Anda di halaman 1dari 16

ASKEP HIPOTIROIDISME

DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK

NAMA : YURNALIS
: AJIRNA
RUANG : II-B

PENGASUH
Ns. RAHMAWATI, S. Kep, M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN
JABAL GHAFUR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar
ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipotiroidisme?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hipotiroidisme.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan  pengertian Hipotiroidisme.
b. Mendeskripsikan jenis-jenis Hipotiroidisme.
c. Mendeskripsikan penyebab Hipotiroidisme.
d. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hipotiroidisme.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau  akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital. Goiter dapat
terlihat pada pasien hipotiroidisme dengan dapat herediter dalam biosintesis hormone
tiroid;  pada penderita seperti ini terjadi peningkatan pelepasan TSH yang
menyebabkan pembesaran tiroid goiter dapat juga terlihat pada penderita tiroiditis
Hashimoto, suatu penyakit autoimun yang infiltrasi limfosit dan destruksi kelenjar
tiroidnya dikaitkan dengan antitiroglobulin atau antibodi mikrosomal sel antiroid.
Pasien dengan hipotoidisme sekunder mungkin menderita tumor hipofisis dan
defisiensi hormone-hormon trofik hipofisis lainya. 
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan
ini kadang-kadang disebut miksedema.
Hipotiroidisme congenial atau kretinisme mungkin sudah timbul sejak lahir, atau
menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Nanifestasi dini kritenisme
antara lain ikterus fisiologik yang menetap, tangisan parau, konstipasi, somnolen, dan
kesulitan untuk mencapai perkembangan normal. Anak yang menderita
hipotiroidisme congenital memperlihatkan tubuh yang pendek; profil kasar, lidah
menjulur keluar; hidung yang lebar dan rata; mata yang jaraknya jauh; rambut jarang;
kulit kering; perut menonjol; dan hernia umbilikalis.

3
Pemeriksaan radiologi rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis spifisis, dan keterlambatan
perkembangan gigi. Komplikasi utama dari hipotiroidisme congenial dan
hipotiroidisme juvenilis yang tidak diketahui dan tidak diobati adalah retardasi
mental. Keadaan ini dapat dicegah dengan memperbaiki hipotiroidisme secara dini.
Para ahli medis yang merawat bayi baru lahir dan bayi kecil harus menyadari
kemungkinan ini.

B. Jenis
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
1. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
2. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid
3. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan
yodium, dan resistensi perifer.
Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu,
umumnya diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan T4 turun.
Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.

C. Penyebab
Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan
penyebabnya, yaitu:
1. Bawaan
a. Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea.
b. Kelainan hormogonesis
1) Kelainan bawaan enzim (inborn error)
2) Defisiensi yodium (kretinisme endemik)
3) Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
2. Didapat
Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi
kelenjar yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah
a. Idiopatik (autoimunisasi)

4
b. Tiroidektomi
c. Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain)
d. Pemakaian obat anti-tiroid
e. Kelainan hipofisis.
f. Defisiensi spesifik TSH

D. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya
umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila
hipotiroidism terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidism yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT,
TSH, dan TRH.
Penyakit Hipotiroidisme.
1. Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya
otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan
penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi
tampaknya terdapat kecenderungan genetikuntuk mengidap penyakit ini.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada
tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme
terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih
berfungsi.
2. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik
yodiumradioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan
hipotiroidisme.
3. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn

5
terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik
dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar
HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan,
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme
goitrosa.
4. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari
hipotiroidisme di negara terbelakang.
5. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme.
Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah
tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif
untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak,
adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapatmeningkatkan
risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi
dan hiperplasia sel tiroid.

E. Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormon
tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung yodium atau jika produksi dari
hormon tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha
untuk kompendasi dari kekurangan hormon. Pada keadaan seperti ini, gondok
merupakan adaptasi yang berpengaruh pada defisiensi hormon tiroid. Pembesaran
sebagai respon respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH
menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, tingkat kompilasi T4 darah
rendah. Biasanya, saraf akan membesar dan itu akan membalik struktur di leher dan
dada yang menyebabkan respirasi disfagia.
Penurunan kadar hormon tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh.Perlambatan proses ini terjadi pada kondisi achlorhydria (pennurunan
produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi
pernafasan menurun, dan penurunan produksi panas tubuh.

6
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan hormon tiroid yang
mempengaruhi metabolisme lemak. Adanya peningkatan hasil dalam serum dan
tingkat trigliserida dan status penderita arteriosklerosis dan penyakit jantung
koroner. Akumulasi proteoglikan hidrofilik di rongga interstisial seperti rongga
pleura, jantung, dan perut sebagai tanda dari campuran.
Hormon tiroid biasanya digunakan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme Biasanya karena tidak dapat optimal dengan vitamin B12 dan
asam folat.

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain;
1. Suara parau, tidak tahan dingin dan keringat berkurang
2. Kulit dingin dan kering.
3. Wajah membengkak dan gerakan lamban.
4. Aktivitas motorik dan intelektual lambat.
5. Relaksasi lambat dari reflek tendon dalam, perempuan yang menderita
hipotiroidisme sering mengeluh hiperminore.

G. Penatalaksaan
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigi,hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
Tes-tes laboratium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara
lain: kadar tiroksin dan dan triyodoronin serum yang rendah, BMR yang rendah, dan
peningkatan kolesterol serum. Kadar TSH serum mungkin tinggi mungkin pula
rendah, bergantung pada jenis hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer, kadar
TSH serum akan tinggi, sedangkan kadar tiroksin rendah. Sebaliknya, kedua
pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan hipotiroidisme sekunder.

7
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya
dimulai dalam dosis rendah (50 µg/hari), khususnya pada pasien yang lebih tua atau
pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit
demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal
150 µg/hari. Pada dewasa muda, dosis pemeliharaan maksimal dapat dimulai
secepatnya. Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat
digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus
dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan
hipotiroidisme sekunder sebaiknya ditentukan dengan mengikuti kadar tiroksin
bebas.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid,
yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormone tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SYSTEM ENDOKRIN HIPOTIROIDISME

A. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena
itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
 mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat, berbicara
lambat dan terbata – bata, gangguan memori
Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas
tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau
bertambah buruk.

9
c. Riwayat penyakit  dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
Pola makan
Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan
ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup
kelima komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah
kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur
tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).

10
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan KriteriaHasi Intervensi Rasionalisasi
l
1 Intoleran Tolerasi Melaporkan 1.Anjurkan aktivitas Istirahat
aktifitas aktivitas sedikit lelah sesuai tolerasi. membantu
berhubungan membaik. pada AKS menghemat
dengan energy.
penurunan 2.Bantu aktivitas
metabolism perawatan mandiri Memberikan
sekunder ketika pasien berada kesempatan
terhadap dalam keadaan pada pasien
hipotiroidisme lelah. berada dalam
keadaan lelah
2 Resiko tinggi Hilang Melaporkan 1.Berikan makanan Meningkatkan
terhadap dari pasase bentuk yang kaya serat. massa feses dan
konstipasi konstipasi feses lunak frekuensi buang
berhubungan 2.Ajarkan pada pasien air besar.
dengan tentang jenis – jenis
penurunan makanan yang Untuk
peristaltic banyak mengandung peningkatan
air. asupan cairan
kepada pasien
3.Kolaborasi pemberian agar feses tidak
obat pencahar dan keras.
enema bila

11
diperlukan. Untuk
mengencerkan
feses.
3 Pola nafas Perbaikan Melaporkan 1. Pantau frekuensi, Mengidentifikasi
tidak efektif dan pola dapat kedalaman, pola hasil
berhubungan nafas bernafas pernafasan. pemeriksaan
dengan normal dengan 2. Dorong pasien dasar untuk
depresi efektif untuk nafas dalam memantau 
ventilasi dan batuk. perubahan
selanjutnya dan
mengevaluasi
efektivitas
intervensi.

Mencegah
aktifitas dan
meningkatkan
aktifitas yang
adekuat.

D. Implementasi
Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolism
sekunder terhadap
Tindakan :
a. Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.
b. Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah.
Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltic.

12
Tindakan :
a. Berikan makanan yang kaya serat.
b. Ajarkan pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung
air.
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.

Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.


Tindakan :
a. Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.
b. Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien  dan sesama tenaga
kesehatan (Nasrul Effendi, 1995). Evaluasi pada pasien dengan gangguan system
endokrin hipotiroidsme adalah :
1. Perbaikan dan pola nafas normal.
2. Tolerasi aktivitas membaik.
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang
mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau
ablasi radioisotope, atau  akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar
dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak
terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.
Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan
ini kadang-kadang disebut miksedema.

B. Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
endokrin hipotiroidsm ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami,
mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidsme.

14
DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ;


EGC
A.Prince, Sylvia & M.Wilson, Lorraine. (2009). Patofisiologi konsep klinis proses
penyakit. Jakarta : EGC
McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The
Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-
110

15
PATHWAY HIPOTIROID

Virus Hasimoto Malfungsi hipotalamus Malfungsi hipofisis

Tiroiditis

Malfungsi kelenjar TRH ↓ dan TSH ↓ TRH ↑ dan TSH ↓


tiroid

TRH ↑ dan TSH ↑

Hormon tiroid ↓ Hormon tiroid ↓ Hormon toroid ↓

Etiologi Hipotiroid

Laju metabolisme ↓

↓ fungsi fungsi ATP otot sekresi ↓ ↓ fungsi ↓ suplai


pernapasan & ADP ↓ kekurangan sistemdarah
O2 Produksi pencernaan ke alat
depresi suplai O2 kalor ↓ reproduksi
ventilasi ke otak ↓ proses peristaltik
oksidasi suhu usus ↓ kerja organ
dispnea sinkope anaerob tubuh ↓ reproduksi ↓

konstipasi
Sesak napas asam jarang libido ↓
laktat ↑ berkeringat
impoten
myalgia

reaksi aitoimun

retinitis

↓ pembiasan cahaya

Rabun senja

16

Anda mungkin juga menyukai