Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada


seluruh bidang kehidupan. Peradaban semakin berkembang, teknologi dan
komunikasi tidak terkontrol lagi sehingga menimbulkan problematika baru yang
mengarah pada turunnya nilai keagaman dan moral. Salah satu unsur penting
yang berguna sebagai perisai sekaligus mengatasi problematika tersebut adalah
pendidikan.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk memanusiakan


manusia. Manusia merupakan sasaran yang dituju dalam kegiatan pendidikan,
karena pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan membantu
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan. Potensi kemanusiaanlah
yang menjadi benih untuk menjadi manusia.
Pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pencerdasan anak
bangsa. Dewasa ini Indonesia sedang dilanda berbagai krisis, baik krisis
ekonomi, krisis moneter, krisis politik, maupun krisis kepercayaan. Berbagai
krisis tersebutlah yang dapat mengakibatkan munculnya berbagai gejolak dalam
masyarakat yang pada tataran global merupakan tantangan yang sangat berat.
Masyarakat Indonesia sudah mulai menyadari bahwa pendidikan
merupakan suatu hal yang urgen bagi kehidupan manusia. Baik itu pendidikan
dari sudut pandang umum maupun khusus. Masyarakat Indonesia menyadari
betapa pentingnga pendidikan karakter sehingga dalam beberapa tahun terakhir
ini digalakkan kembali pendidikan karakter bangsa melalui berbagai disiplin
ilmu pengetahuan.Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keutaman ilmu yang
sangat agung dalam pandangan agama. Sebagaimana indahnya perkataan Ibnu
Qoyyim rohimahullah ta’ala:

1
‫ولو لم يكن في العلم اال القرب من رب العالمين وااللتحاق بعالم المالئكة وصحبة المأل االعلى لكفى به‬
‫فضال وشرفا فكيف وعز الدنيا واآلخرة منوط به ومشروط بحصوله‬

“Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin (Rabb


semesta alam), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk
langit, maka itu sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu.
Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senantiasa meliputi orang yang berilmu
dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya” (Miftah Daaris Sa’adah, 1: 104).

Dengan sudut pandang keutamaan tersebut,maka betapa jelasnya bahwa


pendidikan agama merupakan hal yang paling utama yang harus didahulukan
dalam mendidik karakter bangsa. Oleh karenanya, dunia pendidikan sangat
membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar berkompeten dalam bidang
kependidikan itu sendiri. Setiap tenaga pengajar dituntut untuk dapat menguasai
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kependidikan, mulai dari hal-hal yang dasar
hingga kepada hal yang detil. Dan puncak dari ilmu kependidikan tersebut salah
satunya adalah memahami tujuan dari kependidikan itu sendiri. Hal tersebut
dikarenakan tujuan merupakan akhir dari usaha yang dilakukan1. Oleh
karenanya, seorang calon pendidik akan yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan Islam harus mengetahui tujuan dari usaha yang ia lakukan.

Jika seorang pendidik ilmu agama Islam telah mengetahui dengan baik
tujuan dari ilmu pendidikan Islam, maka hal tersebut dapat berguna bagi seorang
calon pendidik dalam menentukan metode-metode yang tepat untuk mencapai
tujuan dari ilmu pendidikan Islam.

Dalam makalah ini, penulis menguraikan dengan ringkas hal-hal yang


diperlukan dalam memahami tujuan dari ilmu pendidikan Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Berbagai Kosakata tentang Tujuan

Di dalam Bahasa Arab terdapat sejumlah istilah yang berkaitan dengan


tujuan pendidikan. Sejumlah istilah ini antara lain al-niyat, al-iradah, dan al-
ghardu. Pengertian tentang berbagai istilah tersebut secara singkat dikemukakan
sebagai berikut.1

a. Al-Niyat (Interest)

Kata al-niyah berasala dari kata nawaa, yang berarti niat atau maksud.
Adapun menurut syara’, niyat adalah memantapkan hati untuk melakukan
ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, dengan maksud hanya
Allah saja yang mengetahuinya, tanpa ada yang lain dari perbuatan manusia,
atau tanpa mengharapkan pujian manusia, kecintaan, sanjungan, dan
sebgainya. Inilah yang dinamakan dengan ikhlas2. Sebagaimana yang Allah
firmankan dalam kitab-Nya:

‫صينَ لَهُ الدِينَ َولَ ْو ك َِرهَ ْالكَافِ ُرون‬


ِ ‫َّللاَ ُم ْخ ِل‬
‫فَادْعُوا ه‬

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun


orang-orang kafir tidak menyukainya”.(QS. Ghafir : 14)

Dengan demikan, pelaksanaan pendidikan memerlukan niat semata-mata


karena pengabdian kepada Allah Ta’ala. Niat yang ikhlas ini semakin
dirasakan penting di tengah situasi masih rendahnya penghargaan kepada para
pelaksana pendidikan.3

1 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 57.

2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 57.

3 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 58.

3
b. Al-Iradah (Willingness)

Di dalam Al-Qur’an, Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

ُ‫ش ْيئًا أ َ ْن يَقُو َل لَه ُ ُك ْن فَيَ ُكون‬


َ َ‫ِإنه َما أ َ ْم ُرهُ ِإذَا أ َ َراد‬

“Sesungguhnya keadaan-Nya, apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah


berkata: “Jadilah”, maka terjadilah ia”.(QS. Yaa siin: 82)4

c. Al-Ghardu (Motivation)

Al-Ghardu secara harfiah berarti sasaran, atau tujuan. Sementara itu,


Al-Raghib al-Asfahaniy mengartikan al-ghardu yaitu sesuatu yang dirasakan
hasilnya setelah adanya sesuatu yang lain, seperti al-yasir dan kekuasaan dan
sebgainya yang pada umumnya merupakan kehendak manusia: ghardu yan
tamm (sempurna) sesuatu yang tidak dapat dibayangkan adanya sesuatu yang
lain sesudah itu, seperti surga.5

Dari beberapa istilah tersebut diatas, dapat dikemukakan beberapa catatan


sebgai berikut. Pertama, bahwa kosakata yang berkaitan dengan tujuan masih
belum memiliki batasan yang jelas dalam penerapannya. Manakah di antara
kosakata tersebut yang merupakan tujuan awal, pertengahan, dan akhir. Kedua,
berbagai kosakata tersebut bersifat umum, yakni tidak secara khusus untuk
masalah pendidikan, melainkan dapat pula digunakan untuk berbagai masalah
lainnya, di luar masalah pendidikan: ibadah, akidah, muamalah, syari’ah, dan
sebagainya.6

4 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 58.

5 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 58-59.

6 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 61.

4
Sementara itu, guna memperolah pemahaman lebih mendalam mengenai
makna tujuan, maka akan diuraikan secara singkat pengertian dari tujuan itu
sendiri.

Tujuan menurut Zakiyah Daradjat(ini belum kamu masukkan dalam


catatan kaki) adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau
kegiatan selesai. Sementara menurut HM. Arifin, tujuan itu bisa jadi
menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu
yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu.7

Dapat disimpulkan, bahwa tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan


seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Dalam
usaha terkandung cita-cita, kehendak, kesengajaan serta berkonsekuensi
penyusunan daya upaya untuk mencapainya.8

2. Tujan Pendidikan Islam

Setiap langkah tujuan manusia tentunya disertai dengan tujuan, begitu


pula halnya dengan dunia pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat penditng
dalam menentukan arah yang hendak dicapai atau ditempuh dalam masyarakat
tertentu. Sebab, tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, proses
pendidikan menjadi acak-acakan, tanpa arah, bahkan bisa sesat atau salah
langkah.9

Sehubungan dengan tersebut, tujuan harus bersifat stationer artinya telah


mencapai atau meraih segala yang diusahakan. Misalnya, saya berniat

7 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012),hlm. 114.

8 Veithzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education Management Dari Teori ke Praktik
Mengelola Pendidikan Secara Profesional dalam Perspektif Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2013), cet. ke-1, hlm. 77.

9 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012),hlm. 113.

5
melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi maka setelah niat itu terlaksana, berarti
tujuan telah tercapai. Adapun untuk meraih tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha, yang setiap usaha merupakan ikhtiyar maqsudi, upaya mencapai
maksud.10

Apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam yang bertujuan mencetak


anak didik yang beriman, wujud dari tujuan itu adalah akhlak anak didik. Adapun
akhlak anak didik itu mengacu pada kurikulum yang diterapkan dalam
pendidikan yang dilaksankan di berbagai lembaga, baik lembaga pendidikan
formal maupun nonformal.11

Beberapa indikator tercapai tujuan pendidikan Islam dapat dibagi menjadi


tiga tujuan mendasar sebagai berikut:12

1. Tujuan tercapainya anak didik yang cerdas. Cici-cirinya memiliki tingkat


kecerrdasan intelektualitas yang tinggi.

2. Tujuan tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran atau kesalehan


emosional sehingga mampu memperlihatkan kedewasaan menghadapi
masalah hidupnya.

3. Tujuan tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu


menjalankan perintah Allah ‫ ﷻ‬dan Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan melaksanakan rukun
Islam yang lima dan mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, indikator tercapainya tujuan pendidikan


Islam adalah mencetak anak didik yang mampu bergaul dengan sesame manusia
dengan baik dan benar serta mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar kepada
sesame manusia. Anak didik yang telah dibina dan digembleng oleh pola

10 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia.
2012), hal. 146.

11 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia.
2012), hal. 146.

12 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia.
2012), hal. 147.

6
pendidikan Islam adalah anak didik yang sukses dalam kehidupan karena ia
memiliki kemampuan dan kemauan yang kuat untuk menjalani kehidupan
berbekal ilmu-ilmu keIslaman yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.13

Dilihat dari segi cakupan atau ruang lingkupnya, tujuan pendidikan dapat
dibagi dalam enam tahapan sebagai beruikut.14

1. Tujuan Pedidikan Islam Secara Universal


Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal dapat dirujuk
pada hasil kongres sedunia tentang pendidikan Islam sebagai berikut.
“bahwa pendidikan harus ditujukan untuk menciptakan
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh,
dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan dan fisik manusia.
Dengan demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh
potensi manusia, baik bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik,
ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perorangan maupun
kelompok, dan mendorong tumbuhya seluruh aspek tersebut agar
mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir dari pendidikan
terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah, baik
pada tingkat perseorang, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang
selua-luasnya.15

Tujuan pendidikan Islam yang bersifat Universal ini dirumusukan dari


berbagai pendapat para pakar pendidikan, seperti Al-Attas, Athiyah al-Abrasy,
Munir Mursi, Ahmad D. Marimba, Muhammad Fadhil al-Jamali Mukhtar Yahya,
Muhammad Quthb, dan sebagainya.

13 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia.
2012), hal. 147.
14
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 61.
15
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 62.

7
Diantaranya adalah pendapat Mukhtar Yahya, bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam pada peserta didik san
membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana Rasulullah ‫ ﷺ‬sebagai
pengemban perintah menyempurnakan akhlak manusia, untuk memenuhi
kebutuhan kerja.16

Tujuan pendidikan Islam yang bersifat universal tersebut memiliki


beberapa cici-ciri sebagai berikut.

Pertama, mengandung prinsip universal (syumuliyah) antara aspek


akidah, ibadah, akhlak dan muamalah; keseimbangan dan kesederhanaan
(tawwazun dan iqtisyadiyah) antara aspek pribadi, komunitas, dan kebudayaan;
kejelasan (tabayyun), terhadap aspek kejiwaan manusia (qalb, akal dan hawa
nafsu) dan hokum setiap masalah; kesesuaian atu tidak bertentangan antara
berbagi unsure dan pelaksanaannya; realisme dan dapat dilaksanakan, tidak
berlebih-lebihan, praktis, realistic, sesuai dengan fitrah dan kondisi
sosioekonomi, sosiopolitik, dan sosiokultural yang ada; sesuai dengan perubahan
yang diinginkan, baik pada aspek rohaniyah dan nafsniyah, serta perubahan
kondisi sosiologis, pengethuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap
peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan; menjaga
perbedaan individu, serta prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan
perkembangan yang terjadi pada pelaku pendidikan serta lingkungan di mana
pendidikan itu dilaksanakan.17

Kedua, mengandung keinginan utnuk mewujudkan manusia yang


sempurna (insane kamil) yang di dalamnya memiliki wawasan kafah agar mampu
menjalakna tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.18

16
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 62.
17
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 63.
18
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 63.

8
2. Tujuan Pendidikan Islam Secara Nasiaonal
Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam nasional ini
adalah tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh setiap negara(
Islam). Dalam kaitan ini, maka setiap negara merumuskan tujuan
pendidikannya dengan mengacu kepada tujuan universal sebagaimana
tersebut diatas. Untuk itu tujuan pendidikan Islam secara nasional dapat
dirujuk kepada tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai
berikut.
Membentuk manusia yang beriman, betakwa, berakhlak mulia,
berkepribaidian, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan,
sehat jasmani, dan rohni, memiliki rasa seni, serta tanggung jawab bagi
masyarakt, dangsa, dan negara.19
Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, walaupun secara
ekspilisit tidak menyebutkan kata-kata Islam, namun substansinya
memuat ajaran Islam. Sehingga dapat dikatakan bahwa rumusan tujuan
pendidikan nasional tersebut memperlihatkan tentang kuatnya pengaruh
ajaran Islam dalam pola pikir (mindset) bangsa Indonesia.

3. Tujuan Pendidikan Islam Secara Institusional


Yang dimaksud tujuan pendidikan iIslam secara institusional
adalah tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing lembaga
pendidikan Islam, mulai dari tingkat taman kanak-kanak atau
20
raudatulathfal, sampai dengan perguruan tinggi. Misalnya, tujuan
pendidikan Islam pada STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya yang mencakup
2 hal, yaitu tujuan umum dan khusus.

19
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 64.
20
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 64.

9
Tujuan Umum

1. Kaderisasi pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.


2. Menyiapkan para pendidik dan da’i Islam yang bermanhaj salaf
(sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Tujuan Khusus

Sesungguhnya tujuan lembaga STAI Ali bin Abi Thalib adalah


menghasilkan lulusan sarjana pendidikan Islam Unggulan yang
profesional di bidangnya. Oleh karena itu, selesai mengikuti pendidikan
di STAI Ali bin Abi Thalib, diharapkan lulusannya memiliki kemampuan
dan kecakapan (kompetensi) sebagai berikut:

1. Memiliki keimanan dan ketaqwaan yang lurus dan istiqomah di


atasnya.
2. Berakhlaq karimah dan senantiasa menegakkan sunnah Rasulullah `.
3. Mampu beribadah dengan baik dan benar.
4. Memiliki ilmu-ilmu agama yang memadai dan menguasai materi
kurikulum Agama untuk SD-SLTA.
5. Mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dan menyenangkan
(active learning) atau PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan).
6. Memahami kondisi siswa secara menyeluruh yang menjadi subyek
didik.
7. Menguasai ilmu pendidikan dan metodologi pembelajaran dan
medianya, sehingga siswa mudah memahami pelajaran.
8. Dapat berkomunikasi secara baik dengan sesama guru, siswa,
pimpinan dan seluruh staf lembaga pendidikan, orang tua siswa, serta
masyarakat,.
9. Memiliki cakrawala pikir yang luas, memahami keadaan Indonesia
dan adat-istiadatnya, serta sanggup menyikapinya secara bertanggung
jawab.

10
10. Memiliki ketrampilan berbahasa Arab, Inggris, dan Indonesia secara
aktif baik lisan dan tulisan.
11. Mampu menumbuhkan iklim belajar dan budaya belajar serta
memanfaatkan sumber-sumber belajar.
12. Mampu mendesain, mengelola, mengevaluasi, dan mengembangkan
program pembelajaran dengan baik.
13. Mampu mengelola kelas, siswa, dan semua administrasi akademik.
14. Memiliki semangat juang yang tinggi, ikhlas, dan sabar di dalam
mendidik, serta bertawakkal hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala semata.

4. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Program Studi (Kurikulum)


Tujuan pendidikan Islam pada tingkat progam studi ialah tujuan
pendidikan yang disesuaikan sdengan program studi. Sebagai contoh,
tujuan pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Antasara Banjarmasin,
yaitu:21
a. Membentuk sarjana Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
berkualitas yang mampu berperan dalam pengembangan ilmu
Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
b. Membentuk sarjan muslim yang mampu menjadi tenag ahli di
bidangn administrasi dan manajerial pendidikan Islam dalam
memiliki kemampuan dalam merncanakan dan memecahkan
persoalan manajemen pendidikan Islam pada umumnya.

5. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Mata Pelajaran


Tujuan pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran yaitu tujuan
pendidikan yang didasarkan pada tercapainya pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan ajaran Islam yang terdapat pada bidang studi atau mata

21
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 65.

11
pealajaran tertentu. Misalnya, tujuan mata pelajaran tafsir yaitu agar
peseta didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ayat-ayat
Al-Qur’an secara benar, mendalam, dan komprehensif.22

6. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Pokok Bahasan


Tujuan pendidikan Islam pada tingat pokok bahasan yaitu tujuan
pendidikan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan (kompetensi)
utama dan kompetensi dasar yang terdapat pada pokok bahasan tersebut.23

7. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Subpokok Bahasan


Tujuan pendidikan Islam pada tingkat subpokok bahasan yaitu
tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan
(kompetensi) yang terlihat pada indicator-indikatornya secara terukur.
Dengan tercapainya kecakapan (kompetensi) pada tingakt
subpokok bahasan, maka akan tercapailah kecakapan (kompetensi) pada
tingkat pokok bahasan; dengan tercapainya kecakapan pada tingkat pokok
bahsan akan tercapailah kecakapan pada tingkat mata pelajaran; dan
dengan tercapainya kecakapan pada tingkat mata pelajaran akan
tercapailah kecakapan pada tingkat program studi atau kurikulum, maka
tercapailah kecakapan pada tingkat institusional; dengan tercapainya
kecakapan pada tingkat institusional, maka tercapailah kecakapan pada
tingkat nasional, dan dengan tercapainya kecakapan pada tingkat
nasional, maka tercapailah kecakapan pada tingkat universal. Semakin
tinggi tingkat kecakan yang ingin dicapai, maka semakin banyak waktu,
tenaga, sarana prasarana, dan biaya yang dibutuhkan. Untuk itu tujuan
pendidikan pada setiap tingkatan harus saling berkaitan dan saling
menunjang . Dengan demikian, tujuan pendidikan yang sesungguhnya

22
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 65.
23
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 65.

12
harus dicapai yaitu tujuan pada setiap kali kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh para guru.24
Selain tujuan pendidikan yang dilihat dari segi ruang lingkup dan
cakupannya sebgaimana tersebut di atas, terdapat pula tujuan pendidikan
yang dilihat dari segi kepentingan masyarakat, individu peserta didik, dan
gabungan antara krduanya. Penjelasan atas ketiga model ini dapat
dikemukakan sebagai berikut.25
Pertama, tujuan pendidikan dari segi kepentingan sosial, adalah
tujuan pendidikan yang diharapkan masyarakat. Termasuk pula di
dalamanya tujuan pendidikan yang diharapkan oleh agama, masyarakat,
negara, ideology, organisasi, dan sebgainya. Tujuan pendidikan yang
bertitik tolak dari segi kependitngan agama, masyarakat, negara, ideology
dan organisasi ini, sering kali menjadikan peserta didik sebgai objek atau
sasaran. Dalam hubungan ini Muzayyin Arifin berpendapat: bahwa tujuan
yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagi keseluruhan, dan
dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta dengan perubahan yang
diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan
hidupnya.
Kedua, tujuan pendidikan Islam dari segi kepentingan individual
yaitu tujuan yang menyangkut individu, melalui proses belajar dalam
rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat
Ketiga, tujuan pendidikan dari segi perpaduan (konvergensi)
antara bakat dari anak dan nilai budaya yang berasal dari luar. Dengan
pandangan ini, maka dari satu sisi pendidikan memberikan ruang gerak
dan kebebasan bagi peserta didik untuk mengekspresikan bakat, minat,
dan potensinya yang bersifat khas individualistic, namun dari sisi lain
pendidikan memberikan atau memasukkan nilai-nilai atau ajaran yang
bersifat universal dan diakui masyarakat ke dalam diri anak.

24
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 66.
25
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 66.

13
Selanjutnya, tujuan pendidikan Islam secara umum dan hakiki dapat
diurai sebagai berikut.

Pendidikan Islam yang dikembangkan bertujuan memahami Al-Qur’an


dan As-Sunnah serta merealisasikannya secara ilmiah dalam kehidupan akademik
dan kehidupan social. Dalam Al-Qur’an, surat Asy-Syura, ayat 52 Allah ‫ﷻ‬
berfirman:26

ً ُ‫اْلي َمانُ َو َٰلَ ِك ْن َج َع ْلنَاهُ ن‬


‫ورا نَ ْهدِي ِب ِه َم ْن نَشَا ُء‬ َٰ
ِ ْ ‫َو َكذَلِكَ أ َ ْو َح ْينَا ِإلَيْكَ ُرو ًحا ِم ْن أ َ ْم ِرنَا ۚ َما ُك ْنتَ تَد ِْري َما ْال ِكتَابُ َو َال‬
‫ص َراطٍ ُم ْست َ ِق ٍيم‬ ِ ‫ِم ْن ِع َبا ِدنَا ۚ َو ِإنهكَ لَتَ ْهدِي ِإ َل َٰى‬

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan


perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al
Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk


meningkatkan pemahaman terhadap Al-Qur’an. Peningkatan yang dimaksudkan
adalah terwujudnya anak didik yang memahami ayat-ayat Quraniyah dan ayat-
ayat Kauniyah, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.27

Indonesia merupakan salah satu negara yang memperhatikan betul dunia


kependidikan. Hal tersebut terindikasi dengan adanya pencantuman tujuan
Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi:28

26 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia.
2012), hal. 148.

27 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia.
2012), hal. 149.

28 Moh. Amin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Pasuruan: Garoeda. 1992), hal. 21.

14
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia sutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yamg Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Sesuai dengan pengertian diatas, maka tujuan pendidikan Islam identik


dengan tujuan hidup setiap orang Islam (muslim). Untuk mengetahui tujuan
hidup muslim terlebih dahulu harus disadari bahwa manusia ini ada yang
menciptakan yang Allah ‫ﷻ‬. Maksud dan tujuan manusia ini tergantung pula
kepda Allah ‫ ﷻ‬sebagai Khaliq. Sebagaimana yang Allah ‫ ﷻ‬sebutkan dalam salah
satu firman-Nya,29

ِ ‫س إِ هال ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج هن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya : “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
menyembahku”

Al-Hafidz Ibnu Katsir Rohimahullah Ta’ala menyebutkan dalam


tafsirnya, bahwa maksud dari ayat tersebut yaitu Allah ‫ ﷻ‬menciptakan jin dan
manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada Allah Ta’ala,
namun bukan berarti karena Allah membutuhkan mereka.30

Dengan demikian dapat difahami bahwa tujuan pendidikan Islam adalah


sama dengan tujuan manusia diciptakan yakni untuk berbakti kepada Allah ‫ﷻ‬
sebenar-benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk manusia
bertaqwa yang berbudi luhur serta memahami, meyakini, dan mengamalkan
ajaran-ajaran Agama yang menurut istilah Marimba disebut terbentuknya
kepribadian Muslim.31

29 Moh. Amin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Pasuruan: Garoeda. 1992), hal. 21.

30

31 Moh. Amin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Pasuruan: Garoeda. 1992), hal. 22.

15
Dalam konteks tujuan pendidikan Islam, menurut Hasan Langgulung
(1980: 178), bahwa tujuan pendidikan Islam harus mampu mengakomodasikan
tiga fungsi utama dari agama, antara lain (1) fungsi spiritual, yaitu berkaitan
dengan akidah dan iman; (2) fungsi psikologis, yaitu berkaitan dengan tingkah
laku individu termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke
derajat yang lebih sempurna; (3) fungsi social, yaitu berkaitan dengan aturan-
aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat,
yang mana masing-masing mempunyai hak untuk menyusun masyarakat yang
harmonis dan seimbang.32

Ahmad Tafsir (1994: 46) mengutip pendapat T.S. Elliot, bahwa tujuan
pendidikan terkait dengan pandangan hidup. Jika pandangan hidupnya adalah
Islam, tujuan pendidikan pun harus dari ajaran Islam. Dengan demikian,
pertanyaan yang muuncul adalah bagaimana tujuan pendidikan menurut Islam?
Menurut Marimba (1962: 39) tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya
kepribadian Muslim. Sementara menurut Al-Attas, tujuan pendidikan Islam
adalah tercapainya manusia yang baik.33

Sementara itu, Ibnu Khaldun telah memaparkan buah pikirannya dalam


kitab Muqaddimah. Ia merumusakan bahwa tujuan pendidikan, antara lain (1)
memberikan kesempatan kepada pikiran untuk berkreasi, karena aktivitas ini
sangat penting bagi tebukanya pikiran dan kematangan individu yang kana
memberikan faedah kepada masyarakat; (2) memperoleh berbagai ilmu
pengetahuan sebagai alat untuk membantu dalam mencapai dalam mencapai
kehidupan yang baik dalam masyarakat yang berbudaya; (3) memperoleh
lapangan pekerjaan yang digunakan untuk mencari rezeki (Sulaiman, 1987: 35)34

32 Veithzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education Management Dari Teori ke Praktik
Mengelola Pendidikan Secara Profesional dalam Perspektif Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2013), cet. ke-1, hlm. 78.

33 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012),hlm. 122.

34 Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,(Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012),hlm. 123.

16
Perumusan yang dikemukakan Ibnu Khaldun disini lebih cenderung
kepda pencapaian tujuan secara meteril atau duniawi. Hal ini merupakan suatu
hal yang saat ini masih menjadi perhatian bagi para penggelut dunia pendidikan.
Sekaligus menjadi tantangan tersendiri yang harus disadari oleh setiap tenaga
pengajar yang fokus dibidangnya. Namun dengan tidak melupakan tujuan utama
dari pendidikan Islam yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬.

Sebagai seorang tenaga pendidik muslim harus menyadari bahwa


keutamaan belajar dan mengajarkan ilmu agama amatlah agung. Hal ini
disampaikan oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas dalam sebuah
karangannya bahwa menuntut ilmu syar’i (agama) merupakan suatu sebab yang
memudahkan jalan.menuju surga. Hal ini berdasarkan hadist Nabi Muhammad
‫ﷺ‬:35

‫من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل هللا له طريقا إلى الجنة‬

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu (syar’i), maka


Allah mudahkan baginya jalan menuju surga”

Dari hadist tersebut, seorang pendidik seharusnya menyadari bahwa


tujuan utama dari pendidikan Islam adalah mencapai ridho Allah ‫ ﷻ‬dan berharap
menuju surganya yang abadi.

Islam sebagai agama yang sempurna, mengajarkan bahwa setiap usaha


yang dilakukan manusia tidak hanya melibatkan peran manusia semata,
melainkan juga melibatkan peran Tuhan. Dengan demikian, maka pendidikan
Islam menganut paham teo-anthropo centris, yakni memusat pada perpaduan
antara kehendak Tuhan dan usaha manusia.36

35 Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga,(Bogor: Pustaka At-Taqwa.
2014), hal. 8.

36 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 70.

17
Sehingga tujuan terakhir dari pendidikan Islam adalah perwujudan
penyerahan mutlak kepada Allah ‫ﷻ‬, pada tingkat individual, masyarakat dan
kemanusiaan pada umumnya.37

37 Veithzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education Management Dari Teori ke Praktik
Mengelola Pendidikan Secara Profesional dalam Perspektif Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafind

18
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dunia pendidikan merupakan dunia yagn penuh dengan keistimewaan.


Terutama dalam dunia pendidikan Islam. Dan seiring dengan berjalannya waktu,
tantangan dunia global pun semakin besar dan memanas. Banyak dari kalangan
tenaga pendidik yang sudah menduakan tujuan utam dari pendidikan Islam itu
sendiri. Sehingga hal ini tidak hanya berpengaruh bagi dirinya sendiri yang
bermasalah dengan niatnya, namun juga berpengaruh besar pada peserta didik
yang terkena imbas ketidak ikhlasan dari pendidik tersebut.

Dan hal ini merupakan hal sudah lumrah dan sulit untuk dihindari.
Terlebih lagi semakin membesarnya tuntutan ekonomi dunia yang mengharuskan
seseorang untuk mengikuti arusnya. Namun hal tersebut bukanlah alasan yang
tepat bagi seorang tenaga pendidik muslim. Karena semua hal yang dilakukan
seorang muslim ada pertanggung jawabannya kepada Allah ‫ﷻ‬. Maka seorang
pendidik muslim harus mengambil tujuan yang paling tepat sesuai yang
disyari’atkan dalam Islam. Dan tujuan yang paling tepat yaitu dalam rangka
memurnikan ibadah kepada Allah ‫ﷻ‬.

19

Anda mungkin juga menyukai