Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : YULIRA PUTRI NIRWANA BOANGMANALU

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 020224109

Kode/Nama Mata Kuliah : PBIN4434 / KRITIK SASTRA

Kode/Nama UPBJJ : 12 / MEDAN

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN TUGAS 2 PBIN4434 / KRITIK SASTRA

1. Menurut Abram ( 1981) terdapat empat tipe kritik sastra yaitu

a. Kritik Sastra Mimetik

Yaitu kritik sastra yang dalam membahas dan menilai karya sastra dihubungkan dengan
realitas atau kenyataan. Kritik sastra ini menilia karya sastra dalam hubungannya dengan
realitas yang menjadi sumber dan latar belakang penciptanya. Kriteria utama yang
digunakan untuk mengkritik karya sastra adalah “ Kebenaran” atau ketetapan
penggambaran atau hendaknya digambarkan. Maka, dibutuhkan data-data yang
berhubungan dengan realita ( Kenyataan) yang ada di luar karya sastra , yaitu kenyaataan
yang dipandang sebagai latar belakang atau sumber pernciptaan karya sastra yang dikritik.

b. Kritik Sastra Ekspresif

Yaitu tipe kritik yang dalam memandang dan menilai karya sastra dengan memfokuskan
perhatian kepada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Karya sastra dipandang sebagai
ekspresi sastrawan , sebagai curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan,
atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi , pikiran-
pikiran atau perasaan perasaannya. Tipe kritik sastra ini lebih cenderung menilai karya
sastra dengan kemulusan , kesejatian, dan kecocokannya dengan penglihatan batin
pengarang atau keadaan pikirannya.

c. Kritik Sastra Pragmatik

Yaitu tipe kritik yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan
tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan
moral, agama, maupun tujuan yang lain dan cenderung menilai karya sastra menurut
keberhasilanya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacanya. Kritik ini menilai karya
sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan moral, agama, maupun fungsi
sosial lainnya. Semakin banyak nilai moral dan atau agama yang terdapat dalam karya
sastra dan bergna bagi pembacanya, makin tinggi nilai karya sastra dan berguna bagi
pembacanya, makin tinggi nilai karya sastra tersebut.

d. Kritik Sastra Objektif

Yaitu tipe kritik yang memandang dan memahami karya sastra dari karya sastra itu sendiri.
Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang otonom, terbebas dari hubungannya dengan
pengarang, realitas, maupun pembaca. Kritik sastra ini ditentukan dalam hubungan
antarunsur-unsur instrinsik yang membangun karya sastra. Misalnya sebuah puisi yang
akan dikritik, berdasarkan Kritik Sastra Objektif maka yang dikritik adalah pilihan
katanya, bahasa kiasannya, gaya bahasanya, citraan, serta tipografinya tanpa dipahami
dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar puisi.

2. Salah satu tipe kritik sastra yaitu kritik sastra ekspresif

Kritik sastra ekspresif adalah tipe kritik yang dalam memandang dan menilai karya sastra
dengan memfokuskan perhatian kepada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Kritik sastra
ekspresif memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan dan
pikiran sastrawan atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi
, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Oleh karena itu, dalam menilai karya sastra , kritik
ekspresif cenderung menilai karya sastra dengan kemulusan , kesejatian, dan kecocokannya
dengan penglihatan batin dan pengarang atau keadaan pikirannya. Karya sastra dianggap sebagai
ekspresi gagasan, ide, pengalaman, atau pun emosi pengarang.

Untuk menerapkan kritik ini, hal yang dibutuhkan adalah sejumlah data yang berhubugan dengan
diri sastrawan misalnya tanggal lahir, pendidikan ataupun status sosialnya, latar belakang sosial
budayanya, agama, dan atau kepercayaannya, pandangan hidup, juga pandangan dunia kelompok
sosialnya. Jadi, misalnya dalam memahami sebuah Novel. Sebelum kita memahami novelnya
maka data-data yang berkaitan dengan diri dan biografi pengarang perlu kita pahami dulu.
Setelah itu, baru kita memahami novelnya dalam hubungannya dengan pengarangnya.

3. Pendekatan dalam kritik sastra ada empat yaitu:

a. Karya sastra itu sendiri ( objektif)

Yaitu memandang karya sastra terlepas dari pengarang, realita, maupun pembaca. Sastra
adalah sesuatu yang otonom dan tidak terkait dengan apapun. Penilaian didasarkan pada
unsur -unsur intrinsik yang membangun karya sastra tersebut. Karya sastra itu merupakan
sebuah keseluruhan yang mencakupi atau melingkupi dirinya,yang di susun dari bagian-
bagian yang saling berkaitan dan berjalinan erat dengan secara batiniah serta juga
menghendaki pertimbangan dan tentu analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik dengan
berdasarkan suatu keberadaan (koherensi, keseimbangan, integritas, kompleksitas, dan
saling berhubungan antar unsur-unsur pembentuknya). Contonya adalah pendekatan
struktural yaitu memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur karya itu
sendiri.

b. Pembaca ( Pragmatik)
Yaitu memandang sastra sebagai sarana sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu
kepada pembaca seperti tujuan politik , pendidikan, moral, agama, atau yang lainnya
sehingga cenderung menilai karya sastra dari sisi leberhasilan pengarang dalam mencapai
tujuannya kepada pembaca. Sastra tersebut dilihat dari fungsinya, sampai sejauh mana
fungsi sastra dalam memberikan misalnya pendidikan, ajaran agama sosial atau
kesemuanya dimuat dalam karya tersebut itulah nilai sastra yang paling baik. Contoh
pengembangan dalam pendekatan kritik sastra adakah pendekatan semiotic yaitu
memandang karya sastra sebagai tanda dan yang memandang fenomena sosial dan budaya
sebagai sitem tanda.

c. Pengarang ( Ekspresif)

Yaitu kritik sastra yang memandang karya sastra sebagai luapan perasaan atau emosi
sastrawan ( penulis karya sastra ) sehingga cenderung menilai kasya sastra dengan
kemulusan, kesejatian, dan kecocokannya dengan penglihatan batin pengarang atau
keadaan pikirannya. Penerapan kritik tipe eskpresif membutuhkan sejumlah data yang
berhubungan dengan data diri sastrawan. Salah satu contoh pengembangan hal ini adalah
pendekatan psikologis sastra. Asumsi dasar penelitian psikologi sastra antara lain
dipengaruhi oleh anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan
pemikiran pengarang yang berada pada situasi setengah sadar setelah jelas baru
dituangkan kedalam bentuk secara sadar.

d. Realitas ( Mimetik )

Yaitu karya sastra tersebut merupakan tiruan, cerminan, ataupun reperentasi, alam,
maupun kehidupan, atau dunia ide. Karya sastra dianggap sebagai tiruan dari kenyataan
atau sebagai reflreksi kenyataan. Penulis kritik sastra akan mengaitkan karya sastra
dengan peristiwa nyata yang ada di masyarakat pada saat sastra itu ditulis. Hubungan
antara realitas fiksional dengan realitas sosial budaya politik yang secara nyata pernah
terjadi. Salah satu contohnya adalah pendekatan sosiologis sastra. Karya sastra tidak dapat
terlepas dari realita sosial yang terjadi di masyarakat.

4. Pendekatan sosiologi dan psikologi

Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan mimetic yang memahami
karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Pendekatan
tersebut dilatarbelakangi oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat terlepas dari
realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai salah satu pendekatan dalam kritik sastra,
sosiologi sastra dapat mengacu pada cara memahami dan menilai satra yang mempertimbangkan
segi-segi kemasyarakatan ( Sosial ). Sesuai dengan namanya, sebenarnya pada pendekatan
tersebut sastra dipahami melaui perkawinan ilmu sastra dengan ilmu sosiologi. Oleh karena itu,
kita juga harus menguasai konsep / ilmu sosiologi dan data-data kemasyarakatan yang biasanya
ditelaah oleh sosiologi. Hal yang ditelaah adalah sosiologi pengarang, sosiologi karya dan
sosiologi pembaca.

Pendekatan Sosiologi merupakan hal yang dapat digunakan untuk menginterpretasi dan menilai
karya sastra. Pendekatan psikologi ini adalah analisis atau kritik terhadap suatu karya sastra yang
menitik beratkan pada keadaan jiwa manusia, baik terhadap pengarang, karya sastra, maupun
pembaca.Latar belakang munculnya pendekatan psikologi sastra adalah meluasnya perkenalan
sarjana-sarjana sastra dengan ajaran-ajaran Freud yang mulai terbit dalam bahasa Ingris.
Kebenaran psikologi yang terdapat dalam karya sastra baru mempunyai nilai artistic jika
menambah koherensi dan kompleksitas karya, yaitu merupakan bagian integral dari karya sastra
itu sendiri.

5. 1. The Woman as writer/ gynocritique adalah melihat perempuan sebagai penulis

2. The Woman as reader/ feminist critique

Yaitu melihat perempuan sebagai pembaca. Memfokuskan kajian pada citra dan stereotip
perempuan dalam sastra, pengabaran dan kesalahpahaman tentang perempuan dalam kritik
sebelumnya dan celah-celah dalam sejarah sastra yang dibentuk oleh laki-laki. Peneliti dalam
memahami karya sastra harus menggunakan kesadaran khusus, yaitu kesadaran bahwa jenis
kelamin banyak berhubungan dengan masalah kenyakinan, ideologi, dan wawasan hidup.
Kesadaran khusus membaca sebagai perempuan merupakan hal yang penting dalam kritik sastra
feminisme. Analisis novel dengan kritik sastra feminis berhubungan dengan konsep membaca
sebagai perempuan, karena selama ini seolah-olah karya sastra ditujukan kepada pembaca laki-
laki, dengan kritik ini muncullah pembaharuan adanya pengakuan akan adanya pembaca
perempuan. Hal ini dapat dikatakan untuk mengurangi prasangka gender dalam sastra.

Kedua hal tersebut masuk di dalam pendekatan Feminisme yang merupakan salah satu ragam
kritik sastra yang mendasarkan pada pemikiran Feminis yang meginginkan adanya keadilan dan
kesetaraan dalam memandang eksitensi perempuan dalam huungan dengan laki-laki baik sebagai
penulis maupun dalam karya sastra – karya sastranya.

Anda mungkin juga menyukai