Anda di halaman 1dari 2

Nama : Abdul Rokhan

Nim : 01202119

Matkul : Kritik Seni

1. Objektif

Objektik adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan.
Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku.
Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima,
struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Yang jelas penilaian yang diberikan dilihat
dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-
unsur pembentuknya. Karena patokan pendekatan objektif sudah jelas, maka sering sekali pendekkatan
ini di sebut dengan pendekatan struktural.

2. Ekspresi

Pendekatan ini dititik beratkan pada eksistensi pengarang sebagai pencipta karya seni. Sejauh
manakah keberhasilan pengarang dalam mengekspresikan ide-idenya. Karena itu, tinjauan ekspresif
lebih bersifat spesifik. Dasar telaahnya adalah keberhasilan pengarang mengemukakan ide-idenya yang
tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi satu
karya yang bernilai tinggi.

Komposisi dan ketepatan peramuan unsur-unsur ekspresif di sini akhirnya menjadi satu unsur sentral
dalam penilaian. Karya sastra yang didasari oleh kekayaan penjelmaan jiwa yang kompleks tentunya
mempunyai tingkat kerumitan komposisi yang lebih tinggi dibanding dengan karya sastra yang kering
dengan dasar jelmaan jiwa.

3. Pendekatan Mimetik

Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi
ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas
alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya
pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Potret tersebut bisa
berupa pandangan, ilmu pengetahuan, religius yang terkait langsung dengan realitas. Pengarang,
melalui karyanya hanyalah mengolah dari apa yang dirasakan dan dilihatnya. Itulah sebabnya ide yang
dituangkan dalam karyanya tidak bisa disebut sebagai ide yang original. Semuanya hanyalah tiruan
(mimetik) dari unsur-unsur kehidupan nyata yang ada.

4. Pendektan Prangmatik (Reseptif)


Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Dalam kaitannya
dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya, yaitu teori resepsi. Pendekatan
pragmatis dipertentangkan dengan pendekatan ekspresif. Subjek pragmatis dan subjek ekspresif,
sebagai pembaca dan pengarang berbagi objek yang sama, yaitu karya sastra. Perbedaannya, pengarang
merupakan subjek pencipta, tetapi secara terus-menerus fungsi-funsinya dihilangkan, bahkan pada
gilirannya pengarang dimatikan. Sebaliknya, pembaca yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang
proses kreativitas diberikan tugas utama bahkan dianggap sebagai penulis (rewritten).

Pendekatan pragmatik dengan demikian memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru
pembaca tersebut. Secara historis (Abrams, 1976: 16) pendekatan pragmatik telah ada tahun 14 SM,
terkandung dalam Ars Poetica (Horatius). Meskipun demikian, secara teoritis dimulai dengan lahirnya
strukturalisme dinamik. Stagnasi strukturalisme memerlukan indikator lain sebagai pemicu proses
estetis, yaitu pembaca (Mukarovsky).

Pada tahap tertentu pendekatan pragmatis memiliki hubungan yang cukup dengan sosiologi, yaitu
dalam pembicaraan masyarakat pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsi-
fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan penyebarluasan, sehingga manfaat karya
sastra dapat dirasakan. Dengan indikator pembaca dan karya sastra, tujuan pendekatan pragmatis
memberikan manfaat terhadap pembaca. Pendekatan pragmatis secara keseluruhan berfungsi untuk
menopang teori reseptif, teori sastra yang memungkan pemahaman hakikat karya tanpa batas.

Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan


mempertimbangkan karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui
pendekatan pragmatis, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya
sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diagkronis. Teori-teori postrukturalisme sebagian besar
bertumpu pada kompetensi pembaca, sebab semata-mata pembacalah yang berhasil untuk
mengevokasi kekayan khazanah kultural bangsa.

Anda mungkin juga menyukai