Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surat An Nisa terdiri dari 176 ayat, adalah surat Madaniyyah yang terpanjang

sesudah surat Al-Baqarah. Dinamakan An Nisa karena dalam surat ini banyak

dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surat yang

paling membicarakan hal itu dibanding dengan surat lain. Surat yang lain banyak juga

yang membicarakan tentang hal wanita ialah surat At Thalaq. Dalam hubungan ini

biasa disebut surat An Nisa dengan sebutan: Surat An Nisa Al Kubra (surat An Nisa

yang besar), sedangkan surat At Thalaq disebut dengan sebutan: Surat An Nisa Ash

Sughra (surat An Nisa yang kecil).

Pada pembahasan QS. An Nisa : 36 yaitu mengenai tentang “Kewajiban

terhadap Allah dan terhadap sesama manusia” yang mana kewajiban manusia untuk

menyembah dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, Dan perintah

berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu-bapa), karib-kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat,

ibnu sabil dan hamba sahaya. Dan juga larangan untuk berbuat dan mengajak kikir,

karena kikir merupakan sifat yang paling dibenci Allah karena ia telah kufur nikmat

yaitu dengan menyembunyikan karunia yang Allah berikan. Dan terhadap orang yang

berbuat demikianlah Allah telah menyediakan tempat dan siksa yang menghinakan.

1
B. Rumusan Masalah

Untuk menghindari hal-hal yang tidak terarah dalam penulisan makalah ini,

penulis akan membatasi masalah yang di muat dalam makalah ini yaitu; Apa isi

kandungan Q.S Annisa 36 ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalahini adalah untuk mengetahui isi

kandungan Q. S Annisa 36.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Redaksi Ayat

‫َار ذِي ا ْلقُ ْربَى‬


ِ ‫ين َوا ْلج‬ َ ‫سا ًنا َو ِبذِي ا ْلقُ ْربَى َوا ْليَتَا َمى َوا ْل َم‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ْ‫ش ْيئ ًا َو ِبا ْل َوا ِل َدي ِْن ِإح‬
َ ‫ّللاَ َوال تُش ِْركُوا ِب ِه‬
َ ‫َو ْعبُدُوا‬

٣٦( ‫ورا‬ َ َ‫س ِبي ِل َو َما َملَكَتْ أ َ ْي َمانُ ُك ْم إِن‬


ً ‫ّللاَ ال يُ ِحب َم ْن كَانَ ُم ْختَاال فَ ُخ‬ ِ ‫ب ِبا ْل َج ْن‬
َ ‫ب َواب ِْن ال‬ ِ ‫َاح‬ ِ ُ‫َار ا ْل ُجن‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ‫َوا ْلج‬

B. Arti dan Makna Mufordat

1. Kata َ‫عبادة‬atau ibadah dapat ditrejemahkan dengan "mengabdi,

menyembah, dantaat". Kata tersebut bisa digambarkan menjadi "kekohohan"

dan "kelemah lembutan". Sebab seseorang dinamakan mengabdi, menyembah,

dan taat mengggambarkan situasi ketiadaberdayaan karena merasa butuh akan

perlindungan atau takut terhadap murka.

2. Kalimat ‫وبالوالدين‬atau wabil walidayni berarti bakti kepada ibu-bapak. Kata

penghubung bi ialah untuk mengandung makna bahwa Allah tidak

menghendaki adanya jarak meski sedikit pun dalam hubungan antara anak dan

kedua orang tuanya. Seorang anak harus selalu dekat kepada ibu-bapaknya.

3. Kata ‫إحسانا‬atau ihsana memiliki arti terbaik, mencakup segala sesuatu yang

menyenangkan dan disenangi. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan

perlakuan yang lebih baik dari kebaikan ibu-bapak.

4. Kata ‫الجار‬atau al jaaru berarti tetangga. Sementara para ulama menetetapkan

bahwa tetangga merupakan penghuni yang tinggal di sekeliling rumah, sejak

dari rumah pertama sampai rumah yang ke-40.

3
5. Kalimat ‫الصاحب بالجنب‬atau al ashokhibi bil janbi dipahami dalam arti istri,

bahkan siapapun yang menyertai seseorang di rumahnya, termasuk para

pembantu rumah tangga.

6. Kata ‫مختاال‬atau mukhtalan pada dasarnya berarti orang yang tingkah lakunya

diarahkan oleh khayalannya. Biasanya orang seperti ini berjalan angkuh dan

merasa dirinya memiliki kelebihan dibanding orang lain.

7. Kata ‫فخورا‬atau fakhuro berarti membanggakan diri dan mengandung makna

kesombingan yang terdengar langsung dari ucapan-ucapan.

C. Terjemah

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman

sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

D. Analisa Kandungan dan Tafisr Ayat

1. Ibadah tanpa kemusyirikan

Menyembah dan mengabdi kepada Allah SWT dinamakan ibadah.

Ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan hati, mengakui keEsaan-Nya

serta tidak mempersukutukan-Nya dengan sesuatu. Ibadah yang dapat kita

kerjakan sehari-hari sebagaimana contoh dari Rasulullah saw adalah sholat,

berpuasa, zakat, naik haji dan lain-lain inilah yang dinamakan dengan ibadah

khusus. Sedangkan ibadah umum contohnya adalah membantu fakir miskin,

4
memelihara dan menolong anak yatim, mengingatkan sesuatu kepada orang

lain jika salah, dan sebagainya. Dalam melakukan ibadah tersebut harus

dibekali niat yang ikhlas, taat dan tidak mempersekutukan Allah dengan yang

lain.

2. Berbuat baik kepada orang tua

Dengan berbuat baik kepada ibu dan bapak itu sudah mencakup segala-

galanya, baik dari segi perkataan maupun perbuatan yang dapat membuat

mereka bahagia. Berperilaku lemah lembut dan sopan terhadap keduanya, itu

juga termasuk berbuat baik kepadanya. Mengikuti nasehatnya, selama tidak

bertentangan dengan syariat. Andaikata mereka memerintahkan kepada kita

untuk berbuat yang bertentangan dengan agama, kita boleh tidak mematuhi,

tetapi terhadap keduanya tetap dijaga hubungan baik.

3. Berbuat baik kepada karib kerabat

Setelah Allah menyuruh kita berbuat baik kepada ibu-bapak, kemudian

Allah menyuruh agar berbuat baik kepada karib kerabat. Karib kerabat adalah

orang-orang yang memiliki hubungan dekat sesudah ibu bapak, atau umumnya

disebut dengan keluarga.

4. Berbuat baik kepada anak yatim dan orang miskin

Berbuat baik kepada anak yatim dan orang miskin ini bukan didasarkan

oleh hubungan darah atau keluarga, akan tetapi semata-mata karena rasa iman

kepada Allah SWT. Sejatinya iman inilah yang menumbuhkan rasa kasih

sayang menyantuni anak-anak yatim dan orang-orang miskin, sebab Al-Qur'an

sendiri sudah menjelaskan agar setiap muslim melakukan hal itu.

5
5. Berbuat baik kepada tetangga

Berbuat baik kepada sesama tetangga juga sangat penting, sebab pada

hakikatnya tetangga itu juga merupakan saudara dan keluarga kita. Jika terjadi

suatu masalah yang menimpa kita, dialah yang paling dulu datang dan

memberikan pertolongan kepada kita baik di pagi, siang, dan malam hari.

6. Berbuat baik kepada teman sejawat

Perbuatan ini ditujukan kepada teman yang sama-sama dalam

perjalanan, atau sama-sama dalam belajar. Maka kepada mereka harus

diberikan pertolongan sehingga hubungan berkawan tetap terpelihara. Setia

kawan adalah lambang ukhwah islamiyah, yakni lambang persaudaraan dalam

Islam.

7. Berbuat baik kepada Ibnu Sabil

Berbuat baik kepada ibnu sabil adalah sikap menolong seseorang yang

sedang dalam perjalanan, atau dalam perantanan yang jauh dari sanak famili

dan sedang memerlukan pertolongan, disaat ia ingin kembali ke negerinya.

Ibnu sabil juga bisa diartikan sebagai anak yang tidak diketahui ibu

bapaknya. Maka kewajiban seorang mukmin yaitu menolong anak tersebut,

memeliharanya serta mencarikan keberadaan orang tuanya agar anak tersebut

tidak terlunta-lunta hidupnya.

8. Berbuat baik kepada hamba sahaya

Berbuat baik kepada hamba sahaya ialah dengan jalan

memerdekakannya. Namun, di zaman sekarang ini perbudakan sudah tidak ada

lagi, sebab hal itu bertentangan dengan hak asasi manusia. Agama Islam pun

6
sebenarnya tidak menginginkan adanya perbudakan itu, karena itu semua

hamba sahaya yang bertemu sebelum Islam datang, berangsur-angsur di

merdekakan oleh tuannya sehingga habislah masa perbudakan itu.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Surat An Nisa terdiri dari 176 ayat, adalah surat Madaniyyah yang

terpanjang sesudah surat Al-Baqarah. Dinamakan An Nisa karena dalam surat ini

banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan

surat yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surat lain.

Pada pembahasan QS. An Nisa : 36 -37 yaitu mengenai tentang “Kewajiban

terhadap Allah dan terhadap sesama manusia” yang mana kewajiban manusia

untuk menyembah dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun,

Dan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua (ibu-bapa), karib-kerabat,

anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh

, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Dan juga larangan untuk berbuat

dan mengajak kikir, karena kikir merupakan sifat yang paling dibenci Allah karena

ia telah kufur nikmat yaitu dengan menyembunyikan karunia yang Allah

berikan. Dan terhadap orang yang berbuat demikianlah Allah telah menyediakan

tempat dan siksa yang menghinakan.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, disarankan kepada kita semua agar

senantiasa mengamalkan apa saja yang di wahyukan dalam Al-Quran, karena apa

saja yang diturunkan Allah merupakan pedoman kepada manusia beriman dalam

menjalani kehidupan di dunia yang sementara ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran

Irdyadul Ibad. hal. 96. Ima Zainuddin Al-Malibary.

Tafsir Al-kabir. juz. 2. hal. 586. Imam fakhruddin Ar-Razy

Anda mungkin juga menyukai