Anda di halaman 1dari 149

UNIVERSITAS INDONESIA

BEBERAPA JUDUL BERITA DALAM SITUS ALJAZEERA.NET


BERBAHASA ARAB: SEBUAH ANALISIS SINTAKTIS



SKRIPSI


WINONA AMANDA TIARA WIDODO
NPM: 1006699032


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI ARAB
DEPOK
JUNI 2014




UNIVERSITAS INDONESIA


BEBERAPA JUDUL BERITA DALAM SITUS ALJAZEERA.NET
BERBAHASA ARAB: SEBUAH ANALISIS SINTAKTIS


SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora


WINONA AMANDA TIARA WIDODO
NPM: 1006699032


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI ARAB
DEPOK
JUNI 2014

i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa: Winona Amanda Tiara Widodo
NPM : 1006699032
Kekhususan : Linguistik
J udul Skripsi :
Beberapa J udul Berita dalam Situs Aljazeera.net Berbahasa Arab:
Sebuah Analisis Sintaktis
Tanggal disetujui: 11 J uli 2014





Pembimbing skripsi




Wiwin Triwinarti, M.A.
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang diajukan oleh:
Nama : Winona Amanda Tiara Widodo
NPM : 1006699032
Program Studi : Arab
J udul : Beberapa J udul Berita dalam Situs Aljazeera.net Berbahasa Arab:
Sebuah Analisis Sintaktis

ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Humaniora pada Program Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing: Wiwin Triwinarti, M.A. (.....................................)


Penguji : Abdul Mutaali, Ph.D. (.....................................)


Penguji : Letmiros, M.Hum, M.A. (.....................................)

Ditetapkan di: Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia
Tanggal: 11 J uli 2014
oleh
Dekan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia


..................................................
Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, S.S., M.A.
195808071987031003


iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
J ika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.



Jakarta, 11 Juni 2014



Winona Amanda Tiara Widodo
iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.


Nama: Winona Amanda Tiara Widodo
NPM: 1006699032
Tanda tangan:..........................................
Tanggal: 11 Juli 2014
v











Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Jiddah-ku tercinta,
Almh. Siti Aisyah binti Barak Alkaterie

Mbah Kakung-ku tercinta,
Kol. Laut (Anumerta) Wijono Martodihardjo
vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat
beliau hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini dilaksanakan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Humaniora Program
Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Dalam
proses pengumpulan data hingga penyusunan skripsi ini saya menghadapi
beberapa kesulitan yang disebabkan kurangnya buku referensi yang membahas
tentang ilmu kebahasaan media Arab di Indonesia. Tetapi berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, alhamdulillah kesulitan itu dapat dilampaui dengan
baik. Oleh karena itu dengan penuh rasa syukur dan hormat saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met selaku
2.
Rektor Universitas Indonesia.
Dr. Adrianus Laurens Gerung Waworuntu, M.A.
3. Ibu Wiwin Triwinarti, M.A. sebagai dosen pembimbing, terima kasih atas
bimbingannya, doa serta dukungannya yang sangat mempermudah penyusunan
skripsi ini.
selaku dekan Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
4. Dr. Maman Lesmana, S.S., M.Hum. sebagai dosen pembimbing pada saat awal
penyusunan skripsi ini sebelum penulis menentukan tema sintaksis sebagai
pembahasan dalam skripsi ini.
5. Letmiros, M.Hum., M.A. selaku Ketua Program Studi Arab dan Pembimbing
Akademis, terima kasih atas dukungannya selama saya menuntut ilmu di Program
Studi Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dan
alhamdulillah saya dapat melalui tahap-tahap semester dengan baik.
6. Ahmad Syafaat, selaku dosen Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang atas bantuan, dukungan dan saran-
vii

sarannya yang sangat menambah pengetahuan saya dalam melengkapi materi
skripsi ini.
7. Anan Nurdin, wartawan senior dan penerjemah di Al-J azeera Arabic TV, atas
bantuannya, masukannya, izinnya bagi saya untuk mempelajari banyak hal
mengenai penulisan judul berita di Aljazeera.net sebagai studi kasus skripsi ini.
8. Setiawati, Spd.I, atas ilmu, bimbingan dan doanya sejak saya bersekolah di
Sekolah Dasar hingga saat ini, yang selalu sabar mengajarkan saya ilmu agama
Islam dan dasar-dasar bahasa Arab hingga saya tertarik untuk memilih jurusan
Arab di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
9. Moch.Yusuf Wibisono, S.Pd.I., Universitas Islam Madinah, atas dukungan dan
bantuannya mencari buku-buku yang tidak saya dapatkan di Indonesia.
10. Ibu Dewi Irawati D. Sudjono, University of Southern California, Chandler,
Arizona, USA, atas kemurahan hatinya mengirimkan buku-buku penunjang yang
sangat saya butuhkan sebagai referensi dalam skripsi ini.
11. Sifah Fauziah, S.Pd., Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, atas koreksi dan masukannya dalam ilmu
penulisan skripsi ini.
12. Kedua orang tua, adik-adik dan seluruh keluarga tercinta, yang selalu
mendoakan dan mendukung saya dengan penuh kasih sayang.
13. Dr. Feliza Herison, M.Si. Halla-ku, dosen Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran Bandung atas dukungan dan doanya.
14. Sahabat-sahabat dan teman-teman yang telah memberikan bantuan, dukungan
material maupun moral dan spiritual.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu baru bagi masyarakat
pada umumnya dan mahasiswa program studi Arab pada khususnya.


Depok, 11 J uni 2014

Penulis
viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama : Winona Amanda Tiara Widodo
NPM : 1006699032
Program studi: Arab
Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya
J enis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

BEBERAPA JUDUL BERITA DALAM SITUS ALJAZEERA.NET
BERBAHASA ARAB: SEBUAH ANALISIS SINTAKTIS

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada tanggal: 11 J uli 2014
Yang menyatakan:


(Winona Amanda Tiara Widodo)
ix

TRANSLITERASI ARAB LATIN


Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
merupakan kombinasi antara Pedoman Transliterasi Arab-Latin,
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P&K Republik
Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor 0534b/U/1987 serta
Holes tahun 2004 hlm 317. Transliterasi tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Konsonan
= (tidak dilambangkan)
= b
= t
= ts
= j
= h
= kh
= d
= dz
= r
= z
= s
= sy
= sh
= dh
= th
= zh
= (apostrop)
= gh
= f
= q
= k
= l
= m
= n
= w
= h
= y
= ?



2. Vokal
a. Vokal Pendek, terdiri atas:
a = --- contoh: /kataba/ dia
menulis
i = --- contoh: /alima/ dia
mengetahui
u = --- contoh: /kabura/ dia
dewasa


x



b. Vokal Panjang, terdiri atas:
= --- contoh: /kitbun/ buku
= --- contoh: /kabrun/ besar
= --- contoh: /ulmun/ ilmu
pengetahuan

c. Vokal Rangkap (Diftong), terdiri atas:
ai = --- contoh: /baitun/ rumah
au = --- contoh: /sauratun/
revolusi

d. Tanwin, terdiri atas:
an = -- -
in = -- -
un = -- -

3. Asimilasi Kata Sandang (artikel al-)
Al- = - contoh: /al-baitu/ rumah
(itu)
As-s = contoh: /asy-syamsu/
matahari (itu)

4. Geminasi (tanda tasydd) []
Ditransliterasikan menjadi konsonan rangkap
contoh: /ummatun/ umat



xi

DAFTAR SINGKATAN

Adj. : Adjektiva
Adv. : Adverbia
FAdj : Frasa Adjektival
FApositif : Frasa Apositif
FKoord : Frasa Koordinatif
FNom : Frasa Nominal
Fnum : Frasa Numeralia
FPrep : Frasa Preposisional
FTanfis : Frasa Tanfis
KVerb : Klausa Verbal
KNom : Klausa Nominal
N : Nomina
O : Objek
P : Predikat
S : Subjek
xii

DAFTAR LAMBANG

____ : Menunjukkan arti atau terjemahan
/_____/ : Mengapit transliterasi
(..........) : Menunjukkan keterangan tambahan
cetak miring : Menunjukkan bahasa asing
xiii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Winona. Program Sarjana Universitas Indonesia Depok, 11 J uni 2014. Beberapa
J udul Berita dalam Situs Aljazeera.net Berbahasa Arab: Sebuah Analisis Sintaktis,
dengan pembimbing Wiwin Triwinarti, M.A.

Media informasi online adalah salah satu media yang sangat praktis dan
dapat dijangkau dengan cepat oleh masyarakat. Tidak seperti media cetak yang
membutuhkan waktu lebih panjang dan teknik percetakan terlebih dahulu sebelum
sampai ke tangan pembacanya. Melalui media online, dalam waktu 24 jam tanpa
henti ditayangkan berita-berita terkini, juga beberapa berita lama yang menarik
dan dapat ditayangkan kembali. Media online yang akan dibahas dalam skripsi ini
adalah situs Aljazeera.net yang merupakan situs resmi Al-J azeera Media Network.
Dalam proses penulisan sebuah berita online, judul merupakan hal yang
sangat penting. Karena judul adalah identitas sebuah berita, yang berarti bahwa
judul merupakan cerminan dari isi berita yang disampaikan. Salah satu indikator
keberhasilan sebuah berita adalah penulisan judul berita tersebut yang menarik,
bermakna, dan mudah dimengerti. Dalam penyajian berita online, berita-berita
silih berganti dengan cepat dan terus menerus dalam jangka waktu yang tidak
menentu. Kecepatan pergantian berita online inilah yang menuntut pentingnya
penulisan judul berita yang tepat dan menarik.
Berdasarkan teori sintaksis, judul-judul berita dalam penelitian ini
dikelompokkan berdasarkan tiga struktur sintaksis dasar judul berita berbahasa
Arab yang dikemukakan oleh J anet Watson dalam artikelnya The Syntax of Arabic
Headlines and News Summaries, yaitu frasa nominal, klausa nominal non-verba,
dan klausa nominal yang subjeknya diikuti verba imperfektif. Setelah dianalisa,
ternyata judul-judul berita Aljazeera.net lebih banyak menggunakan bentuk
ketiga, yaitu klausa nominal dengan verba imperfektif.
xiv
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Winona. Undergraduate Program of the University of Indonesia, Depok, J une
11th, 2014. Some News Titles in The Arabic Website Aljazeera.net: A Syntactic
Analysis, with academic counselor, Wiwin Triwinarti, M.A.

Online media is one of the most practical types of media that can be reached
quickly by society. Unlike printed media that needs longer time and printing first
before it reaches its readers. Through online media, in 24 hours non-stop, latest
news are posted, as well as several interesting old news to be uploaded again. The
online media that will be discussed in this bachelors thesis is Aljazeera.net which
is the official website of Al-J azeera Media Network.
In the process of writing online news, titles are very important. Because a
title is a news identity, which means they are reflections of the content of the
news delivered. One thing that indicates a successful news is an attractive,
meaningful, and understandable news title. In presentations of online news, they
are changed and replaced quickly in an uncertain time. This fast pace of change
demands the importance of writing an exact and attractive news title.
Based on syntax theories, the news titles in this research are grouped
according to three basic syntactic structures of Arabic news titles as presented by
J anet Watson in her article The Syntax of Arabic Headlines and News Summaries:
noun phrases, verbless nominal clauses, and nominal clauses with an imperfect
verb. After analysis, it turns out that news titles in Aljazeera.net are mostly the
third structure, nominal clauses with an imperfect verb.
xv
Universitas Indonesia
0T
. , 11 2014 . 0T 0T
: , .

.
.

.
.

.
. ,
. .

"
" .
,
.
xvi
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ............................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJ UAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. viii
TRANSLITERASI ............................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMBANG ......................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 5
1.6. Metode Penelitian ......................................................................................... 5
1.7. Korpus Data .................................................................................................. 6
1.8. Sistematika Penulisan ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
2.1. Sumadiria (2006) ........................................................................................... 7
2.2. Chaer (2010) .................................................................................................. 8
2.3. Bremner (1972) ............................................................................................. 9
2.4. Holes (2004) .................................................................................................. 10
2.5. Suleiman (1999) ............................................................................................ 13
2.6. Ningsih (2009) ............................................................................................... 14
2.7. Sintesis .......................................................................................................... 15

BAB III KERANGKA TEORI .......................................................................... 17
3.1. Pengantar ....................................................................................................... 17
3.2. Selayang Pandang Al-J azeera dan Pentingnya J udul .................................... 17
xvii
Universitas Indonesia
3.3. Bahasa J urnalistik .......................................................................................... 21
3.3.1. Kalimat Efektif J urnalistik ................................................................. 23
3.3.2. Karakteristik Bahasa J urnalistik ......................................................... 28
3.3.3. Karakteristik J udul Berita .................................................................... 34
3.4.Teori Sintaksis ................................................................................................ 37
3.4.1. Satuan Sintaksis .................................................................................. 38
3.4.2. Fungsi Sintaksis .................................................................................. 55
3.5.Bahasa Arab dalam Media ............................................................................. 61
3.5.1. Kecenderungan Nominalisasi ............................................................. 61
3.5.2. Susunan Kata, Referensi Waktu dan J enis Teks ................................. 63
3.6. Struktur Dasar J udul Berita dalam Bahasa Arab ........................................... 65
3.6.1. Frasa Nominal .................................................................................... 65
3.6.2. Klausa Nominal Non-Verba ............................................................... 66
3.6.3. Klausa Nominal dengan Verba Imperfektif ........................................ 67
3.7. Sintesis .......................................................................................................... 68

BAB IV ANALISIS SINTAKSIS JUDUL-JUDUL BERITA DALAM SITUS
ALJAZEERA.NET ............................................................................................ 70
4.1. Pengantar ....................................................................................................... 70
4.2. J udul Berita Aljazeera.net Berdasarkan Struktur dan Analisis Struktur
Sintaktis Kalimat ........................................................................................... 70
4.2.1. Frasa Nominal ........................................................................................ 70
a. FNom: FApositif +FKoord +KVerb +FPrep ............................... 70
b. FNom: (Idhafah 1 +FPrep) +Idhafah 2 .......................................... 72
c. FNom: N +N +N +N ..................................................................... 73
d. FNom: Idhafah +FPrep ................................................................... 75
e. FNom: N +FPrep ............................................................................. 81
f. FNom: Idhafah +FNom .................................................................. 83
g. FNom: FKoord +FPrep +FPrep ..................................................... 84
h. FNom: FNom +Idhafah +FPrep ..................................................... 86
i. FNom: FNom +FPrep +FPrep........................................................ 87
4.2.2. Klausa Nominal Non-Verbal ................................................................. 89
a. KNom: S (Idhafah) +P (FPrep) +Adv. Temporal .......................... 89
b. KNom: S (Idhafah) +P (N +FPrep)................................................ 90
c. KNom: S (Idhafah) +P (Adj +FPrep) ............................................ 91
d. KNom: S (FNum) +P (FPrep) +Adv. Temporal ............................ 93
e. KNom: S (FNom) +P (FPrep) ......................................................... 94
f. KNom: S (FNom) +P (FPrep) +Adv. Lokatif ................................ 97
g. KNom: S (N) +P (FPrep) ................................................................ 101
h. KNom: S (Idhafah) +P (FPrep) +O (Idhafah) ............................... 102
4.2.3. Klausa Nominal dengan Verba Imperfektif ........................................... 103
a. KNom: S (FNom) +P (Verba) +Adv. Lokatif ................................ 103
b. KNom: S (Idhafah) +P (Verba) +Adv. Lokatif.............................. 105
c. KNom: S (Idhafah) +P (Verba) +O (FNom) +Adv. Lokatif......... 106
d. KNom: S (Nomina) +P (Verba) +O (Idhafah) +Adv. Lokatif ...... 107
e. KNom: S (Idhafah) +P (FTanfis) .................................................... 108
f. KNom: S (FKoord) +P (Verba) +O (Nomina) +FPrep ................. 109
xviii
Universitas Indonesia
g. KNom: S (Nomina) +P (Verba) +O (FNom) +Adv. Lokatif ........ 111
h. KNom: S (Nomina) +P (Verba) +O (Idhafah) +FPrep ................. 112
i. KNom: S (Idhafah) +P (Verba) +FPrep ......................................... 113
j. KNom: S (Nomina) +P (Verba) +O (FNom) +FPrep ................... 115
k. KNom: S (Idhafah) +P (Verba) +O (Idhafah) +FPrep ................. 116
l. KNom: S (FNom) +P (Verba) +O (Nomina) ................................. 117
m. KNom: S (FNom) +P (Verba) +O (Nomina) +FPrep ................... 118
n. KNom: S (Nomina) +P (Verba) +O (Idhafah) ............................... 120
o. KNom: S (FNom) +P (Verba) +O (FNom) .................................... 121
p. KNom: S (Nomina) +P (Verba) +O (FPrep +Idhafah) ................. 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 124
5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 124
5.2. Saran ............................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 127

1


Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pada masa kini, kemajuan teknologi komunikasi visual berkembang sangat
pesat. Kebutuhan masyarakat akan berita terkini maupun berita-berita menarik
lainnya sebagai sumber pengetahuan telah menjadi kebutuhan utama sehari-hari,
baik di dunia Arab maupun belahan dunia lainnya. Dalam memperoleh informasi
dengan cara yang cepat dan mudah, media informasi online adalah salah satu
media yang sangat praktis dan dapat dijangkau dengan cepat oleh mayarakat.
Tidak seperti media cetak yang membutuhkan waktu lebih panjang dan teknik
percetakan terlebih dahulu sebelum sampai ke tangan pembacanya. Melalui media
online, dalam waktu 24 jam tanpa henti ditayangkan berita-berita terkini, juga
beberapa berita lama yang menarik dan dapat ditayangkan kembali. Media online
yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah situs Aljazeera.net yang merupakan
situs resmi Al-J azeera Media Network.
Keberhasilan sebuah situs berita dapat terlihat dari jumlah pembacanya.
Semakin banyak pembaca, semakin berhasil situs tersebut dalam menyajikan
berita. Salah satu indikator keberhasilan sebuah berita adalah penulisan judul
berita tersebut yang menarik, bermakna, dan mudah dimengerti.
Dalam situs Aljazeera.net, berita-berita yang disajikan selalu berganti dengan
cepat. Berita-berita terkini terus bergulir menempati beberapa rubrik atau kategori
berita yang dapat kita pilih. Terdapat juga berita-berita yang menetap lebih dari
beberapa jam dalam sehari dan terus bergeser digantikan oleh berita-berita
terbaru. Dalam penyajian berita online, berita-berita silih berganti dengan cepat
dan terus menerus dalam jangka waktu yang tidak menentu. Kecepatan pergantian
berita online inilah yang menuntut pentingnya penulisan judul berita yang
bermakna, menarik, dan mudah dimengerti. J ika judul berita dibuat tidak
bermakna dan menarik, dikhawatirkan masyarakat akan bosan membaca berita
yang terus berganti setiap waktu.


2


Universitas Indonesia


0T
/urs jam li mi-ti al-filisthniyyn bi madnati arh/
Nikah Massal Ratusan Warga Palestina di Kota Yerikho

J udul di atas menarik karena mengangkat sebuah peristiwa atau kejadian
yang tidak biasa, yakni pernikahan besar yang dihadiri ratusan warga sebuah
negara yang sedang dilanda konflik, yaitu Palestina. Berita tersebut dilaporkan
oleh Al-J azeera dalam rubrik /munawwit/ atau features. Faktor lain yang
membuat judul ini menarik adalah pemakaian kata-katanya yang ringkas, tidak
terlalu banyak, dan langsung menukik ke pokok persoalan sehingga pembaca
dapat langsung mengerti dan memahami peristiwa yang diberitakan dalam judul
tersebut. J udul ini sudah memiliki daya tarik yang kuat sehingga membuat
pembaca ingin segera membaca keseluruhan berita yang disajikan. Ini merupakan
sebuah bukti bahwa membuat judul berita merupakan bagian yang sangat penting
dalam penulisan sebuah berita.

Sebuah judul berita juga dapat dikatakan menarik bukan hanya karena
menceritakan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang positif atau
membahagiakan seperti contoh judul yang telah disebutkan sebelumnya, tapi juga
peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang negatif atau menyedihkan, seperti
korban peperangan, kecelakaan, perceraian, wabah penyakit, bencana alam,
kerusuhan, perbuatan kriminal, meninggalnya seorang tokoh terkenal atau
penting, dan sebagainya. Berikut contohnya dari Aljazeera.net:

36
2T/sittah wa tsaltsn qutl f finizwl mundzu bada-a al-ihtjjti dhadd mdr/
2T362T 2TTewas di2T 2TVenezuela2T 2TSejak Awal2T 2TProtes Menentang2T 2TMaduro

2T J udul di atas menarik karena pemakaian kata-kata yang ringkas, tidak bertele-
tele, dan langsung menukik pada pokok persoalan, yakni jumlah korban dalam
3


Universitas Indonesia
peristiwa tersebut. Berita ini dilaporkan oleh Al-J azeera di rubrik /dawl/ atau
berita internasional. Informasi yang disampaikan dalam judul ini adalah tewasnya
36 orang dalam aksi protes atau unjuk rasa menentang pemerintahan presiden
Venezuela Nicolas Maduro yang dianggap merugikan rakyat Venezuela.
Pemilihan kata-kata yang ringkas dan langsung menukik pada pokok persoalan
menjadi faktor yang memudahkan pembaca untuk mengerti dan memahami
informasi yang disampaikan tersebut.
Kemampuan jurnalis dapat dilihat dari keterampilannya dalam meramu,
menyusun, dan meracik berbagai informasi menjadi satu berita yang utuh dan
layak untuk dibaca. Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya The
Elements of Journalism: What newspeople Should Know and the Public Should
Expect, salah satu 0Ttugas utama seorang jurnalis adalah menyampaikan kebenaran.0TP0F
1
P0T
Namun selain menyampaikan kebenaran, jurnalis juga dituntut untuk pandai dan
terampil dalam merangkai, meracik, serta menyusun informasi-informasi yang
diperolehnya menjadi sebuah berita yang menarik dan layak untuk dibaca,
termasuk menentukan judul yang tepat untuk berita yang ditulisnya. Karenanya,
menulis judul berita merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
jurnalis, dan dibutuhkan keterampilan serta ketelitian dalam meramu kata-kata
menjadi sebuah judul berita yang menarik, memikat, dan memukau pembaca.
0T Abdul Chaer dalam bukunya Bahasa Jurnalistik mengatakan bahwa
penulisan berita, apa pun jenisnya, merupakan pekerjaan karang-mengarang atau
menulis karangan. J adi, kaidah-kaidah dalam karang-mengarang atau menulis
karangan ini haruslah diterapkan dalam penulisan berita, di samping rambu-rambu
khusus yang berlaku dalam dunia jurnalistik. Rambu-rambu atau kaidah-kaidah
itu berkenaan dengan cara penulisan judul berita, teras berita (lead atau intro),
tubuh berita (detail), dan bagian penutup0TP1F
2
P0T.





1
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know
and the Public Should Expect. New York: Three Rivers Press, 2001, hlm. 12
2
Abdul Chaer. Bahasa Jurnalistik. J akarta:Rineka Cipta, 2010, hlm. 20
4


Universitas Indonesia
1.2. Rumusan Masalah
Berikut ini salah satu contoh judul berita yang diambil dari Aljzeera.net: Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan, maka rumusan masalah
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah kaidah dan syarat-syarat penulisan judul berita yang benar dari
segi kebahasaan?
2. Apakah judul-judul berita dalam situs Aljazeera.net sudah memenuhi kaidah
dan syarat-syarat penulisan judul berita yang benar?
3. Bagaimanakah struktur kalimat atau tata bahasa yang terdapat dalam judul-
judul berita dalam situs Aljazeera.net?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka disusunlah tujuan penelitian dalam skripsi ini sebagai berikut:
1. Meneliti dan menjelaskan kaidah dan syarat-syarat penulisan judul berita
yang benar dan kesesuaian judul-judul berita Aljazeera.net dengan aturan-aturan
tersebut.
2. Meneliti dan menjelaskan stuktur kalimat yang terdapat dalam judul-judul
berita dalam situs Aljazeera.net.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi
mahasiswa program studi Arab pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Manfaat-manfaat itu adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kaidah atau aturan
penulisan berita yang benar dan kesesuaian judul-judul berita Aljazeera.net
dengan kaidah atau aturan tersebut.
2. Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai struktur kalimat
dalam judul-judul berita berbahasa Arab, khususnya judul-judul berita dalam situs
Aljazeera.net.
3. Dapat menjadi bahan studi atau referensi bagi mahasiswa atau masyarakat
yang ingin mempelajari dan meneliti kaidah-kaidah penulisan berita yang benar
dan struktur kalimat dalam judul-judul berita berbahasa Arab.
5


Universitas Indonesia
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada judul berita dan bukan
isinya. Pada aspek sintaksis hanya mencakup pada struktur kalimat dalam judul
berita dan kaidah penulisan judul berita dari segi kebahasaannya. Untuk
mendapatkan materi dan sumber penelitian yang tepat dan sesuai dengan topik
yang dipilih, penulis telah melakukan beberapa kegiatan penelitian, dengan
mencari dan mempelajari beberapa ahli yang dapat memberikan masukan, di
antaranya berkunjung ke kantor Al-J azeera Indonesia di Deutsche Bank, J akarta
Pusat. J uga menggali materi-materi yang berkaitan dengan penulisan jurnalistik
dan ilmu nahwu, mencari buku-buku yang berkaitan dengan topik yang dibahas
dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa narasumber yang lebih
ahli dalam ilmu nahwu atau sintaksis.

1.6. Metode Penelitian
Penulis menerapkan metode penelitian kualitatif dan kepustakaan. Dalam
penelitian kualitatif, penulis tidak memerlukan data-data statistik yang berisi
jumlah-jumlah atau persentase. Penulis hanya meneliti struktur kalimat atau tata
bahasa dalam objek penelitian, yaitu judul-judul berita dalam situs Aljazeera.net,
serta kesesuaian judul-judul tersebut dengan kaidah penulisan berita pada
umumnya.
Penulis juga menerapkan penelitian atau studi kepustakaan untuk
memperoleh informasi yang akurat. Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai
suatu langkah untuk memperoleh informasi dari penelitian terdahulu yang harus
dikerjakan, tanpa mempedulikan apakah sebuah penelitian menggunakan data
primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut menggunakan penelitian
lapangan, laboratorium atau museum. Dengan kata lain, penelitian kepustakaan
tidak memperoleh data dari lapangan atau survey, melainkan dari referensi-
referensi yang sudah ada. Penelitian atau studi kepustakaan juga dapat diartikan
sebagai segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi
yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.
3

3
Noor Aziz. Penelitian Kepustakaan. Makalah Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Quran, Wonosobo, J awa Tengah,
2012. (http://s-ipoel.blogspot.com/2013/06/penelitian-kepustakaan.html)

6


Universitas Indonesia
Penulis memperoleh beberapa sumber dari artikel-artikel yang ditulis oleh
orang-orang yang kompeten dalam bidang ilmu nahwu atau sintaksis dalam
bahasa Arab dan bahasa jurnalistik. Peninjauan langsung ke kantor Al-J azeera di
Deutsche Bank, J akarta Pusat juga disertakan dalam penelitian ini. Penulis
melakukan komunikasi langsung dengan salah seorang reporter senior dan
penerjemah bahasa Arab di Al-J azeera J akarta, sehingga penulis memperoleh
akses untuk mengetahui sistem penulisan berita di Al-J azeera Media Network.

1.7. Korpus Data
J udul-judul berita yang menjadi sumber pembahasan dalam skripsi ini,
penulis mengambilnya dari rubrik /arab/ (dunia Arab), /dawl/
(internasional), /taqrr wa hiwrt/ (laporan dan dialog),
/jawwalah ash-shihfah/ (press tour atau kunjungan pers),
/hurriyt wa huqq/ (hak asasi manusia), /ulm wa tiknljiy/
(ilmu pengetahuan dan teknologi), /riydhah/ (olahraga), /thibb
wa shihhah/ (kedokteran dan kesehatan), /al-iqtishd/ (ekonomi), dan
/munawwit/ (features). Penulis mengambil judul-judul berita tersebut
secara online pada bulan April hingga Mei 2014.

1.8. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunannya, skripsi ini dibagi dalam lima bab dengan pembagian bab
sebagai berikut:
1. Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, korpus data, dan
sistematika penulisan.
2. Bab II berisi tinjauan pustaka
3. Bab III berisi kerangka teori.
4. Bab IV mengenai analisis sintaksis judul-judul berita di Aljazeera.net.
5. Bab V berisi kesimpulan.


7
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penulis memperoleh beberapa sumber berupa buku-buku dari artikel-artikel
yang ditulis oleh orang-orang yang kompeten dalam bidang ilmu nahwu atau
sintaksis dalam bahasa Arab dan bahasa jurnalistik, serta kajian-kajian terdahulu
mengenai penulisan judul berita. Berikut ini literatur yang menjadi rujukan dalam
penelitian ini:

2.1. Sumadiria (2006)
Dalam buku Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis,
Sumadiria menjelaskan berbagai fenomena bahasa jurnalistik seperti definisi
bahasa jurnalistik, karakteristik bahasa jurnalistik, kata dan diksi jurnalistik,
gaya bahasa jurnalistik, etika bahasa jurnalistik, hingga penulisan untuk
televisi dan radio. Buku ini juga membahas pedoman bahasa jurnalistik
dalam berbagai bidang.
Bahasa jurnalistik didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh
para wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan
menyajikan, memuat, menyiarkaan, dan menayangkan berita serta laporan
peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting, dan atau menarik
dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya
(hlm.7). Salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yang dijelaskan Sumadiria
dalam bukunya adalah singkat, yang berarti langsung kepada pokok masalah
(to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, dan tidak memboroskan
waktu pembaca (hlm. 14). Karakteristik lainnya adalah jelas, yang berarti
mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Dalam konteks bahasa
jurnalistik, jelas memiliki tiga pengertian: jelas artinya, jelas susunan kata
atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek-keterangan
(SPOK), jelas sasaran atau maksudnya (hlm. 15).
Selanjutnya, Sumadiria mengartikan etika bahasa jurnalistik sebagai
pedoman etis dalam penulisan dan penyajian semua jenis dan bentuk karya
8


Universitas Indonesia
jurnalistik seperti tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, artikel, kolom, surat
pembaca, berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news),
berita penyelidikan (investigative news), wawancara berita (news interview),
teks foto (caption), dan cerita khas berwarna (feature) (hlm. 192). Etika
bahasa jurnalistik menjadi pedoman setiap jurnalis atau para pengelola media
massa untuk memperhatikan serta tunduk kepada kaidah bahasa media
massa. Teori jurnalistik mengajarkan, bahasa media massa merupakan salah
satu ragam bahasa yang khas karena senantiasa dipadukan dengan
karakteristik suatu media berikut khalayaknya yang anonim dan sangat
heterogen.

2.2. Chaer (2010)
Chaer dalam bukunya Bahasa Jurnalistik
Untuk membuat judul lebih hidup dan lebih menarik perhatian, lazim
dibuat dengan menanggalkan prefiks me- atau ber- yang ada pada verba atau
kata kerjanya, padahal pada bahasa ragam baku kedua prefiks itu harus
ditampilkan (hlm. 20). Contoh:
mengatakan bahwa penulisan
berita, apa pun jenisnya, merupakan pekerjaan karang-mengarang. J adi,
kaidah-kaidah dalam karang-mengarang ini haruslah diterapkan dalam
penulisan berita, di samping rambu-rambu khusus yang berlaku dalam dunia
jurnalistik. Rambu-rambu atau kaidah-kaidah itu berkenaan dengan cara
penulisan judul berita, teras berita (lead atau intro), tubuh berita (detail), dan
bagian penutup.
DPR Akan Panggil Budiono.
Alasan yang banyak digunakan dalam penanggalan prefiks ini adalah dalam
rangka hemat bahasa karena salah satu ciri utama bahasa jurnalistik adalah
menggunakan bahasa secara hemat, yang juga disebut ekonomi bahasa.
Namun Chaer mengacu pada pendapat seorang wartawan senior Indonesia,
Rosihan Anwar, bahwa alasan tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut
Anwar, penanggalan prefiks me- dan ber- pada judul berita adalah semata-
mata untuk menjadikan judul berita menjadi tampak lebih hidup dan
menarik. Bila prefiks itu tidak ditanggalkan, maka judul itu menjadi tampak
9


Universitas Indonesia
formal, kurang hidup, dan kurang menarik karena seperti dalam penggunaan
bahasa biasa. Penanggalan ini tidak menjadi masalah besar selama predikat
pada kalimat judul itu tetap berupa verba, karena predikat dalam judul harus
berupa verba (hlm. 21).
J udul berita juga tidak boleh bermakna ganda atau ambigu. Contoh:
Kebutuhan Guru SD Sedang Dibahas DPRD.
J udul tersebut terlihat menyenangkan bagi banyak guru sekolah dasar (SD).
Sebab dalam judul tersebut, kebutuhan mereka (seperti perumahan,
kendaraan, dan kesejahteraan) sedang dibahas DPRD. Namun, setelah isi
berita dibaca, ternyata yang sedang dibahas bukanlah kebutuhan mereka yang
sedang dibicarakan DPRD, melainkan berapa banyaknya guru SD yang
dibutuhkan oleh pemerintah; seperti di J akarta Pusat kurang 100 orang, di
J akarta Barat kurang 50 orang, di J akarta Selatan berlebih 75 orang, dan di
J akarta Timur lebih 60 orang (hlm. 23). Seringkali untuk lebih menjelaskan
isi berita yang ada pada badan berita, judul itu diberi anak judul (hlm. 24).
Contoh: Israel Mulai Ketar-ketir, diberi anak judul Mabhuh Juga Punya
Musuh di Negara Arab.

2.3. Bremner (1972)
Dalam halaman 33 hingga 47 buku A Study in News Headlines, J ohn B.
Bremner menjelaskan kesalahan-kesalahan sintaksis dalam menulis judul
berita. Di antaranya kesalahan grammar atau tata bahasa. Contoh:
Premier Presents an
Seharusnya, dalam bahasa Inggris, partikel an diikuti kata yang diawali
huruf vokal. Kesalahan lainnya adalah tidak adanya subjek. Contoh:
Historic Award.
Get to Keep Baby Lenore.
Bremner menjelaskan, berita yang diambil dari surat kabar Kansas City Star
tanggal 23 J uni 1971 tersebut adalah mengenai pertengkaran di pengadilan
antara seorang ibu yang merupakan ibu asli dari seorang bayi bernama
Lenore dengan sepasang orang tua angkat yang ingin mengadopsinya. Tidak
adanya subjek dalam contoh judul tersebut membingungkan pembaca
10


Universitas Indonesia
mengenai siapakah yang akhirnya berhak mengadopsi bayi itu. Kesalahan
lain yang Bremner jelaskan adalah kesalahan ejaan atau penulisan. Contoh:
Astronaut Sets Course to Alter
Ejaan yang benar adalah altar. J udul tersebut mengenai seorang astronot
yang akan menikah, namun karena kesalahan pengejaan, judul ini menjadi
membingungkan. Penempatan tanda baca yang keliru atau berlebihan juga
dijelaskan dalam buku ini. Contoh:
.
Critic Says, I Abhor Camelot.
Tanda kutip ganda seharusnya digunakan dalam teks berita, bukan judul.
Dalam keadaan darurat, jika suatu judul sangat memerlukan tanda kutip,
sebaiknya menggunakan tanda kutip tunggal ().
Kesalahan lain yang Bremner utarakan dalam buku tersebut adalah
ambiguitas. Menurutnya, ambiguitas dapat terjadi karena penulisan nama
yang terlalu singkat. Contoh:
Broad to Be Honored as Man of The Year.
Kata broad dalam judul yang dicontohkan Bremner ini dapat berupa kata
sifat atau nama belakang seseorang. Penyebab ambiguitas lainnya adalah
kesalahan pengejaan seperti yang telah dicontohkan sebelumnya. Kesalahan-
kesalahan ini tentunya dapat membingungkan pembaca. Namun, Bremner
tidak menyebutkan cara-cara penulisan judul berita yang benar. Beliau hanya
menyebutkan kesalahan-kesalahan penulisannya saja.

2.4. Holes (2004)
Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties merupakan buku
karya Clive Holes yang menjelaskan tentang garis besar dari struktur bahasa
Arab modern yang digunakan oleh masyarakat Arab mulai akhir abad ke-19,
yang disebut bahasa Arab modern standar (modern standard Arabic,
disingkat menjadi MSA). Holes juga menjelaskan tentang The Language of
The Media (bahasa media) dan Journalism (jurnalisme). Dua subbab ini akan
penulis jelaskan dalam tinjauan pustaka karena dirasa masih berhubungan
dengan penelitian dalam skripsi ini.
11


Universitas Indonesia
Dalam subbab The Language of The Media (hlm. 314), Holes
menjelaskan bahwa bahasa Arab koran (newspaper Arabic) mulai
terbentuk sebagai gaya bahasa tersendiri pada awal abad 19 dengan berbagai
inovasi sintaksis dan penyusunan kata, karena jurnalisme perlahan-lahan
memisahkan diri dari gaya bahasa prosa Arab pada waktu itu yang berbunga-
bunga. Inovasi ini menuai kritik dari kaum puritan. Menurut Holes, saat ini,
pengaruh eksternal dalam bahasa Arab terlihat jelas dalam bahasa yang
digunakan dalam pers, televisi, dan radio. Holes juga menyatakan bahwa
terbentuknya bahasa Arab standar media (media MSA) yang terus menerus
ini tampaknya memiliki efek yang luas pada kosa kata (vocabulary), tata
bahasa (grammar), dan ungkapan (phraseology) bahasa Arab yang digunakan
oleh orang-orang Arab berpendidikan dalam banyak konteks lain, baik secara
tertulis maupun lisan. Pengaruh di arah sebaliknya, yaitu dari bahasa Arab
lisan ke bahasa Arab media, juga terjadi, meskipun lebih banyak secara tidak
langsung, yang terdiri dari penghindaran struktur dan kosakata yang,
walaupun benar dan diterima sebagai MSA, dinodai ucapan sehari-hari
yang berasal dari dialek setempat. Pengaruh dialek ini biasa ditemukan di
tulisan-tulisan caption karikatur koran. Holes mencontohkan, di Mesir,
ungkapan sehari-hari ini terkadang digunakan dalam artikel koran yang tidak
terlalu berat, dan terutama jika ditujukan pada wanita, seperti di halaman
mode.
Menurut Holes, kebanyakan pelaporan berita dalam media Arab
merupakan berita-berita berbahasa Inggris dan Prancis yang diterjemahkan
dengan cepat dan seringkali secara harfiah. Dengan demikian, frasa-frasa
baru dicetuskan oleh para jurnalis dan dimasukkan dalam bahasa sehari-hari
tanpa adanya dukungan akademis. Beberapa pencetusan frasa itu dapat
terbatas pada satu negara tertentu, dan beberapa bahkan pada satu koran
tertentu. Terjemahan-terjemahan harfiah ini terkadang membingungkan
pembaca yang belum mengenal istilah-istilah asing (hlm. 315). Berikut
beberapa contohnya:


12


Universitas Indonesia

/ad-diblmsiyyah al-makkiyyah/
Shuttle diplomacy (kata /makk/ berarti shuttle dalam bahasa Inggris)


/as-sayyidah al-l/
First lady (ibu negara)


/aslihah ad-damr asy-syaml/
Weapons of mass destruction (senjata pemusnah massal)

Frasa-frasa di atas merupakan contoh penerjemahan harfiah frasa-frasa
asing ke bahasa Arab yang umum digunakan dalam media. Menurut Holes,
hasil penerjemahan harfiah ini tidak begitu asing bagi pembaca yang tidak
mengetahui bahasa asli dari mana frasa-frasa tersebut diterjemahkan. Selain
itu, terdapat perluasan makna dalam berbagai frasa seperti kata /tajmd/,
secara harfiah berarti membuat jadi padat. Namun kata ini mengalami
perluasan arti menjadi pembekuan, contohnya pembekuan aset dan parlemen.
Berikutnya dalam subbab Journalism, Holes menjelaskan bahwa dialek
amiyah yang tertulis dalam koran-koran dan majalah-majalah dibatasi pada
topik-topik yang tidak terlalu berat seperti olahraga dan mode, dan hal ini
hanya terjadi di negara Mesir (hlm.380). Politisi yang diwawancara secara
panjang lebar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari jurnalis secara spontan
menggunakan jenis dialek terpelajar, tapi jawaban-jawaban mereka hampir
selalu diterjemahkan ke dalam bahasa fusha selama menulis laporan berita di
majalah atau koran, sekalipun pertanyaan dan jawaban yang asli diberitakan
kata demi kata. J enis bahasa Arab yang muncul dari proses ini sesuai dengan
struktur permukaan bahasa Arab fusha (hlm. 381). Namun terkadang, dialek
amiyah sengaja dikutip dalam artikel bergambar untuk tujuan tertentu. Holes
mencontohkan sebuah artikel mengenai pemilu Lebanon dari koran Ash-
Sharq Al-Awsat pada tanggal 27 Agustus 1992 yang ditulis oleh jurnalis
Lebanon Basim Al-J isir. Dalam artikel itu, Al-J isir menyatakan bahwa
13


Universitas Indonesia
kehidupan politik saat ini sudah sangat ideologis dan terpisah dari keseharian
para pemilih. Hal ini ditegaskan ketika ia sejenak beralih dari bahasa fusha
dan mengutip perkataan berbahasa amiyah dari seorang wakil parlemen
Lebanon dari periode pra-perang saudaraberikut ini:

" , ,

! "...!
/allah yirham abk, sy biddak min kul halfalsafah, wa lsy am tishoibna bi
hasysyakal? yan biddha kull hannazhariyyt wa lliff wa ddawarn hatta
yiruf il-insn maslahtu wa tiruf il-hukmah wjibtaha?! khalln
albasth!.../
Demi Tuhan, apa gunanya semua filosofi ini, dan mengapa kau mempersulit
segalanya? Apakah hal ini membutuhkan semua teorisasi ini dan
membingungkan diri sendiri bagi siapapun untuk mengetahui apa yang ada
dalam kepentingannya dan bagi pemerintah untuk mengetahui apa tugasnya?!
Biarlah semuanya sederhana!...

Perkataan di atas memberikan pesan bahwa rakyat biasa pun dapat memberikan
pelajaran politik yang lebih mudah daripada teori yang berbelit-belit. Nada jengkel
yang tercermin dalam kutipan tersebut juga 2Tterdapat dalam sebuah jenis2T 2Tteks2T
2Tkoran yang menggunakan2T 2Tdialek2T amiyah yang ber2Tvariasi2T 2Tdi seluruh dunia
Arab2T, yakni 2Tkata-kata2T 2Ttulisan tangan2T 2Tyang muncul2T 2Tdari mulut2T 2Tkarakter kartun2T
yang 2Tberkomentar2T atau 2Tmenyindir2T 2Tperistiwa2T 2Tpolitik dan sosial2T 2Tsaat ini2T.

2.5. Suleiman (1999)
Arabic Language and Linguistics merupakan sebuah buku mengenai
gramatika dan linguistik Arab ditinjau dari perspektif teoretis dan deskriptif.
Buku tersebut disunting oleh Yasir Suleiman dan diterbitkan oleh Curzon
Press, Surrey, Inggris pada tahun 1999. Dalam buku ini, terdapat sebuah bab
yang sangat penting dan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu The Syntax of
Arabic Headlines and News Summaries yang ditulis oleh J anet Watson dan
merupakan bab 8 dalam buku ini.
14


Universitas Indonesia
Dalam bab tersebut, Watson menyebutkan tiga struktur sintaksis dasar
yang digunakan dalam judul-judul berita berbahasa Arab. Yaitu frasa nomina,
klausa nominal tanpa verba, dan klausa nominal yang subjeknya diikuti oleh
verba imperfektif ( /fil mudhri/ dalam bahasa Arab). Penjelasan
mengenai tiga struktur tersebut akan dijelaskan dalam bab kerangka teori.

2.6. Ningsih (2009)
Skripsi karya Durriyatin Ningsih berjudul Analisis Judul Berita Bahasa
Arab Jurnalistis: Studi Kasus pada Al-Jazirah merupakan kajian terdahulu
yang membahas judul berita berbahasa Arab. Perbedaan penelitian ini
terletak pada objek kajian dan ruang lingkup penelitian. J ika skripsi terdahulu
ini mengkaji media cetak, yaitu koran Al-J azirah dari Arab Saudi, penulis
mengkaji media online, yaitu situs resmi Al-J azeera Media Network. Ruang
lingkup kajian yang dilakukan Ningsih lebih kompleks, yakni sintaksis dan
semantis. Sedangkan ruang lingkup kajian penulis lebih sederhana, yakni
hanya memfokuskan kepada struktur sintaksis atau tata bahasa dalam judul
berita.
Dari sudut pandang sintaksis, Ningsih mengemukakan struktur judul-
judul berita Al-J azirah yang berupa klausa dan kalimat. Pola kalimat yang
seringkali digunakan adalah kalimat nominal atau dalam bahasa Arab disebut
jumlah ismiyah dengan pola urutan (S +P : V). Pola ini merupakan pola
kalimat aktif. Dalam sudut pandang jurnalistik, pola kalimat aktif selaras
dengan prinsip piramida terbalik, yakni bagian induk berada di awal kalimat
yaitu subjek dan predikat, sehingga para pembaca dapat langsung memahami
pelaku maupun peristiwa yang dipublikasikan.
Contoh dari salah satu judul yang diteliti:

/bm yughdiru rasmiyyan majlisu al-syuykhi wa yusydu bi wilyati
llnu/
Obama (dia lk.)-meninggalkan resmi dewan senat dan (dia lk.)-bergabung
dengan wilayah Illinois
Obama Resmi Tinggalkan Senat dan Bergabung dengan Wilayah Illinois
15


Universitas Indonesia

J udul di atas merupakan kalimat nominal (jumlah ismiyah), yaitu
fungsi subjek ( /bm/ Obama) mendahului predikat. Menurut Ningsih,
judul ini termasuk kalimat efektif jurnalistik karena terdapat kesatuan
gagasan dan kepaduan kalimat. Kesatuan gagasan dalam judul di atas dapat
terlihat dari susunan kalimat utuh yang terdiri atas subjek, predikat dan
keterangan. Keterangan yang terdapat dalam judul ini adalah keterangan
tempat atau istilah lainnya adverbia lokatif ( /bi wilyati llnu/
dengan wilayah Illinois), sedangkan subjeknya (fail) adalah /bm/
Obama dan predikat berupa frasa verbal (
/yughdiru rasmiyyan majlisu al-syuykhi wa yusydu/ resmi tinggalkan senat
dan bergabung). J adi, struktur judul berita di atas adalah K =Adv +S +P :
FV. Koherensi atau kepaduan kalimat judul terlihat dari posisi kata
penghubung atau konjungsi seperti kata /wa/ dan serta kata /bi/
dengan yang telah sesuai dengan posisinya.
Dalam hasil penelitiannya, Ningsih menyatakan bahwa tidak terdapat
kesalahan-kesalahan sintaksis dalam judul berita koran Al-J azirah. Kesalahan
sintaksis dalam judul berita akan membingungkan pembacanya. Ningsih juga
menganalisis judul-judul berita koran Al-J azirah dari segi karakteristik judul
berita. Karakteristik itu adalah formal dan spesifik. Formal, artinya judul-
judul berita langsung menukik pada pokok persoalan dan menghindari kata
basa-basi yang tidak perlu. Sedangkan spesifik berarti judul-judul tersebut
mengandung kata-kata khusus, yaitu kata-kata yang sempit ruang lingkupnya.

2.7. Sintesis
Kajian mengenai judul berita, baik bahasa Arab maupun non-Arab,
bukanlah sesuatu yang baru. Telah dilakukan kajian terdahulu mengenai
judul berita, seperti kajian yang dilakukan oleh Durriyatin Ningsih. J udul
berita juga diteliti dan dianalisis dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Ningsih mengkaji dari sudut pandang sintaksis dan semantis, sementara J ohn
B. Bremner mengkajinya dari segi kesalahan penulisan, baik kesalahan
sintaksis, ambiguitas, maupun bentuk-bentuk kesalahan lainnya. Dari sekian
16


Universitas Indonesia
banyak sumber pustaka yang telah disajikan, penulis menjadikan buku
Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties karya Clive Holes dan
skripsi karya Durriyatin Ningsih sebagai acuan utama dalam penelitian ini.



17
Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA TEORI

3.1. Pengantar
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang dipergunakan
penulis dalam penyusunan skripsi ini, yaitu bahasa jurnalistik dan teori sintaksis
dalam bahasa Arab. Penggunaan bahasa Arab dalam media dan struktur sintaksis
judul berita bahasa Arab juga akan dibahas dalam bab ini. Hal-hal mengenai
bahasa jurnalistik yang akan dijelaskan dalam bab ini adalah kalimat efektif
jurnalistik, karakteristik bahasa jurnalistik, dan karakteristik judul berita.
Diharapkan, penjelasan teori ini dapat menjadi acuan penulis untuk mendapatkan
gambaran umum yang jelas sebelum memasuki tahap analisis.

3.2. Selayang Pandang Al-Jazeera dan Pentingnya Judul
Al-J azeera Media Network diluncurkan pada tanggal 1 November 1996 dan
merupakan salah satu jaringan media Timur Tengah yang terbesar dan paling
modern di J azirah Arab. Secara keseluruhan, Al-J azeera Media Network memiliki
beberapa saluran atau channel, yaitu Al-J azeera TV yang merupakan saluran TV
utama, beIN Sport yakni saluran olahraga global milik Qatari Sports Investments
(afiliasi dari Al-J azeera Media Network) dan beIN Sports Arabia yang merupakan
versi bahasa Arabnya, Al-J azeera Mubasher (live), Al-J azeera Childrens Channel
(J CC) untuk anak-anak, Al-J azeera English, Al-J azeera Documentary Channel
yang dikhususkan untuk tayangan-tayangan dokumenter, Al-J azeera Training
Center yaitu pelatihan jurnalistik, media, perfilman dan kebahasaan termasuk
penerjemahan dan interpreting, Al-J azeera Mubasher Misr yang difokuskan pada
Mesir, Al-J azeera Balkans dengan kantor pusat di Sarajevo, Bosnia-Herzegovina,
Al-J azeera America yang berpusat di New York, Amerika Serikat, dan saluran-
saluran baru yang masih dalam proses pembuatan seperti Al-J azeera Kiswahili
yang berpusat di Afrika Timur dan Al-J azeera Trk yang berbahasa Turki. Al-
J azeera Media Network juga memiliki situs pembelajaran
18


Universitas Indonesia
bahasa Arab untuk para jurnalis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
yang ingin mempelajari bahasa Arab.
Dalam situs resminya, Al-J azeera memiliki beberapa rubrik berita dan artikel.
Antara lain /arab/ (dunia Arab), /dawl/ (internasional),
/taqrr wa hiwrt/ (laporan dan dialog), /jawwalah ash-shihfah/
(press tour atau kunjungan pers), /hurriyt wa huqq/ (hak asasi
manusia), /ulm wa tiknljiy/ (ilmu pengetahuan dan teknologi),
/riydhah/ (olahraga), /thibb wa shihhah/ (kedokteran dan
kesehatan), /al-iqtishd/ (ekonomi), /munawwit/ (features), dan
rubrik /al-mazd/ atau tambahan yaitu /tsaqfah wa fann/ (budaya
dan seni), /istithl ray/ (jajak pendapat atau polling), /bi al-
hijr/ yaitu berita-berita dan artikel-artikel mengenai sejarah dunia Arab dan
Islam, /krktr/ (karikatur), dan /albm ash-shuwar/ (album
foto). Pembagian berita-berita yang diterbitkan ke dalam rubrik-rubrik ini
bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mencari berita-berita terkini atau
menarik.
Terdapat beberapa faktor yang membedakan Al-J azeera Media Network
dengan media lainnya. Faktor yang pertama adalah pemberitaannya yang cepat,
gesit, dan langsung dari suara rakyat. Faktor yang kedua adalah independensi para
wartawannya. Para wartawan Al-J azeera Media Network tidak tunduk kepada
kepentingan pemodalnya, yakni negara Qatar. Contohnya, ketika Emir Qatar
Tamim bin Hamad Al-Thani berkunjung ke J akarta pada tanggal 18 Mei 2009
yang lalu
1
, para wartawan Al-J azeera tidak diperintahkan untuk meliput karena
kunjungan tersebut dianggap tidak ada nilai jual dan nilai jurnalistiknya. Mereka
hanya meliput jika dalam kunjungan tersebut terdapat hal istimewa atau menarik
untuk dibicarakan. Hal ini sangat berbeda dengan jaringan media lainnya di Timur
Tengah, bahkan juga di Indonesia, yang sangat berpihak kepada kepentingan
pemilik.
2
Faktor yang ketiga, Al-J azeera Media Network lebih mengutamakan
untuk mengangkat topik yang tidak dijamah oleh kebanyakan media. Para kru dan
jurnalis Al-J azeera Media Network selalu berusaha untuk segera memperoleh

1
Emir Qatar ke Indonesia dan Malaysia. 18 Mei 2009.
(http://nasional.kompas.com/read/2009/05/18/2319281/emir.qatar.ke.indonesia.dan.malaysia)
2
Anan Nurdin. Wawancara via Blackberry Messenger. 10 Februari 2014.
19


Universitas Indonesia
informasi dari narasumber pertama.
3
Salah satu aktivitas dalam jurnalisme adalah menulis berita. Dalam proses
penulisan sebuah berita, judul merupakan hal yang sangat penting. Karena judul
adalah identitas sebuah berita, yang berarti bahwa judul merupakan cerminan dari
isi berita yang disampaikan. Terdapat beberapa pendapat mengenai pentingnya
judul dalam sebuah tulisan, baik berita maupun artikel lainnya. Dr. Merlin R.
Mann dalam artikelnya Headlines menyatakan bahwa pentingnya judul tidak
dapat diremehkan. Bagi banyak editor, judul ibarat beban tambahan, karena yang
diutamakan adalah artikel yang ditulis. J udul terlalu sering ditulis terakhir dan
seringkali ditulis dalam keadaan terburu-buru di bawah tekanan tenggat waktu
atau deadline. Padahal, sebagai contoh, ketika seorang pembaca membuka atau
membentangkan surat kabar, yang ia lihat pertama kali adalah foto dan judul
beritanya. Dua hal ini merupakan titik masuk pertama bagi pembaca. Orang-orang
yang sibuk memindai surat kabar, mengamati foto-foto, judul-judul berita, dan
teks-teks pendamping gambar atau foto untuk menentukan apakah mereka akan
membaca keseluruhan berita atau tidak. Foto, judul, dan teks pendamping inilah
faktor yang menentukan keputusan itu. Maka demikian, tiga hal ini bisa saja lebih
penting daripada paragraf-paragraf dalam sebuah teks berita. Dan mungkin saja,
lebih banyak pembaca yang melihat judul dan teks pendamping foto di halaman
pertama daripada grafik pertama dalam berita utama.
Kegiatan memperoleh informasi ini disebut
jurnalisme.
4

3
Ragile. Kisah Sukses Al Jazeera Network (Inspirasi Untuk Metro TV dan TV One). 2011.
(http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/02/11/kisah-sukses-al-jazeera-network-
inspirasi-untuk-metro-tv-dan-tv-one-340012.html)
Sedangkan Brian Clark
dalam artikelnya How to Write Headlines That Work mengatakan bahwa judul
merupakan kesan pertama dan mungkin satu-satunya yang dibuat seorang penulis
kepada calon pembacanya. Tanpa judul yang menarik, pembaca tidak akan
menghiraukan isi dari artikel atau tulisan itu. Clark juga menyatakan bahwa judul
tidak sekedar menarik perhatian saja, tapi juga harus mengkomunikasikan sebuah
pesan kepada audiens atau pemirsa yang dituju, serta harus dapat memikat
4
Merlin R. Mann. Headlines.
(http://www.columbia.edu/itc/journalism/isaacs/client_edit/Headlines.html)
20


Universitas Indonesia
pembaca untuk membaca keseluruhan tulisan.
5
J eff Goins dalam artikelnya 5 Easy
Tricks to Write Catchy Headlines berpendapat bahwa judul merupakan bagian
paling penting dari penulisan artikel, namun sering diabaikan. Padahal judul
sangat dibutuhkan untuk mengajak pembaca membaca keseluruhan artikel yang
ditulis. Goins pun mengatakan bahwa judul lebih penting daripada isi atau desain
yang bagus.
6
Pendapat lainnya mengenai pentingnya judul dikemukakan oleh Fenny
Wongso dalam artikelnya Pentingnya Judul dalam Sebuah Tulisan. Fenny
mengatakan bahwa saat menulis artikel, jurnal, maupun buku, salah satu bagian
yang sulit adalah menentukan judul yang tepat untuk tulisan itu. J udul harus
menarik perhatian para pembaca dan relevan dengan isi tulisan. Terlebih jika
menulis tentang suatu isu atau topik yang sedang hangat dibicarakan, judul
merupakan hal yang sangat penting.

7
J udul tulisan atau artikel mempunyai roh
bagi isi yang dikandungnya. J udul tulisan harus mewakili isi tulisan. Pembaca
akan kecewa jika judul tulisan atau artikel yang dibaca sangat menarik namun
isinya tidak sesuai atau relevan dengan judulnya. J udul tulisan mempunyai
peranan yang sangat besar untuk mencapai suatu tujuan tulisan yang akan
diraihnya. Bagi seorang penulis artikel, judul dimaksudkan untuk mengarahkan
dan mengambil hati calon pembacanya pada tulisan yang disajikan.
8
Alfan Fikri
dalam artikelnya 8 Tips dan Cara Membuat Judul yang Menarik Minat Pembaca
mengibaratkan judul tulisan atau artikel sebagai pintu masuk bagi para pembaca,
dan konten tulisan atau artikel sebagai isi di balik pintu tersebut. Isi artikel yang
tidak sesuai dengan judul dapat mengecewakan pembaca, dan karenanya perlu
diperhatikan.
9
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa judul merupakan
bagian atau aspek yang sangat penting dalam penulisan sebuah berita, sehingga
judul dalam sebuah berita tidak dapat diabaikan dan harus benar-benar


5
Brian Clark. How to Write Headlines That Work. (http://www.copyblogger.com/how-to-write-
headlines-that-work/)
6
J eff Goins. 5 Easy Tricks to Write Catchy Headlines. (http://goinswriter.com/catchy-headlines/)
7
Fenny Wongso. Pentingnya Judul dalam Sebuah Tulisan. 2012.
(http://fennywongso.com/pentingnya-judul-dalam-sebuah-tulisan/)
8
Sugeng Bralink. Pentingnya Sebuah Judul. 2011.
(http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/12/01/pentingnya-sebuah-judul-417392.html)
9
Alfan Fikri. 8 Tips dan Cara Membuat Judul yang Menarik Minat Pembaca. 2012.
(http://blogedek.blogspot.com/2012/09/tips-cara-membuat-judul-menarik.html)
21


Universitas Indonesia
diperhatikan karena judul mencerminkan kesan pertama sebuah berita. Terlebih
jika menulis berita yang sedang hangat dibicarakan, judul merupakan hal yang
sangat penting.
Secara umum, sebuah judul merupakan kumpulan kata yang sangat penting
dan mewakili sebuah tulisan, topik atau berita. J udul berfungsi menyiratkan
permasalahan yang akan dibahas. J udul merupakan nama yang dipakai untuk
sebuah buku, bab dalam buku, kepala berita dan lain-lain, dan merupakan
identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis atau berita. J udul bersifat
menjelaskan dan menarik perhatian sehingga mengundang orang untuk membaca
isinya. Dalam sebuah artikel, judul sering disebut sebagai kepala tulisan. Dalam
sebuah berita, judul sering disebut sebagai headline atau kepala berita. Sebuah
judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca untuk mengetahui seluruh
berita yang diwakilinya. J udul merupakan ciri-ciri dari berita yang diwakilinya.
Dengan membaca judulnya saja, diharapkan pembaca sudah dapat
membayangkan apa yang akan diuraikan dalam isi berita tersebut.

3.3. Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik didefinisikan oleh AS Haris Sumadiria sebagai bahasa
yang digunakan oleh para wartawan, redaktur, atau pengelola media massa dalam
menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta
laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik
dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.
10

Bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri sendiri yang membedakannya dengan ragam
bahasa lainnya. Ciri-ciri ragam bahasa jurnalistik adalah sesuai dengan tujuan
tulisan jurnalistik dan siapa pembaca ragam jurnalistik itu.
11
Prof. J ohn Hohenberg menyatakan bahwa tujuan semua penulisan karya
jurnalistik adalah menyampaikan informasi, opini, dan ide kepada pembaca secara
umum.

12

10
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 7
Lalu, informasi itu harus disampaikan dengan teliti, ringkas, jelas,
mudah dimengerti, dan menarik. Kata teliti berarti informasi yang disampaikan
11
Abdul Chaer. Bahasa Jurnalistik (J akarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 2
12
Ibid.
22


Universitas Indonesia
harus benar, akurat, dan tidak ada rekayasa berita. Ringkas dan jelas berarti
kalimat yang digunakan tidak bertele-tele, kata-kata yang digunakan tepat secara
semantik dan gramatikal. Lebih jauh, ringkas berarti langsung kepada pokok
masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan
waktu pembaca yang sangat berharga.
13
J elas berarti mudah ditangkap
maksudnya, tidak baur dan kabur. Menurut Sumadiria, kata jelas dalam bahasa
jurnalistik memiliki tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya
sesuai dengat kaidah subjek-predikat-objek-keterangan (SPOK), jelas sasaran atau
maksudnya
14
. Selanjutnya, mudah dimengerti, berarti pembaca tidak perlu buang
energi mencari makna kata atau kalimat yang digunakan. Bahasa jurnalistik selalu
mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui
maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen. Kata-kata dan kalimat
yang rumit dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang tidak digunakan dalam
bahasa jurnalistik. Setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam
karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, mata, dan benak pikiran khalayak
pembaca, pendengar, atau pemirsa.
15
Lalu, menarik berarti berita yang
disampaikan disusun dalam kalimat-kalimat atau kata-kata yang menarik sehingga
orang ingin membacanya. Bahasa jurnalistik harus mampu membangkitkan minat
dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang
sedang tertidur, terjaga seketika.
16
Pembaca ragam bahasa jurnalistik adalah semua anggota masyarakat pada
umumnya. Siapa saja boleh dan dapat menjadi pembaca karya jurnalistik. Bahasa
jurnalistik merupakan bahasa yang demokratis, karena bahasa ini tidak mengenal
tingkat, pangkat, dan kasta. Sebagai contoh, kucing makan, saya makan, guru
makan, gubernur makan, menteri makan, presiden makan, raja makan. Semua
diperlakukan sama dan setara tanpa ada yang diistimewakan atau ditinggikan
derajatnya. Bahasa jurnalistik juga bersifat populis, artinya tidak mengenal
perbedaan dalam masyarakat, antara yang kaya dengan yang miskin, atau pejabat


13
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 14
14
Ibid, hlm. 15
15
Ibid, hlm. 17
16
Ibid, hlm. 16
23


Universitas Indonesia
dengan rakyat jelata. Tidak ada satu pun kelompok atau individu masyarakat yang
diistimewakan atau ditinggikan derajatnya dalam bahasa jurnalistik.
3.3.1. Kalimat Efektif Jurnalistik
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan
sebuah kalimat. Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat
haruslah dipilih dengan tepat, agar kalimat tersebut jelas maknanya. Kalimat
yang benar dan jelas akan mudah dipahami orang lain dengan tepat. Kalimat
seperti ini disebut kalimat efektif. Suroso mendefinisikan kalimat efektif
sebagai kalimat yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan
penulis atau penutur sehingga pembaca atau pendengar dapat memahami
gagasan yang terungkap dalam kalimat tersebut sebagaimana gagasan yang
dimaksudkan oleh penulis atau penutur.
17
Terdapat beberapa karakteristik
kalimat efektif yang akan dibahas di sini, yaitu: (1) kesatuan atau
kesepadanan, (2) kepaduan atau koherensi, (3) kesejajaran atau keparalelan,
(4) penekanan, dan (5) kelogisan atau kenalaran.
18
a. Kesatuan atau Kesepadanan

Kriteria pertama sebuah kalimat efektif adalah kesatuan gagasan.
Artinya, setiap kalimat harus mempunyai gagasan pokok yang jelas
dan utuh. Gagasan pokok dapat berjumlah satu, dua, atau bahkan lebih.
Kesatuan gagasan dalam kalimat dapat ditentukan oleh dua faktor,
yaitu: (1) situasi kalimat, (2) kejelasan makna dalam kalimat. Kesatuan
gagasan dalam kalimat harus tercermin pula dalam struktur kalimat
yang baik. Artinya, kalimat itu harus mempunyai unsur-unsur subjek
dan predikat, atau dapat pula ditambah dengan objek, keterangan, dan
pelengkap. Semua unsur ini melahirkan keterpaduan arti yang
merupakan ciri keutuhan kalimat.
Sebagai contoh: Presiden terbang ke Surabaya Senin pagi besok.
Kalimat ini sangat jelas struktur dan maknanya. Hubungan antarunsur

17
Suroso. Penggunaan Kalimat Efektif dalam Penulisan Karya Ilmiah (Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, n.d.), hlm. 1.
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/KALIMAT%20EFEKTIF.pdf)
18
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 57-62
24


Universitas Indonesia
yaitu subjek (presiden) dengan predikat (terbang), dan hubungan
predikat dengan objek (Surabaya) beserta keterangan (Senin besok),
merupakan kesatuan bentuk yang menciptakan kepaduan makna.
Sebaliknya, kesatuan bentuk dan kepaduan makna tidak terdapat dalam
kalimat ini: Surabaya Senin pagi besok terbang ke presiden.
19


b. Kepaduan atau Koherensi
Kesalahan penempatan kata-kata yang tidak sesuai, di depan, di
tengah, atau di belakang kalimat, merupakan isyarat tidak akan ada
atau tidak tercapainya unsur kepaduan atau koherensi dalam kalimat.
Kesalahan lain, biasanya terlihat pada penempatan preposisi atau kata
depan, konjungsi atau kata penghubung, dan kata-kata tugas. Kalimat
yang tidak padu, yang tidak koheren antarunsurnya, tidak termasuk ke
dalam kalimat efektif.
20
Contoh kalimat jurnalistik tidak padu:

Presiden meminta tidak ragu-ragu Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) bahwa perkara-perkara korupsi yang menjadi perhatian
masyarakat mengambil alih, meskipun pihak kepolisian atau kejaksaan
sedang ditangani.

Contoh kalimat jurnalistik padu:

Presiden meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak ragu-
ragu mengambil alih perkara-perkara korupsi yang menjadi perhatian
masyarakat, meskipun kasus tersebut sedang ditangani pihak
kepolisian atau kejaksaan.

c. Kesejajaran atau Keparalelan
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk gramatikal yang sejajar
atau sama untuk unsur-unsur kalimat yang mempunyai bagian atau
jabatan yang sama. Contohnya, bila salah satu dari gagasan itu

19
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 59
20
Ibid.
25


Universitas Indonesia
menggunakan nomina atau kata benda, maka kata-kata yang lain yang
menduduki jabatan yang sama juga harus menggunakan nomina.
Tanpa kesejajaran atau paralisme, sebuah kalimat hanya akan menjadi
deretan kata yang sulit dipahami maksud dan maknanya. J ika frasa
pertama memakai imbuhan di-kan atau me-kan, maka frasa kedua dan
ketiga juga harus menggunakan imbuhan di-kan atau me-kan.
21


Contoh kalimat tidak sejajar:

Walikota meminta para camat untuk menindak stafnya yang tidak
disiplin, lurah yang lalaikan tugas ditegur, dan memberi sanksi yang
tegas harus berani siapa pun bawahan yang terbukti tidak memberikan
kinerja yang baik kepada masyarakat dan pelayanan memuaskan.

Contoh kalimat sejajar:

Walikota meminta para camat untuk menindak stafnya yang tidak
disiplin, menegur lurah yang melalaikan tugas, dan bahkan harus
berani memberikan sanksi tegas kepada siapa pun aparat bawahannya
yang terbukti tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik dalam
memberikan pelayanan memuaskan kepada masyarakat.

d. Penekanan
Memberikan tekanan pada bagian-bagian tertentu yang dianggap
penting oleh penulis atau jurnalis atau harus mendapat perhatian
khusus oleh khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa, dalam bahasa
jurnalistik disebut penekanan, titik berat, atau empasis. J ika subjek
yang ingin kita tonjolkan, maka subjek ditempatkan pada awal kalimat.
J ika predikat yang ingin kita angkat karena mengandung nilai berita
besar, misalnya, maka predikat itulah yang ditempatkan di awal
kalimat. Begitu juga jika kita ingin menonjolkan unsur objek atau
keterangan waktu dan tempat. Cara ini disebut dengan pemindahan
posisi dalam kalimat.

21
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 60
26


Universitas Indonesia
Cara lainnya dalam memberikan penekanan ini adalah dengan
menempatkan deretan kata atau frasa mengikuti urutan logis. Urutan
logis biasanya disusun secara kronologis. Selain itu, penekanan juga
dapat diberikan dengan cara melakukan pengulangan kata untuk
memberi kesan penegasan pada frasa atau klausa yang dianggap
penting.
22
Contoh penekanan posisi dalam kalimat:
Penekanan subjek:

Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, mendukung konsep
megapolitan yang diajukan Gubernur DKI J akarta Sutiyoso, jika hal itu
sebatas kerja sama pembangunan wilayah dan tidak mengambil alih
administrasi pemerintah J awa Barat.

Penekanan predikat:

Jika sebatas kerja sama pembangunan wilayah dan tidak
mengambil alih administrasi pemerintah J awa Barat, Gubernur J awa
Barat Danny Setiawan mendukung konsep megapolitan yang diajukan
Gubernur DKI J akarta Sutiyoso.
Penekanan objek:

Konsep megapolitan yang diajukan Gubernur DKI J akarta
Sutiyoso, didukung oleh Gubernur J awa Barat jika hal itu sebatas kerja
sama pembangunan wilayah dan tidak mengambil alih administrasi
pemerintah J awa Barat.

Contoh penekanan urutan logis:

Menurut para saksi mata, sebelum terjadi longsor, terdengar bunyi
gemuruh dari atas bukit, getaran tanah yang cukup hebat, dan
beberapa penggali pasir lari tunggang langgang menyelamatkan diri
ke tempat yang aman. Sayang, tak semua penggali sempat
menyelamatkan diri. Dua belas penggali pasir tewas dalam musibah

22
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006, hlm. 61
27


Universitas Indonesia
bukit pasir longsor di Gunung Masigit Cipatat, Kabupaten Bandung
ini.
Contoh penekanan pengulangan kata:

Sebagai wakil rakyat, anggota DPR harus sering terjun ke desa-
desa, harus biasa bergaul dengan rakyat jelata, harus rajin
mendengarkan keluh-kesah kaum papa, harus siap membela orang-
orang kecil yang tertindas, dan harus berani pula mengkritik
pemerintah jika kebijakan yang digulirkan pemerintah itu ternyata
bertentangan dengan hak-hak dan kepentingan masyarakat miskin.

e. Kelogisan atau Kenalaran
Setiap kalimat jurnalistik yang ditulis oleh penulis, jurnalis, atau
editor, haruslah logis. Logis berarti kalimat yang disusun dapat
diterima logika akal sehat. Ketidaklogisan muncul dalam merangkai
kata, frasa, dan klausa sesuai dengan bentuk dan fungsinya. Akibatnya,
kalimat-kalimat jurnalistik yang kita baca menjadi terasa aneh, janggal,
dan menyesatkan.
23


Contoh kalimat jurnalistik tidak logis:

Dalam lomba mengarang cerita pendek siswa SLTA tingkat
provinsi ini, panitia menyediakan banyak-banyak piala dan hadiah.
Penulis terbaik ke-I mendapat Rp 5 juta plus piala dari gubernur,
penulis terbaik ke-II Rp 4 juta plus piala dari wakil gubernur, dan
penulis terbaik ke-III Rp 3 juta plus piala dari wali kota. Sedangkan
juara harapan satu sampai dengan harapan ketiga mendapat Rp 1,5
juta, piala dari kepala dinas pendidikan, ditambah hadiah dari sponsor
masing-masing berupa radio tape recorder seharga Rp 750 ribu.

Kalimat di atas tidak logis karena kata terbaik berarti tertinggi,
paling tinggi nilainya, teratas, dan paling atas. Konotasi kata terbaik
hanya menunjuk kepada seorang individu secara tunggal, bukan

23
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 62
28


Universitas Indonesia
beberapa orang atau jamak (plural). J adi, tidak logis dikatakan terbaik,
namun pelakunya lebih dari satu. Penulisan terbaik ke-I, ke-II, ke-III
juga rancu, karena I, II, dan III tidak bisa dirangkaikan dengan
imbuhan ke-. Penulisan kata banyak-banyak tidak baku. Selain itu,
kalimat terakhir menyesatkan, seolah-olah juara harapan pertama
sampai ketiga memperoleh hadiah dari sponsor masing-masing atau
dari tiga sponsor yang berbeda. Padahal sponsor yang memberikan
hadiah hanya satu. Sponsor inilah yang memberikan hadiah radio tape
recorder kepada ketiga pemenang harapan.

Contoh kalimat jurnalistik logis:

Dalam lomba mengarang cerita pendek siswa SLTA tingkat
provinsi ini, panitia menyediakan piala dan hadiah. Juara pertama
mendapat Rp 5 juta plus piala dari gubernur, juara kedua Rp 4 juta
plus iala dari wakil gubernur, dan juara ketiga Rp 3 juta plus piala dar
walikota. Sedangkan juara harapan satu sampai dengan harapan tiga,
masing-masing memperoleh Rp 1,5 juta, piala dari kepala dinas
pendidikan, serta hadiah dari sponsor berupa radio tape recorder
seharga Rp 750 ribu.

3.3.2. Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Terdapat 17 karakteristik bahasa jurnalistik menurut AS Haris
Sumadiria, yaitu sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik,
demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari
kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat
aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah
teknis, dan tunduk kepada kaidah etika.
24

Berikut penjelasan mengenai
karakteristik-karakteristik tersebut.


24
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 14
29


Universitas Indonesia
a. Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau
kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca
yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun
karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang
rumit dan hanya dapat dipahami segelintir orang tidak digunakan dalam
bahasa jurnalistik.
25
b. Singkat

Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak
bertele-tele, tidak berputar-putar, dan tidak memboroskan waktu
pembaca. Ruangan yang tersedia pada kolom-kolom halaman koran,
tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan
beraneka ragam. Konsekuensinya, apapun pesan yang akan disampaikan,
tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.
26
c. Padat

Dalam konteks bahasa jurnalistik, padat berarti sarat informasi. Setiap
kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan
menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang
tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalimat yang singkat
tidak berarti memuat banyak informasi. Tetapi kalimat yang padat,
kecuali singkat juga mengandung lebih banyak informasi.
27
d. Lugas

Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme
atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak
pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari
kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata
tersebut.
28



25
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 14
26
Ibid.
27
Ibid, hlm. 15
28
Ibid.
30


Universitas Indonesia
e. Jelas
J elas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur.
Dalam konteks bahasa jurnalistik, jelas memiliki tiga arti: jelas artinya,
jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-predikat-
objek-keterangan (SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.
29
f. Jernih

J ernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak
menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti
prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan
kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda
tersembunyi di balik pemuatan suatu laporan kecuali fakta, kebenaran,
kepentingan publik.
30
g. Menarik

Bahasa jurnalistik harus menarik, yang berarti mampu
membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera
baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika. Bahasa
jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman atau bahkan
cubitan sayang, bukan dengan wajah tegang atau kepalan tangan dengan
pedang. Karena itulah, sekeras apapun bahasa jurnalistik, ia tidak akan
dan tidak boleh membangkitkan kebencian serta permusuhan dari
pembaca dan pihak manapun. Bahasa jurnalistik memang harus
provokatif, tetapi tetap merujuk kepada pendekatan dan kaidah normatif.
Tidak semena-mena, tidak pula bersikap durjana.
31
h. Demokratis

Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah
demokratis, yang berarti bahwa bahasa jurnalistik tidak mengenal
tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan
yang disapa seperti yang terdapat dalam gramatika bahasa Sunda dan
J awa.

29
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm 15.
30
Ibid.
31
Ibid, hlm. 16
31


Universitas Indonesia
Bahasa jurnalistik memperlakukan siapapun, baik presiden, tukang
becak, pengemis, maupun pemulung secara sama. J ika dalam berita
disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak boleh
diganti dengan kata bersabda. Presiden dan pengemis, keduanya tetap
harus ditulis mengatakan. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan
diskriminatif dalam penulisan berita, laporan, gambar, karikatur, atau teks
foto.
Secara ideologis, bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki
kedudukan yang sama di sepan hukum sehingga orang itu tidak boleh
diberi pandangan serta perlakuan yang berbeda. Semuanya sejajar dan
sederajat. Hanya perspektif nilai berita (news value) yang membedakan di
antara keduanya.
32
i. Populis

Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat
dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, mata, dan benak
pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Bahasa jurnalistik
harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan
masyarakat.
33
j. Logis

Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau
paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan
akal sehat (common sense). Bahasa jurnalistik harus dapat diterima dan
sekaligus mencerminkan nalar. di sini berlaku hukum logika. Sebagai
contoh, sangat tidak logis jika dalam sebuah berita dikatakan: jumlah
korban tewas dalam musibah longsor dan banjir bandang itu 225 orang
namun sampai berita ini dturunkan belum juga melapor, karena tidak
mungkin korban yang sudah tewas bisa melapor.
34




32
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 17
33
Ibid.
34
Ibid.
32


Universitas Indonesia
k. Gramatikal
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apapun yang dipakai dan
dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa
serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan
istilah yang menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar
pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau
kelompok masyarakat.
35
Contoh bahasa jurnalistik non-baku atau tidak gramatikal:

Ia bilang, presiden menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan
menjadi 15 persen dari total APBN dalam tiga tahun ke depan.

Contoh bahasa jurnalistik baku atau gramatikal:

Ia mengatakan, presiden menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan
menjadi 15 persen dari total APBN dalam tiga tahun ke depan.
l. Menghindari Kata Tutur
Kata tutur adalah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-
hari secara informal, yakni kata-kata yang digunakan dalam percakapan
di warung kopi, terminal, bus kota, atau pasar.
36
m. Menghindari Kata dan Istilah Asing
Kata tutur hanya
menekankan pada pengertian, bukan struktur dan tata bahasa. Contoh
kata-kata tutur: bilang, dibilangin, bikin, dikasih tahu, kayaknya,
makanya, jontor, kelar.
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar
harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya.
Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak
informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan.
37
n. Pilihan Kata (Diksi) yang Tepat

Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang
disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari

35
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 18
36
Ibid.
37
Ibid, hlm. 19
33


Universitas Indonesia
asas efektivitas. Artinya, setiap kata yang dipilih harus tepat dan akurat
sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada
khalayak. Dalam bahasa jurnalistik, pilihan kata atau diksi tidak sekadar
hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang
didasarkan kepada pertimbangan matang untuk mencapai efek optimal
terhadap khalayak.
Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik
dapat berakibat fatal. Istilah diksi bukan saja digunakan untuk
menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu
ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa,
dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam
pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang
khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari
diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau
karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
38
o. Mengutamakan Kalimat Aktif

Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak
pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh, presiden mengatakan,
bukan dikatakan oleh presiden. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan
katanya dan kuat maknanya. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian
dan memperjelas pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan
pengertian dan mengaburkan pemahaman.
39
p. Menghindari Kata atau Istilah Teknis
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus
sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, dan tidak membingungkan.
Salah satu cara untuk memenuhi ciri-ciri tersebut adalah dengan
menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Bagaimanapun,
kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas
tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut

38
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 19.
39
Ibid, hlm. 20
34


Universitas Indonesia
perspektif filsafat bahasa, tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang
heterogen.
Sebagai contoh, berbagai istilah teknis dalam dunia kedokteran atau
mikrobiologi tidak akan dapat dipahami maksudnya oleh khalayak
pembaca apabila dipaksakan untuk dimuat dalam berita, laporan, atau
tulisan pers. Agar mudah dicerna dan dipahami maksudnya, istilah-istilah
teknis itu harus diganti dengan istilah yang bisa dipahami oleh
masyarakat umum. Kalaupun tak terhindarkan, maka istilah teknis itu
harus disertai penjelasan yang ditempatkan dalam tanda kurung.
40
q. Tunduk kepada Kaidah Etika

Salah satu fungsi pers adalah edukasi (mendidik). fungsi ini bukan
saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-
artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa
tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran seseorang tetapi
sekaligus juga menunjukkan etika orang itu.
Sebagai guru bangsa dengan fungsinya sebagai pendidik, pers wajib
menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa
pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh
menuliskan kata-kata yang tidak sopan, vulgar, sumpah serapah, hujatan
dan makian yang sangat jauh dari norma sosial, budaya, dan agama. Pers
juga tidak boleh menggunakan kata-kata porno dan berselera rendah
lainnya dengan maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi
seksual khalayak pembaca. Kata-kata yang vulgar atau menjurus
pornografi biasanya lebih banyak ditemukan pada pers populer lapis
bawah.
41


3.3.3. Karakteristik Judul Berita
J udul adalah identitas berita. Tanpa judul, berita sehebat apapun tidak
ada artinya. J udul berita sangat mendasar dilihat dari dua sisi kepentingan.
Pertama, bagi berita itu sendiri. Tanpa judul, berita menjadi sesuatu yang

40
AS Haris Sumadiria. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm. 20
41
Ibid, hlm. 21
35


Universitas Indonesia
anonim, tidak dikenal, dan abstrak. Kedua, bagi khalayak pembaca. J udul
adalah pemicu daya tarik pertama bagi pembaca untuk membaca suatu berita
atau justru segera melewati dan melupakannya. Menurut AS Haris Sumadiria,
judul berita yang baik harus memenuhi delapan syarat: (1) provokatif, (2)
singkat dan padat, (3) relevan, (4) fungsional, (5) formal, (6) representatif, (7)
menggunakan bahasa baku, dan (8) spesifik.
42
a. Provokatif
Berikut penjelasan mengenai
syarat-syarat tersebut.
Provokatif berarti judul yang kita buat harus mampu
membangkitkan minat dan perhatian sehingga khalayak pembaca
tergoda untuk membaca berita yang kita tulis.
43
b. Singkat dan Padat

Singkat dan padat berarti tegas, lugas, terfokus, menukik pada
pokok intisari berita, dan tidak bertele-tele (to the point). Bagi pers,
judul yang singkat sangat diperlukan, paling tidak karena dua alasan.
Pertama, karena keterbatasan tempat pada halaman-halaman media.
Kedua, karena keterbatasan waktu pembaca.
44
c. Relevan

Relevan artinya berkaitan atau sesuai dengan pokok susunan pesan
terpenting yang ingin disampaikan dan tidak menyimpang dari teras
berita (lead). J udul yang baik harus diambil dari teras berita,
sedangkan teras berita yang baik harus mencerminkan keseluruhan
uraian berita. J udul berita berbeda dengan judul-judul dalam karya
fiksi seperti cerita pendek dan novel. Dalam cerita pendek, setiap kata
yang terdapat dalam bangunan cerita dapat kita jadikan judul. Namun
tidak demikian halnya dengan judul berita.
45
d. Fungsional

Fungsional artinya setiap kata yang terdapat pada judul bersifat
mandiri, berdiri sendiri, tidak bergantung pada kata yang lain, serta

42
AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2005), hlm. 122
43
Ibid.
44
Ibid.
45
Ibid, hlm. 123
36


Universitas Indonesia
memiliki arti yang tegas dan jelas. Sekalipun demikian, ketika
digabung, kata-kata yang mandiri itu melahirkan satu kesatuan
pengertian dan makna yang utuh, tidak saling menolak atau
menegaskan.
Contoh:
Kegiatan Kampanye Pemilu Capres Putaran yang Kedua di Bandung
Sepi.
Dalam judul tersebut, terdapat dua kata yang tidak fungsional dan
karena itu harus dibuang, yakni kata kegiatan dan kata yang. Sebab,
kampanye mengandung arti kegiatan. Menurut bahasa jurnalistik, kata
kegiatan karena itu termasuk kata mubazir, sedangkan kata yang sama
sekali tidak diperlukan. J adi, judul berita tersebut seharusnya adalah
Kampanye Capres Putaran Kedua di Bandung Sepi.
46
e. Formal

J udul harus bersifat formal, yang berarti berarti resmi, langsung
menukik pada pokok masalah, sekaligus menghindari basa-basi dan
eufemisme yang tidak perlu. Formal juga berarti judul yang kita buat
tidak mendayu-dayu, tidak meliuk-liuk, tidak ragu-ragu, tidak lunak
dan tidak bermakna ganda (ambigu).
47
f. Representatif

Representatif berarti judul berita yang sudah kita tetapkan mewakili
dan mencerminkan teras berita.
48
g. Menggunakan Bahasa Baku
J udul adalah identitas terpenting sebuah berita. Sebagai identitas,
tentu posisi dan reputasi media yang memuat, menyiarkan, atau
menayangkannya dipertaruhkan. Bahkan, karakter dan profesionalitas
media sedikit-banyak tercermin pada judul-judul berita yang
ditulisnya.

46
AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2005), hlm. 123
47
Ibid, hlm. 124
48
Ibid.
37


Universitas Indonesia
Media massa yang kapabel dan kredibel tidak mungkin membuat
judul berita yang bertolak belakang dengan kapasitas dan reputasinya.
Ia ingin dipandang intelektual, dinilai proporsional dan profesional,
serta dihargai dan dihormati sebagai media massa yang mengemban
fungsi edukasional (mendidik). Ia tidak mau dituding merusak bahasa
hanya karena menulis judul berita dengan kata-kata dan istilah yang
tidak baku. Ia menyadari, pers mengemban fungsi pendidik masyarakat
dan bangsa. Ini berarti media massa dituntut untuk senantiasa memberi
contoh yang baik. Fungsi itu semestinya juga tercermin pada judul-
judul berita dan artikel yang disajikannya.
49
h. Spesifik

Spesifik berarti judul berita tidak saja harus mewakili dan
mencerminkan teras berita, tetapi juga harus mengandung kata-kata
khusus, yaitu kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. J udul tidak
boleh menggunakan kata-kata umum, yaitu kata-kata yang luas ruang
lingkupnya. Semakin umum, semakin kabur gambarannya dalam
angan-angan. Sebaliknya, semakin khusus, semakin jelas dan tepat.
50


3.4. Teori Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, sun (dengan) dan tattein
(menempatkan). Secara etimologis, istilah tersebut berarti menempatkan bersama-
sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata
menjadi kalimat.
51
David Crystal mendefinisikan sintaksis sebagai sebuah istilah
tradisional untuk mempelajari peraturan yang mengatur cara mengkombinasikan
kata-kata menjadi kalimat dalam suatu bahasa.
52

Materi sintaksis dalam penelitian
ini terdiri dari satuan sintaksis dan fungsi sintaksis. Berikut penjelasan mengenai
dua komponen tersebut.

49
AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2005), hlm. 125
50
Ibid.
51
J .W.M. Verhaar. Pengantar Linguistik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1977), hlm.
70
52
David Crystal. A Dictionary of Linguistics and Phonetics (Edisi ke-6) (Oxford: Blackwell
Publishing, 2008), hlm. 471
38


Universitas Indonesia
3.4.1. Satuan Sintaksis
Satuan sintaksis merupakan tataran dalam tata tingkat dan hirarki
gramatikal. Urutan satuan sintaksis adalah wacana (satuan terbesar), dialog,
monolog, paragraf, kalimat, klausa, frasa, kata, dan morfem (satuan terkecil).
Dari semua itu, yang akan dibahas di sini hanya empat satuan, yaitu kalimat,
klausa, frasa, dan kata. Berikut penjelasan mengenai satuan-satuan tersebut.
a. Kalimat
Satuan sintaksis pertama yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah kalimat. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial
terdiri atas klausa.
53
Menurut J os Daniel Parera, kalimat merupakan
sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan
bagian dari sebuah konstruksi ketatabahasaan yang lebih besar dan
lebih luas.
54
Kalimat juga dapat didefinisikan sebagai bagian terkecil
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh
secara ketatabahasaan.
55
Abbas Hassan mendefinisikan kalimat
sebagai susunan dua kata atau lebih yang memiliki makna sempurna.
56

Dalam bahasa Arab, kalimat disebut /al-jumlah/. Contoh kalimat
dalam bahasa Arab:


/lan yuhmila qilun wjiban/
Orang yang berakal tidak akan pernah melalaikan tugasnya.

Terdapat dua jenis kalimat dalam bahasa Arab. J enis yang pertama
adalah kalimat nominal atau dalam bahasa Arab disebut
/jumlah ismiyyah/, yakni kalimat yang diawali nomina ( /isim/), atau
fungsi subjeknya mendahului predikat.
57
Contoh:


53
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses 4 Mei 2014. (http://kbbi.web.id/kalimat)
54
J os Daniel Parera. Sintaksis (edisi kedua) (J akarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm. 2)
55
Soenjono Dardjowidjojo, et.al. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, ed. Anton M. Moeliono
dan Soenjono Dardjowidjojo (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988), hlm. 254
56
Abbas Hassan. Al-Nahwu Al-Wafi (Mesir: Dar El-Maarif, n.d.), hlm. 15
57
Fuad Nimah. Mulakhkhas: Qawid al-Lughah Arabiyah (Damaskus: Darul Hikmah, n.d.),
hlm. 169
39


Universitas Indonesia

/al-ustdzu f al-fashli/
Guru itu di kelas

Kalimat di atas merupakan jumlah ismiyyah karena diawali dengan
nomina /al-ustdzu/ guru dan berpredikat frasa preposisional
/f al-fashli/ di kelas.
J enis kalimat yang kedua adalah kalimat verbal yang dalam bahasa
Arab disebut /jumlah filiyyah/, yaitu kalimat yang diawali
verba ( /fiil/), atau fungsi verba predikatnya mendahului subjek.
58

Contoh:


/j-a ahmadu il bayt/
Ahmad telah datang ke rumah saya.

Kalimat di atas merupakan jumlah filiyah karena diawali dengan
verba /j-a/ telah datang. Kata /j-a/ yang merupakan verba
mendahului subjek kalimat tersebut yaitu /ahmadu/. Frasa
preposisional /il bayt/ ke rumah saya berfungsi sebagai
pelengkap dalam kalimat ini.

b. Klausa
Satuan sintaksis berikutnya adalah klausa. Menurut J os Daniel
Parera, frase merupakan suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua
kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat atau
tidak.
59
Djoko Kentjono mendefinisikan klausa sebagai satuan
gramatikal yang disusun oleh kata dan/atau frase dan yang mempunyai
satu predikat.
60
Klausa pada umumnya merupakan konstituen kalimat.
Contoh klausa dalam bahasa Indonesia:
Tina pandai...

58
Fuad Nimah. Mulakhkhas: Qawid al-Lughah Arabiyah (Damaskus: Darul Hikmah, n.d.),
hlm. 169
59
J os Daniel Parera. Sintaksis (edisi kedua) (J akarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 32
60
Djoko Kentjono. Dasar-dasar Linguistik Umum (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
1990), hlm. 58
40


Universitas Indonesia
Klausa tersebut dibentuk oleh kata Tina sebagai subjek dan pandai
sebagai predikat. Klausa dapat dijadikan kalimat jika ditambahkan
intonasi final. Contoh klausa dalam bahasa Arab:


/taqra-u ftimatu al-qissatu/
Fatimah sedang membaca cerita
Contoh di atas dapat berubah menjadi kalimat jika diakhiri dengan
tanda titik sebagai intonasi final.

c. Frasa
Satuan sintaksis ketiga yang akan dibahas dalam kerangka teori ini
adalah frasa, yaitu gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak
predikatif.
61
Sebagai contoh, pohon tinggi adalah frasa karena
merupakan konstruksi non-predikatif. Konstruksi itu berbeda dengan
pohon itu tinggi yang bukan merupakan frasa karena bersifat
predikatif.
62
Dalam contoh tersebut, kata pohon berfungsi sebagai
konstituen induk (head), sedangkan kata tinggi berfungsi sebagai
konstituen pewatas (modifier). Dr. Salahuddin Hasanain
mendefinisikan frasa sebagai gabungan unsur yang saling terkait dan
menempati fungsi tertentu dalam kalimat, atau suatu bentuk yang
secara sintaksis sama dengan satu kata tuggal, dalam arti gabungan
kata tersebut dapat diganti dengan satu kata saja.
63
Terdapat berbagai
jenis frasa yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain frasa
nominal, frasa pronominal, frasa numeralia, frasa verbal, frasa
adjektival, dan frasa preposisional. Selain jenis-jenis frasa tersebut,
jenis-jenis frasa lainnya seperti frasa naty, frasa athfy dan sebagainya
juga akan dibahas dalam kerangka teori ini. J enis-jenis frasa tersebut
diambil dari buku Sintaksis Bahasa Arab karya Imam Asrori.


61
Bambang Yudi Cahyono. Kristal-kristal Ilmu Bahasa (Surabaya: Airlangga University Press,
1995), hlm. 188
62
Ibid.
63
Salahuddin Hasanain. Dirasat fi Ilmi-l Lughah al-Washfy wa At-Tarikhiy wa Al- Muqaran
(Riyadh: Darul Ulum, 1984), hlm. 164-165
41


Universitas Indonesia
a) Frasa Nominal
Frasa nominal merupakan frasa yang terdiri dari nomina
sebagai konstituen induk dan unsur perluasan seperti adjektiva,
verba, numeralia, demonstrativa, pronomina, dan frasa
preposisional sebagai pewatas.
64

/rajulun jamlun/
Pria tampan
Frasa di atas terdiri dari nomina /rajulun/ pria sebagai
konstituen induk dan adjektiva /jamlun/ tampan sebagai
pewatas.


b) Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah frasa yang terjadi dari numeralia
sebagai konstituen induk dan unsur perluasan lain sebagai
pewatas.
65
Dalam bahasa Arab, frasa numeralia disebut frasa
adady.
66
Contoh frasa numeralia dalam bahasa Arab:


/arbau bantin/
Empat anak perempuan.

Frasa tersebut terdiri dari numeralia /arbau/ empat sebagai
konstituen induk dan /bantin/ anak-anak perempuan sebagai
pewatas.









64
Harimurti Kridalaksana. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988), hlm. 85
65
Ibid, hlm. 92
66
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 57
42


Universitas Indonesia
c) Frasa Adjektival (Naty)
Contoh frasa nominal dalam
bahasa Arab:
Dalam bahasa Arab, frasa adjektival disebut frasa naty.
67

Frasa
ini terdiri dari adjektiva sebagai induk. Contoh frasa adjektival
dalam bahasa Arab:


/bad min hun/
J auh dari sini

Frasa di atas terdiri dari adjektiva /bad/ jauh sebagai induk
dan frasa preposisional /min hun/ dari sinisebagai pewatas.


d) Frasa Preposisional (Syibhul J umlah)
Harimurti Kridalaksana mendefinisikan frasa preposisional
sebagai frasa yang terdiri dari preposisi sebagai perangkai dan kata
atau kelompok kata sebagai sumbu.
68
Dalam bahasa Arab, frasa
preposisional disebut frasa syibhul jumlah.
69
Contoh frasa
preposisional dalam bahasa Arab:


/amm al-fashli/
Di depan kelas.
Frasa tersebut terdiri dari preposisi /amm/ di depan sebagai
perangkai dan nomina /al-fashli/ kelas sebagai sumbu.

e) Frasa Athfy (Koordinatif)
Frasa athfy (koordinatif) merupakan frasa yang berunsur
nomina diikuti nomina, verba diikuti verba, atau adjektiva diikuti
adjektiva.
70

Contoh frasa athfy berunsur nomina diikuti nomina:


67
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 52
68
Harimurti Kridalaksana. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988), hlm. 81
69
Imam Asrori. Op. Cit., hlm. 54
70
Ibid, hlm. 52
43


Universitas Indonesia

/utsmn yuhibbu al-lughata wa al-hisba/
Usman menyukai bahasa dan matematika.

Contoh frasa athfy berunsur verba diikuti verba:


/aktubu wa aqra-u kalimt jaddah kullu yaumin/
Saya menulis dan membaca kata-kata baru setiap hari.

Contoh frasa athfy berunsur adjektiva diikuti adjektiva:


/innallha samun almun/
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Unsur-unsur pada frasa athfy dapat dihubungkan dengan atau
tanpa huruf athaf atau partikel konjugatif.

f) Frasa Badaly (Apositif)
Frasa badaly (apositif), sama seperti salah satu ciri frasa athfy,
juga terdiri atas nomina yang diikuti nomina. Namun terdapat dua
hal yang membedakan frasa badaly dari frasa naty dan athfy. Hal
pertama adalah bahwa secara semantik, nomina pertama sama
dengan nomina kedua. Karenanya, keduanya dapat saling
menggantikan. Hal yang kedua, kedua nomina tersebut tidak dapat
dirangkai dengan partikel konjugatif.
71

Contoh frasa badaly:


/tastaqbilu al-lajnatu wazra ad-dniyyata sad qil munawwar/
Komite itu menyambut Menteri Agama Said Aqil Munawwar.

Frasa badaly pada contoh di atas terbentuk dari nomina pertama
/wazru ad-dniyyatu/ menteri agama dan nomina kedua
/sad qil munawwar/ Said Aqil Munawwar.



71
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 53
44


Universitas Indonesia
g) Frasa Zharfy (Adverbial)
Frasa jenis ini memiliki unsur zharaf (adverbia) diikuti
adverbia.
72
Contoh 1:
Berikut beberapa contohnya:


/j-a ab shabh amsi min jkart/
Ayahku datang kemarin pagi dari J akarta.

Contoh 2:


/ghadan al-itsnayn sayahdhuru al-mudarrisu al-mishriyyu/
Dosen dari Mesir akan datang besok Senin.

Contoh 3:


/qad ghdara as-s-ihu hdz al-funduqa mundzu amsi/
Turis itu telah meninggalkan hotel sejak kemarin.

h) Frasa Manfy (Negasional)
Frasa manfy terdiri atas penegasi (adtu an-nafy) diikuti verba
atau nomina. Beberapa penegasi yang ditemukan atau banyak
muncul adalah /l/, /laysa/, /m/, /lam/, dan /lan/.
Penegasi /lam/, /lan/, dan /m/ ditemukan hanya diikuti
verba. Penegasi lainnya dapat diikuti nomina ataupun verba.
73

Berikut contoh-contohnya.
Contoh 1:


/an l arifu al-jawba/
Saya tidak tahu jawabannya.

Contoh 2:


/l ahadu f al-fashli/

72
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 52
73
Ibid, hlm. 54
45


Universitas Indonesia
Tidak ada seorang pun di dalam kelas.

Contoh 3:


/lasta turdu hdza ath-tham/
Kau tidak mau makanan ini.


Contoh 4:


/innah laysa haznan/
Sesungguhnya ia tidak sedih.

Contoh 5:


/m j-a al-ustdzu/
Guru itu tidak datang.

Contoh 6:


/as-sayyid nr al-murtadh lam yahdhur/
Pak Nur Al-Murtadha belum datang.

Contoh 7:


/lan tarja al-ayym al-lat madhdhat/
Hari-hari yang berlalu tidak akan kembali.

i) Frasa Syarthy (Syarat)
Frasa syarthy merupakan frasa yang berunsur penanda syarat
sebagai pewatas diikuti verba sebagai induk. Contoh penanda-
penanda syarat adalah /idz/, /man/, /indam/, /law/,
/lamm/, /in/, /kullam/, dan /mahman/.
74
Berikut
contoh-contohnya yang diambil dari ayat-ayat Al-Quran.

74
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 55
46


Universitas Indonesia

Contoh 1 dari QS. As-Sajdah (32) ayat 20:


/kullam ard an yakhruj minh ud fh/
Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan
(lagi) ke dalamnya.

Contoh 2 dari QS. Ash-Shaff (61) ayat 5:


/falamm zgh azgha Allhu qulbahum/
Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan hati mereka.

Contoh 3 dari QS. Al-Anam (6) ayat 160:


/man j-a bi al-hasanati falah asyru amtslih/
Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat
amalnya.

Contoh 4 dari QS. Al-Hujurat (49) ayat 6:


/y ayyuh al-ladzna man in j-akum fsiqun binaba-in
fatabayyan/
Wahai orang-orang yang beriman! J ika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah
kebenarannya.

Contoh 5 dari QS. An-Nashr (110) ayat 1:


/idz j-a nashru Allhi/
Apabila telah datang pertolongan Allah




47


Universitas Indonesia
j) Frasa Tanfis
Frasa tanfis tersusun dari verba sebagai induk didahului
penanda waktu tanfis /sa/, /sawfa/, /kay/, /li/, /qad/,
dan /hatt/.
75
Berikut contoh-contohnya.

Contoh 1:


/sa-azruka hdza al-yawma/
Aku akan mengunjungimu hari ini.

Contoh 2:


/sawfa yahdhuru al-wafid/
Delegasi akan hadir.
Contoh 3:


/qad adraktu m qultu/
Saya menyadari apa yang saya katakan.

Contoh 4:


/iqra marrah aw marratayn hatt tafhamu/
Bacalah sekali atau dua kali sampai kau paham.

Contoh 5:


/thriq yabhatsu anka li talaba maahu/
Thariq mencarimu untuk bermain bersamanya.

Contoh 6:


/anmu mubakkiran kay ashah mubakkiran/
Saya tidur lebih awal, agar saya bangun lebih awal.


75
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 55
48


Universitas Indonesia
k) Frasa Tawqitat
Frasa tawqitat merupakan frasa yang memiliki unsur verba
bantu /kna/ dan yang sejenis (tidak termasuk /laysa/) baik
diikuti verba maupun non-verba. Penanda tawqitat itu antara lain
berupa /kna/, /shra/, /zhalla/, /ams/, dan
/m zla/.
76
Berikut contoh-contohnya.
Contoh 1:


/ath-thiflatu knat talabu f shati al-bayti/
Anak perempuan itu sedang bermain di halaman rumahnya.


Contoh 2:


/shra akh yamalu f hdz al-banki/
Saudara laki-laki saya bekerja di bank ini.

Contoh 3:


/utsmn zhalla yalbasuhu/
Usman tetap berpakaian.

Contoh 4:


/ams al-q-idu musliman/
Pemimpin itu telah menjadi Muslim.

Contoh 5:


/m zla hdza al-muammru yasyhadu al hadhrati al-arabi
ar-rqiyati/
Arsitektur ini masih menjadi saksi atas peradaban Arab yang
tinggi.

76
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 56
49


Universitas Indonesia

l) Frasa I dhafy
Frasa idhafy adalah frasa yang berunsur nomina+nomina
77
.
Nomina pertama merupakan unsur pertama sedangkan nomina
kedua sebagai atributnya. Walaupun memiliki unsur
nomina+nomina, frasa idhafy berbeda dengan frasa
athfy/koordinatif. Dalam frasa athfy, kedua nomina berfungsi
sebagai induk. Berikut dua contoh frasa idhafy:

Contoh 1:


/m anwnuka?/
Apa alamatmu?

Contoh 2:


/hiwyat ar-rasmu wa jamu ath-thawbii/
Hobi saya melukis dan mengoleksi perangko.

Dalam frasa idhafy, nomina pertama tidak perlu diberi partikel
definit /al/ di depannya. Sedangkan nomina kedua dapat diberi
artikel tersebut, dan selalu ber-irab majrur atau genetif (- /-in/ atau
- /-i/).

m) Frasa Nidaiy
Frasa ini terdiri atas kata seru ( /nid-un/) sebagai pewatas
dan nomina sebagai induk.
78
Penanda seruan atau nida bisa berupa
/y/ atau /ayyuh/. Berikut masing-masing contohnya:

Contoh dengan /y/:


/m hdz y ustdz?/
Apakah ini, wahai guru?

Contoh dengan /ayyuh/:

77
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 56
78
Ibid, hlm. 58
50


Universitas Indonesia

...
/ayyuh an-ns.../
Wahai manusia sekalian...

n) Frasa Tawkidy
Frasa tawkidy adalah frasa yang terbentuk dari nomina sebagai
induk diikuti pewatas berupa tawkid atau penegas. Dalam bahasa
Arab, penegas ini mencakup /ayana/, /nafsun/, dan
/kullu/. Selain itu juga bisa berupa kata ganti lepas seperti contoh-
contoh berikut.

Contoh 1:


/laqaytu muhammadan nafsahu/
Saya benar-benar menemui Muhammad.

Contoh 2:


/hadzihi haqbat an/
Ini benar-benar tas saya.

o) Frasa Mawshuly
Frasa ini terbentuk dari mawshul+shilah. Mawshul mencakup
/al-ladz/ dan /al-lat/ dengan derivasinya.
79

Contoh:


/al-ladzna yalabna ashhb/
Yang sedang bermain itu sahabat-sahabat saya.

p) Frasa Mashdary
Frasa mashdary adalah frasa yang terdiri dari penanda mashdar
/an/ diikuti verba.
80
Contoh:



79
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 59
80
Ibid.
51


Universitas Indonesia
/uhibbu an aqra-a al-qishshata/
Saya suka membaca cerita.
q) Frasa Tamyizy
Frasa ini terdiri atas mumayyaz dan tamyiz.
81

Contoh:

/hadzihi hiya al-mar-atu al-jamlatu wajhan/
Inilah wanita berwajah cantik itu.

Mumayyaz merupakan adjektiva yang membentuk frasa naty atau
atributif. Meskipun yang menjadi induk dalam frasa atributif
adalah nomina, namun tamyiz berhubungan langsung dengan
adjektiva, bukan nomina. Dengan kata lain, tamyiz tidak pernah
muncul tanpa didahului adjektiva.
82

r) Frasa I stitsnaiy
Frasa istitsnaiy terbentuk dari pengecualian diikuti nomina.
83

Pengecualian dalam bahasa Arab antara lain /ill/, /ghayru/,
dan /saw/.
Contoh dengan /ill/:


/l yushaddiqahu ahadun ill ab bakrin/
Tidak ada seorang pun yang mempercayainya kecuali Abu Bakar.

Contoh dengan /ghayru/:


/l amlaku ghayru hidz-an/
Saya tidak memiliki (apapun) selain sepatu.

Contoh dengan /saw/:


/l rabbun saw Allh/
Tiada Tuhan kecuali Allah.


81
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 59
82
Ibid, hlm. 60
83
Ibid.
52


Universitas Indonesia
s) Frasa Bayany
Frasa bayany memiliki unsur dua nomina yang dipisahkan oleh
huruf /min/.
84
Contoh:



/syaribtu kban min al-ashri/
Saya minum segelas (dari) jus.

Dalam bahasa Arab, nomina kedua biasanya dipandang sebagai
penjelas dari nomina pertama. Namun dalam frasa bayany, nomina
kedualah yang merupakan induknya. Artinya, nomina kedua ini
dapat menggantikan seluruh unsur dalam frasa tersebut.
85

t) Frasa Naskhy
Frasa naskhy adalah frasa yang memiliki unsur nomina sebagai
induk didahului penanda naskhy, yaitu /inna/, /anna/,
/lakinna/, /li-anna/, /ka-anna/, /laalla/, dan /layta/.
86


Contoh dengan /inna/:


/inna Allha samun almun/
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Contoh dengan /anna/:


/asyhadu anna muhammadan raslu Allhi/
Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah.

Contoh dengan /lakinna/:


/lakinna al-kitbu jaddun/
Tapi (sesungguhnya) buku itu baru.

Contoh dengan /li-anna/:

84
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 60
85
Ibid.
86
Ibid.
53


Universitas Indonesia


/li-anna wlad mardhun/
Karena (sesungguhnya) ayahku sakit.

Contoh dengan /ka-anna/:


/ka-annaka akh/
(Kau) seperti saudara laki-laki saya.

Contoh dengan /laalla/:


/laalla al-ustdzu yahdharu/
Mungkin guru itu hadir.

u) Frasa I khtishashy
Frasa ini juga berunsur dua nomina. Nomina pertama
merupakan induk dan nomina kedua merupakan pengkhusus.
Sebagai pengkhusus, nomina kedua ber-irab mansub atau
akusatif.
87
Contoh:


/nahnu al-muslimna ummatan whidatan/
Kita umat Islam adalah umat yang satu.

v) Frasa Taajjuby
Frasa ini memiliki unsur /m/ atau /kam/ untuk
menyatakan kekaguman.
Contoh dengan /m/:


/m athayba qamshaka/
Bagus sekali kemejamu.

Contoh dengan /kam/:


/kam min fi-atin qallatin ghalabat fi-atan katsratan/

87
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 61
54


Universitas Indonesia
Betapa kelompok yang sedikit mengatasi kelompok yang banyak.


w) Frasa Muqarabat
Frasa ini memiliki verba sebagai unsur pembentuk didahului
verba bantu muqabarat yang bermakna hampir.
88
Contoh:


/kda yumdh al-waqtu/
Waktu hampir berlalu.
x) Frasa Syuru
Frasa ini memiliki verba sebagai unsur pembentuk yang
didahului verba bantu syuru.
89
Contoh:

/bada-at tataharraku al-hfiltu/
Bis-bis itu mulai bergerak.

Hubungan antar unsur pada frasa ini tidak selalu harus bersifat
padu. Artinya, dapat diberi penyela lain di antara kedua unsur
tersebut. Contoh:


/bada-at al-hfiltu tataharraku/
Bis-bis itu mulai bergerak.

y) Frasa Raja
Frasa ini memiliki unsur verba /nudirruka/ menyadari
sebagai unsur pembentuk didahului verba bantu raja /as/
semoga. Contoh:


/as an nudirraki/
Semoga ia sadar.




88
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), hlm. 61
89
Ibid, hlm. 62
55


Universitas Indonesia
d. Kata
Satuan sintaksis terakhir yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah kata. Kata disebut sebagai satuan gramatikal bebas terkecil,
karena mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, misalnya sebagai
jawaban dari suatu pertanyaan atau suruhan terhadap seseorang.
90
Contoh kata sebagai jawaban:


Mau. sebagai jawaban dari pertanyaan Maukah kau berjalan-jalan
denganku?

Contoh kata sebagai suruhan:

Minggir! sebagai suruhan kepada pengemudi bis kota.

Setiap kata atau frasa dalam kalimat termasuk dalam kategori atau
kelas tertentu. Sebagai contoh, untuk kata terdapat kategori nomina,
verba, adjektiva, dan adverbia. Untuk frasa terdapat kategori frasa
nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa preposisional. Dengan
demikian, kata seperti buku, pergi, dan bagus masing-masing termasuk
kategori nomina, verba, dan adjektiva sebagai kata dan termasuk
kategori frasa nominal, verbal, dan adjektival sebagai frasa.
91
Hal ini
juga berlaku dalam bahasa Arab. Kata /madrasah/ yang berarti
sekolah termasuk kategori nomina ( /ism/ dalam bahasa Arab), kata
/dzahaba/ yang berarti (dia lk.) pergi termasuk kategori verba (
/fil/ dalam bahasa Arab), dan kata /jaml/ yang berarti tampan
termasuk dalam kategori adjektiva ( /nat/ dalam bahasa Arab).

3.4.2. Fungsi Sintaksis
Satuan sintaksis yang besar terjadi dari satuan-satuan yang lebih kecil
yang berhubungan satu sama lain secara fungsional.
92
Fungsi sintaksis utama
dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Berikut penjelasannya.

90
Djoko Kentjono. Dasar-dasar Linguistik Umum (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
1990), hlm. 56
91
Bambang Yudi Cahyono. Kristal-kristal Ilmu Bahasa (Surabaya: Airlangga University Press,
1995), hlm. 180
92
Harimurti Kridalaksana. Sintaksis Fungsional: Sebuah Sintesis, dalam Lembaran Sastra
(Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992), hlm. 93
56


Universitas Indonesia
a. Predikat
Predikat merupakan konstituen inti dalam kalimat. Predikat dapat
berupa frasa verbal, adjektival, nominal, numeralia, atau
preposisional.
93

Contoh:

/burj fl f brs/
Menara Eiffel di Paris. (P=FPrep)

Nomina /burj fl/ menara Eiffel berfungsi sebagai subjek
dan frasa preposisional /f brs/ di Paris berfungsi
sebagai predikat.


/al-awqt ash-shalh khams/
Waktu sholat itu lima. (P=FNum)

Nomina /al-awqt ash-shalh/ waktu sholat
merupakan subjek dan frasa numeralia /khams/ lima
merupakan predikatnya.


/al-muwzhabah mashdar an-najh/
Ketekunan itu sumber kesuksesan. (P=FN)

Nomina /al-muwzhabah/ ketekunan berfungsi sebagai
subjek dan frasa nominal /mashdar an-najh/ sumber
kesuksesan berfungsi sebagai predikat.


/al-mumatstsilu jaml jiddan/
Aktor itu sangat tampan. (P=FAdj)

Nomina /al-mumatstsilu/ aktor merupakan subjek dan frasa
adjektival /jaml jiddan/ sangat tampan merupakan
predikat.


93
Hasan Alwi & Soenjono Darjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton Moeliono. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. (J akarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 326
57


Universitas Indonesia

/al-bintu tarqushu/
Gadis itu sedang menari. (P=FVerb)

Nomina /al-bintu/ gadis berfungsi sebagai subjek dan frasa
verbal /tarqushu/ menari berfungsi sebagai predikat.

b. Subjek
Fungsi sintaksis berikutnya adalah subjek. Pada umumnya, subjek
diisi oleh konstituen yang takrif (spesifik).
94
Konstituen ini dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Contoh:

a)
/ysmn mar-ah jamlah/
Yasmin wanita yang cantik. (S=N)
b)
/al-mudarrisu ar-riydhiyytu mardh/
Dosen matematika itu sakit. (S=FN)
c)
/al-lat taghn zawjatuhu/
Yang sedang bernyanyi adalah istrinya. (S=klausa)

Subjek pada contoh (a) adalah nomina berupa nama diri (
/ysmn/) Yasmin, sedangkan pada contoh (b), subjeknya berupa
frasa nominal ( /al-mudarrisu ar-riydhiyyti/) dosen
matematika. Subjek dalam contoh (c) berupa klausa, yakni
/al-lat taghn/ yang sedang bernyanyi.
c. Objek
Fungsi sintaksis ketiga yang akan dibahas adalah objek. Keberadaan
objek sangat dibutuhkan oleh predikat yang berupa verba transitif (
/fil mutaadd/ dalam bahasa Arab) pada kalimat aktif. Contoh:


/takulu fadhlah al-kaka/
Fadhilah makan kue.

94
Kridalaksana, Harimurti. Sintaksis Fungsional: Sebuah Sintesis, dalam Lembaran Sastra
(Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992), hlm. 94
58


Universitas Indonesia

Kalimat di atas merupakan kalimat transitif karena kata /takulu/
(dia pr.) makan membutuhkan objek untuk menyempurnakan makna
kalimat. Objek dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Objek
pada contoh kalimat di atas adalah nomina, yakni /al-kak/ kue.
Contoh objek berupa frasa nominal:


/yasyrabu ahmadu ashr at-tuffh/
Ahmad minum jus apel.

Objek dalam kalimat di atas berupa frasa nominal yaitu
/ashr at-tuffh/ jus apel.

Contoh objek berupa klausa:

) (
/taqlu umm (al-ladz) sayat al il indnsiy hadza ash-shabh/
Ibu saya mengatakan (bahwa) Ali akan datang ke Indonesia pagi ini.

Objek dalam kalimat di atas berupa klausa yaitu
/satat al il indnsiy hadza ash-shabh/ Ali akan datang
ke Indonesia pagi ini.

d. Pelengkap
Pelengkap kerap kali dicampuradukkan dengan objek. Perbedaan
pelengkap dengan objek adalah bahwa pelengkap itu tidak dapat
dijadikan subjek akibat penafsiran kalimat. Pelengkap berada tepat di
belakang predikat bila tidak objek dan di belakang objek jika unsur ini
hadir. Pelengkap dapat berupa frasa nominal, frasa verbal, frasa
adjektival, frasa preposisional, dan klausa. Sebagai contoh, perhatikan
dua kalimat berikut:

a)
/hasuna ath-thlibah khulquh/
Mahasiswi itu baik akhlaknya.
b)
/hassanat ath-thlibah khulqah/
59


Universitas Indonesia
Mahasiswi itu memperbaiki akhlaknya.

Pada contoh kalimat (a), kata /khulquh/ akhlaknya berfungsi
sebagai pelengkap, sedangkan pada kalimat (b), kata /khulqah/
berfungsi sebagai objek.
e. Keterangan
Fungsi sintaksis terakhir yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah keterangan. Keterangan berfungsi untuk meluaskan atau
membatasi makna subjek atau predikat.
95
Dalam bahasa Arab,
keterangan disebut /zharf/. Keterangan bersifat fleksibel dan
dapat diletakkan di awal, tengah, atau akhir kalimat. Fungsi sintaksis
ini dapat berupa frasa preposisional atau adverbia.
Contoh keterangan berupa frasa preposisional:


/tanmu srah f ghurfatih/
Sarah tidur di kamarnya.

Frasa preposisional /f ghurfatih/ di kamarnya pada contoh
di atas berfungsi sebagai keterangan tempat atau adverbia lokatif (
/zharf makn/ dalam bahasa Arab).

Contoh keterangan berupa adverbia:


/yatakallamu ysuf bi al-faransiyyah fashhan/
Yusuf fasih berbicara dalam bahasa Prancis.

Adverbia /fashhan/ fasih pada contoh di atas berfungsi sebagai
keterangan cara.

Dalam bahasa Arab, fungsi sintaksis terdiri dari /musnad
ilaih/ yang berarti subjek dan /musnad/ yang berarti predikat.
Subjek atau /musnad ilaih/ dapat berupa /fil/ yang berarti
pelaku, /n-ib al-fil/ yang berarti subjek kalimat permutasi
yang ditulis setelah verba pasif, " " /ism al-

95
Harimurti Kridalaksana. Sintaksis Fungsional: Sebuah Sintesis, dalam Lembaran Sastra
(Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992), hlm. 97
60


Universitas Indonesia
ahruf al-lat tamalu amala laysa/ yang berarti partikel-partikel
yang bermakna seperti kata /laysa/ contohnya /m/, /l/, dan
lain-lain, /ism inna wa akhwtuh/ yang berarti subjek
dari /inna/ dan sejenisnya, dan /ism l an-nafiyyah lil
jinsi/ yang berarti subjek partikel negasi /l/ yang menegatifkan isim
jenis. Sedangkan predikat atau /musnad/ dapat berupa /fil/
atau verba, /ism filin/ yaitu nomina yang bermakna verba,
contohnya /hayhta/ yang bermakna sama dengan /bauda/
yakni jauh, /khabar mubtada/ yaitu predikat yang
menunjukkan keadaan, /khabar fil an-nqish/ seperti
verba /kna/ dan sejenisnya, " " /khabar
al-ahruf al-lat tamalu amala laysa/ yang berarti predikat berupa
partikel-parrtikel bermakna verba /laysa/, dan
/khabar inna wa akhwtuh/ yaitu predikat dan sejenisnya.
96
Berikut
contoh /musnad/ dan /musnad ilaih/:


/yanjahu ath-thlib/
Mahasiswa itu lulus.

Pada contoh di atas, kata /ath-thlib/ mahasiswa merupakan
musnad ilaih (subjek) yang berupa /fil/ atau pelaku. Kata
/yanjahu/ lulus berfungsi sebagai musnad.

Menurut Mustafa Ghulayaini, musnad dan musnad ilaih merupakan
konstituen inti dalam kalimat. Sedangkan konstituen lainnya yaitu
/fadhlah/ yang berarti pelengkap dan /adh/ yang berarti partikel
termasuk konstituen bukan inti.
97

Fungsi /fadhlah/ merupakan fungsi sintaksis yang berfungsi
melengkapi makna suatu kalimat dan bukan merupakan konstituen inti
dalam kalimat. Dalam bahasa Arab, /fadhlah/ dapat berupa
/mafl bih/ atau objek, /zharf zamn/ atau adverbia

96
Mustafa Ghulayaini. Jamu Ad-Durus Al-Arabiyyah (Beirut: Al-Maktabah AlAsriyyah, 1987),
hlm. 13-14
97
Ibid, hlm. 28-31
61


Universitas Indonesia
temporal, /zharf makn/ atau adverbia lokatif, /hl/ yaitu
adverbia keadaan, atau adverbia lainnya. Konstituen lainnya yang
bukan inti adalah /adh/ yang berarti partikel, yaitu kata sambung
antara konstituen-konstituen kalimat atau antarkalimat. Yang termasuk
/adh/ adalah partikel kondisional seperti /in/, /idz/, dan
/anna/, partikel interogatif seperti /man/ dan /limdz/, partikel
akusatif seperti /lan/, /idzan/, dan /an/ serta partikel-partikel
lainnya.

3.5. Bahasa Arab dalam Media
Dalam bukunya yang berjudul Modern Arabic: Structures, Function, and
Varieties, Clive Holes menyebutkan ciri-ciri khas penggunaan bahasa Arab dalam
media. Ciri-ciri khas itu membedakan gaya bahasa Arab media (media Arabic)
dengan gaya bahasa Arab lainnya, contohnya sastra. Berikut penjelasannya.

3.5.1. Kecenderungan Nominalisasi
Dibandingkan dengan semua aliran prosa Arab pra-modern beserta
prosa sastra kontemporer, bahasa berita dan tulisan wacana berbahasa Arab
dalam bidang ekonomi dan ilmu sosial-politik pada umumnya, mengandung
lebih banyak frasa nomina daripada frasa verbal.
98
Maka demikian, frasa
nomina lebih panjang dalam gaya bahasa tersebut dan lebih kompleks
daripada jenis penulisan lainnya. Seperti pada kasus struktur pasif yang telah
dijelaskan, nominalisasi merupakan cara sintaksis lain yang memungkinkan
sang penulis untuk memberi kesan objektivitas pada pernyataan dan klaimnya
dan karenanya lebih baik untuk klausa pengganti yang mengandung kata
kerja berhingga yang harus ditentukan untuk seseorang. Nominalisasi, seperti
pemasifan, memungkinkan klaim atau pernyataan yang tidak dapat dikaitkan
dengan sumber atau narasumber apapun.



98
Clive Holes. Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties. Edisi Revisi. (Washington
DC: Georgetown University Press, 2004), hlm. 320
62


Universitas Indonesia
Contoh:

...
/hunka itiqd anna.../
Terdapat kepercayaan bahwa...

Dibandingkan dengan bentuk berikut:

...
/ataqidu anna.../
Saya percaya bahwa...

Bentuk di atas terkesan subjektif karena menggunakan verba aktif untuk
pronomina orang pertama. Dengan demikian, nominalisasi atau pemasifan
lebih diutamakan.
Berikut ini contoh paragraf berita mengenai polemik sistem
pemberontak yang menginginkan perubahan politik di Kuwait. Paragraf
tersebut menggunakan nominalisasi. Nominalisasi ini akan digarisbawahi
pada tulisan Arab dan ditulis tebal pada penulisan Latinnya.

,


.
/wa lilwuqfi al ath-thqah al-basyariyyah, yalzamu tahll al-mujtamai
as-sukkn wa taqsmuhu il ft dzt majmt tabaan li ad-dawri al-ladz
taqmu bihi kullu majmah hatt yumkina at-taarruf al hajmi quwwati
al-amal wa khash-ishih f al-hdhir wa ittijhtih f al-mustaqbali al-
qarb wa al-bad wa kadzlika al ahjm al-ft al-ukhr wa thabtih/
Untuk memahami apakah potensi manusia itu, diperlukan analisis dan
pembagian populasi masyarakat ke dalam kelompok-kelompok dan
subkelompok-subkelompok sesuai dengan peran yang dilakukan masing-
masing subkelompok untuk menentukan ukuran tenaga kerja dan
karakteristiknya sekarang dan kecenderungannya dalam jangka pendek dan
panjang, serta ukuran dan sifat kelompok lain.
63


Universitas Indonesia
Pengurangan klausa relatif juga digunakan untuk kepadatan dan
keringkasan.
99

Contoh:

/awmil ad-dami al-musytaqqah min siysah sukkniyyah mulanah min
qibali ad-dawlah wa mutaraf bih/
Faktor-faktor pendukung berasal dari sebuah kebijakan populasi yang
diucapkan secara terbuka oleh pemerintah dan diakui sebagai demikian.

Salah satu penyebab kesan nominalisasi yang kental adalah sifat kompleks
dari abstraksi yang ditulis dalam banyak karya jurnalistik dan teks lainnya
yang membahas politik dan bidang serumpun. Sebagian besar dari ini dirujuk
oleh penamaan konvensional yang terdiri dari frasa nominal yang
komponennya menyiratkan sifat atau fungsinya.
100
Contoh:


/ajzu mzniyyah al-qith al-mm/
Defisit Anggaran Sektor Publik.


/munazhzhamah ad-duwal al-mushaddirah lin-nafth/
Organisasi Negara Eksportir Minyak


3.5.2. Susunan Kata, Referensi Waktu, dan Jenis Teks
Susunan kata yang biasa digunakan dalam bahasa Arab sastra adalah
V+S+COMP (verba+subjek+pelengkap). Namun dalam bahasa Arab
jurnalistik, terutama judul berita, susunan kata yang digunakan selalu
S+V+COMP (subjek+verba+pelengkap), bagaimanapun ciri morfologis dan
semantis verbanya atau referensi waktu dalam konten judul.
101
Contoh
dengan verba imperfektif ( /fil mudhri/):


/barsyalnah tuhaqqiqu hulmah/

99
Clive Holes. Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties. Edisi Revisi. (Washington
DC: Georgetown University Press, 2004), hlm. 321
100
Ibid, hlm. 322
101
Ibid, hlm. 324
64


Universitas Indonesia
Barcelona Wujudkan Mimpinya
(ditulis seminggu sebelum pembukaan Olimpiade 1992; artikel melaporkan
berlangsungnya persiapan)


/wafd min mutah yazru mudriyyah al-amni al-amm/
Delegasi dari Mutah Kunjungi Direktorat Keamanan Publik
(ditulis sehari setelah kunjungan tersebut; artikel melaporkan detail peristiwa)


/asy-syurthah al-isriliyyah tastajwibu abd asy-syfi wa asyrw/
Polisi Israel Interogasi Abdul Shafi dan Ashrawi.
(ditulis sehari setelah interogasi; artikel melaporkan apa yang terjadi)

Contoh dengan verba perfektif ( /fil mdh/):


/al-arab laib dawran assiyyan f qimmah al-ardh/
Bangsa Arab memainkan peran penting dalam Earth Summit.
(ditulis tiga minggu setelah konferensi berakhir; artikel meringkas kontribusi
bangsa Arab)


/al-muslimna taarradh li tsaltsi madzbih khillah f mi-ah sanah f al-
bsanah/
Umat Islam telah dibantai tiga kali pada abad yang lalu di Bosnia.
(ditulis selama penyerangan Serbia atas Bosnia; artikel merupakan catatan
sejarah penderitaan mereka)

Urutan S+V+COMP ini sering ditemukan dalam judul berita, sedangkan
dalam laporan-laporan berita lain, urutan V+S+COMP tetap digunakan.
102

J ika teks tersebut bersifat narasi lugas (straightforward narrative), di mana
konten berita dalam judul berita hanya sebatas pengulangan dan penguatan
(sebagaimana terjadi dalam tiga contoh pertama), susunan kata dalam
kalimatnya selalu V+S+COMP, dan bentuk imperfektif yang

102
Clive Holes. Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties. Edisi Revisi. (Washington
DC: Georgetown University Press, 2004), hlm. 325
65


Universitas Indonesia
mengindikasikan masa lalu (historic present) dalam judul berita diganti oleh
narasi faktual (factual narrative) berbentuk perfektif dalam teks.
103

Dengan
demikian, sebagai contoh, baris pertama teras berita dari contoh judul kedua
dimulai seperti berikut:
...
/zra wafd min thalabah jmiah mutah ams mudriyyah al-amn al-amm.../
Delegasi mahasiswa Universitas Mutah mengunjungi Direktorat Keamanan
Publik kemarin...

Menurut Holes, struktur V+S+COMP biasanya berupa bentuk perfektif dan
mengindikasikan tindakan atau peristiwa yang telah selesai. Sedangkan
struktur S+V+COMP dalam bentuk imperfektif biasanya untuk menjelaskan
fakta dan kebenaran umum, tindakan kebiasaan, dan sebagainya.
104


3.6. Struktur Dasar Judul Berita dalam Bahasa Arab
Dalam buku Arabic Language and Linguistics, Janet Watson menyebutkan
tiga struktur sintaksis dasar yang digunakan dalam judul-judul berita berbahasa
Arab. Yaitu frasa nominal, klausa nominal tanpa verba, dan klausa nominal yang
subjeknya diikuti oleh verba imperfektif ( /fil mudhri/).
105
Berikut
penjelasan mengenai struktur-struktur tersebut.

3.6.1. Frasa Nominal
Menurut Watson, judul berita dengan frasa nominal dapat terjadi
akibat nominalisasi atau verba yang dihilangkan. Di mana kedua tindakan
verbal dan subjek (baik sebagai pelaku atau pasif) sangat penting untuk
menyampaikan informasi judul, verba tersebut dinominalisasikan menjadi
sebuah nomina verbal awal yang sering mengawali frasa idhafah (
/idhfah/). Dalam bahasa Arab, nomina yang mengawali idhafah disebut
/mudhf/. Struktur seperti ini sering dijumpai dalam judul-judul berita

103
Clive Holes. Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties. Edisi Revisi. (Washington
DC: Georgetown University Press, 2004), hlm. 326
104
Ibid, hlm. 328
105
J anet Watson. The Syntax of Arabic Headlines and News Summaries. Arabic Language and
Linguistics. Ed. Yasir Suleiman (Surrey: Curzon Press, 1999), hlm. 166-167
66


Universitas Indonesia
berbahasa Arab, di mana subjeknya berupa nomina indefinit atau frasa
nominal dan secara gramatikal berfungsi sebagai /mudhf ilaih/.
106

Berikut contoh-contohnya:


/maqtal khams rah-in f marik dmiyyah/
Pembunuhan Lima Tawanan dalam Konflik Berdarah


/man sayyidah f dukhl al-matjir f barithniyyah/
Pelarangan Wanita untuk Masuk Toko di Inggris

Struktur idhafah yang diawali nomina verbal juga ditemukan di mana subjek
merupakan frasa nomina yang diperluas.
107
Contoh:

:
/amrk: irtif amaliyyt al-irhb f asy-syarq al-awsath/
Amerika: Naiknya Operasi Terorisme di Timur Tengah.

Klausa juga dapat ditulis sebagai nomina yang mengawali judul berita.
108

Contoh:


/al-musykilt al-lat tuwjihu al-aqaliyyt al-islmiyyah f rubb al-
gharbiyyah wa amrk/
Masalah-masalah yang Dihadapi Minoritas Muslim di Eropa Barat dan
Amerika.
3.6.2. Klausa Nominal Non-Verbal
J ika subjek dan predikat diutamakan untuk menyampaikan informasi
judul, namun tindakan verbal tidak, judul berita bahasa Arab dapat berupa
klausa nominal tanpa verba yang dihasilkan dari penghilangan verba-verba
ringan seperti /kna/ atau tidak ada penghilangan di mana kalimat yang

106
Clive Holes. Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties. Edisi Revisi. (Washington
DC: Georgetown University Press, 2004), hlm. 167
107
J anet Watson. The Syntax of Arabic Headlines and News Summaries. Arabic Language and
Linguistics. Ed. Yasir Suleiman (Surrey: Curzon Press, 1999), hlm. 167
108
Ibid, hlm. 169
67


Universitas Indonesia
tidak dihilangkan suku kata atau bunyinya dalam ucapan (non-elided
sentence) diartikan sebagai kalimat tanpa verba.
109


/al-mutamar al-barlamn khathwah li rab ash-shad al-arab/
Konferensi Parlementer Langkah untuk Perbaiki Divisi Arab.

3.6.3. Klausa Nominal dengan Verba Imperfektif
Seperti judul berita berbahasa Inggris, judul berita berbahasa Arab juga
menggunakan verba imperfektif ( /fil mudhri/) atau present tense
sekalipun persitiwa atau kegiatan yang diberitakan telah selesai. Holes
menyebut penggunaan verba imperfektif ini sebagai historic present, yang
berarti bentuk imperfektif yang mengindikasikan masa lalu.
110
Klausa
nominal dengan verba imperfektif digunakan jika tindakan verba, subjek
(biasanya pelaku verba) dan pelengkapnya (biasanya objek atau pelengkap
preposisional) diutamakan untuk menyampaikan pesan dari judul.
111
Subjek
yang mengawali klausa dapat berupa nomina definit tanpa perluasan. Contoh:


/ghand tastajwib sdniyyn wa tudhim maqarr munazhzhamt ightsah/
Uganda Tanyai Rakyat Sudan dan Serang Kantor-kantor Pusat Organisasi
Bantuan


/shlih yuhazhzhir ad-duwal al-khaljiyyah min maghabbah at-tadakhkhul f
al-harb/
Salih Peringatkan Negara-negara Teluk Tentang Konsekuensi Keterlibatan
dalam Perang




109
J anet Watson. The Syntax of Arabic Headlines and News Summaries. Arabic Language and
Linguistics. Ed. Yasir Suleiman (Surrey: Curzon Press, 1999), hlm. 169
110
Clive Holes. Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties. Edisi Revisi. (Washington
DC: Georgetown University Press, 2004), hlm. 326
111
J anet Watson. Op. Cit., hlm. 170
68


Universitas Indonesia
Subjek yang mengawali judul juga dapat berupa nomina definit yang
diperluas. Contoh: Contoh:



/ash-shir bayna al-hukmah wal muradhah f farans yabda-u bil
muhjirn wa yantah bil intikhbt al-rbiyyah/
Konflik Antara Pemerintah dan Oposisi di Prancis Bermula dengan Imigran
dan Berakhir dengan Pemilu Eropa

Tidak hanya nomina definit, nomina indefinit pun dapat diperluas. Contoh:


/ktib isbn yuhd al-amrah iln himrayn bil munsibah zaffih/
Penulis Spanyol Beri Putri Elena Dua Keledai pada Acara Pernikahannya.

33
/taful f bik yashadu bis-sir tsalatsah wa tsalatsna sant/
Optimisme di OPEC Tingkatkan Harga Sebanyak 33 Sen.


3.7. Sintesis
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh para wartawan,
redaktur, atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat,
menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang
benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami
isinya dan cepat ditangkap maknanya. Bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan ragam bahasa lainnya. Di antara ciri-ciri itu adalah
sederhana dan mudah dimengerti, karena pembaca, penonton, dan pendengar
karya jurnalistik adalah masyarakat umum yang bersifat heterogen. Maka dari itu
penggunaan istilah-istilah teknis dan asing tidak berlaku dalam bahasa jurnalistik
karena akan menyulitkan pembaca, penonton, dan pendengar.
Salah satu bagian dari karya jurnalistik adalah judul berita. J udul merupakan
identitas berita dan mencerminkan kesan pertama sebuah berita. J udul adalah
pemicu daya tarik pertama bagi pembaca untuk membaca suatu berita atau justru
segera melewati dan melupakannya. Karenanya, salah satu karakteristik judul
69


Universitas Indonesia
berita adalah provokatif, yaitu dapat membangkitkan minat dan perhatian
sehingga khalayak pembaca tergoda untuk membaca berita yang kita tulis. Hal ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik, yaitu menarik. J udul
berita juga harus singkat dan padat, yang berarti tegas, lugas, terfokus, menukik
pada pokok intisari berita, dan tidak bertele-tele (to the point). Penulisan yang
terlalu mendayu-dayu dan eufemisme berlebihan sangat dihindari dalam bahasa
jurnalistik, termasuk penulisan judul berita.
Syarat judul berita lainnya adalah menggunakan bahasa baku. Bahasa baku
artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan
yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya.
Kesalahan tata bahasa dan ejaan dalam judul berita dapat membingungkan
pembacanya. Hal ini berkaitan dengan karakteristik bahasa jurnalistik lainnya,
yakni gramatikal. Ciri gramatikal ini juga berkaitan dengan salah satu syarat
kalimat efektif jurnalistik, yaitu kepaduan atau koherensi. Kesalahan penempatan
kata-kata yang tidak sesuai, di depan, di tengah, atau di belakang kalimat,
merupakan isyarat tidak akan ada atau tidak tercapainya unsur kepaduan atau
koherensi dalam kalimat. Kesalahan lain, biasanya terlihat pada penempatan
preposisi atau kata depan, konjungsi atau kata penghubung, dan kata-kata tugas.
Ini juga harus diperhatikan dalam penulisan judul berita.
Ditinjau dari sudut pandang sintaksis, unsur-unsur inti dalam sebuah kalimat
adalah subjek dan predikat. Dua unsur pokok ini harus dipenuhi dalam menulis
judul berita. Selain itu, judul berita juga dapat ditambahkan dua unsur lain yang
tidak termasuk unsur inti, yaitu pelengkap dan partikel. Terdapat tiga macam
struktur sintaksis dalam judul berita bahasa Arab, yaitu frasa nominal, klausa
nominal tanpa verba, dan klausa nominal yang diikuti verba imperfektif. J udul-
judul berita dalam situs Aljazeera.net akan dianalisis dan diklasifikasi berdasarkan
tiga struktur tersebut.


70
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS SINTAKTIS JUDUL-JUDUL BERITA DALAM SITUS
ALJAZEERA.NET

4.1. Pengantar
Beberapa judul berita yang akan dianalisis dalam penelitian ini diambil dari
10 rubrik, yaitu /arab/ (dunia Arab), /dawl/ (internasional),
/taqrr wa hiwrt/ (laporan dan dialog), /jawwalah ash-
shihfah/ (press tour atau kunjungan pers), /hurriyt wa huqq/ (hak
asasi manusia), /ulm wa tiknljiy/ (ilmu pengetahuan dan
teknologi), /riydhah/ (olahraga), /thibb wa shihhah/ (kedokteran
dan kesehatan), /al-iqtishd/ (ekonomi), dan /munawwit/
(features). Analisis yang dilakukan adalah analisis sintaktis.
J udul-judul berita akan diklasifikasi berdasarkan tiga struktur dasar judul
berita berbahasa Arab yang dipaparkan J anet Watson dalam artikelnya The Syntax
of Arabic Headlines and News Summaries yaitu frasa nominal, klausa nominal
tanpa verba, dan klausa nominal yang subjeknya diikuti verba imperfektif. Setelah
diklasifikasi, judul-judul ini akan dianalisis struktur kalimatnya. Selain artikel
J anet Watson, penulis juga menjadikan buku Sintaksis Arab: Frasa, Klausa,
Kalimat karya Imam Asrori sebagai acuan utama analisis ini.

4.2. Judul Berita Aljazeera.net Berdasarkan Struktur dan Analisis Struktur
Sintaktis Kalimat
4.2.1. Frasa Nominal
a) FNom: FApositif + FKoord + KVerb + FPrep
1T 1T
/ithlqu sarhi shahafiyyin wa mushawwirin isbniyyayni ukhtuthif bi
sriy/
Pembebasan J urnalis dan Fotografer Spanyol yang Diculik di Suriah

J udul di atas diambil dari rubrik /arab/ (dunia Arab) dan
merupakan frasa nominal yang terdiri dari frasa apositif atau badaly
/ithlqu sarhi/ pembebasan, frasa koordinatif atau athfy
71


Universitas Indonesia
/shahafiyyin wa mushawwirin isbniyyayni/
jurnalis dan fotografer Spanyol, klausa verbal /ukhtuthif/
(yang) diculik
Induk dari frasa ini adalah frasa apositif /ithlqu sarhi/
pembebasan yang terdiri dari dua nomina bermakna sama, yaitu
/ithlqu/ dan /sarhi/ yang sama-sama memiliki makna
pembebasan.
Induk frasa ini diwatasi oleh frasa koordinatif atau athfy
/shahafiyyin wa mushawwirin isbniyyayni/ jurnalis dan
fotografer Spanyol. Frasa ini terdiri dari dua nomina yang
dihubungkan oleh partikel konjungtif /wa/ dan, yaitu
/shahafiyyun/ jurnalis dan /mushawwirun/ fotografer serta
adjektiva bentuk ganda genetif /isbniyyayni/ (dari) Spanyol
yang mensifati kedua nomina tersebut. Nomina /shahafiyyun/
jurnalis dan /mushawwirun/ fotografer ditulis dalam bentuk
genetif ( /majrr/) karena nomina sebelumnya yaitu /sarhi/
pembebasan juga ditulis dalam bentuk tersebut.
Frasa /shahafiyyin wa mushawwirin isbniyyayni/
jurnalis dan fotografer Spanyol diwatasi oleh klausa verbal
/ukhtuthif/ (yang) diculik dan frasa preposisional /bi sriy/
di Suriah.
J udul ini sudah memenuhi syarat-syarat kalimat efektif jurnalistik.
Terbukti bahwa tidak terdapat kesalahan penulisan, baik penulisan
maskulin dan feminin maupun singular, ganda, dan jamak. Tidak
terdapat juga kesalahan urutan penulisan kata dalam judul ini. Syarat
yang paling menonjol adalah kesejajaran atau kepararelan. Hal ini
dibuktikan dengan frasa koordinatif dalam judul ini. Adjektiva dalam
frasa tersebut ditulis dalam bentuk ganda genetif karena mensifati dua
nomina yang juga berbentuk genetif.
Dari sudut pandang karakteristik bahasa jurnalistik, judul ini sudah
memenuhi karakteristik sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih,
dan gramatikal. Hal ini dibuktikan oleh jumlah kata-kata yang tidak
terlalu banyak (7 kata), tidak adanya penghalusan atau eufemisme
72


Universitas Indonesia
sehingga judul tersebut mudah dimengerti dan dapat ditangkap
maksudnya, dan kesesuaian penulisan judul dengan tata bahasa yang
baku (bahasa fusha).
J udul di atas juga sudah memenuhi beberapa karakteristik judul berita,
yaitu singkat dan padat (dibuktikan dengan jumlah kata pada judul
yaitu 7), formal (karena langsung menukik pada pokok masalah dan
tidak bertele-tele), dan menggunakan bahasa baku.

b) FNom: (I dhafah 1 + FPrep) + I dhafah 2
1T 1T
/imtiddu al-isytibkti li-sijni ab ghuraybin wa qashfi al-falljati/
Berlanjutnya Bentrokan di Penjara Abu Ghraib dan Pengeboman
Fallujah

J udul di atas diambil dari rubrik /arab/ (dunia Arab) dan
merupakan frasa nominal yang terdiri dari idhafah pertama
/imtiddu al-isytibkti/ berlangsungnya bentrokan, frasa
preposisional /li-sijni ab ghuraybin/ di penjara Abu
Ghraib, dan idhafah kedua /qashfi al-falljati/
pengeboman Fallujah.
Idhafah pertama yang berfungsi sebagai induk dari frasa ini terdiri dari
nomina /imtiddun/ berlangsungnya sebagai mudhaf dan nomina
/al-isytibktu/ bentrokan sebagai mudhaf ilaih.
Idhafah tersebut kemudian diwatasi oleh frasa preposisional frasa
preposisional /li-sijni ab ghuraybin/ di penjara Abu
Ghraib yang terdiri dari preposisi /li/ di sebagai induk dan frasa
idhafy /sijnun ab ghuraybin/ sebagai pewatas.
Setelah frasa tersebut, terdapat partikel konjungtif /wa/ dan yang
menghubungkan frasa /imtiddu al-
isytibkti li-sijni ab ghuraybin/ berlangsungnya bentrokan di
penjara Abu Ghraib dan idhafah kedua, yaitu /qashfi al-
falljati/ pengeboman Fallujah. Idhafah ini terdiri dari nomina
/qashfun/ pengeboman sebagai mudhaf dan nomina nama diri (
73


Universitas Indonesia
/ism alam/) /al-falljatu/ Fallujah yang merupakan nama kota
yang dibom pada peristiwa tersebut sebagai mudhaf ilaih.
Dari sudut pandang syarat kalimat efektif jurnalistik, judul di atas
sudah memenuhi syarat kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan urutan kata yang tepat dalam
frasa dan tidak menyalahi tata bahasa.
Dari sudut pandang karakteristik bahasa jurnalistik, judul ini sudah
memenuhi karakteristik sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih,
dan gramatikal. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kata yang tidak
terlalu banyak (7 kata), menghindari penghalusan atau eufemisme yang
berlebihan, dan penulisan yang sesuai dengan tata bahasa Arab yang
baku.
J udul tersebut juga sudah memenuhi beberapa karakteristik judul
berita, yaitu singkat dan padat, formal, dan menggunakan bahasa baku.
Karakteristik singkat dan padat dalam judul ini dibuktikan dengan
jumlah kata dalam judul (7 kata). J udul tersebut bersifat formal karena
langsung menukik pada pokok persoalan yang diberitakan. J udul ini
juga menggunakan bahasa baku, yang dalam bahasa Arab disebut
bahasa fusha.

c) FNom: N + N + N + N

/tarjuu numuwwi al-iqtishd al-tnis/
Turunnya Pertumbuhan Ekonomi Tunisia

J udul di atas diambil dari rubrik /al-iqtishd/ (ekonomi) dan
merupakan frasa idhafah yang terdiri dari empat nomina. Nomina
pertama /tarjuu/ turunnya/penurunan berfungsi sebagai
mudhaf dan tiga nomina setelahnya /numuwwi al-
iqtishd al-tnis/ pertumbuhan ekonomi Tunisia merupakan mudhaf
ilaih. Mudhaf ilaih dalam judul ini terdiri dari nomina /numuwwun/
pertumbuhan sebagai mudhaf dan frasa nominal /al-
iqtishd at-tnis/ ekonomi Tunisia sebagai mudhaf ilaih. Frasa
74


Universitas Indonesia
nominal /al-iqtishd at-tnis/ ekonomi Tunisia terdiri
dari nomina /al-iqtishd/ ekonomi sebagai induk dan
adjektiva /at-tnis/ (dari) Tunisia sebagai pewatas. Nomina
/al-iqtishd/ ekonomi merupakan nomina maskulin tunggal,
maka adjektiva /at-tnis/ (dari) Tunisia yang mensifatinya
juga ditulis dalam bentuk yang sama.
Dari sudut pandang syarat kalimat efektif jurnalistik, judul di atas
sudah memenuhi syarat kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan urutan kata yang tepat dalam
frasa dan tidak menyalahi tata bahasa. Karakteristik kesejajaran atau
keparalelan juga terdapat dalam judul ini, yaitu penulisan gender yang
tepat dalam frasa nominal /al-iqtishd at-tnis/
ekonomi Tunisia.
J udul ini juga telah memenuhi beberapa karakteristik bahasa
jurnalistik. Karakteristik yang pertama adalah singkat. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kata dalam judul yang sangat sedikit yaitu 4
kata saja. Karakteristik yang lainnya yaitu padat, lugas, jernih, dan
jelas. Tidak terdapat eufemisme atau penghalusan yang berlebihan
dalam judul ini. J udul ini juga bersifat gramatikal, terbukti dari
penulisannya yang tepat dan tidak menyalahi tata bahasa Arab baku.
Dari sudut pandang karakteristik judul berita, judul tersebut telah
memenuhi beberapa karakteristik judul berita, yaitu singkat dan padat,
formal, dan menggunakan bahasa baku. Terbukti dari jumlah kata yang
sangat sedikit, penulisan yang langsung menukik pada pokok masalah
tanpa basa-basi yang tidak perlu, dan tidak menyalahi tata bahasa Arab
yang baku.







75


Universitas Indonesia
d) FNom: I dhafah + FPrep
1.
/muqtalu jundiyyin rmniyyin janba afghnistn/
Tewasnya Tentara Rumania di Afganistan Selatan

J udul di atas diambil dari rubrik /dawl/ (internasional) dan
merupakan frasa nominal yang terdiri dari idhafah
/muqtalu jundiyyin rmniyyin/ tewasnya tentara Rumania
sebagai induk dan frasa preposisional /janba
afghnistn/ (di) Afganistan Selatan sebagai pewatas.
Idhafah yang menjadi induk dari frasa ini terdiri dari nomina
/muqtalun/ tewasnya/kematian sebagai mudhaf, nomina
/jundiyyun/ tentara sebagai mudhaf ilaih dan adjektiva
/rmniyyin/ (dari) Rumania yang mensifati nomina
/jundiyyun/ tentara.
Idhafah ini diwatasi oleh frasa preposisional /janba
afghnistn/ (di) Afganistan Selatan yang terdiri dari preposisi
/janba/ Selatan sebagai induk dan nomina nama negara
/afghnistn/ Afganistan sebagai pewatas.
Terdapat nominalisasi verba yang merupakan salah satu cirri khas
bahasa Arab media dalam judul ini, yaitu nomina /muqtalun/
tewasnya/kematian sebagai pengganti verba pasif /yuqtalu/
tewas/mati.
J udul ini telah memenuhi salah satu syarat kalimat efektif
jurnalistik yaitu kesejajaran atau keparalelan. Hal ini dibuktikan
dengan penulisan frasa nominal /jundiyyun
rmniyyun/ tentara Rumania. Nomina /jundiyyun/ tentara
merupakan nomina maskulin tunggal yang bersifat umum
(nakirah) karena tidak diawali partikel spesifik /al/. Maka,
adjektiva /rmniyyin/ (dari) Rumania juga ditulis dalam
bentuk yang sama. Syarat kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan
atau koherensi juga terdapat dalam judul ini karena penulisannya
76


Universitas Indonesia
yang benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang
baku.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul berita ini
adalah sederhana, singkat, dan padat. Hal ini dibuktikan dengan
jumlah kata yang sedikit dalam judul yaitu 5 kata saja, namun
informasi yang didapat dari judul sudah dapat dengan mudah
ditangkap, yaitu tewasnya seorang tentara Rumania di Afganistan.
Karakteristik lainnya adalah lugas, jernih, dan jelas. Artinya, tidak
terdapat penghalusan, eufemisme, atau basa-basi yang tidak perlu,
sehingga mudah dimengerti. J udul ini juga bersifat gramatikal.
Terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang dari
tata bahasa Arab baku.
Dari sudut pandang karakteristik judul berita, judul di atas
memiliki karakteristik singkat dan padat. Terbukti dari jumlah kata
yang sedikit, namun sarat dengan informasi sehingga pembaca
dapat langsung memahami peristiwa yang disampaikan dalam
judul. Karakteristik judul berita lainnya yang dimiliki oleh judul ini
adalah formal, yang berarti to the point, menukik pada pokok
peristiwa yang disampaikan, dan menghindari eufemisme,
penghalusan, dan basa-basi yang tidak diperlukan. J udul ini juga
menggunakan bahasa baku, yang dalam bahasa Arab disebut
bahasa fusha.

2.
/khiyrtu al-aqaliyyti f al-intikhbti at-turkiyyati/
Pilihan Minoritas dalam Pemilu Turki

J udul di atas diambil dari rubrik /taqrr wa hiwrt/
(laporan dan dialog) dan merupakan frasa nominal yang terdiri dari
idhafah /khiyrtu al-aqaliyyti/ pilihan minoritas
sebagai induk dan frasa preposisional /f al-
intikhbti at-turkiyyati/ dalam pemilu Turki sebagai pewatas.
77


Universitas Indonesia
Idhafah yang mengawali judul ini terdiri dari nomina
/khiyrtu/ pilihan sebagai mudhaf dan /al-aqaliyyti/
minoritas sebagai mudhaf ilaih.
Idhafah ini diwatasi oleh frasa preposisional yang terdiri dari
preposisi /f/ di/dalam sebagai induk dan frasa nominal
/al-intikhbti at-turkiyyati/ pemilu Turki sebagai
pewatas.
Frasa nominal /al-intikhbtu at-turkiyyatu/ pemilu
Turki yang mewatasi frasa preposisional tersebut terdiri dari
nomina /al-intikhbtu/ pemilu sebagai induk dan
adjektiva /at-turkiyyatu/ (dari) Turki sebagai pewatas. Frasa
ini ditulis dalam bentuk genetif (majrur) karena didahului oleh
preposisi /f/ di/dalam. Maka, baik Nomina /al-
intikhbtu/ pemilu maupun adjektiva /at-turkiyyatu/
(dari) Turki juga ditulis dalam bentuk tersebut.
Nomina /al-intikhbtu/ pemilu merupakan nomina
jamak feminin untuk benda mati. Dalam bahasa Arab, semua
nomina jamak untuk benda mati, baik maskulin maupun feminin,
dianggap bentuk feminin tunggal. J adi, adjektiva /at-
turkiyyatu/ (dari) Turki yang mensifati nomina tersebut ditulis
dalam bentuk feminin tunggal. Nomina /al-intikhbtu/
pemilu bersifat spesifik (marifah) karena diawali partikel /al/,
maka adjektiva /at-turkiyyatu/ (dari) Turki yang mensifati
nomina tersebut juga harus diawali partikel /al/.
Penulisan frasa nominal /al-intikhbtu at-
turkiyyatu/ pemilu Turki merupakan bukti terdapatnya
kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Selain itu, terdapat
juga kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau koherensi
dalam judul tersebut. Hal ini dibuktikan dengan penulisan judul
yang benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang
baku.
J udul di atas memiliki beberapa karakteristik bahasa jurnalistik,
yaitu sederhana, singkat, dan padat. Hal ini dibuktikan dengan
78


Universitas Indonesia
sedikitnya jumlah kata (5 kata). Walaupun hanya terdiri dari 5 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga
dimiliki judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak
menyimpang dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 5 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut.
Formal, karena langsung menukik pada pokok masalah serta
menghindari basa-basi dan eufemisme yang tidak diperlukan.

3.
/irtifu al-aswqi at-turkiyyati bada fawzi ardghn/
Meningkatnya Pasar Turki Setelah Kemenangan Erdogan

J udul di atas diambil dari rubrik /al-iqtishd/ (ekonomi) dan
terdiri dari idhafah /irtifu al-aswqi at-
turkiyyati/ meningkatnya pasar Turki sebagai induk dan frasa
preposisional /bada fawzi ardghn/ setelah
kemenangan Erdogan sebagai pewatas.
Idhafah yang mengawali judul ini terdiri dari nomina
/irtifu/ meningkatnya/peningkatan sebagai mudhaf dan frasa
nominal /al-aswqu at-turkiyyatu/ pasar Turki
sebagai mudhaf ilaih. Frasa nominal ini terdiri dari nomina
/al-aswqu/ pasar sebagai induk dan adjektiva /at-
turkiyyatu/ (dari) Turki sebagai pewatas.
Idhafah dalam judul tersebut diwatasi oleh frasa preposisional yang
terdiri dari preposisi /bada/ setelah sebagai induk dan idhafah
/fawzu ardghn/ kemenangan Erdogan sebagai
79


Universitas Indonesia
pewatas. Idhafah yang mewatasi frasa preposisional ini terdiri dari
nomina /fawzun/ kemenangan sebagai mudhaf dan nomina
nama diri /ardghn/ Erdogan sebagai mudhaf ilaih.
Nomina /fawzun/ kemenangan ditulis dalam bentuk genetif
(majrur) karena didahului oleh preposisi /bada/ setelah.
J udul di atas memiliki beberapa karakteristik bahasa jurnalistik,
yaitu sederhana, singkat, dan padat. Hal ini dibuktikan dengan
sedikitnya jumlah kata (6 kata). Walaupun hanya terdiri dari 6 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga
dimiliki judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak
menyimpang dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 6 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut.
Formal, karena langsung menukik pada pokok masalah serta
menghindari basa-basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak
diperlukan.

4.
/nadzru harbin bridatin jaddatin bayna wsyinthan wa msk/
Sumpah Perang Dingin Baru Antara Washington dan Moskow

J udul di atas diambil dari rubrik /jawwalah ash-
shihfah/ (press tour atau kunjungan pers) dan merupakan frasa
nominal yang terdiri dari idhafah /nadzru harbin
bridatin jaddatin/ sumpah perang dingin baru sebagai induk
dan frasa preposisional /bayna wsyinthan wa
msk/ antara Washington dan Moskow sebagai pewatas.
80


Universitas Indonesia
Idhafah yang mengawali judul ini terdiri dari nomina /nadzrun/
sumpah sebagai mudhaf dan frasa nominal /harbun
bridatun jaddatun/ perang dingin baru sebagai mudhaf ilaih.
Frasa nominal ini terdiri dari nomina /harbun/ perang yang
diwatasi oleh dua adjektiva yaitu /bridatun/ dingin dan
/jaddatun/ baru.
Idhafah ini diwatasi oleh frasa preposisional
/bayna wsyinthan wa msk/ antara Washington dan Moskow
yang terdiri dari preposisi /bayna/ antara sebagai induk dan
frasa koordinatif atau athfy /wsyinthan wa msk/
Washington dan Moskow sebagai pewatas.
J udul ini sudah memenuhi salah satu syarat kalimat efektif
jurnalistik, yaitu kesejajaran dan kepararelan. Hal ini dibuktikan
dengan penulisan frasa nominal /harbun bridatun
jaddatun/ perang dingin baru. Nomina /harbun/ perang
merupakan nomina feminin tunggal walaupun tidak memiliki ta
marbuthah (). Maka, dua adjektiva yang mensifatinya yaitu
/bridatun/ dingin dan /jaddatun/ baru ditulis dalam
bentuk yang sama. Nomina /harbun/ perang juga merupakan
nomina yang bersifat umum (nakirah) karena tidak diawali partikel
/al/. Maka, dua adjektiva yang mensifatinya yaitu
/bridatun/ dingin dan /jaddatun/ baru juga tidak boleh
diawali partikel /al/.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul di atas adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini terbukti dari penulisannya yang benar, urutan
kata yang tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang
baku.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena
jumlah kata yang tidak terlalu banyak, yakni 8 kata. Walaupun
hanya terdiri dari 8 kata, judul ini sudah sarat dengan informasi,
sehingga tidak membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa
81


Universitas Indonesia
jurnalistik lainnya yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan
jelas. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau
penghalusan yang tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu
gramatikal juga dimiliki judul ini, terbukti dari penulisannya yang
benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 8 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut.
Formal, karena langsung menukik pada pokok masalah serta
menghindari basa-basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak
diperlukan.

e) FNom: N + FPrep

/makhwifun min imtiddi ash-shiri as-sriyyi/
Kekhawatiran Akan Melebarnya Konflik Suriah

J udul di atas diambil dari rubrik /jawwalah ash-shihfah/
(press tour atau kunjungan pers) dan terdiri dari nomina
/makhwifun/ kekhawatiran sebagai induk dan frasa preposisional
/min imtiddi ash-shiri as-sriyyi/ akan
melebarnya konflik Suriah sebagai pewatas.
Frasa preposisional ini terdiri dari preposisi /min/ dari/akan
sebagai induk dan idhafah /imtiddu ash-shiri as-
sriyyi/ melebarnya konflik Suriah sebagai pewatas.
Idhafah yang mewatasi frasa ini terdiri dari nomina /imtiddu/
melebarnya sebagai mudhaf dan frasa nominal /ash-
shiru as-sriyyu/ konflik Suriah sebagai mudhaf ilaih. Frasa
nominal ini terdiri dari nomina /ash-shiru/ konflik sebagai
induk dan adjektiva /as-sriyyu/ (dari) Suriah sebagai
pewatas.
82


Universitas Indonesia
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Hal ini
terbukti dari penulisan frasa nominal /ash-shiru as-
sriyyu/ konflik Suriah. Nomina /ash-shiru/ konflik
merupakan nomina maskulin tunggal, maka adjektiva /as-
sriyyu/ (dari) Suriah juga ditulis dalam bentuk yang sama. Idhafah
/imtiddu ash-shiri as-sriyyi/ melebarnya
konflik Suriah ditulis dalam bentuk genetif (majrur) karena didahului
oleh preposisi /min/ dari/akan. Maka, baik nomina /imtiddu/
melebarnya sebagai mudhaf maupun frasa nominal
/ash-shiru as-sriyyu/ konflik Suriah sebagai mudhaf ilaih ditulis
dalam bentuk genetif.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar,
urutan kata yang tepat dan sesuai tata bahasa.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena jumlah
kata yang sedikit, yakni 5 kata. Walaupun hanya terdiri dari 5 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki
judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 5 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak diperlukan.


83


Universitas Indonesia
f) FNom: I dhafah + FNom
34
/iktisyfu maqbaratin firawniyyatin umruh arbaatu wa tsaltsna
qarnan/
Penemuan Makam Firaun Berusia 34 Abad

J udul di atas diambil dari rubrik /munawwit/ (features) dan
terdiri dari idhafah /iktisyfu maqbaratin
firawniyyatin/ penemuan makam Firaun sebagai induk dan frasa
nominal 34 /umruh arbaatu wa tsaltsna qarnan/
berusia 34 abad sebagai pewatas.
Idhafah yang mengawali judul ini terdiri dari nomina
/iktisyfun/ penemuan sebagai mudhaf dan frasa nominal
/maqbaratun firawniyyatun/ makam Firaun sebagai mudhaf ilaih.
Frasa nominal ini terdiri dari nomina /maqbaratun/ makam
sebagai induk dan adjektiva /firawniyyatun/ Firaun sebagai
pewatas.
Idhafah ini diwatasi oleh frasa nominal 34 /umruh arbaatu
wa tsaltsna qarnan/ berusia 34 abad yang terdiri dari induk berupa
nomina /umrun/ usia yang disambung dengan pronomina posesif
untuk orang ketiga feminin /h/ -nya (pr.) dan pewatas berupa
frasa numeralia 34 /arbaatu wa tsaltsna qarnan/ 34 abad.
Terdapat unsur kesejajaran dan keparalelan dalam judul ini. Frasa
nominal /maqbaratun firawniyyatun/ makam Firaun
ditulis dalam bentuk genetif (majrur) karena berfungsi sebagai mudhaf
ilaih. Nomina /maqbaratun/ makam merupakan nomina feminin
tunggal, maka adjektiva /firawniyyatun/ Firaun juga ditulis
dalam bentuk yang sama. Nomina /maqbaratun/ makam juga
bersifat umum karena tidak diawali partikel /al/, maka adjektiva
/firawniyyatun/ Firaun juga tidak boleh diawali partikel
/al/.
Dari sudut pandang karakteristik bahasa jurnalistik, judul ini sudah
memenuhi karakteristik sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih,
84


Universitas Indonesia
dan gramatikal. Hal ini dibuktikan oleh jumlah kata-kata yang tidak
terlalu banyak (8 kata), tidak adanya penghalusan atau eufemisme
sehingga judul tersebut mudah dimengerti dan dapat ditangkap
maksudnya, dan kesesuaian penulisan judul dengan tata bahasa yang
baku (bahasa fusha).
J udul di atas juga sudah memenuhi beberapa karakteristik judul berita,
yaitu singkat dan padat (dibuktikan dengan jumlah kata pada judul
yaitu 8), formal (karena langsung menukik pada pokok masalah dan
tidak bertele-tele), dan menggunakan bahasa baku.

g) FNom: FKoord + FPrep + FPrep

/ihtijjtun wa ittihmtun lisy-syurthati bi maqtali shahafiyyatin
mishriyyatin/
Protes dan Tudingan kepada Polisi atas Pembunuhan Wartawati
Mesir

J udul di atas diambil dari rubrik /hurriyt wa huqq/ (hak
asasi manusia) dan terdiri dari frasa koordinatif
/ihtijjtun wa ittihmtun/ protes dan tudingan sebagai induk, frasa
preposisional pertama /lisy-syurthati/ kepada polisi sebagai
pewatas, dan frasa preposisional kedua /bi maqtali
shahafiyyatin mishriyyatin/ atas pembunuhan wartawati Mesir yang
mewatasi frasa koordinatif /ihtijjtun wa ittihmtun/
protes dan tudingan.
Frasa preposisional pertama /lisy-syurthati/ kepada polisi
terdiri dari preposisi /li/ kepada/untuk sebagai induk dan nomina
/asy-syurthatu/ polisi sebagai pewatas.
Frasa preposisional kedua /bi maqtali shahafiyyatin
mishriyyatin/ atas pembunuhan wartawati Mesir terdiri dari preposisi
/bi/ dengan/atas sebagai induk dan idhafah
/maqtalun shahafiyyatin mishriyyatin/ pembunuhan wartawati Mesir
sebagai pewatas. Idhafah yang mewatasi frasa preposisional kedua ini
85


Universitas Indonesia
terdiri dari nomina /maqtalun/ pembunuhan sebagai mudhaf dan
frasa nominal /shahafiyyatun mishriyyatun/ wartawan
Mesir sebagai mudhaf ilaih. Frasa nominal ini terdiri dari nomina
feminin /shahafiyyatun/ wartawati sebagai induk dan adjektiva
/mishriyyatun/ (dari) Mesir sebagai pewatas.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Hal ini
dapat dibuktikan pada penulisan frasa nominal
/shahafiyyatun mishriyyatun/ wartawan Mesir. Nomina
/shahafiyyatun/ wartawati merupakan nomina feminin tunggal, maka
adjektiva /mishriyyatun/ (dari) Mesir yang mensifati nomina
tersebut juga ditulis dalam bentuk feminin tunggal. Selain itu, nomina
/shahafiyyatun/ wartawati bersifat umum karena tidak diawali
partikel /al/, maka adjektiva /mishriyyatun/ (dari) Mesir
yang mensifati nomina tersebut juga tidak boleh diawali partikel /al/.
J udul di atas memiliki beberapa karakteristik bahasa jurnalistik, yaitu
sederhana, singkat, dan padat. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya
jumlah kata (7 kata). Walaupun hanya terdiri dari 7 kata, judul ini
sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak membingungkan
pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya yang dimiliki judul
ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya eufemisme atau penghalusan yang tidak diperlukan.
Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki judul ini, terbukti
dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 7 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi dan eufemisme yang tidak diperlukan.



86


Universitas Indonesia
h) FNom: FNom + I dhafah + FPrep
:
/taqrrun rbiyyun: tarjuu al-ishlhti f al-jaz-iri/
Laporan Eropa: Mundurnya Reformasi di Aljazair

J udul di atas diambil dari rubrik /taqrr wa hiwrt/
(laporan dan dialog), dan terdiri dari frasa nominal
/taqrrun rbiyyun/ laporan Eropa sebagai induk dan idhafah
/tarjuu al-ishlhti/ mundurnya reformasi serta frasa
preposisional /f al-jaz-iri/ di Aljazair yang mewatasi frasa
nominal /taqrrun rbiyyun/ laporan Eropa.
Frasa nominal /taqrrun rbiyyun/ laporan Eropa terdiri
dari nomina /taqrrun/ laporan sebagai induk dan adjektiva
/rbiyyun/ (dari) Eropa sebagai pewatas.
Idhafah dalam judul ini terdiri dari nomina /tarjuun/
mundurnya/kemunduran sebagai mudhaf dan /al-ishlhti/
reformasi sebagai mudhaf ilaih.
Frasa preposisional dalam judul ini terdiri dari preposisi /f/
di/dalam sebagai induk dan nomina nama negara /al-jaz-iru/
Aljazair sebagai pewatas.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Di
antaranya penulisan frasa nominal /taqrrun rbiyyun/
laporan Eropa. Nomina /taqrrun/ laporan merupakan nomina
maskulin tunggal, maka adjektiva /rbiyyun/ (dari) Eropa
yang mensifatinya juga ditulis dalam bentuk maskulin tunggal. Selain
itu, nomina /taqrrun/ laporan bersifat umum karena tidak
diawali partikel /al/. Maka adjektiva /rbiyyun/ (dari)
Eropa yang mensifatinya juga tidak boleh diawali partikel /al/.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar,
urutan kata yang tepat dan sesuai tata bahasa.
87


Universitas Indonesia
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena jumlah
kata yang sedikit, yakni 6 kata. Walaupun hanya terdiri dari 6 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki
judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 6 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak diperlukan.

i) FNom: FNom + FPrep + FPrep

/muzhhartun layliyyatun bi mishra aqba maqtila thlibayni/
Unjuk Rasa Malam di Mesir Setelah Pembunuhan Dua Mahasiswa

J udul di atas diambil dari rubrik /arab/ (dunia Arab) dan terdiri
dari frasa nominal /muzhhartun layliyyatun/ unjuk rasa
malam sebagai induk, frasa preposisional pertama /bi mishra/ di
Mesir sebagai pewatas, dan frasa preposisional kedua
/aqba maqtila thlibayni/ setelah pembunuhan dua mahasiswa yang
mewatasi frasa preposisional pertama.
Frasa nominal /muzhhartun layliyyatun/ unjuk rasa
malam yang mengawali judul di atas terdiri dari nomina feminin
jamak /muzhhartun/ unjuk rasa sebagai induk dan
adjektiva /layliyyatun/ malam sebagai pewatas. Nomina
/muzhhartun/ unjuk rasa merupakan nomina jamak feminin untuk
88


Universitas Indonesia
benda mati. Dalam bahasa Arab, semua nomina jamak untuk benda
mati, baik maskulin maupun feminin, dianggap bentuk feminin
tunggal. J adi, adjektiva /layliyyatun/ malam ditulis dalam bentuk
feminin tunggal.
Frasa tersebut diwatasi oleh frasa preposisional pertama /bi
mishra/ di Mesir yang terdiri dari preposisi /bi/ di sebagai induk
dan nomina nama negara /mishr/ Mesir sebagai pewatas.
Frasa preposisional pertama ini diwatasi oleh frasa preposisional kedua
/aqba maqtila thlibayni/ setelah pembunuhan dua
mahasiswa yang terdiri dari preposisi /aqba/ setelah sebagai
induk, nomina /maqtila/ pembunuhan sebagai pewatas dan
nomina bentuk ganda /thlibayni/ dua mahasiswa yang
mewatasi nomina /maqtila/ pembunuhan.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Unsur
tersebut terletak pada penulisan Frasa nominal
/muzhhartun layliyyatun/ unjuk rasa malam. Nomina
/muzhhartun/ unjuk rasa bersifat umum karena tidak diawali
partikel /al/, maka adjektiva /layliyyatun/ malam yang
mensifatinya tidak boleh diawali partikel /al/.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar,
urutan kata yang tepat dan sesuai tata bahasa.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena jumlah
kata yang sedikit, yakni 6 kata. Walaupun hanya terdiri dari 6 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki
judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab baku.
89


Universitas Indonesia
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 6 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak diperlukan.

4.2.2. Klausa Nominal Non-Verbal
a) KNom: S (I dhafah) + P (FPrep) + Adv. Temporal

/intikhbtu ar-ri-sati bi mishra awkhira my/
Pemilihan Presiden di Mesir pada Akhir Mei

J udul di atas diambil dari rubrik /arab/ (dunia Arab) dan terdiri
dari subjek berupa idhafah /intikhbtu ar-ri-sati/
pemilihan presiden dan predikat yang terdiri dari frasa preposisional
/bi mishra/ di Mesir dan adverbia temporal atau keterangan
waktu /awkhira my/ (pada) akhir Mei yang berfungsi
sebagai penjelas bagi idhafah /intikhbtu ar-ri-sati/
pemilihan presiden.
Idhafah yang mengawali judul di atas terdiri dari nomina mudhaf
/intikhbtu/ pemilihan/pemilu dan nomina mudhaf ilaih
/ar-ri-sati/ presiden.
Frasa preposisional yang menjadi predikat pada judul ini terdiri dari
preposisi /bi/ di sebagai induk dan nomina nama diri /mishr/
Mesir yang merupakan nama negara tempat peristiwa dalam judul
berlangsung sebagai pewatas.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar,
urutan kata yang tepat dan sesuai tata bahasa.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena jumlah
90


Universitas Indonesia
kata yang sedikit, yakni 5 kata. Walaupun hanya terdiri dari 5 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki
judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 5 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak diperlukan.

b) KNom: S (I dhafah) + P (N + FPrep)
..
/mratsnu baghdda..rislatun lil-hubbi wa as-salmi/
Maraton Baghdad: Pesan Cinta dan Perdamaian

J udul di atas diambil dari rubrik /riydhah/ (olahraga) dan terdiri
dari subjek berupa idhafah /mratsnu baghdda/ maraton
Baghdad dan predikat /khabar ismiyyah/ yang terdiri dari
nomina /rislatun/ pesan dan frasa preposisional /lil-
hubbi wa as-salmi/ (untuk) cinta dan perdamaian.
Idhafah yang menjadi subjek pada judul ini terdiri dari nomina mudhaf
/mratsnu/ maraton dan nomina nama diri /baghdd/
Baghdad yang menjadi mudhaf ilaih dalam frasa ini.
Frasa preposisional yang menjadi predikat judul ini terdiri dari
preposisi /li/ untuk yang disambung dengan frasa koordinatif atau
athfy /al-hubbu wa as-salmu/ cinta dan perdamaian.
Syarat kalimat efektif jurnalistik yang telah dipenuhi oleh judul ini
adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau koherensi. Hal
91


Universitas Indonesia
ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar, urutan kata yang
tepat dan sesuai tata bahasa.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena jumlah
kata yang sedikit, yakni 6 kata. Walaupun hanya terdiri dari 6 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki
judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 6 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak diperlukan.

c) KNom: S (I dhafah) + P (Adj + FPrep)

/mathbakhu al-bahri al-mutawassithi munsibun li takhffi al-wazni/
Masakan Mediterania Cocok untuk Turunkan Berat Badan

J udul di atas diambil dari rubrik /thibb wa shihhah/
(kedokteran dan kesehatan) dan terdiri atas subjek berupa idhafah
/mathbakhu al-bahri al-mutawassithi/ masakan
Mediterania dan predikat yang terdiri dari adjektiva /munsibun/
cocok dan frasa preposisional /li takhffi al-wazni/ untuk
menurunkan berat badan.
Idhafah yang mengawali judul ini terdiri dari nomina mudhaf
/mathbakhun/ masakan dan nomina nama diri /al-bahri
al-mutawassithi/ Laut Tengah/Mediterania sebagai mudhaf ilaih.
92


Universitas Indonesia
Adjektiva /munsibun/ cocok mensifati nomina
/mathbakhun/ masakan.
Frasa preposisional yang merupakan bagian dari predikat dalam judul
ini terdiri dari preposisi /li/ untuk yang disambungkan dengan
idhafah /takhff al-wazni/ menurunkan berat badan yang
terdiri dari nomina verbal /takhffun/ menurunkan/penurunan
sebagai mudhaf dan nomina /al-waznu/ berat badan sebagai
mudhaf ilaih.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Nomina
/mathbakhun/ masakan merupakan nomina maskulin tunggal,
maka adjektiva /munsibun/ cocok yang mensifatinya juga
ditulis dalam bentuk maskulin tunggal. Nomina /mathbakhun/
masakan juga bersifat umum karena tidak diawali partikel /al/,
maka adjektiva /munsibun/ cocok yang mensifatinya juga
tidak boleh diawali partikel /al/.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar,
urutan kata yang tepat dan sesuai tata bahasa.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena jumlah
kata yang sedikit, yakni 6 kata. Walaupun hanya terdiri dari 6 kata,
judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki
judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 6 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
93


Universitas Indonesia
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak diperlukan.

d) KNom: S (FNum) + P (FPrep) + Adv. Temporal
36
0T/sittah wa tsaltsn qatlan f finizwl mundzu badi al-ihtijjti
dhidda mdr/
0T360T 0TTewas di0T 0TVenezuela0T 0TSejak Awal0T 0TProtes Menentang0T 0TMaduro

J udul di atas diambil dari rubrik /dawl/ (internasional) dan terdiri
dari subjek berupa frasa numeralia atau adady 36 /0Tsittah wa
tsaltsn qatlan/ 36 (orang) tewas dan predikat yang berupa frasa
preposisional 0T /0Tf finizwl0T/ di Venezuela dan pelengkap
berupa adverbia temporal /0Tmundzu badi al-
ihtijjti dhidda mdr0T/ sejak awal protes menentang Maduro.
Frasa numeralia yang mengawali judul ini terdiri dari bilangan 36
/0Tsittah wa tsaltsn0T/ tiga puluh enam sebagai induk dan nomina
verbal pasif /0Tqatlan0T/ (orang) tewas/terbunuh sebagai pewatas.
Frasa preposisional yang menjadi predikat judul ini terdiri dari
preposisi /f/ di/dalam sebagai induk dan nomina nama negara
/0Tfinizwl0T/ Venezuela sebagai pewatas. Frasa ini juga berfungsi
sebagai adverbia lokatif atau keterangan tempat.
Dalam judul ini juga terdapat pelengkap berupa keterangan waktu atau
adverbia temporal /0Tmundzu badi al-ihtijjti
dhidda mdr0T/ sejak awal protes menentang Maduro yang berfungsi
sebagai penjelas bagi frasa numeralia 36 /0Tsittah wa tsaltsn
qatlan/ 36 (orang) tewas.
Syarat kalimat efektif jurnalistik yang telah dipenuhi oleh judul ini
adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau koherensi. Hal
ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar, urutan kata yang
tepat dan sesuai tata bahasa. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu
karakteristik bahasa jurnalistik, yaitu gramatikal, dan salah satu
karakteristik judul berita, yaitu menggunakan bahasa baku.
94


Universitas Indonesia
J umlah kata dalam judul ini cukup banyak, yakni 11 kata. Kendati
demikian, pembaca masih dapat memahami informasi yang
disampaikan oleh judul tersebut. J udul ini juga bersifat formal, yaitu
langsung menukik pada pokok masalah dan tidak menggunakan
eufemisme atau penghalusan yang tidak diperlukan

e) KNom: S (FNom) + P (FPrep)
1.
/kuwaykibun jaddun f al-fan-i al-khalaf li nizhmin asy-
syams/
Asteroid Baru di Bagian Belakang Tata Surya Kita.

J udul di atas diambil dari rubrik /ulm wa
tiknljiy/ (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan terdiri dari
subjek berupa frasa nominal /kuwaykibun jaddun/
asteroid baru dan predikat berupa frasa preposisional
/f al-fan-i al-khalaf li nizhmin asy-syams/ di
bagian belakang tata surya kita. Frasa nominal yang mengawali
judul ini terdiri dari nomina /kuwaykibun/ asteroid sebagai
induk dan adjektiva /jaddun/ baru sebagai pewatas. Frasa
preposisional yang menjadi predikat judul ini terdiri dari preposisi
/f/ di/dalam sebagai induk dan frasa nominal /al-
fan-u al-khalafiyyu/ bagian belakang sebagai pewatas dan frasa
preposisional /li nizhmin asy-syams/ (untuk) tata
surya kita yang mewatasi frasa /al-fan-u al-khalafiyyu/
bagian belakang.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Yakni
penulisan frasa nominal /kuwaykibun jaddun/ asteroid
baru dan /al-fan-u al-khalafiyyu/ bagian belakang.
Dalam frasa nominal /kuwaykibun jaddun/ asteroid
baru, nomina /kuwaykibun/ asteroid merupakan nomina
maskulin tunggal. Maka adjektiva /jaddun/ baru yang
mensifatinya juga ditulis dalam bentuk maskulin tunggal. Nomina
95


Universitas Indonesia
/kuwaykibun/ asteroid juga bersifat umum karena tidak
diawali partikel /al/, maka adjektiva /jaddun/ baru yang
mensifatinya juga tidak boleh diawali partikel /al/.
Dalam frasa nominal /al-fan-u al-khalafiyyu/ bagian
belakang, nomina /al-fan-u/ bagian/halaman merupakan
nomina maskulin tunggal. Maka adjektiva /al-khalafiyyu/
belakang yang mensifatinya juga ditulis dalam bentuk maskulin
tunggal. Nomina /al-fan-u/ bagian/halaman bersifat spesifik
karena diawali partikel /al/, maka adjektiva /al-khalafiyyu/
belakang yang mensifatinya juga diawali partikel /al/.
Dari sudut pandang karakteristik bahasa jurnalistik, judul ini sudah
memenuhi karakteristik sederhana, singkat, padat, lugas, jelas,
jernih, dan gramatikal. Hal ini dibuktikan oleh jumlah kata-kata
yang tidak terlalu banyak (8 kata), tidak adanya penghalusan atau
eufemisme sehingga judul tersebut mudah dimengerti dan dapat
ditangkap maksudnya, dan kesesuaian penulisan judul dengan tata
bahasa yang baku (bahasa fusha).
J udul di atas juga sudah memenuhi beberapa karakteristik judul
berita, yaitu singkat dan padat (dibuktikan dengan jumlah kata
pada judul yaitu 8), formal (karena langsung menukik pada pokok
masalah dan tidak bertele-tele), dan menggunakan bahasa baku.

2.
/al-habsu man li musinnatin mishriyyatin bi tuhmati al-itid-i
al dhubbthin/
Hukuman Penjara Satu Tahun untuk Wanita Lansia Mesir Atas
Tuduhan Menyerang Petugas

J udul di atas diambil dari rubrik /hurriyt wa huqq/
(hak asasi manusia) dan terdiri dari frasa nominal /al-
habsu man/ hukuman penjara satu tahun sebagai subjek dan
frasa preposisional /li musinnatin
96


Universitas Indonesia
mishriyyatin bi tuhmati al-itid-i al dhubbthin/ untuk wanita
lansia Mesir atas tuduhan menyerang petugas sebagai predikat.
Frasa nominal yang mengawali judul ini terdiri dari nomina
/al-habsu/ hukuman penjara sebagai induk dan adjektiva
/man/ satu tahun sebagai pewatas.
Predikat dalam judul ini terdiri dari tiga frasa preposisional. Frasa
preposisional pertama /li musinnatin mishriyyatin/
untuk wanita lansia Mesir terdiri dari preposisi /li/ untuk
sebagai induk yang disambung dengan frasa nominal
/musinnatun mishriyyatun/ wanita lansia Mesir sebagai pewatas.
Frasa preposisional kedua /bi tuhmati al-itid-i/ atas
tuduhan menyerang terdiri dari preposisi /bi/ dengan/atas
sebagai induk yang disambungkan dengan idhafah
/tuhmati al-itid-i/ tuduhan penyerangan sebagai pewatas. Frasa
preposisional ketiga /al dhubbthin/ kepada petugas
terdiri dari preposisi /al/ kepada sebagai induk dan nomina
/dhubbthin/ petugas sebagai pewatas.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Yakni
penulisan frasa nominal /musinnatun mishriyyatun/
wanita lansia Mesir. Nomina /musinnatun/ wanita lansia
merupakan nomina feminin tunggal, maka adjektiva
/mishriyyatun/ (dari) Mesir yang mensifatinya juga ditulis dalam
bentuk feminin tunggal. Nomina /musinnatun/ wanita lansia
juga bersifat umum (nakirah) karena tidak diawali partikel /al/,
maka adjektiva /mishriyyatun/ (dari) Mesir yang
mensifatinya juga tidak boleh diawali partikel /al/.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dibuktikan dengan penulisan judul yang benar,
urutan kata yang tepat dan sesuai tata bahasa. Hal ini juga
berkaitan dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik, yaitu
gramatikal, dan salah satu karakteristik judul berita, yaitu
menggunakan bahasa baku.
97


Universitas Indonesia
J umlah kata dalam judul ini cukup banyak, yakni 10 kata. Kendati
demikian, pembaca masih dapat memahami informasi yang
disampaikan oleh judul tersebut. J udul ini juga bersifat formal,
yaitu langsung menukik pada pokok masalah dan tidak
menggunakan eufemisme atau penghalusan yang tidak diperlukan.

f) KNom: S (FNom) + P (FPrep) + Adv. Lokatif
1. 120
/zaffun jamiyyun li mi-ati wa isyrna min lji- sriy bi al-
irqi/
Nikah Massal 120 Pengungsi Suriah di Irak

J udul di atas diambil dari rubrik /munawwit/ (features)
dan terdiri dari subjek berupa frasa nominal /zaffun
jamiyyun/ nikah massal dan predikat berupa frasa preposisional
120 /li mi-ati wa isyrna min lji- sriy/ (untuk)
120 pengungsi Suriah dan adverbia lokatif atau keterangan tempat
/bi al-irqi/ di Irak yang berfungsi sebagai penjelas dari
frasa adjektival /zaffun jamiyyun/ nikah massal.
Frasa nominal yang mengawali judul ini terdiri dari nomina
/zaffun/ pernikahan sebagai induk dan adjektiva
/jamiyyun/ massal sebagai pewatas.
Frasa preposisional yang menjadi predikat dalam judul ini terdiri
dari preposisi /li/ untuk yang disambungkan dengan frasa
numeralia 120 /mi-ati wa isyrna min lji- sriy/
120 pengungsi Suriah.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Yakni
penulisan frasa nominal /zaffun jamiyyun/ nikah
massal. Nomina /zaffun/ pernikahan merupakan nomina
maskulin tunggal, maka adjektiva /jamiyyun/ massal
yang mensifatinya juga ditulis dalam bentuk maskulin tunggal.
Nomina /zaffun/ pernikahan juga bersifat umum (nakirah)
karena tidak diawali partikel /al/, maka adjektiva
98


Universitas Indonesia
/jamiyyun/ massal yang mensifatinya pun tidak boleh diawali
partikel /al/.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi oleh
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Hal ini dapat dibuktikan dengan penulisan judul yang
benar, urutan kata yang tepat dan sesuai tata bahasa. Hal ini juga
berkaitan dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik, yaitu
gramatikal, dan salah satu karakteristik judul berita, yaitu
menggunakan bahasa baku. Dari sudut pandang karakteristik judul
berita, judul ini juga bersifat formal, yaitu langsung menukik pada
pokok masalah dan tidak menggunakan eufemisme atau
penghalusan yang tidak diperlukan.

2.
/hamlatun thibbiyyatun li mukfahati al-um f ksmy bi ash-
shmli/
Kampanye Medis untuk Perangi Kebutaan di Kismayo, Somalia

J udul di atas diambil dari rubrik /thibb wa shihhah/
(kedokteran dan kesehatan) dan terdiri dari frasa nominal
/hamlatun thibbiyyatun/ kampanye medis sebagai subjek dan
frasa preposisional /li mukfahati al-um/ untuk
memerangi kebutaan sebagai predikat dan adverbia lokatif
/f ksmy bi ash-shmli/ di Kismayo, Somalia
yang berfungsi sebagai penjelas dari frasa nominal
/hamlatun thibbiyyatun/ kampanye medis.
Frasa nominal yang mengawali judul di atas terdiri dari nomina
/hamlatun/ kampanye sebagai induk dan adjektiva
/thibbiyatun/ medis sebagai pewatas.
Frasa preposisional yang menjadi predikat dalam judul ini terdiri
dari preposisi /li/ untuk sebagai induk yang disambungkan
dengan idhafah /mukfahatu al-um/ memerangi
kebutaan sebagai pewatas.
99


Universitas Indonesia
J udul ini memiliki salah satu ciri khas bahasa Arab jurnalistik,
yaitu nominalisasi verba ( /li mukfahati al-um/,
bukan /li tukfihu al-um/).
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Yakni
penulisan frasa nominal /hamlatun thibbiyyatun/
kampanye medis. Nomina /hamlatun/ kampanye
merupakan nomina feminin tunggal, maka adjektiva
/thibbiyatun/ medis yang mensifatinya juga ditulis dalam bentuk
feminin tunggal. Nomina /hamlatun/ kampanye juga bersifat
umum (nakirah) karena tidak diawali partikel /al/, maka
adjektiva /thibbiyatun/ medis yang mensifatinya pun tidak
boleh diawali partikel /al/.
Dari sudut pandang karakteristik bahasa jurnalistik, judul ini sudah
memenuhi karakteristik sederhana, singkat, padat, lugas, jelas,
jernih, dan gramatikal. Hal ini dibuktikan oleh jumlah kata-kata
yang tidak terlalu banyak (8 kata), tidak adanya penghalusan atau
eufemisme sehingga judul tersebut mudah dimengerti dan dapat
ditangkap maksudnya, dan kesesuaian penulisan judul dengan tata
bahasa yang baku (bahasa fusha).
J udul di atas juga sudah memenuhi beberapa karakteristik judul
berita, yaitu singkat dan padat (dibuktikan dengan jumlah kata
pada judul yaitu 8), formal (karena langsung menukik pada pokok
masalah dan tidak bertele-tele), dan menggunakan bahasa baku.

3.
/ar-ra-su ash-shniyyu f ziyratin trkhiyyatin li brksil/
Presiden China dalam Kunjungan Bersejarah ke Brussels

J udul di atas diambil dari rubrik /al-iqtishd/ (ekonomi),
dan terdiri dari frasa nominal /ar-ra-su ash-shniyyu/
presiden China sebagai subjek dan frasa preposisional
/f ziyratin trkhiyyatin/ dalam kunjungan bersejarah
sebagai predikat dan adverbia lokatif /li brksil/ ke
100


Universitas Indonesia
Brussels yang berfungsi sebagai penjelas dari frasa preposisional
/f ziyratin trkhiyyatin/ dalam kunjungan
bersejarah.
Frasa nominal yang mengawali judul ini terdiri dari nomina
/ar-ra-su/ presiden sebagai induk dan adjektiva /ash-
shniyyu/ (dari) China sebagai pewatas.
Frasa preposisional yang menjadi predikat dalam judul ini terdiri
dari preposisi /f/ di/dalam dan frasa nominal
/ziyratun trkhiyyatun/ kunjungan bersejarah sebagai pewatas.
Terdapat unsur kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini. Yakni
penulisan frasa nominal /ar-ra-su ash-shniyyu/
presiden China dan /ziyratun trkhiyyatun/
kunjungan bersejarah. Dalam frasa nominal /ar-ra-
su ash-shniyyu/ presiden China, nomina /ar-ra-su/
presiden merupakan nomina maskulin tunggal. Maka adjektiva
/ash-shniyyu/ (dari) China juga ditulis dalam bentuk
maskulin tunggal. Nomina /ar-ra-su/ presiden juga bersifat
spesifik (marifah) karena diawali partikel /al/, maka adjektiva
/ash-shniyyu/ (dari) China pun harus diawali partikel
/al/. Berikutnya, frasa nominal /ziyratun trkhiyyatun/
kunjungan bersejarah ditulis dalam bentuk genetif (majrur)
karena didahului preposisi /f/ di/dalam. Dalam frasa tersebut,
nomina /ziyratun/ kunjungan merupakan nomina feminin
tunggal. Maka adjektiva /trkhiyyatun/ bersejarah yang
mensifatinya juga ditulis dalam bentuk feminin tunggal. Selain itu,
nomina /ziyratun/ kunjungan juga bersifat umum (nakirah)
karena tidak diawali partikel /al/. Maka adjektiva
/trkhiyyatun/ bersejarah yang mensifatinya pun tidak boleh
diawali partikel /al/.
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena
jumlah kata yang sedikit, yakni 7 kata. Walaupun hanya terdiri dari
7 kata, judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
101


Universitas Indonesia
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga
dimiliki judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak
menyimpang dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 7 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut.
Formal, karena langsung menukik pada pokok masalah serta
menghindari basa-basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak
diperlukan.

g) KNom: S (N) + P (FPrep)

/az-zaytnu lil hifzhi al hawiyyati al-qudsi/
Zaitun untuk Lestarikan Identitas Yerusalem

J udul di atas diambil dari rubrik /taqrr wa hiwrt/
(laporan dan dialog) dan terdiri dari nomina tunggal /az-
zaytnu/ zaitun sebagai subjek dan frasa preposisional
/lil hifzhi al hawiyyati al-qudsi/ untuk melestarikan identitas
Yerusalem.
J udul ini juga memiliki salah satu ciri khas bahasa Arab jurnalistik,
yaitu nominalisasi verba ( /lil hifzhi/ bukan /li yuhfazhi/).
Selain itu, terdapat juga kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi dalam judul tersebut. Hal ini dibuktikan dengan penulisan
judul yang benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang
baku.
J udul di atas memiliki beberapa karakteristik bahasa jurnalistik, yaitu
sederhana, singkat, dan padat. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya
jumlah kata (5 kata). Walaupun hanya terdiri dari 5 kata, judul ini
102


Universitas Indonesia
sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak membingungkan
pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya yang dimiliki judul
ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya eufemisme atau penghalusan yang tidak diperlukan.
Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki judul ini, terbukti
dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 5 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi dan eufemisme yang tidak diperlukan.

h) KNom: S (I dhafah) + P (FPrep) + O (I dhafah)

/ibtikru manashshatin li insy-i mawqia intirnit minah/
Inovasi Platform untuk Ciptakan Situs Internet yang Aman

J udul di atas diambil dari rubrik /ulm wa tiknljiy/
(ilmu pengetahuan dan teknologi) dan terdiri dari idhafah
/ibtikru manashshatin/ inovasi platform sebagai subjek, frasa
preposisional /li insy-i/ untuk menciptakan sebagai predikat,
dan idhafah /mawqia intirnit minah/ situs internet
aman sebagai objek.
Idhafah yang mengawali judul ini terdiri dari nomina /ibtikru/
inovasi sebagai mudhaf dan /manashshatin/ platform sebagai
mudhaf ilaih.
Predikat dalam judul ini berupa frasa preposisional yang terdiri dari
preposisi /li/ untuk sebagai induk dan nomina verbal /insy-un/
menciptakan sebagai pewatas. Penggunaan nomina verbal sebagai
pengganti verba aktif merupakan salah satu ciri khas bahasa Arab
media.
103


Universitas Indonesia
Objek dalam judul ini juga berupa idhafah yaitu
/mawqiu intirnit minah/ situs internet aman yang terdiri dari
nomina /mawqiu/ situs sebagai mudhaf dan frasa nominal
/intirnit minah/ internet aman sebagai mudhaf ilaih. Frasa
nominal ini terdiri dari nomina /intirnit/ internet sebagai induk
dan adjektiva /minah/ aman sebagai pewatas. Nomina
/mawqiu/ situs merupakan nomina benda mati dalam bentuk jamak
ireguler (jamak taksir). Dalam bahasa Arab, semua nomina benda mati
nomina benda mati dalam bentuk jamak ireguler dianggap bentuk
feminin tunggal. Maka, adjektiva /minah/ aman yang mensifati
nomina tersebut ditulis dalam bentuk feminin tunggal.
J udul tersebut sudah memenuhi dua syarat kalimat efektif jurnalistik,
yaitu kesatuan atau kesepadanan serta kepaduan dan koherensi. Hal ini
dapat dibuktikan dengan penulisan judul yang benar dan tidak
menyimpang dari tata bahasa baku. Dua syarat kalimat efektif
jurnalistik yang sudah terpenuhi ini berkaitan dengan salah satu
karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan salah satu
karakteristik judul berita yakni menggunakan bahasa baku.
J udul ini juga memiliki karakteristik bahasa jurnalistik lainnya yaitu
jernih, lugas, dan jelas, karena langsung menukik pada pokok
permasalahan dan tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan. Hal ini berkaitan dengan salah satu karakteristik judul
berita yaitu formal.

4.2.3. Klausa Nominal dengan Verba Imperfektif
a) KNom: S (FNom) + P (Verba) + Adv. Lokatif

/safnatun tijriyyatun tataarradhu li-ithlqi nrin bi mudhqi
hurmuz/
Kapal Dagang Terbakar di Selat Hormuz

J udul di atas diambil dari rubrik /arab/ (dunia Arab) dan terdiri
dari subjek berupa frasa nominal /safnatun tijriyyatun/
104


Universitas Indonesia
kapal dagang dan predikat yang berupa frasa verbal
/tataarradhu li-ithlqi nrin/ terbakar dan adverbia lokatif
/bi mudhqi hurmuz/ di Selat Hormuz.
Frasa nominal /safnatun tijriyyatun/ kapal dagang terdiri
dari nomina /safnatun/ kapal sebagai induk dan adjektiva
/tijriyyatun/ dagang sebagai pewatas. Nomina /safnatun/
kapal merupakan nomina feminin tunggal, maka adjektiva
/tijriyyatun/ dagang yang mensifatinya juga ditulis dalam bentuk
feminin tunggal. Karena hal ini juga, frasa verbal
/tataarradhu li-ithlqi nrin/ terbakar ditulis dalam bentuk feminin
tunggal. Nomina /safnatun/ kapal juga bersifat umum (nakirah)
karena tidak diawali partikel /al/, maka adjektiva /tijriyyatun/
dagang yang mensifatinya pun tidak diawali partikel /al/. Hal ini
menandakan adanya kesejajaran atau keparalelan dalam judul tersebut.
Syarat kalimat efektif jurnalistik lainnya yang telah dipenuhi dalam
judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau
koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang benar, urutan kata yang
tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang baku. Syarat-
syarat yang telah dipenuhi ini berkaitan dengan salah satu karakteristik
bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan salah satu karakteristik judul
berita yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.







105


Universitas Indonesia
b) KNom: S (I dhafah) + P (Verba) + Adv. Lokatif

/kasu al-lami tashilu lid-dhati/
Piala Dunia Sampai di Doha

J udul di atas diambil dari rubrik /riydhah/ (olahraga) dan
terdiri dari idhafah /kasu al-lami/ piala dunia sebagai
subjek, verba /tashilu/ sampai sebagai predikat dan adverbia
lokatif /lid-dhati/ di Doha.
Idhafah yang mengawali judul di atas terdiri dari nomina /kasu/
piala sebagai mudhaf dan /al-lami/ dunia sebagai mudhaf
ilaih. Nomina /kasu/ piala merupakan nomina feminin tunggal
walaupun tidak memiliki ta marbuthah (), maka verba /tashilu/
sampai yang mengikutinya juga ditulis dalam bentuk feminin
tunggal. Hal ini menandakan adanya kesejajaran atau keparalelan
dalam judul ini. Selain itu, syarat kalimat efektif jurnalistik yang telah
dipenuhi dalam judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan
kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang benar dan
tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang baku.
J udul ini juga telah memenuhi beberapa karakteristik bahasa
jurnalistik. Karakteristik yang pertama adalah singkat. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kata dalam judul yang sangat sedikit yaitu 4
kata saja. Karakteristik yang lainnya yaitu padat, lugas, jernih, dan
jelas. Tidak terdapat eufemisme atau penghalusan yang berlebihan
dalam judul ini. J udul ini juga bersifat gramatikal, terbukti dari
penulisannya yang tepat dan tidak menyalahi tata bahasa Arab baku.
Dari sudut pandang karakteristik judul berita, judul tersebut telah
memenuhi beberapa karakteristik judul berita, yaitu singkat dan padat,
formal, dan menggunakan bahasa baku. Terbukti dari jumlah kata yang
sangat sedikit, penulisan yang langsung menukik pada pokok masalah
tanpa basa-basi yang tidak perlu, dan tidak menyalahi tata bahasa Arab
yang baku.

106


Universitas Indonesia
c) KNom: S (I dhafah) + P (Verba) + O (FNom) + Adv. Lokatif

/ahkmu al-idmi tuhaddidu al-mustaqbala ad-dmuqrthiyya bi
mishra/
Hukuman Mati Ancam Masa Depan Demokrasi di Mesir

J udul di atas diambil dari rubrik /jawwalah ash-
shihfah/ (press tour atau kunjungan pers) dan terdiri dari idhafah
/ahkmu al-idmi/ hukuman mati sebagai subjek, verba
/tuhaddidu/ mengancam sebagai predikat, frasa nominal
/al-mustaqbala ad-dmuqrthiyya/ masa depan demokrasi
sebagai objek dan adverbia lokatif /bi mishra/ di Mesir.
Idhafah yang menjadi subjek klausa dalam judul ini terdiri dari nomina
/ahkmu/ hukuman sebagai mudhaf dan /al-idmi/
(eksekusi) mati sebagai mudhaf ilaih. Nomina /ahkmu/
hukuman merupakan nomina jamak ireguler. Dalam bahasa Arab,
semua nomina jamak ireguler dianggap sebagai bentuk feminin
tunggal. Maka verba /tuhaddidu/ mengancam yang mengikutinya
ditulis dalam bentuk feminin tunggal.
Frasa nominal yang menjadi objek dalam judul ini terdiri dari nomina
/al-mustaqbalu/ masa depan sebagai induk dan adjektiva
/ad-dmuqrthiyyu/ demokrasi sebagai pewatas. Nomina
/al-mustaqbalu/ masa depan merupakan nomina maskulin
tunggal, maka adjektiva /ad-dmuqrthiyyu/ demokrasi
yang mensifatinya juga ditulis dalam bentuk maskulin tunggal.
Nomina /al-mustaqbalu/ masa depan juga bersifat spesifik
(marifah) karena diawali partikel /al/, maka adjektiva /ad-
dmuqrthiyyu/ demokrasi yang mensifatinya juga diawali partikel
/al/. Hal inilah yang menandakan adanya kesejajaran atau keparalelan
dalam judul ini. Selain itu, syarat kalimat efektif jurnalistik yang telah
dipenuhi dalam judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan
kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang benar dan
tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang baku. Hal ini berkaitan
107


Universitas Indonesia
dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan
salah satu karakteristik judul berita yakni menggunakan bahasa baku.
Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya yang dimiliki judul ini adalah
padat, lugas, jernih, dan jelas. Tidak terdapat eufemisme atau
penghalusan yang berlebihan dalam judul ini. Dari sudut pandang
karakteristik judul berita, judul ini memiliki karakteristik formal.
Terbukti dari penulisannya yang menukik langsung pada pokok
masalah tanpa basa-basi yang tidak diperlukan.

d) KNom: S (Nomina) + P (Verba) + O (I dhafah) + Adv. Lokatif

/kurdistnu tahtadhinu muntad al-istitsmri f al-irqi/
Kurdistan Rangkul Forum Investasi di Irak

J udul di atas diambil dari rubrik /al-iqtishd/ (ekonomi) dan
terdiri dari nomina /kurdistnu/ Kurdistan sebagai subjek,
verba /tahtadhinu/ merangkul sebagai predikat, idhafah
/muntad al-istitsmri/ forum investasi sebagai objek, dan
adverbia lokatif /f al-irqi/ di Irak. Nomina
/kurdistnu/ Kurdistan merupakan nomina nama kawasan. Dalam
bahasa Arab, nomina nama diri dan tempat (kota, negara, kawasan,
dsb.) merupakan nomina feminin tunggal. Maka, verba
/tahtadhinu/ merangkul yang mengikutinya ditulis dalam bentuk
feminin tunggal. Hal ini menandakan terdapatnya kesejajaran atau
keparalelan dalam judul ini.
Idhafah yang menjadi objek dari klausa ini terdiri dari nomina
/muntad/ forum sebagai mudhaf dan /al-istitsmri/
investasi sebagai mudhaf ilaih.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi dalam judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang benar
dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang baku.
108


Universitas Indonesia
J udul ini juga telah memenuhi beberapa karakteristik bahasa
jurnalistik. Karakteristik yang pertama adalah singkat. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kata dalam judul yang sangat sedikit yaitu 6
kata saja. Karakteristik yang lainnya yaitu padat, lugas, jernih, dan
jelas. Tidak terdapat eufemisme atau penghalusan yang berlebihan
dalam judul ini. J udul ini juga bersifat gramatikal, terbukti dari
penulisannya yang tepat dan tidak menyalahi tata bahasa Arab baku.
Dari sudut pandang karakteristik judul berita, judul tersebut telah
memenuhi beberapa karakteristik judul berita, yaitu singkat dan padat,
formal, dan menggunakan bahasa baku. Terbukti dari jumlah kata yang
sangat sedikit, penulisan yang langsung menukik pada pokok masalah
tanpa basa-basi yang tidak diperlukan, dan tidak menyalahi tata bahasa
Arab yang baku.

e) KNom: S (I dhafah) + P (FTanfis)

/masyrbtu ath-thqati qad tu-add lil fasyali al-kilwy/
Minuman Energi Dapat Sebabkan Gagal Ginjal

J udul di atas diambil dari rubrik /thibb wa shihhah/
(kedokteran dan kesehatan), dan terdiri dari idhafah
/masyrbtu ath-thqati/ minuman energi sebagai subjek dan frasa
tanfis /qad tu-add lil fasyali al-kilwy/ dapat
menyebabkan gagal ginjal sebagai predikat.
Idhafah /masyrbtu ath-thqati/ minuman energi
terdiri dari nomina /masyrbtu/ minuman sebagai mudhaf
dan nomina /ath-thqatu/ energi sebagai mudhaf ilaih. Nomina
/masyrbtu/ minuman merupakan nomina feminin jamak
untuk benda mati. Dalam bahasa Arab, semua nomina jamak untuk
benda mati dianggap sebagai bentuk feminin tunggal. Maka, verba
/tu-add/ menyebabkan yang mengikutinya juga ditulis dalam bentuk
feminin tunggal. Hal ini menandakan adanya kesejajaran atau
keparalelan dalam judul ini.
109


Universitas Indonesia
Frasa tanfis yang menjadi predikat judul ini terdiri dari penanda tanfis
/qad/ sebagai induk dan klausa verbal /tu-add lil
fasyali al-kilwy/ menyebabkan gagal ginjal sebagai pewatas.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi dalam judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang benar
dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang baku.
J udul ini juga telah memenuhi beberapa karakteristik bahasa
jurnalistik. Karakteristik yang pertama adalah singkat. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kata dalam judul yang sangat sedikit yaitu 6
kata saja. Karakteristik yang lainnya yaitu padat, lugas, jernih, dan
jelas. Tidak terdapat eufemisme atau penghalusan yang berlebihan
dalam judul ini. J udul ini juga bersifat gramatikal, terbukti dari
penulisannya yang tepat dan tidak menyalahi tata bahasa Arab baku.
Dari sudut pandang karakteristik judul berita, judul tersebut telah
memenuhi beberapa karakteristik judul berita, yaitu singkat dan padat,
formal, dan menggunakan bahasa baku. Terbukti dari jumlah kata yang
sangat sedikit, penulisan yang langsung menukik pada pokok masalah
tanpa basa-basi yang tidak diperlukan, dan tidak menyalahi tata bahasa
Arab yang baku.

f) KNom: S (FKoord) + P (Verba) + O (Nomina) + FPrep

/al-irqu wa rnu yatashaddarni al-lama f al-idmti/
Irak dan Iran Ungguli Dunia dalam Hukuman Mati

J udul di atas diambil dari rubrik /hurriyt wa huqq/ (hak
asasi manusia) dan terdiri dari frasa koordinatif atau athfy
/al-irqu wa rnu/ Irak dan Iran sebagai subjek, verba
/yatashaddarni/ (mereka berdua) mengungguli sebagai predikat,
nomina /al-lama/ dunia sebagai objek dan frasa preposisional
/f al-idmti/ dalam hukuman mati.
110


Universitas Indonesia
Frasa koordinatif yang mengawali judul ini terdiri dari dua nomina
nama negara, /al-irqu/ Irak dan /rnu/ Iran yang
dihubungkan oleh partikel konjungtif /wa/ dan.
Dalam bahasa Arab, walaupun semua nomina negara, baik Arab
maupun non-Arab, adalah nomina feminin, terdapat beberapa nomina
negara Arab yang bersifat maskulin. Salah satunya adalah nomina
/al-irqu/ Irak dalam judul ini. Nomina /rnu/ Iran
merupakan nomina feminin karena Iran tidak termasuk negara Arab.
J ika terdapat dua nomina yang berbeda jenis, verba yang diikutinya
harus ditulis dalam bentuk maskulin ganda. Dalam judul ini, terdapat
dua nomina yang berbeda jenis, yakni nomina /al-irqu/ Irak
yang bersifat maskulin dan nomina /rnu/ Iran yang bersifat
feminin. Maka, verba yang mengikutinya, /yatashaddarni/
(mereka berdua) mengungguli, ditulis dalam bentuk maskulin ganda.
Syarat kalimat efektif jurnalistik yang telah dipenuhi dalam judul ini
adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau koherensi.
Terbukti dari penulisan judul yang benar, urutan kata yang tepat, dan
tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang baku. Syarat-syarat yang
telah dipenuhi ini berkaitan dengan salah satu karakteristik bahasa
jurnalistik yaitu gramatikal dan salah satu karakteristik judul berita
yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.







111


Universitas Indonesia
g) KNom: S (Nomina) + P (Verba) + O (FNom) + Adv. Lokatif

/al-qitlu yufqimu al-azmata al-insniyyata f ash-shmli/
Pertempuran Perburuk Krisis Kemanusiaan di Somalia

J udul di atas diambil dari rubrik /taqrr wa hiwrt/
(laporan dan dialog) dan terdiri dari nomina /al-qitlu/
pertempuran sebagai subjek, verba /yufqimu/ memperburuk
sebagai predikat, frasa nominal /al-azmatu al-insniyyatu/
krisis kemanusiaan sebagai objek, dan adverbia lokatif /f
ash-shmli/ di Somalia.
Frasa nominal yang menjadi objek dalam judul di atas terdiri dari
nomina /al-azmatu/ krisis sebagai induk dan adjektiva
/al-insniyyata/ kemanusiaan sebagai pewatas. Nomina /al-
azmatu/ krisis merupakan nomina feminin tunggal, maka adjektiva
/al-insniyyata/ kemanusiaan yang mensifatinya juga ditulis
dalam bentuk feminin tunggal dan begitu pula verba /yufqimu/
memperburuk yang mengikutinya. Hal ini menandakan terdapatnya
kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi oleh judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang
benar, urutan kata yang tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab yang baku. Syarat-syarat yang telah dipenuhi ini berkaitan
dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan
salah satu karakteristik judul berita yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.


112


Universitas Indonesia
h) KNom: S (Nomina) + P (Verba) + O (I dhafah) + FPrep

/yh tabann manashshata fdiy wb al gharri ytiyb/
Yahoo Adopsi Platform Video Web Mirip YouTube

J udul di atas diambil dari rubrik /ulm wa tiknljiy/ (ilmu
pengetahuan dan teknologi) dan terdiri dari nomina /yh/ Yahoo
sebagai subjek, verba /tabann/ mengadopsi sebagai predikat,
idhafah /manashshatu fdiy wb/ platform video web
sebagai objek dan frasa preposisional /al gharri
ytiyb/ mirip YouTube.
Nomina /yh/ Yahoo merupakan nomina nama diri, dalam hal
ini nama website, yang dalam kaidah bahasa Arab merupakan nomina
feminin tunggal. Maka, verba /tabann/ mengadopsi yang
mengikutinya ditulis dalam bentuk feminin tunggal. Hal ini merupakan
bukti terdapatnya kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini.
Idhafah yang menjadi objek klausa ini terdiri dari nomina
/manashshatu/ platform sebagai mudhaf dan /fdiy wb/
video web sebagai mudhaf ilaih.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi oleh judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang
benar, urutan kata yang tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab yang baku. Syarat-syarat yang telah dipenuhi ini berkaitan
dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan
salah satu karakteristik judul berita yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.


113


Universitas Indonesia
i) KNom: S (I dhafah) + P (Verba) + FPrep
1.
/amrdhu al-qalbi taftakku bil -jaz-iriyyna/
Penyakit J antung Bunuh Rakyat Aljazair

J udul di atas diambil dari rubrik /thibb wa shihhah/
(kedokteran dan kesehatan), dan terdiri dari subjek berupa idhafah
/amrdhu al-qalbi/ penyakit jantung, verba
/taftakku/ membunuh sebagai predikat, dan frasa preposisional
/bil -jaz-iriyyna/ rakyat Aljazair.
Idhafah yang menjadi subjek dalam klausa nominal ini terdiri dari
nomina /amrdhu/ penyakit sebagai mudhaf dan /al-
qalbi/ jantung sebagai mudhaf ilaih. Nomina /amrdhu/
penyakit merupakan nomina jamak ireguler untuk benda mati.
Dalam bahasa Arab, semua nomina jamak ireguler untuk benda
mati dianggap sebagai nomina feminin tunggal. Maka, verba
/taftakku/ membunuh ditulis dalam bentuk feminin tunggal.
Frasa preposisional dalam judul ini terdiri dari preposisi /bi/
sebagai induk dan nomina jamak /al-jaz-iriyyna/ rakyat
Aljazair sebagai pewatas.
Syarat kalimat efektif jurnalistik yang telah dipenuhi dalam judul
ini adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau koherensi.
Terbukti dari penulisan judul yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab yang baku.
J udul ini juga telah memenuhi beberapa karakteristik bahasa
jurnalistik. Karakteristik yang pertama adalah singkat. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kata dalam judul yang sangat sedikit
yaitu 5 kata saja. Karakteristik yang lainnya yaitu padat, lugas,
jernih, dan jelas. Tidak terdapat eufemisme atau penghalusan yang
berlebihan dalam judul ini. J udul ini juga bersifat gramatikal,
terbukti dari penulisannya yang tepat dan tidak menyalahi tata
bahasa Arab baku.
114


Universitas Indonesia
Dari sudut pandang karakteristik judul berita, judul tersebut telah
memenuhi beberapa karakteristik judul berita, yaitu singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Terbukti dari jumlah
kata yang sangat sedikit, penulisan yang langsung menukik pada
pokok masalah tanpa basa-basi yang tidak diperlukan, dan tidak
menyalahi tata bahasa Arab yang baku.

2.
/iktisyfu jna yartabithu bi adz-dzak/
Penemuan Gen yang Terkait Dengan Kecerdasan

J udul di atas diambil dari rubrik /thibb wa shihhah/
(kedokteran dan kesehatan), dan terdiri dari subjek berupa idhafah
/iktisyfu jna/ penemuan gen, verba /yartabithu/
terkait sebagai predikat, dan frasa preposisional /bi adz-
dzak/ dengan kecerdasan.
Idhafah yang menjadi subjek dalam klausa nominal ini terdiri dari
nomina /iktisyfu/ penemuan sebagai mudhaf dan /jna/
gen sebagai mudhaf ilaih. Nomina /jna/ gen merupakan
nomina maskulin tunggal, maka verba /yartabithu/ terkait
yang mengikutinya juga ditulis dalam bentuk maskulin tunggal.
Hal ini merupakan bukti terdapatnya kesejajaran atau keparalelan
dalam judul ini.
Frasa preposisional dalam judul ini terdiri dari preposisi /bi/
sebagai induk dan nomina /adz-dzak/ kecerdasan sebagai
pewatas.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif
jurnalistik yang telah dipenuhi oleh judul ini adalah kesatuan atau
kesepadanan dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan
judul yang benar, urutan kata yang tepat, dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab yang baku. Syarat-syarat yang telah dipenuhi
ini berkaitan dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik
115


Universitas Indonesia
yaitu gramatikal dan salah satu karakteristik judul berita yaitu
menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul
ini juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas.
Karakteristik ini berkaitan dengan salah satu karakteristik judul
berita yaitu formal. Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau
basa-basi yang tidak diperlukan.

j) KNom: S (Nomina) + P (Verba) + O (FNom) + FPrep

/qiththun yunqidzu imra-ata barthniyyata min harqin/
Kucing Selamatkan Wanita Inggris dari Kebakaran

J udul di atas diambil dari rubrik /munawwit/ (features) dan
terdiri dari nomina /qiththun/ kucing sebagai subjek, verba
/yunqidzu/ menyelamatkan sebagai predikat, frasa nomina
/imra-ata barthniyyata/ wanita Inggris sebagai objek dan
frasa preposisional /min harqin/ dari kebakaran.
Nomina /qiththun/ kucing merupakan nomina maskulin tunggal,
maka verba /yunqidzu/ menyelamatkan yang mengikutinya juga
ditulis dalam bentuk maskulin tunggal.
Frasa nominal yang menjadi objek dalam klausa ini terdiri dari nomina
/imra-atun/ wanita sebagai induk dan adjektiva
/barthniyyatun/ (dari) Inggris sebagai pewatas. Nomina /imra-
atun/ wanita merupakan nomina feminin tunggal, maka adjektiva
/barthniyyatun/ (dari) Inggris yang mensifatinya juga ditulis
dalam bentuk feminin tunggal.
Penulisan nomina /qiththun/ kucing dan verba /yunqidzu/
menyelamatkan yang mengikutinya serta frasa nominal
/imra-ata barthniyyata/ wanita Inggris merupakan bukti
terdapatnya kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi oleh judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
116


Universitas Indonesia
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang
benar, urutan kata yang tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab yang baku. Syarat-syarat yang telah dipenuhi ini berkaitan
dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan
salah satu karakteristik judul berita yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.

k) KNom: S (I dhafah) + P (Verba) + O (I dhafah) + FPrep
" "
/satu al-ardhi tughriqu muduna al-lami f azh-zhalmi/
Earth Hour Tenggelamkan Kota-kota Dunia dalam Kegelapan

J udul di atas diambil dari rubrik /munawwit/ (features) dan
terdiri dari idhafah pertama /satu al-ardhi/ earth hour
sebagai subjek, verba /tughriqu/ menenggelamkan sebagai
predikat, idhafah kedua /muduna al-lami/ kota-kota dunia
sebagai objek, dan frasa preposisional /fzh-zhalmi/ dalam
kegelapan.
Idhafah pertama yang menjadi subjek dalam judul ini terdiri dari
nomina /satun/ jam sebagai mudhaf dan /al-ardhi/
bumi sebagai mudhaf ilaih. Nomina /satun/ jam merupakan
nomina feminin tunggal, maka verba /tughriqu/
menenggelamkan juga ditulis dalam bentuk feminin tunggal. Hal ini
merupakan bukti terdapatnya kesejajaran atau keparalelan dalam judul
ini.
Idhafah kedua yang menjadi objek dalam judul ini terdiri dari nomina
jamak ireguler /mudunun/ kota-kota sebagai mudhaf dan /al-
lamu/ dunia sebagai mudhaf ilaih.
117


Universitas Indonesia
Frasa preposisional dalam judul di atas terdiri dari preposisi /f/
di/dalam sebagai induk dan nomina /azh-zhalmu/ kegelapan
sebagai pewatas.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi oleh judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang
benar, urutan kata yang tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab yang baku. Syarat-syarat yang telah dipenuhi ini berkaitan
dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan
salah satu karakteristik judul berita yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.

l) KNom: S (FNom) + P (Verba) + O (Nomina)

/ndun tisyl bi alwni filisthna yughdhibu al-yahda/
Klub Chile Berwarna Palestina Buat Marah Yahudi

J udul di atas diambil dari rubrik /riydhah/ (olahraga) dan terdiri
dari frasa nominal /ndun tisyl bi alwni
filisthna/ klub Chile berwarna Palestina sebagai subjek, verba
/yughdhibu/ membuat marah sebagai predikat, dan nomina /al-
yahdu/ (orang) Yahudi sebagai objek.
Frasa nominal yang mengawali judul ini terdiri dari frasa nomina
/ndun tisyl/ klub Chile sebagai induk dan frasa preposisional
/bi alwni filisthna/ berwarna Palestina sebagai pewatas.
Frasa nominal /ndun tisyl/ klub Chile terdiri dari nomina
/ndun/ klub sebagai induk dan adjektiva /tisyl/ (dari) Chile
sebagai pewatas. Nomina /ndun/ klub merupakan nomina
maskulin tunggal, maka adjektiva /tisyl/ (dari) Chile yang
118


Universitas Indonesia
mensifatinya dan verba /yughdhibu/ membuat marah yang
mengikutinya juga ditulis dalam bentuk maskulin tunggal. Hal ini
merupakan bukti terdapatnya kesejajaran atau keparalelan dalam judul
ini.
Frasa preposisional /bi alwni filisthna/ berwarna
Palestina terdiri dari preposisi /bi/ dengan sebagai induk dan
idhafah /alwnu filisthna/ warna Palestina sebagai
pewatas. Idhafah ini terdiri dari nomina /alwnu/ warna sebagai
mudhaf dan nomina nama negara /filisthna/ Palestina sebagai
mudhaf ilaih.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi oleh judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang
benar, urutan kata yang tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab yang baku. Syarat-syarat yang telah dipenuhi ini berkaitan
dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan
salah satu karakteristik judul berita yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.

m) KNom: S (FNom) + P (Verba) + O (Nomina) + FPrep

/mahkamatun isr-liyyatun tudnu lmirt bi tuhmati al-fasdi/
Pengadilan Israel Kecam Olmert Atas Tuduhan Korupsi

J udul di atas diambil dari rubrik /dawl/ (internasional) dan terdiri
dari frasa nominal /mahkamatun isr-liyyatun/
pengadilan Israel sebagai subjek, verba /tudnu/ mengecam
sebagai predikat, nomina nama diri /lmirt/ Olmert sebagai
119


Universitas Indonesia
objek, dan frasa preposisional /bi tuhmati al-fasdi/ atas
tuduhan korupsi.
Frasa nominal yang mengawali judul di atas terdiri dari nomina
/mahkamatun/ pengadilan sebagai induk dan adjektiva /isr-
liyyatun/ (dari) Israel sebagai pewatas. Nomina /mahkamatun/
pengadilan merupakan nomina feminin tunggal, maka adjektiva
/isr-liyyatun/ (dari) Israel yang mensifatinya serta verba
/tudnu/ mengecam yang mengikutinya ditulis dalam bentuk feminin
tunggal. Hal ini merupakan bukti terdapatnya kesejajaran atau
keparalelan dalam judul ini.
Frasa preposisional yang menjadi penjelas dalam judul ini terdiri dari
preposisi /bi/ dengan/atas sebagai induk dan idhafah
/tuhmatu al-fasdi/ tuduhan korupsi sebagai pewatas. Idhafah ini
terdiri dari nomina /tuhmatun/ tuduhan sebagai mudhaf dan
/al-fasdu/ korupsi sebagai mudhaf ilaih.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
yang telah dipenuhi oleh judul ini adalah kesatuan atau kesepadanan
dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan judul yang
benar, urutan kata yang tepat, dan tidak menyimpang dari tata bahasa
Arab yang baku. Syarat-syarat yang telah dipenuhi ini berkaitan
dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik yaitu gramatikal dan
salah satu karakteristik judul berita yaitu menggunakan bahasa baku.
Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, selain gramatikal, judul ini
juga memiliki karakteristik jernih, lugas, dan jelas. Karakteristik ini
berkaitan dengan salah satu karakteristik judul berita yaitu formal.
Dalam judul ini, tidak terdapat eufemisme atau basa-basi yang tidak
diperlukan.






120


Universitas Indonesia
n) KNom: S (Nomina) + P (Verba) + O (I dhafah)
1T 1T
/zilzlun yudhribu dhawhiyyu ls anjils/
Gempa Hantam Pinggiran Kota Los Angeles

J udul di atas diambil dari rubrik /dawl/ (internasional) dan terdiri
dari nomina /zilzlun/ gempa sebagai subjek, verba
/yudhribu/ menghantam sebagai predikat, dan idhafah
/dhawhiyyu ls anjils/ pinggiran kota Los Angeles sebagai
objek.
Nomina /zilzlun/ gempa merupakan nomina maskulin tunggal,
maka verba /yudhribu/ menghantam yang mengikutinya juga
ditulis dalam bentuk maskulin tunggal. Hal ini merupakan bukti
terdapatnya kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini.
Idhafah yang menjadi objek dalam judul ini terdiri dari nomina
/dhawhiyyun/ pinggiran kota sebagai mudhaf dan nomina nama kota
/ls anjils/ Los Angeles sebagai mudhaf ilaih.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
lainnya yang telah dipenuhi dalam judul ini adalah kesatuan atau
kesepadanan dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan
judul yang benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang
baku.
J udul ini juga telah memenuhi beberapa karakteristik bahasa
jurnalistik. Karakteristik yang pertama adalah singkat. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kata dalam judul yang sangat sedikit yaitu 5
kata saja. Karakteristik yang lainnya yaitu padat, lugas, jernih, dan
jelas. Tidak terdapat eufemisme atau penghalusan yang berlebihan
dalam judul ini. J udul ini juga bersifat gramatikal, terbukti dari
penulisannya yang tepat dan tidak menyalahi tata bahasa Arab baku.




121


Universitas Indonesia
o) KNom: S (FNom) + P (Verba) + O (FNom)

/zhawhirun gharbatun tadkhulu al-maliba al-irqiyyata/
Fenomena Aneh Ganggu Stadion Irak

J udul di atas diambil dari rubrik /riydhah/ (olahraga) dan terdiri
dari frasa nomina pertama /zhawhirun gharbatun/
fenomena aneh sebagai subjek, verba /tadkhulu/
masuk/mengganggu sebagai predikat, dan frasa nomina kedua
/al-malibu al-irqiyyatu/ stadion Irak sebagai objek.
Frasa nomina pertama yang menjadi subjek pada kalimat di atas terdiri
dari nomina jamak ireguler /zhawhirun/ fenomena sebagai
induk dan adjektiva feminin /gharbatun/ aneh/asing sebagai
pewatas. Dalam bahasa Arab, semua nomina jamak ireguler dianggap
berjenis feminin, sekalipun bentuk tunggalnya maskulin.
Frasa nomina kedua yang menjadi objek dalam kalimat ini juga
memiliki pola yang sama, yaitu nomina jamak ireguler /al-
malibu/ stadion sebagai induk dan adjektiva feminin /al-
irqiyyatu/ (dari) Irak sebagai pewatas.
Syarat kalimat efektif jurnalistik yang telah dipenuhi dalam judul ini
adalah kesatuan atau kesepadanan dan kepaduan atau koherensi.
Terbukti dari penulisan judul yang benar dan tidak menyimpang dari
tata bahasa Arab yang baku.
J udul ini juga telah memenuhi beberapa karakteristik bahasa
jurnalistik. Karakteristik yang pertama adalah singkat. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah kata dalam judul yang sangat sedikit yaitu 5
kata saja. Karakteristik yang lainnya yaitu padat, lugas, jernih, dan
jelas. Tidak terdapat eufemisme atau penghalusan yang berlebihan
dalam judul ini. J udul ini juga bersifat gramatikal, terbukti dari
penulisannya yang tepat dan tidak menyalahi tata bahasa Arab baku.



122


Universitas Indonesia
p) KNom: S (Nomina) + P (Verba) + O (FPrep + I dhafah)

/at-tasyku tudu an-nazhara f sababi maqtali safri filisthna/
Ceko Tinjau Kembali Penyebab Kematian Duta Besar Palestina

J udul di atas diambil dari rubrik /dawl/ (internasional) dan terdiri
dari nomina /at-tasyku/ Ceko sebagai subjek, verba
/tudu an-nazhara/ meninjau kembali sebagai predikat, dan objek
yang berupa frasa preposisional /f sababi/ penyebab dan
idhafah /maqtali safri filisthna/ kematian duta besar
Palestina.
Nomina /at-tasyku/ Ceko merupakan nomina nama negara
non-Arab. Dalam bahasa Arab, semua nomina nama negara non-Arab
merupakan nomina feminin tunggal. Maka, verba /tudu an-
nazhara/ meninjau kembali yang mengikutinya juga ditulis dalam
bentuk feminin tunggal. Hal ini merupakan bukti terdapatnya
kesejajaran atau keparalelan dalam judul ini.
Frasa preposisional dalam judul ini terdiri dari preposisi /f/ di
sebagai induk dan nomina /sababun/ sebab/penyebab sebagai
pewatas.
Idhafah dalam judul ini terdiri dari tiga nomina, yaitu
/maqtal safri filisthna/ kematian duta besar Palestina. Nomina
/maqtalun/ kematian merupakan mudhaf dan /safru
filisthna/ duta besar Palestina merupakan mudhaf ilaih.
/safru filisthna/ duta besar Palestina juga merupakan idhafah yang
terdiri dari nomina /safru/ duta besar sebagai mudhaf dan
nomina nama negara /filisthna/ Palestina sebagai mudhaf
ilaih.
Selain kesejajaran atau keparalelan, syarat kalimat efektif jurnalistik
lainnya yang telah dipenuhi dalam judul ini adalah kesatuan atau
kesepadanan dan kepaduan atau koherensi. Terbukti dari penulisan
judul yang benar dan tidak menyimpang dari tata bahasa Arab yang
baku.
123


Universitas Indonesia
Karakteristik bahasa jurnalistik yang dimiliki judul ini adalah
sederhana, singkat, dan padat. Sederhana dan singkat karena jumlah
kata yang tidak terlalu banyak, yakni 8 kata. Walaupun hanya terdiri
dari 8 kata, judul ini sudah sarat dengan informasi, sehingga tidak
membingungkan pembaca. Karakteristik bahasa jurnalistik lainnya
yang dimiliki judul ini adalah jernih, lugas, dan jelas. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya eufemisme atau penghalusan yang
tidak diperlukan. Karakteristik lainnya yaitu gramatikal juga dimiliki
judul ini, terbukti dari penulisannya yang benar dan tidak menyimpang
dari tata bahasa Arab baku.
Karakteristik judul berita yang dimiliki judul ini adalah singkat dan
padat, formal, dan menggunakan bahasa baku. Singkat dan padat,
karena walaupun hanya terdiri dari 8 kata, pembaca sudah dapat
menangkap informasi yang disampaikan dalam judul tersebut. Formal,
karena langsung menukik pada pokok masalah serta menghindari basa-
basi, penghalusan, dan eufemisme yang tidak diperlukan.

124


Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa pada teks judul-judul berita dalam situs
Aljazeera.net dengan meneliti beberapa bagian dari judul-judul berita berdasarkan
struktur sintaksis kalimat dan frasa, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. J udul-judul berita Aljazeera.net lebih banyak menggunakan kalimat aktif.
Dari 40 judul berita yang diteliti, terdapat 12 frasa nominal, 11 klausa
nominal non-verbal, dan 17 klausa nominal dengan verba imperfektif. Hal ini
sesuai dengan salah satu karakteristik bahasa jurnalistik menurut AS Haris
Sumadiria, yaitu mengutamakan kalimat aktif. Kalimat aktif lebih
memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman.
2. Dari segi karakteristik bahasa jurnalistik, judul-judul berita Aljazeera.net
memiliki karakteristik sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih,
mengutamakan kalimat aktif, dan gramatikal.
3. Dari segi karakteristik judul berita, judul-judul berita Aljazeera.net
memiliki karakteristik singkat dan padat, formal, menggunakan bahasa baku,
dan spesifik. Singkat dan padat berarti tegas, lugas, terfokus, menukik pada
pokok intisari berita, dan tidak bertele-tele (to the point). Formal berarti
berarti resmi, langsung menukik pada pokok masalah, sekaligus menghindari
basa-basi dan eufemisme yang tidak perlu. Menggunakan bahasa baku, yang
berarti bahwa judul-judul berita Aljazeera.net sangat terikat dengan tata
bahasa. Spesifik berarti mengandung kata-kata khusus, yaitu kata-kata yang
sempit ruang lingkupnya, untuk kejelasan gambaran peristiwa yang
diberitakan.
4. Dari segi efektivitas kalimat, judul-judul berita Aljazeera.net telah
memenuhi dua kriteria kalimat efektif jurnalistik, yaitu kesatuan gagasan dan
kepaduan atau koherensi. Kriteria kesatuan gagasan tercermin dari struktur
sintaksis judul berita Aljazeera.net yang baku, artinya telah memenuhi unsur-
unsur subjek dan predikat yang dapat ditambah pula dengan keterangan.
Kriteria kepaduan atau koherensi tercermin dari penempatan kata
penghubung yang tepat. Tidak ada kesalahan penulisan dalam judul-judul
125


Universitas Indonesia
berita tersebut. Ketepatan tata bahasa ini membuat judul-judul berita
Aljazeera.net dapat dengan mudah dimengerti.
5. J udul merupakan bagian atau aspek yang sangat penting dalam penulisan
sebuah berita. J udul merupakan kesan pertama sebuah berita, sehingga judul
tidak dapat diabaikan. J udul merupakan kumpulan kata yang sangat penting
dan mewakili sebuah tulisan, topik, atau berita.
6. Dalam situs Aljazeera.net, judul selalu berganti dengan cepat dan terus-
menerus dalam jangka waktu yang tidak menentu. Kecepatan pergantian
judul inilah yang menuntut pentingnya penulisan judul yang dapat mudah
dimengerti dan menarik. J udul dapat menarik karena pemakaian kata-kata
yang ringkas dan tepat pada pokok persoalan. Hal ini menjadi faktor yang
memudahkan pembaca untuk mudah mengerti dan memahami informasi
penting yang disampaikan dalam berita tersebut.

5.2. Saran
1. Terdapat perbedaan cara penulisan berita untuk media cetak dan online.
Dalam berita online berbahasa Arab, harus diperhatikan aturan-aturan
penulisan dan tata bahasa Arab yang tepat. Disarankan lebih banyak
dilakukan penelitian kebahasaan sehingga pengetahuan penulisan berita
online dapat lebih dipelajari dengan baik.
2. Kenyataan bahwa masih sedikit buku-buku dan referensi tentang bahasa
Arab media (media Arabic) menunjukkan bahwa minat civitas akademika
program studi Arab Universitas Indonesia untuk mempelajari bahasa Arab
media masih minim karena selama ini masyarakat beranggapan bahwa yang
mempelajari bahasa media dan jurnalistik hanya tugas mahasiswa jurnalistik
saja. Padahal pengetahuan bahasa dan budaya sangat berperan penting dalam
dunia media massa.
3. Dibutuhkan lebih banyak penelitian dan pengajaran mengenai bahasa
Arab pers dan media di dalam kurikulum perkuliahan di program studi Arab
baik Universitas Indonesia maupun universitas lainnya, karena industri media
saat ini terus berkembang pesat dan membutuhkan ahli-ahli bahasa di
dalamnya, termasuk ahli bahasa Arab pers. Penulis melihat satu bukti bahwa
di satu perusahaan broadcast TV sangat sedikit ahli bahasa Arab yang
126


Universitas Indonesia
bekerja tetap di sana. Biasanya mereka dipekerjakan saat diperlukan saja.
Semua pekerjaan penulisan berita biasanya dilakukan langsung oleh
wartawan yang meliput.


127
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Emir Qatar ke Indonesia dan Malaysia. Kompas, 18 Mei 2009.
(http://nasional.kompas.com/read/2009/05/18/2319281/emir.qatar.ke.indonesia.dan.malay
sia)
Asrori, Imam. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat. Malang: Misykat,
2004
Aziz, Noor. Penelitian Kepustakaan. Makalah Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Quran,
Wonosobo, J awa Tengah, 2012. (http://s-ipoel.blogspot.com/2013/06/penelitian-
kepustakaan.html)
Bralink, Sugeng. Pentingnya Sebuah Judul. 2011.
(http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/12/01/pentingnya-sebuah-judul-
417392.html)
Bremner, J ohn B. A Study in News Headlines. Kansas: School of J ournalism,
University of Kansas, 1972.
Cahyono, Bambang Yudi. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga
University Press, 1995.
Chaer, Abdul. Bahasa Jurnalistik. J akarta: Rineka Cipta, 2010.
Clark, Brian. How to Write Headlines That Work. n.d.
(http://www.copyblogger.com/how-to-write-headlines-that-work/)
Crystal, David. A Dictionary of Linguistics and Phonetics (Edisi ke-6). Oxford:
Blackwell Publishing, 2008.
Dardjowidjojo, Soenjono, et.al. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, ed. Anton
M. Moeliono dan Soenjono Dardjowidjodo. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1988.
Fikri, Alfan. 8 Tips dan Cara Membuat Judul yang Menarik Minat Pembaca.
2012. (1Thttp://blogedek.blogspot.com/2012/09/tips-cara-membuat-judul-
menarik.html1T)
Ghulayaini, Mustafa. Jamu Ad-Durus Al-Arabiyyah. Beirut: Al-Maktabah
AlAsriyyah, 1987.
Goins, J eff. 5 Easy Tricks to Write Catchy Headlines. n.d.
(http://goinswriter.com/catchy-headlines/)
128


Universitas Indonesia
Hasanain, Salahuddin. Dirasat fi Ilmi-l Lughah al-Washfy wa At-Tarikhiy wa Al-
Muqaran
Hassan, Abbas. Al-Nahwu Al-Wafi. Mesir: Dar El-Maarif, n.d.
. Riyadh: Darul Ulum, 1984.
Holes, Clive. Modern Arabic: Structures, Function, and Varieties. Edisi Revisi.
Washington DC: Georgetown University Press, 2004.
Kentjono, Djoko. Dasar-dasar Linguistik Umum. Depok: Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, 1990.
Kovach, Bill, dan Rosenstiel, Tom. The Elements of Journalism: What
Newspeople Should Know and the Public Should Expect. New York: Three Rivers
Press, 2001.
Kridalaksana, Harimurti. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1988.
---------------------------------. Sintaksis Fungsional: Sebuah Sintesis, dalam
Lembaran Sastra. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992
Mann, Merlin R. Headlines. n.d.
(http://www.columbia.edu/itc/journalism/isaacs/client_edit/Headlines.html)

Munawwir, A.W., & Fairuz, Muhammad. Al-Munawwir: Kamus Indonesia Arab.
Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.

Nimah, Fuad. Mulakhkhas: Qawid al-Lughah Arabiyah. Damaskus: Darul
Hikmah, n.d.
Ningsih, Durriyatin. Analisis Judul Berita Bahasa Arab Jurnalistis: Studi Kasus
pada Al-Jazirah. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia, 2009.
Parera, J os Daniel. Sintaksis (edisi kedua). J akarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1993.
Ragile. Kisah Sukses Al Jazeera Network (Inspirasi Untuk Metro TV dan TV
One). 2011. (http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/02/11/kisah-
sukses-al-jazeera-network-inspirasi-untuk-metro-tv-dan-tv-one-340012.html)
Shainy, Mahmoud Ismail., As-Sayid,Yusuf Ibrahim., & As-Syaikh,Muhammad
Rafi. Al-Qawaid Al-Arabiyah Al-Muyassarah. J ilid 1. Riyadh: Imadah Syiun Al-
Maktabat, King Saud University, 1990.
129


Universitas Indonesia
Shainy, Mahmoud Ismail., As-Sayid,Yusuf Ibrahim., & As-Syaikh,Muhammad
Rafi. Al-Qawaid Al-Arabiyah Al-Muyassarah. J ilid 2. Riyadh: Imadah Syiun Al-
Maktabat, King Saud University, 1990.
Sumadiria, AS Haris. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.
Suroso. Penggunaan Kalimat Efektif dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta, n.d.
Verhaar, J .W.M. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1977.
Watson, J anet. The Syntax of Arabic Headlines and News Summaries. Arabic
Language and Linguistics. Ed. Yasir Suleiman. London: Routledge, 1999. 166-
170
Wongso, Fenny. Pentingnya Judul dalam Sebuah Tulisan. 2012.
(http://fennywongso.com/pentingnya-judul-dalam-sebuah-tulisan/)

Anda mungkin juga menyukai