Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROSES PENGANGKATAN ALI BIN ABI THALIB

Dosen Pegampu :
Ummu Mawadah, M.Pd

Disusun` Oleh :

Amri Nurfadillah 12001170


Indri Maulidia 12001203
Tria Asri Nur Sabani 12001227

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
T.A.2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, karena kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul ”Proses Pengangkatan Ali Bin Abi Thalib” . Makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata kuliah pembelajaran SKI.
Di sini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ummu Mawadah,
M.Pd, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pembelajaran SKI yang telah memberikan
kami tugas yang membahas judul di atas sehingga kami mengerti dan paham perjalanan
sahabat-sahabat terdahulu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penulis menyadari akan
keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan
menambah wawasan untuk kita semua. .

Pontianak, 09 Mei 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................


Daftar Isi .....................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan .....................................................................................................
a. Latar Belakang ................................................................................................
b. Rumusan Masalah ...........................................................................................
c. Tujuan .............................................................................................................
Bab 2 Pembahasan .......................................................................................................
a. Biografi Ali bin Abi Thalib .............................................................................
b. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib ........................................................
c. Kendala Yang Di Hadapi Oleh Ali bin Abi Thalib .........................................
Bab 3 Penutup ..............................................................................................................
a. Kesimpulan ......................................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah ke empat dari ke khalifahan islam. Ali bin
Abi Thalib diangkat menjadi khalifah setelah meninggalnya khalifah Usman bin
Affan dalam peristiwa pembunuhan yang terjadi di rumah khalifah Usman bin Affan.
Pertama kali yang dirasakan kaum muslimin ketika mengkaji sejarah tentang Ali bin
Abi Thalib adalah kerumitan-kerumitan yang menjadi tanda tanya besar. Pada waktu
itu, terjadi berbagai konflik atau tepatnya fitnah di kalangan para sahabat, seperti
Perang Jamal (terjadi antara golongan Ali dan Aisyah) dan perang Shifin (terjadi
antara golongan Ali dan Muawiyah). Generasi sahabat yang disebut di dalam al-
Qur’an sebagai Khairu Ummah mengalami peristiwa yang benar-benar tidak terduga,
bahkan oleh para sahabat di masa itu sekali pun. Hal itu menimbulkan banyak
pertanyaan yang harus diselesaikan oleh kaum muslim, terutama para pengkaji sejarah
Islam.
Membahas khalifah Ali dalam sebuah makalah yang sederhana tidaklah akan
cukup dan memuaskan. Namun, belajar dari uraian buku-buku yang kami baca, kami
berusaha untuk memberikan beberapa analisa dengan menggunakan buku-buku itu,
untuk kemudian menguatkan atau bahkan mengkritisi, bila memang terdapat
pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan data-data sejarah yang ada. Kami
bahas tentang pemerintahan Ali dan berbagai peristiwa penting yang terjadi. Di
makalah ini juga, kami akan menghadirkan biografi Ali sebagai pengetahuan sepintas,
sebab tidak pantas rasanya kalau kita membahas seseorang tetapi tidak mengetahui
biografinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka muncullah
beberapa permasalahan yang akan dibahas. Adapun permasalahan yang perlu dibahas
yaitu :
1. Bagaimana Biografi Ali Bin Abi Thalib?
2. Bagaimana Proses Pengangkatan Ali Bin Abi Thalib?
3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh Ali Bin Abi Thalib.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Biografi Ali Bin Abi Thalib
2. Untuk mengetahui Proses Pengangkatan Ali Bin Abi Thalib
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Ali Bin Abi Thalib.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ali Bin Abi Thalib


Ali dikenal pada tradisi Islam dengan sejumlah gelar, beberapa mencerminkan
kualitas pribadinya serta yang lain asal dari episode-episode usaha eksklusif dalam
hidupnya. Ali bin Abi Thalib termasuk keliru satu berasal khulafaur rasyidin. seperti
apakah sejarah serta biografi berasal Ali bin Abi Thalib itu sendiri?
Ia bernama Ali Ibn Abu Thalib Bin Abdul Muthalib Bin Hashim. dia asal asal
keluarga suku Quraisy yang paling terhormat, keluarga Bani Hasyim, serta dia adalah
sepupu Nabi Muhammad SAW. Ibunya merupakan Fatimah serta beliau memeluk
Islam lebih awal serta bermigrasi ke Madinah. Ayahnya Abu Thalib adalah kepala
suku Bani Hasyim dan beliau artinya penjaga Ka'bah. Abu Thalib ialah paman dari
Nabi Muhammad SAW. Abu Thalib artinya keturunan Nabi Ismail AS, putra Ibrahim
(Alaihi Salam). Ali lahir pada Mekah pada hari Jumat, 13 Rajab, 3 puluh tahun
selesainya peristiwa Gajah, sesuai 17 Maret, 599 Masehi. Ali Ibn Abu Thalib
merupakan keliru satu dari sepuluh orang yang di jamin masuk surga. Ali bin Abi
Thalib menikahi putri Nabi Muhammad bernama Fatimah dan dia memeluk Islam. Ali
artinya seorang yang terkemuka, seorang prajurit pemberani , serta seseorang orator
yang luar biasa. dimasa hidupnya, ia sibuk menulis Al-Quran dan merevisinya
menggunakan Nabi Muhammad Saw.
Kisah Abu Bakar Memeluk Islam ketika Ali memasuki usia lima tahun,
Quraisy dilanda kekeringan yang mensugesti status ekonomi di Mekah. karena itu,
Nabi Saw memohon pamannya Al-Abbas buat membantu Abu Thalib selama krisis.
Mereka memperlihatkan Abu Thalib buat merawat anak-anaknya, sebab Al-Abbas
memilih buat merawat Jafar. lalu Nabi Muhammad Saw diasuh sang Abu Thalib,
beliau memberinya segala kebaikan dan kasih sayang pada masa kecilnya, selama sisa
masa hidupnya. saat Nabi Muhammad menerima wahyunya, Ali artinya yg pertama
menjadi Muslim sejak usia dini.
Suatu hari Ali ibn Abu Thalib balik ke rumah ketika Nabi serta istrinya
Khadijah salat. Ali bertanya wacana shalat, lalu Nabi berkata kepadanya bahwa itu
artinya kepercayaan yg benar dari Allah, yang menuntut tidak menyembah tuhan
selain Allah. Ali berkata bahwa dia belum pernah mendengar perihal ini sebelumnya.
Ia pun kemudian memberi tahu ayahnya Abu Thalib tentang hal itu, tetapi Nabi
memintanya buat merahasiakan problem ini. Keesokan paginya Ali datang ke Nabi
dan menyatakan keislamannya. Di awalnya, beliau merahasiakan Islamnya, karena dia
takut mendapat amarah dari ayahnya, namun ketika Abu Thalib mengetahuinya,
beliau menyetujuinya dan memintanya buat mempertahankannya ad interim Abu
Thalib menolak buat meninggalkan kepercayaan almarhum ayahnya sampai beliau
tewas. Di saat Mekah dilanda musibah serta banyak orang yang berpindah berasal
Mekah ke Madinah, Nabi Muhammad permanen ingin di Mekah, menunggu izin
Allah buat bermigrasi ke Madinah sementara para sahabatnya bermigrasi lebih awal.
Waktu orang-orang kafir Mekah bersekongkol buat membunuh Nabi SAW, malaikat
Jibril pun mengatakan kepadanya rincian berasal persekongkolan jahat serta meminta
Nabi buat tidak tidur ditempat tidurnya malam itu. lalu Nabi meminta Ali buat tidur
pada daerah tidurnya buat menyamar menjadi dirinya,sementara Nabi meninggalkan
rumahnya di malam hari serta bermigrasi ke Madinah.
Nabi Muhammad dikenal menjadi orang-orang yg paling bisa dianggap saat
orang Mekah menitipkan hartanya ke Nabi dan Ali artinya orang yg dipercaya oleh
Nabi buat mengembalikan harta kepada pemiliknya saat beliau berangkat ke Madinah.
Sesudah itu, Ali juga berhijrah ke Madinah buat bergabung dengan Nabi Muhammad.
Ali sangat menderita pada perjalanannya ke Madinah, sebab beliau menghabiskan
perjalanan panjang dan berjalan menggunakan kakinya.

B. Proses Pengangkatan Ali Bin Abi Thalib


Setelah Utsman terbunuh pada malam Jum’at 18 Dzulhijjah tahun 35 H,
berdasarkan pendapat yang populer, kaum muslimin mendatangi Ali ra. Dan
membai’at beliau sebelum jenazah Utsman dimakamkan. Ada yang mengatakan
setelah jenazah Utsman dimakamkan. Pada awalnya Ali bin Abi Thalib ra. menolak
bai’at mereka. Beliau menghindar ke rumah milik Bani Amru bin Mabdzul, seorang
Anshar. Beliau menutup pintu rumah, beliau menolak menerima jabatan khilafah
tersebut namun mereka terus mendesak beliau. Orang-orang datang mengetuk pintu
dan terus mendesak. Mereka membawa serta Thalhah dan az-Zubair .Mereka berkata,
“Sesungguhnya daulah ini tidak akan bertahan tanpa amir.”Mereka terus mendesak
hingga akhirnya Ali bersedia menerimanya. Ada yang mengatakan, orang pertama
yang membai’at beliau adalah Thalhah dengan tangan kanannya. Tangan kanan beliau
cacat sewaktu melindungi Rasulullah saw. pada peperangan Uhud. Sebagian hadirin
berkata, “Demi Allah, pembai’atan ini tidak sempurna!” 942
Ali keluar menuju masjid lalu naik ke atas mimbar dengan mengenakan kain
sarung dan sorban dari sutera sambil menenteng sandal beliau dan bertelekan pada
busur beliau.Segenap kaum muslimin membai’at beliau. Peristiwa itu terjadi pada hari
Sabtu tanggal 19 Dzulhijjah tahun 35 H.943 Ada yang mengatakan, Thalhah dan az-
Zubair membai’at Ali setelah beliau meminta mereka untuk berbai’at. Sebagian orang
mengira bahwa ada sekelompok kaum Anshar yang tidak membai’at Ali.944
Al-Waqidi berkata, “Orang-orang di Madinah membai’at Ali.Namun tujuh
orang menarik diri dan tidak ikut berbai’at. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Sa’ad
bin Abi Waqqash, Shuheib, Zaid bin Tsabit, Muhammad bin Maslamah, Salamah bin
Salaamah bin Waqsy dan Usamah bin Zaid. Dan tidak ada seorang sahabat
Ansharpun yang tertinggal, mereka semua ikut berbai’at sejauh pengetahuan kami.”
Saif bin Umar, “ menceritakan dari sejumlah gurunya bahwa mereka berkata,
“Selama lima hari setelah terbunuhnya Utsman kota Madinah dipimpin sementara
oleh al-Ghafiqi bin Harb, mereka mencari orang yang bersedia memimpin. Penduduk
Mesir mendesak Ali, sedang beliau sendiri menghindar dari mereka ke sebuah
rumah.Penduduk Kufah mencari az-Zubair tapi mereka tidak menemukannya.
Penduduk Bashrah meminta Thalhah, tapi ia tidak bersedia. Maka merekapun berkata,
“Kami tidak akan mengangkat salah satu dari tiga orang ini.” Mereka menemui Sa’ad
bin Abi Waqqash .Mereka berkata, “Sesungguhnya engkau termasuk salah seorang
anggota majelis Syura!”Namun Sa’ad tidak memenuhi permintaan mereka.
Kemudian mereka menemui Abdullah bin Umar. Beliau pun menolak tawaran
mereka. Mereka pun bingung, lantas mereka berkata, “Jika kita pulang ke daerah
masing-masing dengan membawa kabar terbunuhnya Utsman tanpa ada yang
menggantikan posisinya, manusia akan berselisih tentang urusan ini dan kita tidak
akan selamat. Mereka kembali menemui Ali dan memaksa beliau untuk menerimanya.
Al-Asytar an-Nakha’i meraih tangan Ali dan membaia’tnya kemudian orang-orang
pun ikut membai’at beliau. Penduduk Kufah mengatakan bahwasanya yang pertama
kali membai’at Ali adalah al-Asytar an- Nakha’i. Peristiwa itu terjadi pada hari Kamis
24 Dzulhijjah.Itu terjadi setelah orang-orang terus mendesak beliau. Mereka semua
berkata, “Tidak ada yang pantas memegangnya kecuali Ali.”Keesokan harinya pada
hari Jum’at, Ali naik ke atas mimbar. Orang-orang yang belum membai’at beliau
kemarin berbondong-bondong membai’at beliau. Orang pertama yang membai’at
beliau saat itu adalah Thalhah kemudian az-Zubair Bai’at ini terjadi pada hari Jum’at
25 Dzhulhijjah tahun 35 H.

C. Kendala-Kendala yang dihadapi Ali Bin Abi Thalib


Pasca beliau wafat, tampuk kepemimpinan Amirul Mukminin diteruskan oleh
keempat sahabatnya yaitu Abu Bakar ash Shidik, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib. Masa kepemimpinan empat sahabat ini biasa disebut
Khulafaur Rasyidin, gelar yang dinisbatkan khalifah kepada empat sahabat ini
disepakati oleh kebanyakan ulama dalam kitab-kitab Tarikh.
Setelah ketiga khalifah ini berlangsung, maka Ali merupakan khalifah
keempat setelah Utsman. Ali merupakan seorang sahabat yang termasuk dari salah
satu pemuda pertama yang masuk Islam dan orang yang dekat dengan Nabi SAW,
sehingga Nabi sangat menyayangi Ali karena sifatnya yang mulia. Lain daripada itu,
Ali juga terkenal akan kealimannya sehingga dikenal sebagai gudang ilmu
pengetahuan.
Ali bin Abi Thalib dipanggil juga dengan sebutan Syaibah al Hamdi bin
Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusai bin Khilab bin Lu’ai bin Ghalib bin Pihir bin
Malik bin Nadhir bin Ma’ad bin Adnan. Setiap kepemimpinan keempat sahabat ini
mempuanyai problem masing-masing yang dihadapinya, akan tetapi karena
kepemimpinan Ali ini terbilang kepemimpinan terakhir, maka nampak banyak sekali
problematika yang terjadi, dari mulai pelantikannya sebagai Amirul Mukminin sudah
terjadi masalah besar yang mana sebagian umat Islam pada saat itu tidak
menyetujuinya.
Pelantikan Ali untuk menjadi seorang khalifah bagi kaum Muslimin dirasa
sangat penting, karena pada saat itu umat Islam sangat memerlukan seorang khalifah
sebagai stabilitas kepemimpinan, akan tetapi pemilihanya ternyata tidak semulus
pengukuhan tiga orang khalifah sebelumnya. Ali dibaiat di tengah-tengah suasana
yang tidak stabil karena peristiwa meninggalnya Utsman di Madinah, walaupun pada
awalnya Ali menolak permintaanya untuk menjadi pemimpin, karena menurutnya
orang-orang yang berhak menentukan seorang Khalifah adalah pasukan utama yang
mengikuti perang Badar.
Pertentangan dan kekacauan pun terjadi di antara dua kelompok sahabat yang
pada saat itu sedang terpisah, di antaranya kaum muslimin Madinah, Anshor,
Muhajirin yang menyetujuinya, dan umat muslim di Makah (yang diklaim sebagai
pemberontak dan satu di antaranya adalah pembunuh Utsman). Sedangkan, dari
kalangan Aisyah dan Muawiyyah yang tidak menyetujui pelantikan Ali sampai
mereka menemukan pembunuh Utsman, terlebih dahulu dan dijatuhi hukuman oleh
Ali selaku Khalifah yang mereka angkat.
Kaum pemberontak Makkah pada akhirnya membaiat Ali untuk menjadi
khalifah. Adapun Thalhan dan Zubair memilih Ali menjadi seorang khalifah dengan
terpaksa karena desakan kaum muslimin lainya. Muawiyah bin Abi Sufyan yang
berada di Syam tetap tidak mengikuti baiat tersebut.
Dari permasalahan perbedaan pendapat inilah, yang nantinya akan
menyebabkan umat muslim terbagi menjadi beberapa kelompok, dengan konflik
perpecahan yang berlandaskan faktor politik maupun teologi, sehingga umat yang
tadinya bersatu dan menerima satu komando dari sang khalifah mulai saat itupun
terpisah dan menerima komando dari masing-masing Amirnya.
- Perpecahan yang Disebabkan Faktor Politik
Pada masa pemerintahan Ali, umat muslim mengalami perseteruan yang
belum pernah terjadi di masa-masa pemerintahan sebelumnya. Hal tersebut terjadi
karena memang pada masa pemerintahannya terjadi banyak sekali fitnah, mulai dari
peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan, pemangku Khalifah ke-3, yang
menyebabkan pengikutnya geram dan ingin mencari keadilan dan kepastian siapa
yang melakukan hal sekeji itu.
Saat mendengar kabar bahwa Utsman terbunuh, seketika itupun Ali
mendatangi rumahnya dan menanyakan seperti apa kronologisnya. Ia melihat kedua
putranya yaitu Hasan dan Husain di depan pintu dan menanyakan atas kewaafatan
sahabat dekatnya. Kenapa bisa terjadi padahal putra-putranya berada di situ? Dalam
kitab Tarikh Khulafah dikatakan bahwa, “Sayidina Ali menampar keduanya karena
membiarkan hal itu terjadi.”
Kemudian Ali menemui istri Utsman, meminta penjelasan apa yang terjadi
saat detik-detik pembunuhannya dan menanyakan secara spesifik siapa pelakunya,
karena memang istrinya hadir dan melihat langsung pembunuhan itu. Ada yang
mengatakan bahwa istrinya juga terkena tebasan pedang ketika hendak mendekap dan
berusaha menyelamatkan suamninya.
Terdapat kabar bahwa saat terjadi kericuhan, Muhammad bin Abu Bakar
berhasil masuk ke kamar sang khalifah beserta dua orang penduduk Madinah yang
tergolong kedalam barisan pemberontak. Setelah kabar ini ditanyakan kepada istri
Ustman ternyata benar, maka Ali langsung memanggil Muhammad bin Abu Bakar
dan menanyakan apakah benar ia yang membunuhnya, akan tetapi Muhammad
membantahnya dia tidak mengakuinya dan bersumpah atas jawabannya. Ali
menanyakannya kepada istri Umar dan ia menjawab memang benar bukan
Muhammad bin Abu Bakar, tetapi orang yang bersamanya.
- Perang Jamal
Perang Jamal sangat memiliki kesan penting dalam sejarah umat Islam.
Karena umat Islam, yang berada di Syam di bawah pemerintahan Muawiyah bin abi
Sufyan menolak Ali sebagai Khalifah dan tetap meminta pertanggung jawaban kepada
Ali untuk mencari pembunuh sayidina Utsman dan meneyelesaikan kasus tersebut
secara tuntas. Sedangkan Aisyah (istri Nabi SAW), Zuber dan Thalhah menuju
Basrah dan berhasil menguasainya, kemudian Ali yang tadinya menuju Syam
langsung mengubah haluan dan menyusulnya menuju Basrah, setelah mendengar
kabar bahwa Sayidah Aisyah telah menguasai Basrah.
Setelah keduanya bertemu di Basrah. Terjadi kesalah pahaman yang
mengakibatkan mereka saling mengangkat senjata, sebagai upaya pembelaan diri, hal
ini terjadi sebab pasukan sayidah Aisyah dan beberapa pengikutnya mengira bahwa
kedatangan Ali menuju Basrah tidak lain yaitu untuk membebaskan Basrah darinya,
sangkaan ini tentu bukan seutuhnya berasal dari Aisyah, melainkan ada embel-embel
dari sebagian kaum Munafik yang hadir di tengah itu. Sehingga dalam perang ini
banyak pasukan yang gugur, termasuk dari pihak Aisyah. Di antaranya, Thalhah bin
Ubaidillah dan Zubair bin Awam.
Mereka hampir saja melakukan perdamaian, yang kemudian di gagalkan oleh
kelompok munafik, mereka memprovokasinya sehingga terjadi peperangan yang di
namai perang “Jamal” yang bermakna Unta, perang ini dianami perang Jamal karena
perang terjadi didepan tandu unta Aisyah, peperangan ini merupakan peristiwa
pertama terjadinya bentrokan antar sesama umat Islam yang menewaskan banyak
kaum Muslimin termasuk Zubair dan Thalhah.
- Perang Shiffin dan peristiwa Tahkim.
Setelah menyelesaikan urusannya di Basrah kemudian Aisyah dikembalikan
ke Makkah dan Ali melanjutkan tujuan awalnya yaitu menuju Basrah dan
mengirimkan Delegasi terlebih dahulu untuk mengajak Muawiyah kembali dalam satu
komando sang Khalifah, Delegasi yang diutus antara Ali dan Muawiyah semuanya
tidak menghasilkan apapun. sehingga pada akhirnya keduanya turun menuju kota tua
yang bernama Shiffin, maka dalam sejarah Islam, peristiwa ini dinamai “Perang
Shiffin” karena terjadinya perang di tempat bernama Shiffin yang berada dekat sungai
Eufrat, berlangsunglah perang yang terjadi pada tahun 37 H. Dalam peristiwa ini Ali
mengerahkan 50.000. Jumlah pasukan yang begitu banyak sehingga membuat
pasukan Muawiyah sudah terdesak kalah, dengan kurang lebih 7.000 pasukan
terbunuh.
Dalam perang ini hampir saja Ali memenangkan peperangan, karena jumlah
pasukan Muawiyah yang tidak sepadan, akan tetapi Pada saat situasi tersebut. pasukan
Syam mengangkat mushaf dan meminta agar melakukan perdamaian antara kedua
belah pihak, kemudian disebutlah dengan istilah Tahkim (kesepakatan dengan kitab
Allah). Siasat ini awalnya di lakukan oleh ‘Amr bin Ash yang merupakan panglima
pasukan dari Syam, Muawiyah menerimanya untuk menghentikan perang. Kemudian
dari keduanya berunding dan masing-masing mewakilkan seseorang untuk melakukan
kesepakan tersebut, Ali mengutus Abu Musa al Asy`ari. Sedangkan Muawiyah
mewakilkan Amr bin As selaku panglima, diantara kesepakan yang terjadi yaitu
genjatan senjata dan Gubernur memiliki kesetaraan dengan Khalifah, Setelah itu
kedua pasukan kembali ke negeri masing-masing.
- Munculnya Khawarij
Golongan ini tadinya merupakan pengikut Ali dan termasuk umat Islam yang
membaiat Ali sebagai Khalifah, akan tetapi pada peristiwa perang Shiffin khususnya
pada saat peristiwa Tahkim ada beberapa orang dari pengikut Ali yang tidak
menyetujuinya dan memisahkan diri dari sang Khalifah yang mereka baiat, bahkan
mereka mengeluarkan argument bahwa: “bagi siapapun yang menyetujui
Tahkim,maka mereka termasuk orang kafir”. oarng-orang ini kemudian menjadi
golongan Khawarij dengan jumlah kurang lebih 12.000 orang.
Mereka kemudian meninggalkan umat Islam yang lainnya dan tidak mengikuti
Ali lagi, Kaum muslimin kemudian kembali ke Kuffah karena pusat kepemerintahan
telah dipindahkan sebelumnya, Khawarij juga tidak mengikuti Muawiyah dan
pengikutnya yang bertempat di Kuffah. Dan mulai menentukan jalannya sendiri lalu
pergi ke Nahrawan.
- Munculnya Syi`ah
Pada akhirnya umat Islam terpecah menjadi tiga golongan yaitu Syi`ah,
Khawarij, dan pengikut Muawiyah. Setelah Ali kembali ke wilayah kekuasaanya,
kelompok yang mengikuti Ali semakin fanatik terhadapnya dan tidak menyukai
golongan yang menentang mereka. Kecintaan mereka terus berlanjut dan semakin
fanatik, di sisi lain Khawarij tidak tinggal diam mereka berkompromi dan merencakan
pembunuhan terhadap Ali.
Suatu ketika saat Ali hendak pergi menuju Mesjid Abdurahman salah seorang
pengikut Khawarij memukulnya sehingga Ali sang Khalifaah wafat. Kemudian
Muawiyah mereka mencoba mengambil alih kekuasaan Makkah dalam keadaan
pengikut Ali sedang melemah, sehingga pada akhirnya mereka menguasai Makkah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ali bin Abi Thalib lahir pada tanggal 23 Rajab tahun 23 sebelum Hijriyah
keturunan Bani Hasyim yang sejak kecil diasuh oleh Sayyidatu Khodijah, yang
merupakan salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang memeluk Islam pada saat
usianya yang masih dini sekitar usianya, yang termasuk kedalam As-Sabiqunal
Awwalun. Ali mendapatkan pelajaran-pelajarn penting saat itu, langsung dari
Rasulullah, dan sebagai salah satu pemeluk Islam yang terdahulu, Ali telah terlibat
dari berbagai hal yang besar pada saat masa kenabian Rasulullah SAW.
Walaupun Ali merupakan sosok yang paling muda diantara para sahabat-
sahabat yang lainnya, tidak menjadikan alasan baginya untuk membela dan
memperjuangkan Agama Islam yang di Ridhai Allah SWT. Sebagai contohnya saja,
Ali bin Abi Thalib yang menggantikan Rasul sebagi seorang yang berbaring ketika
terjadi penyerbuan di rumah Rasul SAW, yang dilakukan guna mengkelabui para
kafir quraisy pada saat itu supaya tidak terkesan kosong, yang pada saat itu Rasul
berdiam diri di goa Tsur selama tiga hari bersama Abu Bakar, sebulum masa
hijrahnya Rasulullah SAW. Ali juga mengkuti segala perang yang terjadi pada masa
kenabian Rasulullah kecuali perang Tabuk, Ali berperan sebagai pengusung panji
dan sebagai sekretaris atau pembawa pesan Rasul. Ali juga pernah di amanatkan
untuk menjadi pemimpin perang pada perang Khaibar. Dalam hidupnya, Ali
menikahi salah seorang perempuan yang mulia yakni Putri Rasulullah yakni
Fathimah Az-Zahra, yang pada awal nasabnya Ali merupakan sepupu dari
Rasulullah SAW, dan dengan pernikahan ini menjadikan Ali sebagai menantu
Beliau.
Selepasnya masa yang pertama yakni masa kenabian, berdirilah khilafah-
khilafah 'Ala Minhadzi An-Nubuwwah yang sering dikenal sebagai masa Khulafaur
Rasyidin. Setelah berdiri dan meniggalnya tiga khilafah pertama Abu Bakar, Umar,
dan Utsman dipilihlah Ali sebagai penerus kekhilafahan selanjutnya. Ali mempunya
sifat yang taat dan tegas akan hukum-hukum yang telah disyari'atkan oleh agam
Islam, maka ketika pema'afan putra Umar yakni Ubaidullah bin Umar, Ali termasuk
seorang yang tidak setuju akan keputusan Utsman bin Affan pada saat itu, yang di
mata Ali ialah qisas karena hukum bagi yang telah membunuh orang yang tidak
salah, yang saharusnya apabila terjadi hukum qisas harus diberikan hakim atau
pengadilan tidak bertindak sendiri. Yang pada mulanya sebelum Ali di baiat sebagai
khalifah, di masa setelah terbunuhnya Utsman pada saat pengepungan wilayah
kediamannya, umat Muslim mengalami Vacum of Power, dan pada saat itulah
terjadi pergolakan. Kemudian ketika terbunuhnya Utsman tidak ada persiapan untuk
pemilihan kekhalifahan selanjutnya, tapi ada kandidatnya yakni Talhah, Zubair, dan
Ali. Namun akhirnya ditujukan kepemimpinan ini kepada Ali bin Abi Thalib, yang
dimana para kelurga dari Utsman bin Affan menuntut kepada Ali yang mana harus
menyelesaikan permasalahan atau tragedi pembunuhan Utsman sebelum di baiat.
DAFTAR PUSTAKA

https://kumparan.com/berita-terkini/sejarah-singkat-dan-prestasi-ali-bin-abi-
thalib-sebagai-khalifah-1wVadoP1BNR
https://www.anekamakalah.com/2012/10/biografi-ali-bin-abi-thalib.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai