ENDOKRIN
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BONDOWOSO
Tahun 2021-2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta keruniaNYA semata sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disuruh untuk memenuhi mata kuliah KMB
II : ASKEP SISTEM ENDOKRIN yang menjadi salah satu mata kuliah yang
wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan
dapat disesuaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada.
1. Ibu Yuana Dwi Agustin SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso.
2. Bapak Damon Wicaksi sebagai dosen pengampu mata kuliah KMB II : ASKEP
SISTEM ENDOKRIN.
3. Semua pihak yang telah membantu mengerjakan makalah ini.
Penulis
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Definisi
1.2 Etiologi
1.3 Patofisiologi
Hormon tiroid mempengaruhi hampir seluruh sistem organ di dalam tubuh seperti
sistem kardiovaskular, sistem saraf pusat, sistem saraf otonom, tulang, sistem
gastrointestinal, dan juga metabolisme. Secara umum, pada saat hormon tiroid
berikatan dengan reseptor intranuklear, terjadi aktivasi gen untuk meningkatkan
laju metabolisme dan termogenesis. Peningkatan laju metabolisme meliputi
peningkatan konsumsi energi dan oksigen. Berkurangnya hormon tiroid
menyebabkan penurunan laju metabolisme
1.4 Pathway/WOC
Defisiensi iodium, disfungsi
hiposis, disfungsi TRH
Depresi ventilisasi
Kelemahan
Ketidakefektifan
Intoleransi
pola nafas
aktivitas
kaki.
5. Konstipasi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
1.6 Komplikasi
1. Koma miksedema
Koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme yang tidak diobati.
jarang, ini dapat terjadi lebih sering dalam masa mendatang, dihubungkan dengan
hipotiroidisme permanen. Karena ini paling sering pada pasien-pasien tua dengan
tinggi.Pasien (atau seorang anggota keluarga bila pasien koma) mungkin ingat
menunjukkan awitan bertahap dari letargi terus berlanjut menjadi stupor atau
koma.
karena sudah ada angioplasty koronaria dan bypass arteri koronaria, pasien
dengan miksedema dan penyakit arteri koronaria dapat diterapi secara operatif dan
Hipotiroidisme sering disertai depresi, yang mungkin cukup parah. Lebih jarang
adalah cara efisien untuk menemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali
c. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme
3. total T3
4. total T4
1.8 Penatalaksanaan
stimulating hormone (TSH) yang normal dan mencapai resolusi gejala fisik
endogen.
1.Medikamentosa
yang memiliki kadar TSH di atas 10 mU/L. Pasien dengan hipotiroid subklinis
ringan (TSH antara 4-10 mU/L) dan dengan gejala minimal atau asimptomatik
dapat ditawarkan terapi pengganti hormon atau ditawarkan observasi rutin setiap
tahun tanpa intervensi. Progresivitas penyakit biasanya terjadi pada pasien dengan
antibodi antitiroid peroksidase (anti-TPO) yang positif. Pemberian levotiroksin
Dosis awal levotiroksin yang dapat diberikan adalah antara 50-100 µg per hari
2012, pemberian terapi harus dievaluasi dan dititrasi berdasarkan kadar TSH dan
FT4 yang dilakukan setiap 4-8 minggu setelah pemberian terapi inisial, setelah
perubahan dosis, maupun setelah pemberian atau penghentian terapi lain yang
atrium. Pasien yang menerima terapi pengganti hormon tiroid dalam jangka
Pada saat evaluasi terapi pasien hipotiroid primer, terkadang dijumpai kadar FT4
yang meningkat. Hal ini tidak menjadi indikasi penurunan dosis tiroksin selama
TSH masih berada dalam nilai rujukan. Kadar TSH merupakan parameter utama
terapi hipotiroid primer. Namun, kadar TSH pada pasien hipotiroid sekunder
2.Pembedahan
Pembedahan sebenarnya jarang dibutuhkan bagi pasien hipotiroid dan
diindikasikan bagi pasien dengan goiter berukuran besar yang mengganggu fungsi
3. Terapi Suportif
dengan komplikasi berat seperti koma miksedema. Terapi suportif untuk kasus ini
harus dilakukan di Intensive Care Unit (ICU) dengan manajemen cairan dan
bila terjadi hipotensi, penanganan hipotermia dan terapi penyakit akut yang
menyertai
BAB II
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2. Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
3. Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat, berbicara
lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6. Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7. Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar teroid
yang mengalami atrofi.Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang gejala
yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial denganlingkungannya, mengurung
diri.Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang
hari.Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep
diri.
2.3 INTERVENSI
No SDKI SLKI SIKI
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas I.01011
Efektif keperawatan selama 1x24 jam Observasi:
masalah keperawatan dapat
1. Monitor pola napas
diatasi dengan kriteria hasil:
2. Monitor bunyi napas
Pola Napas L.01004
tambahan
1. Kapasitas vital (5) 3. Monitor sputum
2. Tekanan ekspirasi (5) Terapeutik:
3. Tekanan inspirasi (5)
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas
2. Posisikan semi fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Edukasi:
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Selatan