Anda di halaman 1dari 21

Seni Puisi Arab Kontemporer

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dirasat Syi’riyyah

Disusun oleh:

Muyassarah Alam (11190210000040)


Nabila Maitsa Syamma Salsabil Loupatty (11190210000059)
Nadiatul Hikmah (11190210000053)

Dosen pemimbing:

Drs. Mukhtar Gozali, M.Ag

Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Adab dan Humaniora

Bahasa dan Sastra Arab

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
menciptakan alam semesta ini sekaligus sebagai penguasa, pengatur alam semesta.
Tak lupa, shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan alam
nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga
akhir zaman.

Dengan berkat rahmat dan karunia-Nya Alhamdulillah kami dapat


menyelesaikan tugas mata kuliah Dirasat Syi’riyyah dengan judul makalah “Seni
Puisi Arab Kontemporer”.

Selanjutnya kami ucapkan rasa terima kasih kepada pihak yang telah
membantu tugas makalah ini sehingga dapat diselesaikan.

Akhir kata, kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah
ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Ciputat, 1 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................1

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................2

1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................2

1.5. Sistematika Penyusunan.............................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1. Pengertian Puisi Arab Kontemporer.........................................................3

2.2. Bentuk-Bentuk Puisi Arab Kontemporer.................................................4

2.2.1. Bentuk Puisi Arab Kontemporer dari Segi Lahirnya.......................4

2.2.1.1. Syair Multazam...................................................................................4

2.2.1.2. Syair Mursal.......................................................................................4

2.2.1.3. Syair Hurr (Bebas).............................................................................5

2.2.2. Bentuk Puisi Arab Kontemporer dari Segi Isinya.............................5

2.2.2.1. Syair Qashasi......................................................................................5

2.2.2.2. Syair Tamsili.......................................................................................5

2.2.2.3. Syair Ghina’i......................................................................................6

ii
2.2.2.4. Syair Ta’limi.......................................................................................6

2.2.2.5. Syair Thabi’ah (alam)........................................................................6

2.3. Ciri-Ciri Puisi Arab Kontemporer............................................................6

2.4. Tokoh-Tokoh Penyair Puisi Arab Kontemporer.....................................7

2.4.1. Nizzar Qabbani.....................................................................................7

2.4.2. Adonis....................................................................................................8

2.4.3. Mohammad Maghut.............................................................................9

2.4.4. Farouq Gouida.....................................................................................9

2.4.5. Mahmoud Darwish.............................................................................10

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................12

3.1. Kesimpulan................................................................................................12

3.2. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna sastra


kontemporer adalah sastra yang hidup pada masa kini atau sastra yang hidup
dalam waktu yang sama. Sastra kontemporer juga bisa dikatakan sebagai sastra
mutakhir, karena pada masa itu sastra dianggap sebagai ujung dari penciptaan
karya sastra pada masanya dan bisa juga disebut sastra modern. Seiring
berjalannya waktu, sastra modern dan muktahir bukan hanya terbatas periodisasi
waktu saja, akan tetapi juga terkait pola pikir seorang pengarang yang semakin
maju untuk menciptakan karya sastra.

Oleh karena itu, sastra yang berkembang di negara kita pada masa
sekarang disebut Sastra Indonesia Kontemporer, yang diartikan sebagai sastra
yang hidup di Indonesia pada masa kini atau sastra yang hidup di Indonesia pada
masa mutakhir, sama halnya juga untuk karya sastra kontemporer di Eropa
maupun Arab. Munculnya Sastra Kontemporer merupakan reaksi terhadap sastra
konvensional yang dianggap telah mendominasi eksistensi karya sastra. Hingga
saat ini sastra kontemporer merambah pada seluruh jenis karya sastra, seperti
novel, puisi, dan drama.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dari puisi kontemporer?

1
1.2.2 Bagaimanakah bentuk-bentuk dari puisi kontemporer?

1.2.3 Apa sajakah ciri-ciri dari puisi kontemporer?

1.2.4 Siapa sajakah tokoh-tokoh penyair puisi kontemporer?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari puisi kontemporer

1.3.2 Dapat mengetahui dan memahami bentuk-bentuk dari puisi kontemporer

1.3.3 Dapat mengetahui dan memahami ciri-ciri dari puisi kontemporer

1.3.4 Dapat mengetahui dan memahami tokoh-tokoh penyair puisi kontemporer

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang seni
puisi Arab kontemporer

1.4.2 Bagi pembaca untuk menambah informasi tentang seni puisi Arab
kontemporer

1.5. Sistematika Penyusunan

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

2
BAB II : Pembahasan mengenai pengertian, bentuk-bentuk, ciri-ciri,
dan tokoh-tokoh dari puisi Arab kontemporer

BAB III : Penutup yang berisi ringkasan singkat dari pembahasan yang
terdapat di bab II dan saran untuk para pembaca.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Puisi Arab Kontemporer

Menurut pengertian dari puisi kontemporer Indonesia, masa kemunculan


puisi pada masa ini terhitung dari sekitar tahun 70-an hingga sekarang. Puisi
kontemporer bersifat eksperimental dan memiliki sifat-sifat yang “menyimpang”
dari konvensi sastra yang berlaku, baik sastra biasa maupun umum. Ciri khas
sebuah karya sastra tidak saja dilihat berdasarkan genrenya, melainkan dilihat pula
dari segi konvensi sastra maupun konvensi bahasa. Khusus dalam kaitan bahasa
dalam sastra, pengarang mengeksploitasi potensi-potensi bahasa untuk
menyampaikan gagasannya dengan tujuan tertentu. Dengan sudut pandang
demikian, dapat dikatakan bahwa ada kekhususan atau keunikan masing-masing
pengarang sebagai ciri khasnya yang mungkin merupakan kesengajaan atau
invensi pengarang dalam proses kreativitasnya. 1

Berdasarkan definisi puisi Arab kontemporer yang kita ketahui, yaitu puisi
Arab yang ditulis pada masa pembacanya saat ini, resep kontemporer
menunjukkan tahapan tertentu dalam kehidupan puisi modern, yaitu tahapan yang
kita saksikan hingga kini. Pendapat yang mengatakan bahwa setiap penyair
kontemporer adalah penyair modern, atau sebaliknya tidaklah benar. Misalnya,
Ahmad Shauqi merupakan seorang penyair modern, akan tetapi ia tidak bisa
dikatakan sebagai penyair kontemporer, sedangkan Adonis adalah penyair modern
sekaligus kontemporer.

1
Juwati, “Diksi Dan Gaya Bahasa Puisi-Puisi Kontemporer Karya Sutardji Calzoum Bachri
(Sebuah Kajian Stilistik)”, Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran (KIBASP). Vol. 1 No 1,
2017, 73.

4
Perbedaan utama antara sastra modern dan kontemporer adalah periode
waktunya. Literatur modern mengacu pada literatur yang berasal dari akhir abad
ke-19 hingga 1960-an, sedangkan literatur kontemporer mengacu pada literatur
yang berasal dari Perang Dunia II hingga saat ini. Namun, ini hanya definisi yang
kabur; karena sastra modern dan sastra kontemporer adalah dua keran yang
tumpang tindih dan penting untuk memperhatikan bahwa tidak ada penjelasan
yang jelas untuk periode ini. Selain itu, sebagian besar sarjana menganggap sastra
kontemporer sebagai periode sastra yang mengikuti periode modernis.2

2.2. Bentuk-Bentuk Puisi Arab Kontemporer

Puisi Arab kontemporer dimulai pada masa pemerintahan Muhammad Ali


Pasha. Adapun tujuan puisi Arab pada masa sekarang sama dengan tujuan puisi
Arab pada masa sebelumnya, yaitu berkisar antara pujian, membangkitkan
semangat, kebanggaan, perumpamaan-perumpamaan dan mensifati sesuatu.
Hanya saja tujuan belasungkawa, rayuan dan ejekan ini jarang dilakukan oleh
penyair-penyair kontemporer, sebab mereka menggubah puisi untuk tujuan
keindahan sesuai dengan imajinasi dan inspirasi yang mereka miliki. Dalam
membentuk puisi, para penyair tidak hanya mengikuti bentuk syair multazam saja,
akan tetapi juga mengikuti bentuk syair mursal dan syair bebas.

Berikut merupakan macam-macam bentuk puisi Arab kontemporer yang dibagi


menjadi 2 bagian :
2.2.1. Bentuk Puisi Arab Kontemporer dari Segi Lahirnya3
2.2.1.1. Syair Multazam

yaitu syair yang terikat dengan aturan wazan dan qafiyah. Dalam bentuk
ini, seorang penyair ketika menggubah syairnya harus menggunakan salah satu

2
Abi Sharma, “Perbedaan Antara Sastra Modern dan Kontemporer”,
https://id.sawakinome.com/articles/language/difference-between-modern-and-contemporary-
literature-2.html (diakses pada 01 Juli 2021, pukul 08.45).
3
Nia Hailiyati, “Istilah-Istilah Kritik Sastra Arab Kontemporer”, ALFAZ. Vol. 6 No. 1, 2018, 37.

5
jenis bahr yang ada. Selain itu, bentuk qafiyah harus diperhatikan agar
memperoleh sebuah keindahan. Syair ini disebut juga dengan syair tradisional.
2.2.1.2. Syair Mursal

yaitu syair yang terikat dengan satuan irama (taf’ilat) dan tidak terikat oleh
aturan wazan dan qafiyah. Dalam bentuk ini, seorang penyair hanya
memperhatikan taf’ilatnya saja.

2.2.1.3. Syair Hurr (Bebas)

yaitu syair yang sama sekali tidak terikat oleh aturan wazan, qafiyah,
maupun taf’ilat, akan tetapi masih terikat dengan satuan irama khusus yang
menjadi karakteristik karya sastra bernilai tinggi. Penyair hanya mengungkapkan
perasaan dan imajinasinya, sehingga iramanya bersifat subyektif. Pada masa ini,
para penyair belum dapat membebaskan dirinya sama sekali dari kekangan tradisi
lama, sebab dalam beberapa karyanya ia masih saja menekuni tradisi tersebut.
Memang pada masa kontemporer banyak tema-tema baru yang bermunculan.
2.2.2. Bentuk Puisi Arab Kontemporer dari Segi Isinya4
2.2.2.1. Syair Qashasi

Setiap qasidah yang menggambarkan kisah atau beberapa kejadian dengan


tujuan yang abstrak disebut sebagai hikayat. Kisah ini juga dinamakan dengan
syair qashasi. Unsur penting yang harus terdapat dalam syair qashasi adalah
hikayah qishah sya’ir yang bertema (maudhu’), seperti kisah Ilyazah Humiruz
bangsa Yunani dan Syahnamah al-Firdausi dari bangsa Persia.
2.2.2.2. Syair Tamsili

Yaitu berkumpulnya syair dan natsr (prosa) secara bersamaan, akan tetapi
syi’ir menjadikannya bagian inspirasi utama dan di dalamnya diikuti oleh prosa
dan tidak banyak yang menjadikan nastr dalam syair itu hanya sebagai wazannya.
4
Nia Hailiyati, “Istilah-Istilah Kritik Sastra Arab Kontemporer”, ALFAZ. Vol. 6 No. 1, 2018, 38.

6
Oleh sebab itu, jika kita membahas tentang kecocokan syair dengan tema ini
adalah riwayah tamsili sya’ir dan natsr. Adapun teknis pelaksanaan dramatisasi
ini dilakukan dengan cara bercakap-cakap atau berdialog antara para pelaku
tersebut. Perlu diketahui bahwa isi dari syair ini bersifat objektif dan sistem
penampilannya bersifat subjektif, karena isi syair ini dipengaruhi oleh jiwa para
pelaku tersebut. Adapun yang termasuk dalam syair ini adalah sebuah karya tokoh
penyair modern, seperti Ahmad Syauqi yang berjudul Cleopatra dan Laila
Majnun.

2.2.2.3. Syair Ghina’i

Penyair pada syair jenis ini biasanya mensifati apa yang terdapat di dalam
hati sanubarinya dan apa yang sedang menggelora di dalam jiwanya, baik di
gejolak jiwa tersebut, berupa kesenangan, kebencian, kegembiraan, kesusahan,
kemarahan, maupun kerelaan, sebagaimana mu’allaqat Imru al-Qais.
2.2.2.4. Syair Ta’limi

Syair ta’limi bukanlah syair yang sempurna sebagaimana pada syair yang
lain, yaitu tidak ada kekuatan rasa, dan dia berkumpul antara larik dalam syair
atau natsr. Kemudian, isi yang ada di dalamnya merupakan sesuatu yang logis dan
jelas, karena dia mengetahui fakta tertentu yang menjadikannya jelas dan terang
dengan tujuan untuk mempercepat memahami isinya. Dari segi syair ini tidak
harus menciptakan keindahan artistik, syair ini juga tidak berisi ungkapan yang
memiliki makna tersembunyi, karena syair ini tidak menggunakan ungkapan
metafora.
2.2.2.5. Syair Thabi’ah (alam)
Yaitu sya’ir yang temanya menggambarkan dunia yang alami. Sebagian
sya’ir dibagun dengan ketenaran yang menguasai puisi alam, seperti sanubari dan
sebagian syair bahtari, dan syair Andalusia.

7
2.3. Ciri-Ciri Puisi Arab Kontemporer

Menurut Sutisumarga, pada masa ini puisi yang populer adalah puisi bebas
yang disajikan dengan panjang yang bervariasi dan rima yang tidak mengikuti
pola tertentu. Lariknya semakin pendek hingga ada yang hanya menggunakan
dua atau tiga suku kata saja.5

Adapun ciri-ciri puisi kontemporer adalah sebagai berikut :

1. Tipografi yang unik. Tata hurufnya berbeda dari yang lain.


2. Penulisan baris, bait, dan kata menyimpang dari penulisan puisi pada
umumnya.
3. Terjadi kemacetan bunyi hingga hampir tidak bisa dibaca karena biasanya
hanya berbentuk tanda baca yang disejajarkan.
4. Menggunakan idiom yang tidak lazim.
5. Memerhatikan kemerduan dari bunyi.
6. Banyak pengulangan frasa kata atau kelompok kata.
7. Biasanya memcampuradukkan kata maupun kalimat bahasa Indonesia
dengan menggunakan kata atau kalimat bahasa asing dan juga bahasa
daerah.
8. Secara umum temanya berupa kritikan.
9. Maknanya sulit dimengerti.
2.4. Tokoh-Tokoh Penyair Puisi Arab Kontemporer
2.4.1. Nizzar Qabbani

Nama asli beliau adalah Nizar Tawfiq Qabbani. Ia lahir pada tanggal 21
Maret 1923 di Damaskus.6 Nizar mulai menulis puisi selama kuliah dan pada
5
Kisno Umbar, Perkembangan Sastra Arab Kontemporer (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2018), hlm. 13.
6
The Famous People, “Nizar Qabbani Biography”,
https://www.thefamouspeople.com/profiles/snizar-qabbani-5958.php (diakses pada 03 Juni 2021,
pukul 06.50)

8
tahun 1944, ia menerbitkan kompilasi puisi pertamannya berjudul Qalat li al-
Samra’. Puisi ini menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Damaskus,
namun disetujui oleh Menteri Pendidikan Munir al-Ajlani, yang merupakan
seorang kenalan ayahnya.

Nizar Qabbani hidup di masa di mana adanya ruang pemisahan


berdasarkan jenis kelamin di Suriah. Para pemuda dan pemudi tidak bergaul, tidak
berpacaran, bahkan tidak mengenal calon pasangan masing-masing sampai
mereka kawin.7 Hal inilah yang menyebabkan kakak perempuannya bunuh diri.
Itulah awal mula ia mulai menuliskan sajak-sajak puisinya. Ketika muncul sebagai
seorang penyai, Qabbani mencoba menyuarakan pendapatnya tentang hak-hak
perempuan melalui puisinya.

Hampir semua tulisan Qabbani didominasi dengan tema-tema feminisme.


Ia menggambarkan nasib perempuan dalam masyarakat Arab kontemporer. Ia
cukup berani untuk mengemukakan ideologinya kepada masyarakat. Cara dia
menyusun puisinya yang kental akan feminise, membuat dia terjerat dalam
berbagai kontroversi. Namun, hal itu tidak menjadikannya berhenti untuk
mengubah cara penulisannya dan pemikirannya.8

Selama periode 1948-1950, ia enulis tiga karya sastra Arab yang sangat
terkenal. Qabbani memulai dengan menulis puisi berjudul Tudulatu Nahdin
(Childhood of Breast) dan diikuti dengan karya lainnya, yaitu Samba dan Anta lii
(You are Mine). Koleksinya yang bernama Qasa’idun diterbitkan pada tahun
1956, dan dianggap sebagai salah satu karya yang paling penting. Kemudian
selama tahun 1960-an, Nizar menghasilkan tiga puisi, yaitu Habibati, al-Rasmu bi
al-Kalimati, dan Yawmiyyati ‘Imraatin la Mubaliyai. Pada tahun 1970-an, ia

7
Dea Anugrah, “Puisi-puisi Nizar Qabbani dan Terjemahannya yang Meragukan”,
https://tirto.id/puisi-puisi-nizar-qabbani-dan-terjemahannya-yang-meragukan-cqkZ (diakses pada
03 Juni, pukul 06.58)
8
Salma Hafizh, Skripsi: “Penerjemahan Metafora Antologi Puisi ‘Asyar Kharijah ala al-Qanun
Karya Nizar Qabbani (Metode Adaptasi)” (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018), hlm. 47.

9
menerbitkan sekitar 9 koleksi antalogi puisi. Kemudian pada tahun 1980-an , ia
juga berhasil menulis hampir selusin publikasi. Pada awal 1990-an, nizar
menghasilkan berbagai puisi yang salah satunya adalah Abjadiyatu al-Yasmin, dan
inilah karya terakhir Nizar Qabbani sebagai sastarawan Arab kontemporer.9
2.4.2. Adonis

Nama asli Adonis adalah Ali Ahmad Said Esber. Ia lahir pada tanggal 1
Januari 1930 di Suriah. Ia merupakan seorang penyair, penerjemah, dan ahli teori
Arab. Meskipun ia terlahir di keluarga tidak mampu, ayahnya selalu mengajari
putranya membaca dan membantunya menghafalkan puisi saat dia bekerja di
pertanian keluarga. Hingga akhirnya pada usia 14 tahun, Adonis berkesempatan
untuk membacakan sebuah puisi di hadapan presiden Suriah selama
kunjungannya ke kota tetangga. Setelah itu, berkat dukungan presiden, Adonis
mendaftar di sekolah menengah Prancis dan kemudian melanjutkan ke Universitas
Damaskus untuk memperoler gelar BA dalam bidang filsafat.

Adonis diambi dari nama seorang dewa kesuburan Yunani. Nama ini ia
pakai ketika mulai menulis pada akhir masa remajanya.

Dalam menulis puisi, ia menggunakan sajak bebas, meter variabel, dan


tema-tema yang ia gunakan menceritakan pengasingan dan transformasi. Ia juga
menghasilkan banyak karya, diantaranya yaitu Selected Poems (2010,
diterjemahkan oleh Khaled Mattawa), Mihyar of Damascus: His Songs (2008), If
Only the Sea Could Sleep (2002), dan The Blood of Adonis (1971), yang
memenangkan Penghargaan Suriah-Lebanon Forum Puisi Internasional. Selain
itu, ia juga menulis karya Mani an Introduction to Arab Poetics (2003).

Adonis telah memenangkan Penghargaan Puisi Nazim Hikmet


Internasional pertama, Penghargaan Bjørnson dari Akademi Sastra dan Kebebasan
9
Salma Hafizh, Skripsi: “Penerjemahan Metafora Antologi Puisi ‘Asyar Kharijah ala al-Qanun
Karya Nizar Qabbani (Metode Adaptasi)” (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018), hlm. 51.

10
Berekspresi Norwegia, Penghargaan Tertinggi dari Biennial Puisi Internasional di
Brussel, dan Penghargaan Penyair Terbaik Suriah-Lebanon. Kemudian, pada
tahun 1983 ia terpilih ke dalam Stéphané Mallarmé Academy.10
2.4.3. Mohammad Maghut

Nama lengkap beliau adalah Mohammad Ahmad Isa Maghut. Ia lahir pada
tahun 1934 di Suriah Utara. Selain menjadi penyair, ia juga merupakan seorang
dramawan. Maghut memulai karirnya dalam menulis puisi dengan bergabung
pada sebuah majalah puisi pada tahun 1974 hingga 1989. Pada saat usianya
mencapai 72 tahun, ia mengidap kanker dan meninggal di Suriah. Maghut
memiliki beberapa karya puisi, diantaranya berjudul “Sadness in the Light of the
Moon”, “Too Room Researches Walls”, “Joy is Not My Profession”, dan lain-
lain.11
2.4.4. Farouq Gouida

Pada tanggal 10 Februari 1946 di Mesir, lahirlah seorang penyair


cumjurnalis bernama Farouq Gouida. Ia lulus dari Fakultas Adab, Jurusan
Jurnalistik pada 1968. Lalu memulai karirnya sebagai anggota redaksi pada bagian
ekonomi Koran al-Ahram Mesir (1875): koran tertua kedua setelah al-Waqi’a al-
Masriya (1828). Farouq Gouida pernah menjabat sebagai sekretaris, lalu sekarang
menjabat sebagai ketua di bidang kebudayaan pada koran yang didirikan oleh dua
orang bersaudara asal Lebanon ini, Basshara dan Salim Teqla.

Puisi-puisinya liris, disampaikan dengan bahasa yang sederhana, dan jujur.


Ia mampu mengorganisir banyak warna dalam puisinya: dari puisi dengan rima
vertikal hingga pada tataran drama-puitis. Sejauh ini, ia telah menulis banyak
karya puisi, 13 di antaranya adalah kumpulan puisi terbaiknya yang menampilkan
sebuah eksperimen dan ciri khas tersendiri dalam puisinya. Tiga naskah dramanya
10
Poetry Foudation, “Adonis”, https://www.poetryfoundation.org/poets/adonis (diakses pada 2
Juni 2021, pukul 19.22).
11
Leila Ahmadi, “Grief and Sorrow, the Poetry of Mohammad Maghut” Journal of Applied
Environmental and Biological Sciences. Vol. 4 No. 11, 2014, 192-193.

11
yang berjudul al-Wāzir al-Ussyāq (Cinta Seorang Wazir), Dimā’ ‘ala Sitār al-
Ka’bah (Air Mata di Tirai Ka’bah), dan al-Khadyuwi telah meraih kesuksesan
besar di sejumlah festival teater di Mesir. Beberapa puisi dan dramanya telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa internasional, termasuk bahasa Inggris,
Prancis, Cina, dan Yugoslavia. Ia pernah diangkat sebagai tim kepresidenan,
namun mengundurkan diri sebagai protes terhadap deklarasi konstitusi
komplementer, pada November 2012.

Puisi-puisi terbaik Arab biasanya diabadikan dan diapresiasi melalui


nyanyian dan lagu-lagu. Begitupun puisi-puisi Farouq Gouida, tidak sedikit dari
puisi-puisinya telah digubah dan dinyanyikan ke dalam lagu-lagu Arab. Puisinya
yang berjudul Fi Ainik ‘Unwāni (Di matamu, Alamatku) dinyanyikan oleh artis
terkemuka Samia Qaishar. Puisi berjudul Law Annā Lam Naftariq (Andai Kita
Tak Berpisah), Man Qāla Annā Al-Nift Aghlā Min Dami (Siapa Bilang Minyak
Lebih Mahal dari Darahku?) dinyanyikan oleh Kazim al-Saher. Puisi yang
berjudul Ighdab (Marahlah!) dilagukan oleh Grup Musik al-Khulud dari Yaman
dan puisi yang berjudul Uzran Habibi (Maafkan, O, Kekasihku) turut dinyanyikan
oleh Grup Musik Aqd al-Jalal dari Sudan.12
2.4.5. Mahmoud Darwish

Mahmoud Darwish lahir pada tanggal 13 Maret 1941 Al Birweh,


Palestina. Selama berdirinya Negara Israel pada tahun 1948, desanya dihancurkan
dan keluarganya melarikan diri ke Libanon. Mereka kembali pada tahun
berikutnya, diam-diam memasuki kembali tanah air mereka.

Pada tahun 1960-an Darwish dipenjara karena membacakan puisi dan


bepergian antar desa tanpa izin. Ia dianggap sebagai “penyair perlawanan,” ia
ditempatkan di bawah tahanan rumah ketika puisinya “Identity Card” diubah
menjadi lagu protes. Setelah menghabiskan satu tahun di Universitas Moskow

12
Fazabinal Alim, “Farouq Gouida: Wajah Lain Nizar Qabbani”, https://geotimes.id/opini/farouq-
gouida-wajah-lain-nizar-qabbani/ (diakses pada 03 Juni 2021, pukul 07.28)

12
pada tahun 1970, Darwish bekerja di surat kabar Al-Ahram di Kairo. Dia
kemudian tinggal di Beirut, di mana dia mengedit jurnal Urusan Palestina dari
tahun 1973 hingga 1982. Pada tahun 1981 dia mendirikan dan mengedit jurnal Al-
Karmel. Darwish menjabat dari 1987 hingga 1993 di komite eksekutif Organisasi
Pembebasan Palestina. Pada tahun 1996 ia diizinkan kembali dari pengasingan
untuk mengunjungi teman dan keluarga di Israel dan Palestina. Dia tinggal di
pengasingan selama dua puluh enam tahun, antara Beirut dan Paris, sampai tahun
1996. Dia kemudian menetap di Ramallah di Tepi Barat.13

Dianggap sebagai penyair Palestina yang paling terkemuka, Darwish


menerbitkan koleksi puisi pertamanya yang berjudul Leaves of Olives pada tahun
1964, ketika dia berusia 22 tahun. Sejak itu, Darwish telah menerbitkan sekitar
tiga puluh koleksi puisi dan prosa yang telah diterjemahkan ke lebih dari dua
puluh dua bahasa.

Beberapa judul puisinya yang lebih baru termasuk The Butterfly’s Burden
(Copper Canyon Press, 2006), Unfortunately, It was Paradise: Selected Poems
(2003), Stage of Siege (2002), The Adam of Two Edens (2001), Mural (2000 ),
Bed of the Stranger (1999), Psalms (1995), Why Did You Leave The Horse Alone?
(1994), dan The Music of Human Flesh (1980).14

13
Poetry Foudation, “Mahmoud Darwish”, https://www.poetryfoundation.org/poets/mahmoud-
darwish (diakses pada 03 Juni 2021, pukul 08.03).
14
Poets.org, “Mahmoud Darwish”, https://poets.org/poet/mahmoud-darwish#poet__works (diakses
pada 03 Juni 2021, pukul 08.02).

13
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Puisi Arab kontemporer adalah karya sastra yang muncul sekitar akhir
tahun 40-an hingga sekarang. Puisi kontemporer bersifat eksperimental dan
memiliki sifat-sifat yang “menyimpang” dari konvensi sastra yang berlaku, baik
sastra biasa maupun umum.

Perbedaan utama antara sastra modern dan kontemporer adalah periode


waktunya. Literatur modern mengacu pada literatur yang berasal dari akhir abad
ke-19 hingga 1960-an, sedangkan literatur kontemporer mengacu pada literatur
yang berasal dari Perang Dunia II hingga saat ini.

Adapun macam-macam bentuk puisi Arab kontemporer dibagi menjadi 2


bagian, yaitu:

1. Dari segi lahirannya:


- Syair Mutazam
- Syair Mursal
- Syair Hurr (Bebas)
2. Dari segi isinya:
- Syair Qashasi
- Syair Tamsili
- Syair Ghina’i
- Syair Ta’limi
- Syair Thabi’ah (Alam)

14
Menurut Sutisumarga, pada masa ini puisi yang populer adalah puisi bebas
yang disajikan dengan panjang yang bervariasi dan rima yang tidak mengikuti
pola tertentu. Lariknya semakin pendek hingga ada yang hanya menggunakan
dua atau tiga suku kata saja.

Adapun tokoh-tokoh penyair puisi Arab kontemporer ialah:

1. Nizar Qabbani
2. Adonis
3. Mohammad Maghut
4. Farouq Gouida
5. Mahmoud Darwish
6. Dan lain-lain

3.2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen
pengampu mata kuliah Dirasat Syi’riyyah, agar kedepannya kami dapat
mengetahui dan memperbaiki kekurangan yang terdapat di makalah ini. Sekian
dan kami ucapkan terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal dan Makalah

Hafizh, Salma. 2018. Penerjemahan Metafora Antalogi Puisi ‘Asyar Kharijah ala
al-Qanun Karya Nizar Qabbani (Metode Adaptasi). Tarjamah. Fakultas
Adab dan Humaniora. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Juwati. 2017. Diksi Dan Gaya Bahasa Puisi-Puisi Kontemporer Karya Sutardji
Calzoum Bachri (Sebuah Kajian Stilistik). Jurnal Kajian Bahasa, Sastra
dan Pengajaran (KIBAS), 1(1), 73.

Kisno Umbar. “Perkembangan Sastra Arab Kontemporer”. UIN Syarif


Hidayatullah, September 2018, hlm. 13.

Leila Ahmadi. 2014. Grief and Sorrow, the Poetry of Mohammad Maghut.
Journal of Applied Environmental and Biological Sciences. 4 (11), 192-
193.

Nia Hailiyati. 2018. Istilah-Istilah Kritik Sastra Arab Kontemporer. ALFAZ. 6


(1), 37.

Internet

Alim, Fazabinal. 2017. Farouq Gouida: Wajah Lain Nizar Qabbani,


https://geotimes.id/opini/farouq-gouida-wajah-lain-nizar-qabbani/ (diakses
pada 03 Juni, pukul 07.28)

Anugrah, Dea. 2017. Puisi-Puisi Nizar Qabbani dan Terjemahannya yang


Meragukan, https://tirto.id/puisi-puisi-nizar-qabbani-dan-terjemahannya-
yang-meragukan-cqkZ (diakses pada 03 Juni, pukul 06.58)

16
Foundation, Poetry. ______. Adonis.
https://www.poetryfoundation.org/poets/adonis (diakses pada 02 Juni
2021, pukul 19.22).

Foundation, Poetry. ______. Mahmoud Darwish.


https://www.poetryfoundation.org/poets/mahmoud-darwish (diakses pada
03 Juni 2021, pukul 08.03).

People, The Famous. ____. Nizar Qabbani Biography.


https://www.thefamouspeople.com/profiles/snizar-qabbani-5958.php
(diakses pada 03 Juni 2021, pukul 06.50)

Poets.org._____. Mahmoud Darwish, https://poets.org/poet/mahmoud-


darwish#poet__works (diakses pada 03 Juni 2021, pukul 08.02).

Sharma, Abi. ____. Perbedaan Antara Sastra Modern dan Kontemporer.


https://id.sawakinome.com/articles/language/difference-between-modern-
and-contemporary-literature-2.html (diakses pada 01 Juli 2021, pukul
08.45).

17

Anda mungkin juga menyukai