Metode Terjemah
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
SURABAYA
2019/2020
Pedoman Umum Menerjemahkan
A. Latar Belakang
Agama Islam dengan perkembangannya yang begitu pesat. Sehingga
penyebaran agama Islam ini telah sampai ke berbagai penjuru dunia. Di antara
salah satu sebab penyebaran yang begitu pesat tersebut adalah banyak sumber-
sumber ilmu yang telah dialih bahasakan dari bahasa Arab ke berbagai bahasa.
Salah satu contoh paling konkret adalah Indonesia. Pertumbuhan pemeluk
agama Islam dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlahnya. Sehingga
kebutuhan akan sumber bacaan tentang agam Islam semakin besar. Maka
kebutuhan kepada badan-badan penerjemah pun semakin besar pula.
Sebagai seorang yang menggeluti dunia bahasa Arab tidak lengkap rasanya
jika belum mengupas ilmu dasar dari metode penerjemahan. Maka dalam
makalah singkat ini akan kami bahas mengenai pedoman umum dalam
menerjemahkan. Khususnya pada lingkup permasalahan penggabungan alenia
dan pemecahannya, serta strategi perluasan dan penyempitan makna.
1
Marthen L.Mullik, Alenia atau Paragraf, (Kupang: Universitas Nusa Cendana, 2011), hal. 3.
1
Dalam sebuah karangan, penganeliaan sangat penting karena mempermudah
pengertian dan menegaskan perhatian pembaca secara wajar dan formal yang
lebih lama daripada perhentian oleh titik.2 Sehingga jika di perinci sebab dari
pembentukan paragraf sekurang-kurangnya mempunyai dua tujuan:
a. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema
dengan tema lainnya. Oleh sebab itu, tiap alinea hanya boleh mengandung
satu tema/gagasan/ide . Bila ada dua atau lebih tema, maka harus dipecah ke
dalam alinea-alinea tersendiri sebanyak tema tersebut.
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan pembaca berhenti lebih lama daripada perhentian di akhir
kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini, konsentrasi terhadap tema
alinea yang dibaca akan lebih mendalam.
Sehingga paragraf yang baik hanya memuat satu pokok pikiran dan
beberapa uraian tambahan atau satu-dua penjelasan pokok pikiran tersebut.
Tetapi sejumlah karangan dalam bahasa Arab, bahkan yang ilmiah-pun,
berparagraf dengan tiga atau lebih pokok pikiran dan tiga atau lebih
penjelasannya. Bahkan tidak sedikit satu kalimat dalam bahasa Arab terdiri dari
tiga pokok pikiran dengan sejumlah anak kalimat.3
Dalam menerjemahkan teks seperti ini, sebaiknya kita melakukan
pemenggalan kalimat panjang menjadi dua atau lebih kalimat sempurna
tersendiri. Kita juga dibenarkan membuat paragraf baru tersendiri, jika kita
rasakan bahwa paragraf bahasa sumber itu sangat atau terlalu panjang.4
Demikian pula sebaliknya, dalam bahasa Arab banyak kita jumpai dua atau
lebih paragraf yang hanya memuat satu pokok pikiran. Bahkan antara satu
paragraf dan lainnya sebenarnya memiliki kaitan yang sangat erat dan dekat.
Dalam hal demikian, tidak ada salahnya (atau bahkan sebaliknya) kita
menggabungkan dua atau lebih paragraf tersebut menjadi satu paragraf saja.5
2
Sulhan Jauhari, Metode Terjemah, (Surabaya: STAI ALI BIN ABI THALIB, 2012), hal. 49.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Ibid., hal. 49-50.
2
C. Perluasan dan Penyempitan (Tawassu’ wa Tadhyiq)
1. Penyempitan (Tadhyiq)
Terdapat banyak definisi penyempitan dalam disipilin ilmu
pernerjemahan. Di antara definisi tersebut menyebutkan bahwa
penyempitan adalah penyusutan komponen kata bahasa sumber.6 Sumber
lain pula mengatakan bahwa penyempitan adalah pembuangan atau tidak
menerjemahkan satu-dua bahkan tiga kata dalam satu kalimat bahasa Arab.7
Penyempitan ini dilakukan bukan semata-mata karena alasan
penghematan atau karena prinsip elipsis, tetapi karena gaya bahasa dan cara
bahasa Indonesia memang menghendaki demikian.8
Berikut beberapa strategi dalam penyempitan:
1. Yang boleh atau bahkan harus dibuang dan tidak perlu diterjemahkan
adalah huruf-huruf jar, terutama yang berfungsi sebagai kata tambahan
(ziyadah). Misalnya,9
يحتاج المسلمون اليوم إلى العقيدة الصحيحة المأحوذة من الكتاب والسنة .أ
.الصحيحة
“Orang-orang Islam saat ini membutuhkan aqidah yang benar yang
bersumber dari al-Qur’an dan hadist yang shohih”
10
.انظر إلى أشكالها وأحجامها المختلفة .ب
6
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo: CV. Lisan Arabi, 2017),
hal. 151.
7
Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesian, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2007), hal 63.
8
Ibid.
9
Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar……., hal. 63.
10
Sulhan Jauhari, Metode Terjemah……., hal. 50.
3
diterjemahkan menjadi ‘dan’. Sering pula wa dan fa hanya menjadi
pemanis saja (mujamalah) dalam bahasa Arab, yang dalam bahasa kita,
jika diterjemahkan secara harfiyah, justru bukan lagi sebagai pemanis
tetapi justru pahit. Misalnya,11
12
.ويعتبر هذا الكتاب أساسا في الفكر العربي الحديث
“Kitab ini dianggap sebagai akar dari kekufuran bangsa Arab saat ini”
3. Huruf atau kata untuk taukid (emphasis atau penegasan) seperti ( ، قد،إن
)لقدdan mashdar sebagai maf’ul muthlaq juga tidak perlu diterjemahkan
menjadi kata yang berbeda dari makna aslinya. Taukid semacam ini
diterjemahkan menjadi kata sangat atau sebenarnya. Misalnya,13
14
. ولقد كانت دعوة هذا الرجل إلى تجديد الفكر اإلسالمي.أ
“Sebenarnya dakwah orang tersebut mengajak kepada revolusi
pemikiran Islam”
11
Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar……., hal. 67.
12
Sulhan Jauhari, Metode Terjemah……., hal. 50.
13
Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar……., hal. 70.
14
Sulhan Jauhari, Metode Terjemah……., hal. 51.
15
Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar……., hal. 72.
16
Sulhan Jauhari, Metode Terjemah……., hal. 51.
4
5. Kata وأخبارها كانjuga seringkali harus dibuang. Misalnya,
17
.هذه اللغة أن تكون جميلة فصيحة واضحة في آن واحد
“Bahasa ini menjadi bahasa yang indah dan jelas dalam waktu yang
sama”
Misalnya,
18
.بدأت أشعر بأشعة الشمس تلفح وجهي
“Aku merasakan cahaya matahari membakar wajahku”
7. Tidak sedikit pula kata-kata, selain yang disebutkan di atas, yang harus
dibuang.19
2. Perluasan (Tawassu’)
Dalam beberapa kasus, penerjemahan secara setia menyebutkan hasil
terjemahan yang kurang atau tidak enak dibaca. Bahkan bisa jadi
membingungkan pembaca hasil terjemahan tersebut. Banyak teks bahasa
Arab yang perlu mendapat penambahan satu-dua kata ketika diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia. Misalnya,20
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid.
20
Nur Mufid dan Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar……., hal. 77.
21
Ibid.
5
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa urgensi memahami
pedoman umum penerjemahan sangat besar. Karena dengan memahami
pedoman-pedoman tersebut, seorang penerjemah dapat menyampaikan
informasi dari suatu bahan terjemahan sesuai dengan keinginan penulisnya.
Dan di antara pedoman-pedoman umum penerjemahan ialah sebagai
berikut:
1. Pemenggalan dan penggabungan alenia
2. Perluasan dan penyempitan makna
6
DAFTAR PUSTAKA
Jauhari, Sulhan. 2012. Metode Terjemah. STAI ALI BIN ABI THALIB: Surabaya.
L. Mullik, Marthen. 2011. Alenia atau Paragraf. Universitas Nusa Cendana:
Kupang.
Mufid, Nur, Kaserun AS. R. 2007. Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia.
Pustaka Progresif: Surabaya.
Rohman, Fathur. 2017. Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab. Lisan Arabi:
Sidoarjo.