Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra sudah diciptakan oleh manusia jauh sebelum manusia
memikirkan hakekat sastra dan apa nilai serta makna dari sastra tersebut. sebuah
karya sastra akan dibaca dan dinikmati oleh orang banyak, yang akan
menimbulkan sebuah penilaian terhadap karya sastra. Dan penilaian tersebut salah
satunya berupa kritikan, yang biasanya disebut dengan kritik sastra.
Hubungan sastra dan kritik sastra sangatlah erat, bahkan tidak dapat
dipisahkan karena keduanya saling berkaitan, sastra tanpa kritikan tidak akan
menjadi lebih bagus dan indah, dengan kritikanlah semakin lama sastra semakin
memiliki nilai yang tinggi dan bagus.
Karya sastra terdiri dari dua jenis, yaitu prosa (natsr) dan puisi (syiir).
Prosa merupan karangan bebas yang tidak terikat oleh aturan-aturan, berbeda
dengan prosa syiir terikat oleh aturan-aturan seperti wazan dan qofiyah.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu jenis puisi di atas, yaitu
puisi Arab (syiir) beserta teori-teori yang digunakan dalam mengkritik puisi Arab
(syiir).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puisi Arab (syiir)?
2. Teori apa saja yang digunakan dalam mengkritik puisi Arab (syiir)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian puisi Arab (syiir)
2. Untuk mengetahui teori-teori yang digunakan dalam mengkritik puisi Arab
(syiir)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puisi Arab (syiir)


Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat
sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi
mencakup satuan yang kecil seperti sajak, pantun dan balada.1 Puisi banyak
mengandung imajinasi yang tinggi untuk menggambarkan segala sesuatu yang di
ungkapkan didalamnya.
Menurut Ahmad Asy-Syayib, syiir atau puisi Arab adalah ucapan atau
tulisan yang memiliki wazan atau bahr dan qafiyah serta unsur ekspresi rasa dan
imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa.2 Pengertian syair dalam
bahasa Arab ialah syiir yang menurut bahasa berasal dari kata syaara yang
artinya mengetahui atau merasakan. Menurut istilah syair ialah perkataan yang
sengaja disusun menggunakan irama atau wazan Arab. Syair Arab adalah seni
puisi yang sempurna, dan sedikit demi sedikit berkembang menuju kesempurnaan,
yaitu mulai dari bentuk ungkapan kata yang bebas (mursal) menuju sajak, dan dari
sajak menuju syair yang berbahar rajaz. Mulai dari sinilah syair Arab dianggap
sempurna dan berkembang membentuk qasidah yang terikat dengan wazan dan
qafiyah.3
B. Teori Kritik Puisi Arab
Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, puisi mengandung makna dan
unsur-unsur keindahan didalamnya, hal tersebut akan diketahui dengan berbagai
macam analisis. Analisis merupakan kegiatan yang dilakukan dalam mengkritik
sastra. Dengan analisa-analisa maka suatu puisi akan mudah dipahami dan
dimengerti oleh setiap pembaca.

1
Sutarnio, Menulis yang Efektif. (Jakarta: CV Sagung Seto, 2008), hlm. 64
2
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. (Jakarta: Rajawali Press,
2009), hlm. 10-11
3
Nawawi dan Yaniah Wardhani, Ilmu Arudh Teori dan Aplikasi; Balaghah Wadhihah.
(Jakarta: Wardah Press, 2010), hlm. 18

2
Diantara teori yang bisa digunakan untuk membedah suatu karya sastra
khususnya puisi yang dalam pembahasan ini dikhususkan berupa puisi Arab
(syiir) adalah sebagai berikut:
1. Teori Arudh
Ilmu Arudh adalah ilmu yang mengetahui bentuk-bentuk wazan syair yang
benar dan yang tidak benar, serta untuk mengetahui zikhaf maupun illat, yakni
perubahan pada bentuk wazan syair.4 Ilmu Arudh termasuk slah satu ilmu
bahasa Arab, Ilmu Arudh sangat berguna bagi seseorang atau sastrawan yang
ingin membaca dan mengubah syair Arab yang berbentuk multazim atau syiir
Arab tradisional, yakni syair yang terikat dengan wazan dan qafiyah. Dengan
menggunakan teori ini maka peneliti atau sastrawan bisa membedakan antara
syiir dan bukan syiir, terhindar dari mencampur adukkan antara bahar satu
dengan bahar lainnya, mempermudah membaca teks syiir, dapat mengetahui
wazan serta memberikan petunjuk teknis penulisan syair bagi orang yang
terpanggil untuk mengubah syair.
Dengan menggunakan teori Arudh kita bisa membahas tentang bagian-
bagian Syair seperti tafilah yang berjumlah 10 serta macam dan muqtha
arudhi. Selain itu kita juga bisa mengetahui macam-macam bahar yang
berjumlah 16, zihaf, illat dan illat jariyah majrazzikhaf.
2. Teori Balaghoh
Balaghoh mendatangkan makna yang agung dan jelas, menggunakan
ungkapan yang fasih dan berkesan di lubuk hati sesuai dengan situasi dan
kondisi yang diajak bicara. Secara ilmiah balaghoh merupakan suatu disiplin
ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap
keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub
(ungkapan). Kebiasaan mengkaji balaghoh merupakan modal pokok dalam
membentuk tabiat kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat yang
terpendam. Dan untuk mencapai tingkatan itu diharapkan seseorang mampu
memperbanyak bahan-bahan bacaan untuk menghasilkan sebuah analisis yang
akurat dan akuntabel. Adapun unsur-unsur balaghah adalah kalimat, makna,

4
Ibid., hlm. 17

3
dan susunan kalimat yang memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa, dan
keindahan.5
Teori balaghah merupakan teori tradisional dalam pengkajian sastra Arab
di Indonesia. Meskipun tidak sama persis balaghah hampir sebanding dengan
stilistika,yaitu ilmu yang mengkaji cara sastrawan memanipulasi atau
memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang
ditimbulkan oleh penggunanya.6
Penggunaan teori balaghoh (nadzariyah Balaghiyah) dalam meneliti puisi
biasanya peneliti ingin mengungkapkan suatu puisi dilihat dari macam bentuk-
bentuknya, apakah puisi tersebut termasuk Tasybih (citraan visual), Majaz
(bahasa Figuratif), istiarah (Metafor).7
3. Teori Romantik
Teori romantik atau aliran romantisme (al madrasah al-Rumantikiyah)
adalah aliran yang mendasarkan ungkapan perasaan sebagai dasar perwujudan.
Untuk mengungkapkan hal tersebut, sastrawan selalu berusaha
menggambarkan realitas kehidupan dalam bentuk yang seindah-indahnya dan
sehalus-halusnya, sehingga terlihat tanpa cela. Tujuan aliran ini adalah agar
pembaca mampu tersentuh dan terbuai emosinya, sehingga setiap gejolak yang
ada atau konflik yang ditonjolkan, biasanya disusun secara dramatis dan
setuntas-tuntasnya. Jika kebahagiaan dan keindahan di sampaikan, kebahagiaan
dan keindahan itu terlukis secara sempurna sekali. Aliran ini cenderung
menggambarkan keindahan alam, kalaupun sedih akan membuat pembaca
terkuras air matanya.8
Sebagian besar aliran ini tidak terikat oleh prosodi gaya lama, bahkan
cenderung berkiblat ke barat. Ulama di zaman Abbasiyah yang menggunakan
teori ini diantaranya Abu al-atahiyah dengan puisi lepasnya (al-Syiru al-
Mursal). Adapun dalam sastra Arab, meskipun aliran ini lahir pada periode

5
Ali al-jarim dan Musthafa Amin, Tarjemah Al-Balaaghatul Waadhihah. (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 1994), hlm. 6
6
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. (Jakarta: Rajawali Press,
2009), hlm. 140
7
Ibid., hlm. 145
8
Ibid., hlm. 165

4
modern, tetapi secara praktik telah lahir sejak masa Arab klasik, Umru al-Qais
adalah penyair aliran romantis masa jahiliyah yang cukup menonjol.9
4. Teori Strukturalis (Al-Binaiyah)
Dalam ilmu sastra pengertian strukturalisme sudah dipergunakan
dengan berbagai cara. Yang dimaksud dengan isltilah struktur adalah kaitan-
kaitan tetap antara kelompok-kelompok gejala. Kaitan-kaitan tersebut diadakan
oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya, misalnya pelaku-pelaku dalam
novel atau puisi dapat dibagi menurut kelompok-kelompok berikut: tokoh
utama, mereka yang melawannya, mereka yang membantunya dan seterusnya.
Pembagian menurut kelompok-kelompok didasarkan atas kaitan dan
hubungan.10
Pendekatan yang dipakai kaum formalis itu kemudian berkembang di
beberapa negara di Barat menjadi aliran kritik sastra baru yang kemudian
dikenal dengan strukturalisme. Dalam garis besarnya, aliran strukturalisme
memandang bahwa kritik sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri,
tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta dan pembaca sebagai
penikmat. Kritik sastra struktural adalah kritik objektif yang menekankan aspek
intrinsik karya sastra dimana yang menentukan estetikanya tidak saja estetika
bahasa yang digunakan, tapi juga relasi antar unsur.11
5. Teori Hermeneutik
Secara etimologis hermeneutika berasal dari kata hermeneuein, bahasa
yunani yang berarti menafsirkan atau menginterpretasikan. Secara mitologis
hermeneutika dikaitkan dengan Hermes, nama dewa Yunani yang
menyampaikan pesan ilahi kepada manusia. Pada dasarnya medium pesan
adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Jadi, penafsiran disampaikan
lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di

9
Ibid., hlm. 167
10
Jan van Luxemburgh dkk., Pengantar Ilmu Sastra. (Jakarta: PT Gramedia 1984), hlm.
36
11
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. (Jakarta: Rajawali Press,
2009), hlm. 182-184

5
satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat
banyak makna yang tersembunyi, atau dengan sengaja disembunyikan. 12
Dalam pembacaan Hermeneutika, seorang pengkaji teks, termasuk
didalamnya teks sastra, harus berusaha memahami secara kreatif makna sastra
yang ada dibalik struktur. Dalam hal ini, hermeneutika mengacu pada
makna/pesan teks yang bersifat inner, transendental, dan latent/terembunyi,
tidak pada yang manifest/nyata. Tujuannya untuk mendapatkan cakrawala yang
dikehendaki sesungguhnya oleh teks yang dalam sastra umumnya (terutama
dalam puisi) bersifat simbolik dan metaforik. Dalam bahasa simbolik, terdapat
makna lapis pertama (makna resensial atau denotatif) yang bisa ditangkap
dengan pemahaman bersahaja dan makna konotatif atau sugestif yang
tersembunyi di balik makna paling dalam dan tinggi.13
Dalam tradisi Arab atau Islam, hermeneutika modern Barat sebanding
dengan tawil yang berarti mengembalikan makna pada makna yang
sebenarnya atau hakikat yang terakhir. Dalam Literatur kritik Sastra, diantara
tokoh kritikus sastra Arab yang mementingkan tawil adalah abdul al-Qahir al-
Jurjani (400-471 H).14
6. Teori Bandingan
Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini
merupakan upaya interdisipler, yakni lebih banyak memperhatkan hubungan
sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan
dapat membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan
konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis
sastra. Konsep ini merepresentasikan bahwa sastra bandingan memang cukup
luas. Bahkan, pada perkembangan selanjutnya, konteks sastra bandingan
tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam ini,
guna meruntut keterkaitan antar aspek kehidupan.

12
Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2004), hlm. 45
13
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. (Jakarta: Rajawali Press,
2009), hlm. 222
14
Ibid., hlm. 235

6
Adapun tujuan sastra bandingan adalah:
a. Untuk mencari pengaruh karya sastra satu dengan yang lain dan atau
pengaruh bidang lain serta sebaliknya di dalam dunia sastra.
b. Untuk menentukan mana karya sastra yang benar-benar orisinal dan mana
yang bukan dalam lingkup perjalanan sastra.
c. Menghilangkan kesan karya sastra tertentu lebih baik dari karya sastra
lainnya.
d. Mencari keragaman budaya yang terpantul dari karya sastra satu dengan
lainnya.
e. Memperkokoh keuniversalan konsep-konsep keindahan universal sastra.
f. Menilai mutu karya-karya dari negara-negara dan keindahan karya sastra.15

15
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori dan
Aplikasi. (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), hlm. 128-129

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Puisi Arab atau syiir merupakan salah satu jenis karya sastra yang terikat
oleh aturan wazan dan qofiyah. Dalam mengkritik sastra ada tiga hal yang harus
dilakukan yaitu (1) menganalisis, (2) menafsirkan, (3) menyimpulkan. Sebelum
melakukan kritik sastra termasuk salah satunya kritik puisi Arab (syiir) kita harus
mengetahui teori-teori yang digunakan dalam mengkritisinya.
Teori yang harus dikuasai dalam menganalisis puisi Arab yaitu teori Arudh
untuk mengetahui kebenaran dan kesesuaian wazan dan qafiyah dalam syiir, teori
balaghah untuk mengetahui unsur keindahan yang terdapat dalam syiir, teori
romantik untuk mengetahui unsur keromantisan yang terdapat dalam syiir, teori
strukturalis untuk mengetahui struktur dari puisi yaitu tentang unsur instrinsik dan
ekstrinsik syiir dan kemudian teori bandingan untuk membandingkan satu syiir
dengan syiir lain supaya bisa memberi masukan terhadap syiir yang di kritisi.
Kemudian teori yang harus dikuasai untuk menafsirkan suatu puisi adalah teori
hermeneutik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-jarim, Ali dan Musthafa Amin. 1994. Terjemahan al-Balaaghatul Waadhihah.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Kamil, Sukron. 2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta:
Rajawali Press.
Luxemburgh, Jan van dkk.. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia.
Nawawi dan Yaniah Wardhani. 2010. Ilmu Arudh Teori dan Aplikasi; Balaghah
Wadhihah. Jakarta: Wardah Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. SU, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutarnio. 2008. Menulis yang Efektif. Jakarta: CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai