Anda di halaman 1dari 10

PENDEK ATAN

EKSPRESIF DAL AM
KRITIK SASTRA
HAKIKAT PENDEKATAN EKPRESIF
Menurut Kutha Ratna (2012:68) pendekatan ekspresif memiliki
persamaan dengan pendekatan biografis dalam hal fungsi dan kedudukan
karya sastra sebagai manifestasi subjek kreator, karena jika dikaitkan
pada proses pengumpulan data penelitian lebih mudah dalam
memanfaatkan data biografis pengarang. Pendekatan ekspresif tidak
semata-mata memperhatikan bagaimana karya sastra tersebut
diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi
bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya satra yang dihasilkan.
Atmazaki (1990:35) mengatakan bahwa pendekatan ekspresif
menghubungkan secara langsung apa yang disampaikan di dalam karya
sastra dengan keberadaan penciptanya seolah-olah karya sastra adalah
potret pengembaraan jiwa pengarangnya.
Abrams (1970:37) menyebutkan bahwa kritik-kritik yang berupa
ekspresif selalu menghubungkan karya sastra dengan keberadaan
pengarang. Kejadian-kejadian dalam karya sastra adalah hasil dari
perasaan khusus atau pengarang baik secara langsung atau tidak.
Persepsi, pikiran, dan persaan pengarang sangat ditonjolkan. pengalaman
pribadi karya sastra dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan misi
khusus ataupun pengalaman pribadi pengarang.
Simpulan :
Asumsi dasar dari pendekatan ekspresif adalah karya sastra sebagai
curahan hati, ungkapan, dan proyeksi pikiran dan perasaan dari si
pengarang. Jadi dalam hal ini passion dan imotion dari si pengarang
sangatlah menentukan kualitas karya sastra, termasuk latar belakang
sosiokultural pengarang juga berpengaruh besar terhadap hakikat
pemaknaan karya sastra, karena karya sastra tidaklah jauh dengan
kehidupan penciptanya.
PENDEKATAN EKSPRESIF TERHADAP KARYA SASTRA

Para kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya


sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran,
presepsi-prespsi dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya
sastra. Kritikus cendrung menimba karya sastra berdasarkan
kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata batin
pengarang/keadaan pikiranya.
Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra sebagai ekspresi atau curahan, atau
ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi/bekerja
dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung menimbang karya sastra
dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan vision pribadi penyair atau keadaan
pikiran; dan sering kritik ini mencari dalam karya sastra fakta-fakta tentang watak
khusus dan pengalaman-pengalaman penulis, yang secara sadar ataupun tidak, telah
membukakan dirinya dalam karyanya tersebut (Pradopo, 1997:193).
Pendekatan ekspresif meyakini jika suatu karya sastra memiliki pencipta yang
sangat berpengaruh dalam pemaknaan cerita dan hanya menfokuskan diri
terhadap pengarang, baik latar belakang kehidupan, psikologis atau kejiwaan
maupun sikap dan pandangan hidup si pengarang. Adapun besarnya passion,
emotion, tendensi, niatan, dan ekspresi, serta keseriusan pengarang yang
dicurahkan dalam karya sastra juga mempengaruhi kualitas karya sastra dan
interpretasinya
cara kerja dari pendekatan ekspresif adalah membaca karya satra itu sendiri,
kemudian menarik relevansi antar kisah-kisah dalam teks terhadap latar
belakang kehidupan pengarang, lalu menghubungkannya dengan
psikologis/kejiwaan, sikap, pandangan hidup dan pedoman kehidupan pengarang
baik dalam tradisi tempat tinggalnya, maupun dalam kehidupan agama,
masyarakat, bahkan rumah tangga pengarang bisa mempengaruhinya, kemudian
menghubungkannya dengan pengalaman-pengalam penting yang pernah dialami
oleh si pengarang, dan terakhir penarikan makna secara utuh.
Simpulan: adanya keterkaitan yang sangat erat antara pengarang sebagai
pencipta karya sastra dengan teks sastra itu, bahkan pengarang juga mempunyai
misi dan motif khusus dan pengalaman pribadinya yang disampaikan baik secara
tersurat ataupun tersirat. Jadi pengarang tidak bisa dilepaskan dengan karya
sastra, karena karya sastra merupakan refleksi, cerminan, representasi, dan
tiruan dari diri pribadi dan kehidupan pengarang.
DATA DALAM PENDEKATAN EKSPRESIF
1) Mengenai latar belakang kehidupan pengarang meliputi biografi pengarang,
identitas pengarang, sejarah pertumbuhan pengarang dari kecil hingga dewasa,
dan pengalaman-pengalaman penting yang pernah dialami oleh pengarang.
2) Sikap dan pandangan hidup pengarang.
3) Pandangan pengarang mengenai kasusastraan, seni, dan cinta.
4) Mencari karya-karya lain dari si pengarang untuk lebih memperjelas dan
memperkuat latar belakang, karakteristik, dan ideologi pengarang.
5) Pastinya kita membutuhkan karya sastra yang akan dibaca dan dianalisis
berdasarkan pendekatan ini.
KARAKTER PENYAIR/PENGARANG

Jung dalam Wellek dan Warren (1989:95) menyebutkan tipe penyair


berdasarkan tingkat kekuatan pikiran, intuisi, perasaan, dan sensasi dibagi
menjadi 2 :
1) kategori extrovert artinya pengarang menunjukkan tipe aslinya melalui
karya-karyanya,
2) kategori introvert artinya pengarang justru menampilkan antitipenya, yakni
tipe pelengkap yang kontras dengan kepribadiannya.
LANGKAH PENERAPAN PENDEKATAN EKSPRESIF
1) Mengaitkan sebuah karya sastra dengan pengarangnya. Seorang kritikus harus
mengenal biografi pengarang karya sastra yang akan dikaji.
2) Melakukan penafsiran pemahan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam karya
sastra, seperti tema, gaya bahasa/ diksi, citraan, dan sebagainya. Dalam menafsirkan
unsur-unsur karya sastra bisa dengan cara berspekulasi, sambil juga meraba-raba, tetapi
sepenuhnya memiliki kesadaran diri, dari pada merasa memiliki pemahaman tetapi masih
buta. Artinya, seorang kritikus boleh bebas melakukan penfasiran pemahaman terhadap
unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra.
3) Mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan tinjauan psikologis/kejiwaan
pengarang, Asumsi dasar penelitian pikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh anggapan
bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang
yang berada pada situasi setengah sadar (subconcius) setelah jelas baru dituangkan
kedalam bentuk secara sadar (conscius). Dan kekuatan karya sastra dapat dilihat dari
seberapa jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu
ke dalam sebuah cipta sastra
ANALISIS PENDEKATAN EKSPRESIF
Langkah-langkah analisis pendekatan ekspresif menurut Abrams, yaitu:
1) Pengenalan dan pemahaman terhadap obyek yang dianalisis dengan cara membaca
dengan cermat karya sastra yang akan dianalisis untuk menemukan masalah-masalah
yang penting dalam karya tersebut.
2) Pengumpulan kepustakaan yang mungkin bisa menunjang proses analisis karya sastra
agar lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.
3) Pemahaman secara mendalam dan detail mengenai pengarang berdasarkan data-data
yang diperlukan, misalnya menelusuri biografi secara lengkap dari dini hingga tumbuh
dewasa dan latar belakang kehidupan pengarang supaya bisa menemukan sikap dan
ideologi pengarang.
4) Mencari-tahu pengalaman-pengalaman penting yang dialaminya dan membaca karya-
karya lain dari si pengarang agar bisa menemukan karakter, psikologis/kejiwaan,
pandangan dan pedoman hidup dari si pengarang. Misalnya menemukan ekspresi
ketabahan, keteguhan, keimanan, serta kebiasaan pengarang dalam karya sastra yang
disampaikan melalui kisah antar tokoh.

Anda mungkin juga menyukai