100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
2K tayangan2 halaman
Syair Singapura Terbakar menceritakan kebakaran besar yang melanda Singapura pada tahun 1830 melalui puisi karangan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya ini merupakan contoh sastra peralihan yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan gaya baru dalam bahasa dan penceritaannya.
Syair Singapura Terbakar menceritakan kebakaran besar yang melanda Singapura pada tahun 1830 melalui puisi karangan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya ini merupakan contoh sastra peralihan yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan gaya baru dalam bahasa dan penceritaannya.
Syair Singapura Terbakar menceritakan kebakaran besar yang melanda Singapura pada tahun 1830 melalui puisi karangan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karya ini merupakan contoh sastra peralihan yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan gaya baru dalam bahasa dan penceritaannya.
Singapura dimakan api adalah syair karangan Abdullah
bin Abdulkadir Munsyi. Pertama kali syair ini diterbitkan sekaligus dalam Latin dan Jawi tahun 1843, sedangkan edisi cetakan batu diterbitkan tahun 1849. Dalam syair ini Abdullah menceritakan kebakaran dahsyat yang melanda Singapura pada tahun 1830. Dalam syair ini Abdullah melaporkan peristiwa kebakaran ini dengan cukup terperinci. Karena menceritakan peristiwa aktual melalui syair ini, Abdullah juga disebut sebagai wartawan Melayu pertama. Sastra masa peralihan adalah sastra yang diciptakan pada masa peralihan sastra lama ke sastra baru. Ada pula yang mengatakan bahwa sasatra peralihan merupakan sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam didalamnya. Sastra peralihan dinamai pula sastra masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Sehingga pembahasan mengenai sastra peralihan takkan terlepas dari pembahasan mengenai Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Yang dimaksud zaman peralihan dalam kesusastraan Melayu adalah masa-masa perkembangan antara kesusastraan Melayu dan kesusastraan Indonesia. Kesusastraan pada masa ini disebut kesusastraan peralihan karena adanya gejala-gejala masa peralihan, antara sastra lama dan sastra baru yang mendapat pengaruh dari Barat. Kesusastraan zaman ini dipelopori oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Syair Singapura Terbakar termasuk ke dalam sastra zaman peralihan karena : 1..Syairnya masih ada unsur masa lampau tapi sudah ditulis siapa nama pengarangnya, berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum dicantumkan nama pengarangnya. Berkisah tentang realitas sehari-hari. Tokohnya orang-orang biasa, termasuk pengarang. Pusat penceritaan adalah orang-orang biasa. 2. Dalam segi bahasa Abdullah berusaha mengurangi penggunaan-penggunaan klise dan katakata Arab yang terlalu banyak digunakan pada waktu itu. Namun, pada persambungan paragraph masih ditemui kata-kata seperti: maka, syahdan, hatta, arkian, kalakian, sebermula, dan sebagainya.
3. Puisi gubahannya adalah syair Singapura Dimakan Api
Menyajikan naskah kamus bahasa Melayu Menyalin kitab suci Alquran Mengadakan penyelidikan atas tata bahasa Melayu Memberikan bantuan dalam penerbitan Sejarah Melayu Sebuah kisah yang dikarangnya pada waktu naik haji adalah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah 4.Syair ini biasanya mempunyai dua judul, satu judul Hindu dan satu judul Islam. Seringkali judul islam adalah judul yang lebih dikenal daripada judul Hindunya. Misalnya Syair singapura terbakar atau Singapura di makan api.