Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPOTIROID

Oleh:

BAYU AJIE SYAHPUTRA


NIM. 206410051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan


teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Medikal Bedah Dengan
Diagnosa Medis Hipotiroid untuk memenuhi tugas individu Program Studi Profesi
Ners STIKES ICME JOMBANG.

Disetujui

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Bayu Ajie Syahputra)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep) ( )

Kepala Ruangan

( )
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi
hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat
pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak
langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid
yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk
tubuh.
Hipotiroid merupakan suatu penyakit yang terjadi karena rendahnya kadar
hormon tiroid, dapat terjadi sepanjang hidup, dengan berbagai macam
penyebab. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema. Hipotiroid terjadi
akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-
kadang disebut miksedema (Syaefulah Nur, 2000).
Hipotirod adalah Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi hormon
tiroid dan akan menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan
penurunan glikosa minoglikan di intersisial terutama di kulit dan di otot yang
dapat dipengaruhi oleh faktor geografi dan lngkungan. Sedangkan dalam
sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya yang
dapat terjadi akibat adanya kekurangan produksi tiroid atau terdapat defek
pada reseptornya (Bahn et al, 2011).
1.2 Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme\mengalami hipotiroidisme primer
atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.
Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis,
hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme
sekunder) atau pituitaria, dan Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis
disebut hipotiroidisme tersier
a. Hipotiroid Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis,
defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Hipotiroid Sekunder
Terjadi karena adanya kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-
ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas).
1.3 Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar Hormon Tiroid ( HT) rendah yang disertai oleh peningkatan kadar TSH
dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif. Apabila hipotiroidisme
terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan
oleh rendahnya kadar TSH, TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Etiologi dari hipotiroidisme
dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat
anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme,
penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan
sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini
mengalah pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh
minyak dan air yang berkurang dan iodine.
1.4 Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi
hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika
produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan
membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada
keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi
hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk
meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid
untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya,
kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada
menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara
lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh
mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung),
penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan
suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan
hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu
peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga
klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner.
Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga
pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi
klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena
pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan
vitamin B12 dan asam folat.
1.5 Pathway

Definisi iodium, disfungsi Penekanan produksi hormon Terapi penggantian hormon


hipofifis, disfungsi TRH tiroid (Hipotiroidisme) tiroid
Hipotalamus

Defisit pengetahuan

TSH Merangsan kelenjar Gangguan metabolik lemak


tiroid untuk mensekresi

Peningkatan kolesterol dan Peningkatan Aterosklerosis


Kelenjar tiroid akan trigliserida
membesar

Ketidak efektifan pola nafas Oklusi pembuluh darah


Menekan struktur dileher
dan dada
Suplai darah ke jaringan otak
Depresi ventilasi menurun
Disfagia gangguan respirasi

Ketidak seimbangan nutrisi Hipoksia


kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan pertukaran Gas

Laju BMR Lambat

Penurunan produksi napas Achlorhydria

Penurunan mortilitas usus

Perubahan suhu tubuh Hipotermi Kekurangan vitamin B12 dan Asam


folat Penurunan fungsi GI

Produksi SDM Menurun


Pembentukan Eritrosit tidak Konstipasi
optimal
Anemia

kelemahan Intoleransi Aktifitas


1.6 Manifestasi Klinis
a. Kulit dan rambut
1. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Muskuloskeletal
1. Artralgia dan efusi synovial
c. Kardiorespiratorik
1. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
2. Penyakit jantung iskemic
3. Efusi pleural
4. Dispnea
d. Gastrointestinal
1. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
2. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
e. Renalis
1. Retensi air (volume plasma berkurang)
f. Sistem reproduksi
1. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan
hiperprolaktemi
2. Penurunan libido
3. Gangguan fertilitas
g. Metabolik
1. Penurunan metabolic basal.
2. Penurunan suhu tubuh.
3. Intoleran terhadap dingin
h. Sistem neurologi, emosi dan psikologi.
1. Fungsi intelektual lambat.
2. Berbicara lambat dan terbbata-bata
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4.
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun)
c. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan
informasi yang tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul.
1.8 Komplikasi
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah:
a. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak
jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar
TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
b. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-
sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk
menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah
akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan
balik.
c. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan
tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia
sel tiroid.
d. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk
hipotermi tanpa menggigil,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak
diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
1.9 Penatalaksanaan
a. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan
kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral
(lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4.
Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar
tiroid hewan).
b. Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah,karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping
yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH
kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup
penderita.
c. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor
susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh
karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat
menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
1. Sistem pulmonari
2. Sistem pencernaan
3. Sistem kardiovaslkuler
4. Sistem muskuloskeletal
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
6. Sistem reproduksi
7. Metabolik
e. Pemeriksaan fisik mencakup
1. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman
wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik,
dingin dan pucat.
2. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:
3. Perbesaran jantung
4. Disritmia dan hipotensi
5. Parastesia dan reflek tendon menurun
f. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien
sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah
bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
g. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;
pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada hipotiroid yang sekunder kadar
TSH dapat menurun atau normal).
2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi Aktifitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif.
b. Hipotermi b/d metabolisme
c. Konstipasi b/d Penurunan fungsi Gastrointestinal
d. Ketidakefektifan pola napas b/d depresi ventilasi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya
laju metabolisme tubuh.
2.3 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Intoleransi Aktifitas - Konservasi energi. Terapi aktivitas :
b/d kelelahan dan - Toleransi aktivitas. a. Bantu klien untuk
penurunan proses - Perawatan diri. mengidentifikasi
kognitif. Kriteria hasil : aktivitas yang mampu

a. Berpatisipasi dilakukan.

dalam aktivitas b. Bantu untuk memilih


fisik. aktivitas konsisten yang

b. Mampu sesuai dengan

melakukan kemampuan fisik,

aktivitas sehari – psikologi dan social

hari secara c. Bantu untuk

mandiri. mengidentivikasi dan


mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan.
d. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai.

2. Hipotermi b/d - Termoregulasi. Pengaturan Suhu :


metabolisme - Tanda – tanda a. Monitor suhu minimal
vital. tiap 2 jam.
Kriteria hasil : b. Tingkatkan intake cairan
a. Suhu tubuh dalam dan nutrisi.
rentang normal. c. Selimuti pasien untuk
b. Nadi dan respirasi mencegah hilangnya
dalam rentang kehangatan tubuh.
normal. Pemantauan tanda vital :
a. Monitor TD, nadi, suhu
dan respirasi.
b. Monitor suara parau dan
pola pernapasan
abnormal.
c. Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit.

3. Konstipasi b/d - Hidrasi. Manajemen konstipasi :


Penurunan fungsi - Defekasi. a. Monitor tanda dan
Gastrointestinal gejala konstipasi.
Kriteria hasil :
a. Mempertahanka b. Monitor feses :
n bentuk feses frekuensi, konsistensi
lunak setiap 1-3 dan volume.
hari. Kolaborasi :
b. Bebas dari a. Memberikan anjuran
ketidaknyamana pemakaian obat nyeri
n dan konstipasi. sebelum defekasi untuk
c. Mengidentifikasi memfasilitasi
indikasi untuk pengeluaran feses tanpa
mencegah nyeri.
konstipasi.
d. Feses lunak dan
berbentuk.

4. Ketidakefektifan - Status respirasi : Manajemen jalan nafas :


pola napas b/d Ventilasi. a. Posisikan pasien untuk
depresi ventilasi - Status tanda – memaksimalkan
tanda vital. ventilasi.
Kriteria hasil : b. Berikan aroma terapi
a. Menunjukkan jalan untuk melegakan jalan
nafas yang paten nafas.
(klien tidak c. Monitor pola
merasa tercekik, pernapasan abnormal.
irama nafas, d.  Monitor tanda – tanda
frekuensi vital.
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal).
b. Tanda – tanda vital
dalam rentang
normal.

5. Ketidakseimbangan - Selera makan. Manajemen nutrisi :


nutrisi kurang dari - Status gizi. a. Membantu atau
kebutuhan tubuh b/d - Pengukuran menyediakan asupan
lambatnya laju biokimia. makanan dan cairan
metabolisme tubuh. Kriteria hasil : diet seimbang.

a. Tidak adanya tanda b. Pemberian makanan dan


– tanda malnutrisi. asupan gizi untuk

b. Mempertahankan mendukung proses


massa tubuh dan metabolic pasien yang
berat badan dalam malnutrisi atau beresiko
batas normal. tinggi terhadap
malnutrisi
c. Membantu klien untuk
makan.
d. Analisa data pasien
untuk mencegah dan
meminimalkan kurang
gizi.
Manajemen/Pemantauan
cairan/elektrolit :
a. Analisa data pasien
untuk mengatur
keseimbangan
cairan/elektrolit.
b. Mengatur dan
mencegah
komplikasi akibat
perubahan kadar
cairan dan
elektrolik.

DAFTAR PUSTAKA
McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. 2004.
The Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists.
Thyroid. Hal. 90-110
Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. 2003.
Somatic and clinical in thyroid diseases. Hal. 201-220

Nanda Nic Noc. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose


medis. edisi revisi Jilid 1.
Nanda Nic Noc. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis.
edisi revisi Jilid 2.
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku saku diagnosis keperawatan.
edisi 9.

Anda mungkin juga menyukai