasi

2. Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan


gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan
penyakit)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early diagnosis And Promotif
Treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempuran agar
penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi). Bila sudah
terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat
dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.
Beberapa usaha diantaranya :
a) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
b) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan
pemeriksaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya agar penderita dapat sembuh dengan baik
dan sempurna tanpa ada komplikasi lanjut.
        Peran bidan dalam usaha disability limitation :
a) Memberikan pengobatan dan perawatan agar penderita sembuh dan tak
terjadi komplikasi.
b) Melakukan pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c) Melakukan perbaikan fasilitas kesehatan dengan mengikutsertakan
masyrakat sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif.
3. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
a) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal -
maksimalnya. Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya,
perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini yaitu dengan
mempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang
sesungguhnya.
b) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali dengna bersamaan
dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelaianan atau
gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.

c) Rehabilitasi social vokasional


Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal - maksimalny sesuai
dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
d) Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu
sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu.(Suyati,
dkk. 2009).
Peran bidan dalam rehabilitasi (Rehabilitation):
 Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan.
 Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
 Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
 Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap bersemangat
dalam memulihkan kesehatan.
 Memberikan keyakinan dalam kesembuhan,serta menumbuhkan kepercayaan
diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat Memberi penyuluhan kepada
masyarakat agar dapat menerima pasien sama seperti individu normal
lainnya.
 Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk tidak terjadi
pada kesehatan pasien ( Sindiariyani. 2011)
   
BAB 3
KONSEP DENGAN OPINI

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Di Indonesia, salah satu aspek yang menjadi penentu dari kesehatan itu
sendiri dilihat dari gizi masyarakat. Permasalahan gizi masih menjadi tugas
pemerintah untuk diatasi, salah satunya stunting (masalah kurang gizi dalam
waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan
pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar
usianya).

Kebijakan kesehatan identik dengan peraturan, perundang-undangan atau


ketetapan yang dibuat oleh suatu negara. WHO mendefinisikan kebijakan
kesehatan sebagai keputusan, perencanaan dan aksi-aksi yang harus
dijalankan untuk mencapai tujuan kesehatan di masyarakat (Allan, 2017).

Kembali lagi ke permasalahan gizi, pemerintah telah menjadikan pencegahan


stunting sebagai prioritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
2018 dan 2019.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa kebijakan kesehatan adalah


aksi-aksi yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan kesehatan di
masyarakat.

Pemerintah dalam beberapa tahun terakhir telah menjalankan beberapa aksi


atau langkah untuk mencegah stunting, seperti pemberian makanan
tambahan untuk ibu hamil dan balita.

Tidak cukup hanya itu, pemerintah juga melakukan penanganan berupa


perbaikan layanan kesehatan dasar seperti akses air bersih serta lingkungan
yang bersih dan memadai juga diharapkan dapat mencegah stunting.

Pemerintah juga menggalakkan kampanye “isi piringku” untuk mencegah


stunting.

Kampanye isi piringku merupakan pedoman porsi makan sehari-hari dalam


satu piring yang memenuhi gizi seimbang, diantaranya terdiri dari 50% buah
dan sayur dan 50% karbohidrat dan protein. Kampanye isi piringku juga
disesuaikan dengan kearifan lokal daerah masing-masing agar berjalan
dengan lancar.

Melalaui promosi kesehatan atau sosialisasi kesehatan upaya pencegahan


stunting juga perlu dilakukan jauh sebelum kehamilan, agar kiranya calon ibu
dapat mempersiapkan diri sebelum kehamilan yaitu dengan mengonsumsi
makanan bergizi dan menjaga kesehatan sebelum hamil juga selama hamil.

Dan sebelum hamil setidaknya ibu-ibu harus memahami soal gizi dan resiko
stunting
pada anak.

Pemerintah memang memiliki peran yang sangat besar dalam hal ini, tetapi
orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah stunting
dengan mempertahankan asupan gizi yang optimal ketika hamil, kemudian
memberikan ASI eksklusif, memberikan MPASI dengan gizi yang seimbang,
memastikan pola pemberian makan yang teratur dengan gizi seimbang serta
menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit.

Seperti yang dilansir dari beberapa sumber bahwa dampak jangka panjang
stunting tidak hanya tubuh yang pendek tetapi diantaranya berdampak juga
pada kemampuan kognitif, meningkatnya resiko obesitas pada saat dewasa
dan resiko
penyakit degeneratif.

Dengan demikian kebijakan kesehatan yang telah didesain baik oleh


pemerintah memerlukan kerjasama yang baik dengan seluruh pemangku
kepentingan dan seluruh masyarakat untuk peduli akan pentingnya kesehatan
diri, keluarga dan masyarakat bukan hanya untuk mencegah masalah gizi
yang salah satunya adalah stunting tetapi juga penyakit-penyakit lainnya
melalui kebijakan promotif, preventif maupun kuratif guna menjaga kesehatan
agar senantiasa menjadi masyarakat yang sehat, produktif dan kreatif.

Karena salah satu aspek yang akan meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat adalah ketika di negara tersebut menjadikan kesehatan sebagai
hal yang sangat penting dan bernilai, sehingga mengedepankan kebijakan
gerakan promotif maupun preventif melalui pendidikan kesehatan dan
pendekatan perilaku hidup sehat kepada masyarakat dan menghasilkan
generasi penerus bangsa yang sehat, produktif dan kreatif untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang semakin baik dan tentunya pembangunan ekonomi
yang semakin baik dengan generasi penerus bangsa yang sehat, produktif
dan kreatif.
Tidak hanya itu, bidan juga diharapkan mampu memberikan edukasi cara
meningkatkan imunitas bagi ibu hamil dengan pendekatan terapi
komplementer terutama selama masa pandemic Covid-19.
“Melalui asuhan kebidanan komplementer bisa jadi menjadi salah satu 
upaya penanggulangan penyakit yang digunakan sebagai pendukung
pengobatan medis konvensional dan sebagai pelengkap dari standar asuhan
pelayanan kebidanan yang berlaku untuk menekan angka mortalitas dan
morbiditas maternal,” .

Pelayanan kebidanan komplementer merupakan pengobatan non


konvensional yang bertujuan untuk meningkatan dejarat kesehatan
masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Semua itu diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektifitas yang tinggi berazaskan konvensional.

“Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran, dari


asuhan kebidanan konvensional menjadi asuhan kebidanan yang
mengkombinasikan pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer,” .

Meluasnya penggunaan pengobatan komplementer di bidang kebidanan,


maka perlu peningkatan pengetahuan, keterampilan dalam kualitas
pelayanan kebidanan komplementer bagi para bidan yang berbasis
enterpreneur kebidanan untuk meningkatkan daya saing global.

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau


radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan
pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang,
termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar
hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan
lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak
asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu
menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan MERS,
yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang tersebut, virus
Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik. Memiliki gejala yang sama-
sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat hingga mengakibatkan infeksi lebih
parah dan gagal organ.

Promosi Kesehatan (Health Promotion) adalah ilmu dan seni membantu


masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Pelayanan kesehatan adalah
sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan
meningkatkan kesehatan), preventif ( pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan
rehabilitasi (pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat,
lingkungan.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ada tiga yaitu :
 Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan yaitu
pelayanan preventif dan promotif, dan pelayanan kuratif dan rehabilitative.
 Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan yaitu promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitative. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
promosi kesehatan pada aspek promotif dan promosi kesehatan pada aspek
pencegahan dan penyembuhan (primary prevention, secondary prevention,
tertiary prevention)
 Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan yaitu Health promotion, Specific
protection, Early diagnosis and treatment Disability
limitation, dan Rehabilitation.

 
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/virus-corona
https://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-corona-perkembangan-hingga-
isu-terkini
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/31/162000665/virus-corona--penyebab-gejala-
pencegahan-dan-kapan-harus-segera-ke-dokter?page=all
Chandra, Budiman. , 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2.
Jakarta : EGC
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rineke
Cipta
Widyastuti, Yuni dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
http://santibarlian.blogspot.com/2012/03/promotif-kebidanan.html
http://bidanrianasudibyo.blogspot.com/2012/01/upaya-kesehatan-dalam-pelayanan.html
http://peterpaper.blogspot.com/2010/04/pelayanan-kesehatan-1.html
http://dharaayuning.blogspot.com/2012/04/konsep-promosi-kesehatan.html
http://kumpulanpelajarankulia.blogspot.com/2011/08/makalah-promosi-kesehatan.html
           

Anda mungkin juga menyukai