Oleh:
Disetujui
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Mengetahui,
Kepala Ruangan
( )
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Stomatitis adalah infeksi jamur dalam mulut yang kadang terjadi pada
bayi. Stomatitis kadang dihibungkan dengan pengguna antibiotika, tetapi tidak
selalu. Jamur penyebab stomatitis adalah jamur yang sama dengan jamur
penyebab infeksi vagina pada wanita Selama masa kehamilan yaitu candida
albicans (Muesar, 2008). Stomatitis adalah radang pada rongga (bibir dan
lidah) yang disebabkan oleh jamur candida albican atau moniliasis dan
hygiene (Kristiyanasari, 2010). Stomatitis adalah radang yang terjadi didaerah
mukosa mulut seperti dipermukaan dalam bibir dan dalam permukaan pipi,
gusi, lidah, dan mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan
permukaan yang agak cekung. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal
maupun kelompok (Juniriana, 2013) . Stomatitis adalah peradangan atau luka
didaerah mukosa (daerah lunak dalam rongga mulut) seperti permukaan dalam
bibir dan permukaan dalam pipi, gusi, lidah, dan dearah langit-langit (Sari,
2016).
Menurut penulis Stomatitis merupakan luka pada daerah mulut yang
berupa lingkaran berwarna putih kekuningan dan sedikit kemerahan disekitar
lingkaran yang diakibatkan oleh jamur candida albican dan faktor lain seperti
kurangnya mengkonsusmsi makanan yang mengandung vitamin, terkenanya
gesekan gigi, mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas, dan
daya tahan tubuh yang kurang baik.
1.2 Anatomi Rongga Mulut
Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah
bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum
keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, „alveolar
ridge‟, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang
membatasi rongga mulut. Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal,
dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah.
Pipi membentuk dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut.
Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada
bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel
pipih berlapis yang tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang
menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di antara kulit dan
membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian
bibir (Tortora et al., 2009).
b. Lidah
Lidah merupakan salah satu organ aksesoris dalam sistem pencernaan.
Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu kehamilan.
Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran mukosa. Lidah
beserta otot- otot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang
menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian yang
lateral simetris oleh septum median yang berada disepanjang lidah. Lidah
menempel pada tulang hyoid pada bagian inferior, prosesus styloid dari
tulang temporal dan mandibula (Tortorra et al., 2009; Marieb and Hoehn,
2010 ; Adil et al., 2011).
Setiap bagian lateral dari lidah memiliki komponen otot-otot ekstrinsik
dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik lidah terdiri dari otot hyoglossus,
otot genioglossus dan otot styloglossus. Otot-otot tersebut berasal dari luar
lidah (menempel pada tulang yang ada di sekitar bagian tersebut) dan
masuk kedalam jaringan ikat yang ada di lidah. Otot-otot eksternal lidah
berfungsi untuk menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang
berlawanan dan menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam. Pergerakan
lidah karena otot tersebut memungkinkan lidah untuk memosisikan
makanan untuk dikunyah, dibentuk menjadi massa bundar, dan dipaksa
untuk bergerak ke belakang mulut untuk proses penelanan. Selain itu,
otot-otot tersebut juga membentuk dasar dari mulut dan mempertahankan
agar posisi lidah tetap pada tempatnya.
Otot-otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam
jaringan ikat lidah. Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat
berbicara dan menelan. Otot tersebut terdiri atas : otot longitudinalis
superior, otot longitudinalis inferior, otot transversus linguae, dan otot
verticalis linguae. Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah
posterior dan menjaga agar lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan
langsung dengan frenulum lingual, yaitu lipatan membran mukosa yang
berada pada bagian tengah sumbu tubuh dan terletak di permukaan bawah
lidah, yang menghubungkan langsung antara lidah dengan dasar dari
rongga mulut (Tortorra et al., 2009; Marieb and Hoehn, 2010).
Pada bagian dorsum lidah (permukaan atas lidah) dan permukaan
lateral lidah, lidah ditutupi oleh papila. Papila adalah proyeksi dari lamina
propria yang ditutupi oleh epitel pipih berlapis. Sebagian dari papila
memiliki kuncup perasa, reseptor dalam proses pengecapan, sebagian
yang lainnya tidak. Namun, papila yang tidak memiliki kuncup perasa
memiliki reseptor untuk sentuhan dan berfungsi untuk menambah gaya
gesekan antara lidah dan makanan, sehingga mempermudah lidah untuk
menggerakkan makanan di dalam rongga mulut.
c. Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi
mengandung lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan
mengandung kuncup perasa.
1.7 Penatalaksanaan
Menurut Corwin, (2005) tujuan utama terapi adalah unutk mengurangi
inflamasi, menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman, serta mempercepat
penyembuhan. Penentuan terapi tidak apat dipisahkan dari faktor penyebab .
Menurut Jitowiyono & Kritiyanasari, (2010) saat stomatitis terjadi pada
anak akan mengalami kesulitan pada saat makan dan minum. Berikut untuk
membantu anak mendapatkan asupan yang dibutuhkan:
a. Atasi sulit makan dengan suapan porsi kecil perlahan-lahandengan
menggunakan sendok
b. Ajari anak minum susu dari gelas dengan memakai sendok ataupun
dengan sedotan karena minum lewat botol akan memperbesar stomatitis
pada anak
c. Berikan makanan yang encer dan lembut agar mudah ditelan, berikan
setelah makanan agak dingin agar tidak mempengaruhi luka
d. Berikan anak cukup cairan dingin untuk mengurangi rasa sakit
e. Minuman asam misalnya jus jeruk, dan minuman bersoda sebaiknya
jangan diberikan kepada anak, sebab minuman ini mengakibatkan rasa
terbakar dimulut
f. Pastikan untuk selalu memberikan minum pada anak mencegah terjadinya
dehidrasi
g. Jangan mengorek-ngorek mulut anak
1.8 Komplikasi
Adapun beberapa komplikasi yang terjadi pada kasus stomatitis diantaranya:
a. Pola Nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, dan pola makan tidak
teratur
b. Pola aktifitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
c. Pola hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
d. Terganggunya rasa nyaman : anak-anak akan rewel dan gelisah karena
merasakan perih pada daerah yang terkena stomatitis.
e. Termasuk infeksi, yang mungkin menjadi sistemik perdarahan dari
permukaan yang tidak utuh dan nyeri sekunder akibat lesi (Samson P, )
Apabila oral trush tidak diatasi maka akan menyebabkan kesukaran
minum (menghisap dot/putting suus) sehingga bayi tersebut kekurangan
makanan. Karena adanya rasa nyeri dan tidak nyaman mengakibatkan bayi
menjadi rewel dan tidak mau makan. Sehingga berat badan bayi pun
terhambat. Hal ini juga menyebabkan diare sebab jamur yang ada didalam
rongga mulut bayi ikut tertelan sehingga menimbulkan infeksi usus. Jika diare
ini terus menerus maka akan terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Diare juga
bisa terjadi jika asupan susu kurang dalam waktu yang lama (Ngastiyah,
2012).
1.9 Pencegahan
Ada beberapa cara untuk menghindari agar oral trush tidak terjadi yakni :
a. Setiap bayi selesai minum susu/ menyusui berikan 1-2 sendok the air
matang untuk membilas sisa susu yang menempel pada mulut bayi
b. Perlengkapan minum bayi seperti botol susu atau kompeng (fopspeen)
dicuci bersih dan diseduh dengan air panas/ direbus jika botol tersebut
tahan rebus
c. Sebaiknya bayi ataupun anak kecil jangan diberikan kompeng karena akan
memicu terjadinya stomatitis serta dapat mempengaruhi bentuk rahang
d. J ika bayi menyusui bersihkanlah putting susu ibu terlebih dahulu
e. Setelah meminumkan obat, minumkan bayi air putih sehingga sisa-sisa
obat tidak menempel di gusi maupun dinding mulut
f. Memberikan suplemen / makanan yang mengandung vitamin C pada bayi
dan anak-anak agar daya tahan tubuh tetap kuat sehingga dapat melawan
kuman- kuman penyebab stomatitis
g. Selalu menjaga kebersihan mulut anak dan seringlah berikan air matang
sehabis makan
Pathway
Asupan nutrisi
tak adekuat Defesiensi nutrisi stomatitis
Nyeri
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada klien stomatitis adalah nyeri karena
mukosa oral mengalami peradangan, bibir pecah-pecah, Adanya
keluhan nyeri dan Perasaan tidak nyaman
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien prnah menderita penyakit yang sama atau penyakit oral
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang oernah menderita penyakit yang sama atau
penyakit oral lainnya
b. Pengkajian psikososial : Kaji apakah keluarga tidak memperhatikan
kebersihan mulut dan tempat bermain anak dilingkungan
c. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas
Kaji lungkungan yang panas dan sanitasi yang buruk
d. Riwayat nutrisi : Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin C, vitamin B12, mineral dan zat besi serta pola makan yang buruk
e. Riwayat pertumbuhan perkembangan
1. Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama semnbuh
dikarenakan kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi
yang kurang
2. Penurunan berat badan, biasanya karena intake nutrisi yang kurang
f. Pemeriksaan fisik
1. TTV (Tekanan darah, Nadi, Pernafasan, dan Suhu)
2. Antropometri
3. Skala nyeri
4. Bibir : Di mulai dari inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan,
hidrasi, warna tekstur, simetrisitas dan adanya ulserasi atau fisura
5. Gusi : Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, dan
perubahan warna
6. Lidah : Lidah diinspeksi untuk tekstur, warna dan lesi
7. Rongga mulut : Inpeksi bagian mulut terhadapadanya lesi, bercak
putih terutama pada bagian mukosa pipi bagian dalam, lidah serta
langit-langit
Akmal Mutaroh, Indahan Zely, Widhawati, & Sari Sekar. 2016. Ensiklopedi
Kesehatan Untuk Umum. Jakarta : Arruz Zedia.
AL Karel & Meiliasari Mila. 2005. Kesehatan Anak Merawat Anak Sakit Di
Rumah. Jakarta : Puspa Swwara.
Billota Kimberley AJ. 2009. Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Lestari Titik. Asuhan Keperawatan Anak : Medical Book.
Mueser AM. 2014. Panduan Lengkap Perawatan Bayi & Anak A-Z. Jogjakarta :
Diglossia Media.
Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Nursalam, Susilaningrum Rekawati, & Utami Sri. 2012. Asuhan Keperawatan
Bayi Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan. Jakarta.
Primisasiki RJ. 2013. Mengenal penyakit-penyakit balita dan anak. Jakarta.
Sunda: Kelapa Pustaka.
Soetjeningsih. Raunh G. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta : EGC.