Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER ARITMIA

Disusun Oleh:
Ida Suryani Ningsih
206410021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020/2021
A. Definisi

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadipada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang di sebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Risyada
Ma’rifatul Khoirot 2015)

Aritmia timbul karena perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.


Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk pontensial
aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel, gangguan irama jantung tidak hanya
terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan
denyut dan konduksi.

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung terlalu cepat,


terlalu lambat atau tidak teratur. Aritmia biasanya tidak berbahaya. Kebanyakan orang
sesekali mengalami detak jantung yang kadang tidak beraturan kadang menjadi cepat,
kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan
gangguan Kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dapat terjadi
dengan HR yang normal, atau dengan HR yang lambat. (Risyada Ma’rifatul Khoirot
2015)

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering


terjadi pada infark miokardium.Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis, ritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel, Gangguan irama jantung
tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan
kecepatan denyut dan konduksi.
A. Etiologi

Menurut Nur Amalia Hidayati (2016) Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya
dapat di sebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
B. Patofisiologi
Di dalam jantung terdapat sel-sel yang mempunyai sifat automatitasi artinya dapat

Dengan sendiri secara teratur melepaskan rangsangan. Implus yang di hasilakan dari
sel-sel ini akan di gunakan untuk menstimulus otot jantung untuk melakukan
kontraksi.

Sel-sel tersebut adalah SA node; Bundle His, dan serabut Purkinjee. Secara
normal, impuls akan di hasilkan oleh SA node, yang kemudian di teruskank e AV
node, bundle his, dan terakhir ke serabut purkinje. Terjadinya aritmia dapat di
sebabkan oleh berbagai fakta. Factor yang pertama ialah menurunnya fungsi SA node,
sehingga AV node menghasilkan impuls sendiri, impuls ini akan di teruskan seperti
biasanya sampai ke serabutpurkinje. Pada serabut purkinje akan diterima 2 impuls
yang berasal dari SA node dan AVnode sehingga menyebabkan mekanisme reentry.
Kedua, impuls yang dihasilkan oleh SAnode, akan terhambat pada percabangan SA
node (Sinus arrest) sehingga impuls tidak sampaike AV node, maka AV node secara
otomatis akan menghasilkan impuls sendiri sehinggatimbul juga irama jantung
tambahan. Penghambatan impuls tidak hanya dapat terjadi padapercabangan SA node,
tetapi dapat terjadi pada bundle his juga.

C. Manifestasi Klinis

Menurut (Mohammer pasha 2012) Kebanyakan manifestasi pasien dengan


aritmia tidak di sadari, sehingga terdeteksi pada saat rasa yang tidak nyaman seperti
berdebar-debar, palpitasi, atau adanya denyut jantung.
yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut yang tidak teratur.
Keadaan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi gangguan
hemodinamik.Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang berbahaya
adalah klienmerasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih serius
kemungkinan pasien di temukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan pasokan
darah yang mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan tubuh
tidak mencukupi sehinggaaktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu,
adapun penilaian klinis pasien sebagai berikut :
a. Anxietas
b. Gelisah
c. Capek dan Lelah serta gangguan aktivitas
d. Palpitasi
e. Nyeri dada
f. Vertigo, syncope
g. Tanda dan gejala sesak
h. Tanda hipoperfusi
D. Pathway

Peradangan Gangguan Intoksitasi Ketidak Gangguan


sirkulasi obat-obtan seimbangan pengaturan
Jantung coroner elektrolit system saraf
otot

Lepasnya Penurunan Merubah Perubahan Aktifitas


mediator nodus suplai O2 repolarisasi sel permiabilitas N vagus
untuk otot otot jantung terhadap ion K
jantung

Penurunan
Pontensial istirahat aktifitas sel
Nikrosis sel sel otot jantung pacu jantung
Otot jantung SA node

Gangguan
pembentukan Kardiomiopati
Gangguan Dilatasi sel otot
pembentukan jantung

Memicu
focus
Aritmia
ektopik Gagal jantung

E. Pemeriksaan Penunjang

a. EKG menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan


tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di
rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek
obat antidisritmia..
c. Foto dada: Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
e. Tes stres Latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.

f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat


mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
F. Jenis-jenis Aritmia

1. Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg berasal dari


atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan
terapi.

2. Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia yang paling


umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit jantung. Ini merupakan
denyut jantung lompatan yang kita semua kadang2 mengalami. Pada beberapa
orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu banyak kafein atau nikotin, atau
terlalu banyak latihan. Tetapi kadang-kadang, PVCs dpt disebabkan oleh penyakit
jantung atau ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami PVCs
dan/atau gejala2 yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang dokter
jantung. Namun, pada kebanyakan orang, PVC biasanya tidak berbahaya dan
jarang memerlukan terapi.

3. Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak teratur yang sering
menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi secara abnormal.

4. Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau lebih sirkuit
yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih terorganisir dan teratur
dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini terjadi paling sering pada orang
dengan penyakit jantung, dan selama minggu pertama setelah bedah jantung.
Aritmia ini sering berubah menjadi atrial fibrilasi.

5. Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang cepat,


biasanya dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel. PSVT mulai dan
berakhir dg tiba2. Terdapat dua tipe utama : accessory path tachycardia dan AV
nodal reentrant tachycardia (lihat bawah).

6. Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur atau


hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel. Impuls berjalan
melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa. Ini membuat impuls berjalan
di jantung dg sangat cepat menyebabkan jantung berdenyut dg cepat.

7. AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih dari satu jalur
melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar), pingsan
atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini dapat disembuhkan dg menggunakan
suatu manuver sederhana yang dilakukan oleh seorang profesional medis yang
terlatih, dg obat2an atau dengan suatu pacemaker.

8. Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang berasal dari ruang bawah
jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah jantung terisi cukup darah, oleh
karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp
aritmia yang serius, khususnya pd orang dengan penyakit jantung dan mkn
berhubungan dg lebih banyak gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya
mengevaluasi aritmia ini.
9. Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak terorganisir
yang berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak mampu berkontraksi atau
memompa darah ke tubuh. Ini merupakan kondisi emergensi yang harus diterapi
dg CPR dan defibrilasi sesegera mungkin.

10. Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang merepresentasikan


waktu yang diperlukan otot jantung untuk berkontraksi dan kemudian relaksasi,
atau yang diperlukan impuls listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika
interval QT memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya “torsade de pointes”,
suatu bentuk ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT syndrome
merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat menyebabkan kematian
mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi dengan obat2 antiaritmia,
pacemaker, electrical cardioversion, defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant
atau terapi ablasi.

11. Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat muncul dari
kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya adalah sinus node
dysfunction dan blok jantung.

12. Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA node yang
abnormal. Diterapi dengan pacemaker.

13. Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik ketika
berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat terjadi pada AV node
atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut ireguler dan sering lebih lambat. Jika
serius blok jantung perlu diterapi dengan pacemaker.

G. PenataLaksanaan

1. Terapi medis

Obat-obatan anti aritmia di bagi 4 bagian yaitu :

a) Anti aritmia kelas 1: sodium channel blocker

- Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk


mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b) Anti aritmia kelas 2 (beta adrenergic blokade)

c) Anti aritmia kelas 3 (polong repolarization) \

d) Anti aritmia kelas 4 ( channel bloker)

e) Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

2. Terapi mekanis

- Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia


yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
- Defibrilasi kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat
- Defibrilator kardioverter implantabel suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel
- erapi pacemaker alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Keluhan Utama
Berisi data pasien singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan yang
membuat pasien meminta bantuan kesehatan. Jika pengkajian dilakukan setelah
beberapa hari pasien MRS maka keluhan utama diisi dengan keluhan yang
dirasakan saat pengkajian. Misalnya: keluhan utama pada pasien dengan hipertensi
misalnya sakit kepala.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama MRS, factor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan,
faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasinya dan diagnose
medis.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
Penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, kebiasaan merokok, minum kopi,
obat – obatan dan alcohol.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit yang dialami satu anggota keluarga, bila merupakan penyakit
keturunan, mengkaji 3 generasi ke atas. Anggota keluarga apakah ada yang
mempunyai hipertensi atau tidak.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Identifikasi lingkungan sekitar rumah klien, apakah klien tinggal di
lingkungan bersih atau kotor.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital, TB dan BB :
S : ……°C (SUHU. axial, rectal, oral) N : …. x/menit ( NADI. teratur, tidak teratur,
kuat, lemah) TD : …../…..mmHg (lengan kiri, lengan kanan, berbaring, duduk)
RR : ….x/menit (regular/ irregular)TB : … cm BB : …. Kg ( cara menghitung berat
badan ideal : TB -100 ( ± 10% dari hasil ).

3. PEMERIKSAAN PERSISTEM
a. System pernapasan
Anamnesa : karakteristik batuk (produktif/non produktif), sesak nafas, nyeri dada
(PQRST)
Hidung
Inspeksi : Napas cupping hidung
Palpasi : nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir, alat bantu nafas (ETT)
Area dada
Inspeksi : pola nafas, penggunaan otot bantu pernapasan , kesimetrisan dada
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : suara nafas (ronkhi, wheezing)
b. Cardiovascular dan Limfe
Anamnesa : Identifikasi adanya nyeri dada (PQRST)
Wajah
Inspeksi : sembab, pucat, konjungtiva pucat / tidak
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis
Palpasi :
Dada
Inspeksi : bentuk dan pergerakan dada (simetris/tidak)
Palpasi : letak ictus kordis
Perkusi : batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung (Bj1 dan Bj2) atau kelainan bunyi jantung (gallop
,murmur)
Ekstrimitas atas
Inspeksi : sianosis, clubbing finger
Palpasi : CRT
Ekstrimitas bawah
Inspeksi : identifikasi edema pada ektrimitas , clubbing finger
Palpasi : identifikasi adanya benjolan pada ekstrimitas
c. Persyarafan
1. Uji nervus 1 olfaktorius (pembau) : dengan cara menggunakan bau – bauan
(minyak kayu putih, kopi dan tembakau), kemudian meminta klien untuk
menutup mata dan membedakan bau – bauan tersebut.
2. Uji nervus II opticus (penghilatan) : mengobservasi apakah terdapat kelainan
pada mata misalnya katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya.
3. Uji nervus III oculomotorius : mengobservasi apakah terdapat edema kelopak
mata, hipermi konjungtiva
4. Uji Nervus IV toklearis : pemeriksaan pupil dengan menggunakan senter kecil
5. Uji nervus V trigeminus : sensasi kulit wajah
6. Uji nervus VI abdusen : menganjurkan klien menggerakkan mata dari dalam
keluar mengobservasi kelopak mata, kesimetrisan gerakan bola mata
7. Uji nervus VII facialis : menganjurkan klien untuk mengerut, mengembangkan
pipi, dan menaikkan dan menurunkan alis mata, melihat adanya kesimetrisan
8. Uji nervus VIII additorious / akustikus : menguji kemampuan klien
mendengarkan kata – kata yang diucapkan dengan mendekatkan arloji ketelinga
pasien
9. Uji nervus IX glosoparingeal : dengan menyentuhkan tongs patel ke posterior
faring pasien. Jika timbul reflek muntah adalah normal (positif), jika negative
bila tidak ada reflek
10. Uji nervus X vagus : untuk mengetahui gerakan lidah, menelan dan rasa
11. Uji nervus XI aksesorius ; menganjurkan klien untuk menggeleng dan menoleh
kearah kiri – kanan
12. Uji nervus hypoglossal : meminta klien menjulurkan lidah kegaris dan
menggerakkannya kesamping kanan dan kesamping kiri
d. Sistem pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : mengidentifikasi nafsu makan, pola makan klien , nyeri telan
Mulut
Inspeksi : sianosis , stomatitis (+/-)
Palpasi : nyeri tekan
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : terdapat luka atau tidak
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak
Perkusi : suara perut (tympani / hypertimpani)
Kuadran I
Hepar : hepatomegaly, nyeri tekan
Kuadran II
Gaster : distensi abdomen
Kuadran III
Massa (skibola,tumor) : nyeri tekan
Kuadran IV
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
e. System muskuluskeletal dan integument
Anamnesa : nyeri, kelemahan ektrimitas
Warna kulit :
Kekuatan otot :

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
penuh
f. System endokrin dan eksokrin
Anamnesa : mengidentifikasi status nurtisi dan eliminasi klien
Kepala
Inspeksi : bentuk, identifikasi adanya benjolan di sekitar kepala (+/-)
Leher
Inspeksi : bentuk , pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : pembesaran kelenjar tyroid , nyeri tekan
Ekstrimitas bawah : edema
g. System reproduksi
Anamnesa : mengidentifikasi masalah haid
h. Persepsi sensori
Anamnesa : mengidentifikasi pada klien apakah ada nyeri mata, penurunan tajam
penglihatan, mata berkunang kunang, penglihatan ganda( -), mata berair(-), gatal(-),
kering, benda asing dalam mata, penurunan pendengaran, nyeri
Mata
Inspeksi :
Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna, cairan yang
keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk : Enteropion, keluar :ksteropion),
produksi air mata.
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil : warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada orang tua kadang ada cincin putih
seputar iris (Arkus senilis)
Sclera ; warna ( putih, ikterik)

4. DIAGNOSA
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d
c. Penurunan curah jantung berhubingan dengan perubahan irama jantung.

5. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah
direncanakan. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakan-
tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan
pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b.Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.
c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
d. Dokumentasi intervensi dan respons klien.
Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis
pada catatan keperawatan dan proses keperawatan.

6. EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Tahap evaluasi merupakan indikator keberhasilan dalam penggunaan
proses keperawatan.

Evaluasi terdiri dari dua bagian yaitu :

a. Tinjauan laporan klien harus mencakup riwayat perawatan, kartu catatan, hasil-
hasil tes dan semua laporan observasi.
b. Pengkajian kembali terhadap klien berdasarkan pada tujuan kriteria yang diukur
dan mencakup reaksi klien terhadap lingkungan yang dilakukan. Reaksi klien
secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur tekanan darah, suhu
dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA
Risyada Ma’rifatul Khoirot 2015 laporan pendahuluan dan askep aritmia, Rsud
Dr,Saiful Anuar Malang.
Nur Amalia Hidayati 2016, Laporan pendahuluan aritmia, Tahap profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Mohammer pasha 2012, Laporan scenario Cardiovaskuler, Fakultas kedokteran
Universitas Prima Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai