Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejarah ilmu kalam mula-mula muncul pada masa pemerintahan Khalifah Al-Makmun (813-833 M) dari
daulah Abbasiyah dan diciptakan oleh kaum Mu’tazilah. Alasan utama penggunaan istilah kalam ini,
boleh jadi karena masalah yang menonjol mereka perdebatkan yaitu tentang bicara sebagai salah satu
sifat tuhan.[1]

Sering kali ilmu kalam dihubungkan dengan ilmu tauhid. Berkenaan dengan ini, Al-Ghazali berpendapat
bahwa keduanya tidak identik. Sekalipun secara substansial atau materi yang dibicarakannya adalah
sama, tetapi dalam metode berbeda. Karena adanya pergesaran metode ini, nama ilmu kalam menjadi
lebih popular.

PEMBAHASAN

Sejarah Dan Perkembangan Ilmu Kalam

Dalam sejarahnya, benih ilmu kalam muncul sejak Nabi SAW masih hidup. fakta adanya sahabat yang
bertanya kepada Nabi SAW tentang “al-qadar” sebuah tema yang pada masa selanjutnya menjadi topik
pembicaraan kalam, merupakan argument yang memperkuat pernyataan ini. Pun jika kita sepakat
dengan penjelasan Louis Gardet dan Anawati bahwa ilmu kalam tumbuh seiring dengan adanya kajian
terhadap teks al-Qur’an. Namun, ilmu kalam mulai mempunyai bentuknya yang definiti sejak masa
kebangunannya yang ditandai dengan masuknya pengaruh filsafat Yunani.

Dalam perkembangannya, ilmu kalam merupakan respons terhadap diaspora Filsafat Yunani dan ajaran-
ajaran diluar Islam itu. Dengan kata lain, ilmu kalam menjadi fakta yang menunjukkan adanya sense of
social dari para pemikir Islam. [2]

Kala itu umat Islam sedang memerlukan sebuah rasionalisasi terhadap pokok-pokok akidah mereka di
tengah ancaman dan tantangan pemikiran Yunani. Maka maklum belaka, jika saat itu ilmu kalam
berkutat hanya pada permasalahan-permasalahan transendenspekulatif.

Atas kerja keras dan tekad bulat rasulullah untuk menciptakan agama islam yang senantiasa membawa
perdamaian antara sesama akhirnya dapat tercapai, pada masa pertumbuhan islam yang dipimpin
rasulullah tidak ada

perpecahan sama sekali antar sesama, setelah wafatnya rasulullah (632M) dan semakin berkembangnya
umat islam , akhirnya ummat islam mulai pecah belah. Awal mula terjadi perpecahan dikalangan islam
pada masa kekhalifaan Ali Kwj yang dipicu oleh terbunuhnya ustman bin affan yang menjadi khalifah
sebelumnya, Ali yang menjadi khalifah pada saat itu tidak mau melakukan Qishas atas terbunuhnya
ustman. di karenakan masih belum jelas tentang siapa pelakunya, dari hal tersebut terjadilah
peperangan dikalanagan ummat islam, yakni Ali dengan kalangan Aisyah yang disebut perang jamal yang
akhirnya dimenangkan oleh sayydina Ali dan perang siffin atas pemberontaan Muawwiyah terhadap
kekhalifaan Ali yang berakhir dangan perdamaian atas politik Muawwiyah yang mengangkat mushaf
sebagai tanda perdamaian atas hukum Allah. Pada Akhirnya kedua-duanya (Ali Dan Muawwiyah)
diputuskan dengan Abirtase ( tahkim) dari pihak Ali di wakili oleh Abu musa Asy’ari dan dari pihak
Muawwiyah di wakili oleh Amar bin Ash, atas siasat Amar bin Ash akhirnya Ali terjatuh dari
kepemimpinan dengan keadaan terpaksa dan Muawwiyah tetap pada jabatannya, dimana dari kejadian
tersebut yang menyebabkan kontroversi dikalangan umat islam yang tidak ada ujungnya. Dari sini
timbulah bermacam-macam pengklaiman para firqah.[3]

Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut
peristiwa pembunuhan utsman bin affan yang berbuntut pada penolakan muawiyah atas kekhalifahan
Ali bin abi thalib. Ketegangan tersebut mengkristal menjadi perang Siffin yang berakhir dengan
keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali menerima tipu muslihat Amr bin Al ash, utusan dari pihak
Muawiyah dalam tahkim. Kelompok yang awalnya berada dengan Ali menolak keputusan tahkim
tersebut mereka menganggap Ali telah berbuat salah atas keputusan tersebut sehingga mereka
meninggalkan barisannya, kelompok ini dikenal dengan nama khawarij, yaitu orang yang keluar dan
memisahkan diri.

Diluar pasukan yang membelot Ali, adapula yang sebagian besar tetap mendukung Ali. Mereka inilah
yang kemudian memunculkan kelompok syiah.

Harun lebih jauh melihat bahwa persoalan kalam yang pertama muncul adalaah persoalan siapa yang
kafir dan siapa yang bukan kafir.

Sementara itu menurut Dr. M. Yunan yusuf masalah ilmu kalam ini timbul berawal dari masalah politik
yaitu ketika usman bin affan wafat terbunuh dalam suatu pemberontakan .sebagai gantinya Ali
dicalonkan sebagai khalifah namun pencalonan Ali ini banyak mendapat pertentangan dari para pemuka
sahabat di Mekah. Tantangan kedua datang dari Muawiyah, gubernur Damaskus salah seorang keluarga
dekat Usman bin Affan. Ia pun tidak mau pengangkatan Ali sebagai khalifah. Muawiyah menuntut untuk
menghukum para pembunuh Usman bin Affan.

Hingga sampai terjadinya peristiwa tahkim yang membuat Muawiyah naik tahta secara illegal. Ketika Ali
membiarkan hal itu terjadi sebagian tentara Ali tidak menyetujui hal tersebut.mereka memandang Ali
telah berbuat salah dan berdosa dengan menerima keputusan (arbitrase) itu.

Akhirnya mereka menganggap Ali dan Muawiyah telah kafir. Dan hal itu berkembang bukan lagi menjadi
masalah politik namun telah menjadi masalah teologi. Mereka inilah yang dikenal dengan kaum
Khawarij.

Sejarah perkembangan lain dari ilmu kalam meliputi dua factor antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Internal
Faktor internal yang mengundang berbeda pendapat dan senantiasa mengajak umat untuk berfikir. Kata-
kata yang dipakai dalam alqur’an untuk menggambarkan perbuatan berfikir ini, misalnya, bukan hanya
‘aqala’, tetapi juga menggunakan beberapa kata yang menunjukkan kepada pengertian dan tuntutan
yang sama.

Harun Nasution memberikan beberapa contoh dari rincian ayat-ayat yang menganjurkan manusia
untuk menggunakan akal:

Nazara, melihat abstrak dalam arti berfikir dan merenungkan

Tadabbara, dalam arti merenungkan

Tafakkara, arti berfikir.

Fakiha yang berarti mngerti atau faham

Tazakkara, mengingat, memperlihatkan

Fahima, memahami dalam bentuk “fahama”

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal berupa paham-paham keagamaan non islam tertentu yang memengaryhi
dan ikut mewarnai sebagian paham di lingkungan umat islam.

Faktor eksternal lainnyan adalah filsafat Yunani. Filsafat Yunani diperkenalkan kepada kaum
mutakallimin melalui Persia yang secara kebetulan wilayah ini masih dipengaruhi oleh filsafat.

Mu’tazilah merupakan pendiri ilmu kalam yang sebenarnya dalam islam.[4]

Pemikiran Kalam Klasik

1. Aliran Khawarij

Khawarij berasal dari kata kharaja yang berarti ‘keluar’, ditujukan bagi setiap orang yang keluar dari
imam yang hak dan telah disepakati para jama’ah, baik ia keluar pada masa Khulafaur Rasyidin maupun
masa tabi’in secara baik-baik

2. Aliran Mu’tazilah

Mu`tazilah sebagai aliran teologi memiliki akar dan produk pemikiran tersendiri, yang dimaksud akar
pemikiran di sini adalah dasar dan pola pemikiran yang menjadi landasan pemahaman dan pergerakan
mereka. Sedangkan yang dimaksud produk pemikiran adalah konsep-konsep yang dihasilkan dan dasar
pola pemikiran yang mereka yakini tersebut.[5]

3. Aliran Asy’ariyah
Tokoh aliran ini Abu Hasan Al-Asy’ari yang lahir di Basrah pada tahun 873 M dan wafat tahun 935 M.
Pada mulanya Al-Asy’ari adalah murid Al-Jubba’i salah seorang tokoh terkemuka aliran mu’tazilah.

Walaupun Al-Asy’ari telah berpuluhan tahun menganut paham mu’tazilah akhirnya ia meninggalkan
aliran mu’tazilah dengan alasan:

Al-asy’ari bermimpi, dalam mimpinya itu Nabi Muhammad SAW mengatakan kepadanya bahwa mazhab
Ahli Hadits-lah yang benar, dan mazhab mu’tazilah salah.

Al-Asy’ari berdebat dengan gurunya Al-Jubba’i, dan dalam perdebatannya itu Al-Jubba’i tak dapat
menjawab tantangan Al-Asy’ari sebagai muridnya.

4. Aliran Salafiyah

Aliran ini muncul sebagai kelanjutan dari pemikiran Ahmad bin Hambalyang kemudian
pemikirannyadiformulasikan secara lebih lengkap oleh Ahmad Ibn Taymiyah.

5. 5. Aliran Murji’ah

Murji’ah berasal dari bahasa arab yang berarti menunda atau dari kata raja’a yang berarti mengharapkan.
Murjiah adalah bentuk isim fail dari kata tersebut di atas, berarti orang yang menunda atau orang yang
mengharapkan. Dalam arti yang pertama dimaksudkan berarti golongan atau paham yang
menanggungkan keputusan sesuatu hal (mulanya persoalan yang berbuat dosa besar) nanti dikelak
kemudian hari disisi Allah. Sedang pengertian dalam arti yang kedua Murjiah ialah golongan yang
mengharapkan ampunan dari Tuhan atas kesalahan dan dosanya (asal persoalan adalah orang mukmin
yang berbuat dosa besar, mati sebelum bertobat).[6]

6 Aliran Syi’ah

Akar kata Syi’ah bermakna pihak, puak dan kelompok, yang diambil dari kata Syayya’a yang memiliki arti
berpihak. Aliran ini menunjukkan pengikut Ali dalam hubungannya dengan peristiwa pergantian
kekhalifahan setelah Rasulullah wafat.

Pemikiran Kalam dan Modernisme

1. Muhammad Ibn Abdul Wahab

Islam telah mengalami sejumlah pergerakan kebangkitan kembali yang cukup besar dalam dua abad
terakhir.

Gerakan Abd Al-Wahab dikelompokkan sebagai pembaharuan revivalis pra-modernis yang dipandang
sebagai denyut pertama kehidupan dalam Islam setelah kemeresotan yang pesat dalam abad
sebelumnya.

2. Muhammad Abduh
Umat Islam merespon pengikisan dunia tradisional dan penyikapan miring bangsa Barat terhadap Islam
melalui usaha-usaha pembaharuan.

Abduh meyakini akan kemandirian dan potret diri Islam, ia berusaha menghilangkan unsure-unsur asing,
sementara paparannya tentang doktrin-doktrin teologis bersifat modernistic dalam pengertian ia
menghindari penggunaan bahasa teologis tradisional.[7]

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Sejarah ilmu kalam mula-mula muncul pada
masa pemerintahan Khalifah Al-Makmun (813-833 M) dari daulah Abbasiyah dan diciptakan oleh kaum
Mu’tazilah. Alasan utama penggunaan istilah kalam ini, boleh jadi karena masalah yang menonjol
mereka perdebatkan yaitu tentang bicara sebagai salah satu sifat tuhan

Dalam sejarahnya, benih ilmu kalam muncul sejak Nabi SAW masih hidup. fakta adanya sahabat yang
bertanya kepada Nabi SAW tentang “al-qadar” sebuah tema yang pada masa selanjutnya menjadi topik
pembicaraan kalam, merupakan argument yang memperkuat pernyataan ini. Pun jika kita sepakat
dengan penjelasan Louis Gardet dan Anawati bahwa ilmu kalam tumbuh seiring dengan adanya kajian
terhadap teks al-Qur’an. Namun, ilmu kalam mulai mempunyai bentuknya yang definiti sejak masa
kebangunannya yang ditandai dengan masuknya pengaruh filsafat Yunani.

Dalam perkembangannya, ilmu kalam merupakan respons terhadap diaspora Filsafat Yunani dan ajaran-
ajaran diluar Islam itu. Dengan kata lain, ilmu kalam menjadi fakta yang menunjukkan adanya sense of
social dari para pemikir Islam

DAFTAR PUSTAKA

Madjid Nurcholis, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta :Bulan Bimtamg, 1984

Esha, Muhammad In’am, Rethinking Kalam Sejarah sosial Pengetahuan Islam, mencermati dinamika dan
aras perkembangan kalam islam kontenporer, (Yogyakarta: Elsaq Press)

Sahilun A. Nashir, Ilmu Kalam, Surabaya :Bina Ilmu, 1980.

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),1992


[1] Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bimtamg,1984), 267

[2] Esha, Muhammad In’am, Sejarah sosial Pengetahuan Islam, mencermati dinamika dan aras
perkembangan kalam islam kontenporer, (Yogyakarta: Elsaq Press),15.

[3] Sahilun A. Nashir, Ilmu Kalam, Surabaya:Bina Ilmu 1980), 9.

[4] Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bimtamg,1984), 278.

[5] Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),21.

[6] Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bimtamg,1984), 280.

[7] Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 30.

Anda mungkin juga menyukai