Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN OBJEKTIF DAN STRUKTURAL

DALAM KRITIK SASTRA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra
Dosen Pengampu: Drs. J. Prapta Diharja, SJ, M.Hum.

Disusun oleh:
1. Erica Valentine Siboro (161224019)
2. Marianus Ike Muli (161224021)
3. Seravina Wanti Ladang (161224029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sastra dikenal sebagai sesuatu yang indah. Sejak dulu hingga saat ini, sastra dikenal
sebagai sebuah keindahan yang diekspresikan dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan-
perbedaan tersebut selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Teori sastra, khususnya
sejak awal abad ke-20 berkembang dengan sangat pesat. Hal tersebut memicu munculnya
karya-karya yang inovatif dan berkembang dengan sangat pesat pula. Perkembangan ini
dengan sendirinya sejajar dengan terjadinya kompleksitas kehidupan manusia dan kemudian
memicu perkembangan genre sastra.
Kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya teknologi informasi telah menjadi sarana
dan prasarana penelitian. Fungsi utama sastra adalah untuk melukiskan dan mencerminkan
kehidupan manusia yang selalu mengalami perkembangan. Dalam hubungan ini diperlukan
genre yang berbeda dan teori yang berbeda pula untuk memahaminya. Salah satu cara untuk
memahami sebuah karya sastra adalah memanfaatkan pendekatan-pendekatan yang ada. Pada
pembahasan kali ini, pendekatan yang akan dibahas adalah pendekatan objektif dan
pendekatan strukturalisme beserta penerapannya.

b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendekatan objektif?
2. Apa pengertian dari pendekatan strukturalisme?
3. Bagaimana penerapan pendekatan strukturalisme dalam sebuah karya sastra?

c. Tujuan
1. Memahami pendekatan objektif dalam karya sastra.
2. Memahami pendekatan strukturalisme dalam karya sastra.
3. Mengetahui cara menerapkan pendekatan strukturalisme dalam sebuah karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pendekatan Objektif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendekatan dan objektif memiliki arti
yang berbeda. Pendekatan memiliki arti proses, cara, perbuatan mendekati; sedangkan
objektif memiliki makna mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat
atau pandangan pribadi. Jika ditelusuri lebih lanjut, pendekatan objektif dapat diartikan
sebagai proses atau cara yang sesuai dengan keadaan sebenarnya, tanpa dipengaruhi pendapat
pribadi. Dalam pembahasannya terkait kritik sastra, pendekatan objektif dapat diartikan
sebagai pendekatan yang memfokuskan perhatian pada karya sastra itu sendiri. Sebuah karya
sastra dapat dikatakan objektif apabila bebas dari realitas apapun; otonom.
Welek dan Waren (1990) menyebut pendekatan objektif dengan sebutan “pendekatan
intrinsik”. Hal tersebut dikatakan dengan alasan unsur dalam sebuah karya sastra merupakan
sesuatu yang otonom, sesuatu yang bulat dan berdiri sendiri. Letak objektivitas sebuah karya
sastra terdapat pada unsur-unsurnya. Unsur-unsur tersebut berdiri sendiri dan berdasar pada
sebuah karya, serta bebas dari pengaruh pengarang maupun pembaca.

b. Pendekatan Struktural dan Penerapannya


Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya
tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut
meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial,
sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).
Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur
karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural
adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur
struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan
unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.
Pendekatan struktural juga merupakan pendekatan yang memandang dan memahami
karya sastra dari segi struktur itu sendiri. Pendekatan ini memahami karya sastra secara close
reading (membaca karya sastra secara tertutup tanpa melihat pengarangnya, realitas, dan
pembaca). Jassin (1962) mengatakan bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik buruknya
karya sastra. Dari beberapa pengertian yang sudah dikemukakan diatas menunjukkan bahwa
kritik sastra merupakan suatu cabang ilmu sastra yang berhubungan langsung dengan karya
sastra melalui interpretasi (penafsiran), analisis (penguraian), dan penilaian (evaluasi). Jadi
dalam proses melakukan kritik sastra pembaca harus memperhatikan tigas hal tersebut.
Interpretasi atau penafsiran adalah proses memahami karya sastra dengan memperjelas
arti bahasa dengan cara analisis, parafrasa dan komentar. Umumnya interpretasi ini dilakukan
yang dipusatkan khusus kepada ambiguitas, dan kiasan-kiasan yang terdapat dalam karya
sastra. Analisis adalah penguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-norma
(Pradopo, 1982). Penilaian atau evaluasi adalah proses menentukan kadar keindahan atau
keberhasilan karya sastra yang dikritik. Dengan mengetahui keberhasilan karya sastra orang
dapat memilah-milah mana karya sastra yang baik dan mana yang tidak. Iterpretasi, analisis,
dan penilaian adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam memahami pendekatan
struktural.
Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sebuah
karya sastra berdasarkan unsur-unsurnya. Pendekatan ini memfokuskan pada analisis
terhadap struktur karya sastra. karya sastra dianggap sebagai sebuah struktur yang hadir dan
dibangun oleh sejumlah unsur dengan peran-peran fungsional. Ada tiga bentuk
strukturalisme, yaitu:

1) Strukturalisme Klasik
Strukturalisme klasik adalah strukturalisme yang paling awal dan paten.
Strukturalisme klasik hanya mengkaji atau menganalisis struktur semata, artinya tidak
ada hal lain yang perlu diteliti kecuali struktur sebuah karya sastra. Paduan antara
fajta sebuah sastra dengan tema yang menimbulkan pemahaman akan makna sastra
menjadi jelas merupakan salah satu penerapan strukturalisme klasik.
Untuk melakukan pengkajian karya sastra menggunakan pendekatan
strukturalisme klasik dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang
segala sesuatu yang berkaitan dengan struktur karya sastra itu, misalnya pengertian,
peran, dan fungsi dari unsur-unsurnya. Contohnya, seseorang akan meneliti tema
tentang sebuah karya sastra menggunakan pendekatan strukturalisme klasik. Agar
penelitian itu dapat dilakukan, peneliti harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang baik tentang tema. Pengetahuan dan pemahaman tersebu sangat penting karena
akan menentukan hasil temuan peneliti dari karya sastra yang ditelitinya. Hasil
temuan akan meleset apabila peneliti tidak memliki pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam tentang sesuatu yang diteliti.

2) Strukturalisme Genetik
Berbeda dengan strukturalisme klasik, strukturalisme genetik melibatkan
kehidupan pengarang dan kondisi sosial masyarakat yang mempengaruhi lahirnya
sebuah karya sastra. Pendekatan ini tidak membahas karya sastra yang otonom,
artinya karya sastra yang dikaji tidak bebas dari kehidupan pengarang maupun
pembacanya. Arti genetik itu sendiri adalah asal usul karya satra, yaitu pengarang dan
kenyataan sejarah yang melahirkan sebuah karya sastra,
Pendekatan strukturalisme genetik dapat diterapkan dengan mulai melakukan
pengkajian unsur-unsur intrinsik sastra, baik secara parsial maupun secara
keseluruhan. Setelah itu, peneliti dapat mengkaji latar belakang kehidupan sosial
kelompok pengarang. Bersamaan dengan hal tersebut, peneliti juga mengkaji latar
belakang sosial dan sejarah yang diciptakan oleh pengarang untuk melahirkan sebuah
karya sastra.

3) Strukturalisme Dinamik
Strukturalisme dinamik adalah pendekatan yang dilakukan dalam rangka
semiotik. Artinya, karya sastra dikaitkan dengan sistem tanda. Semiotik dianggap
penting karena merupakan bagian dari sebuah karya sastra dan sangat berpengaruh
pula. Tanda yang dimaksud dalam pendekatan ini memiliki dua fungsi, yaitu otonom
(tidak menunjuk di luar dirinya) dan informasional (menyampaikan pikiran, perasaan,
dan gagasan). Pendekatan ini dapat diterapkan dengan pertama-tama menjelaskan
struktur karya sastra yang diteliti. Setelah itu, peneliti menjelaskan kaitan pengarang,
realitas, karya sastra, dan pembaca.
Ketiga jenis pendekatan struktural di atas membahas atau mengkaji hal yang berbeda-
beda, namun perlu digarisbahawi bahwa ketiga pendekatan tersebut memiliki fokus kajian
utama, yaitu struktur sebuah karya sastra.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pendekatan objektif dapat diartikan sebagai proses atau cara yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya, tanpa dipengaruhi pendapat pribadi. Dalam pembahasannya terkait kritik sastra,
pendekatan objektif dapat diartikan sebagai pendekatan yang memfokuskan perhatian pada
karya sastra itu sendiri. Sebuah karya sastra dapat dikatakan objektif apabila bebas dari
realitas apapun; otonom.
Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sebuah
karya sastra berdasarkan unsur-unsurnya. Pendekatan ini memfokuskan pada analisis terhadap
struktur karya sastra. karya sastra dianggap sebagai sebuah struktur yang hadir dan dibangun
oleh sejumlah unsur dengan peran-peran fungsional. Ada tiga bentuk strukturalisme, yaitu
strukturalisme klasik, strukturalisme genetik, dan strukturalisme dinamik. Ketiga jenis
pendekatan struktural tersebut membahas atau mengkaji hal yang berbeda-beda, namun perlu
digarisbahawi bahwa ketiga pendekatan tersebut memiliki fokus kajian utama, yaitu struktur
sebuah karya sastra.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.rumpunsastra.com/2014/09/pendekatan-dalam-kajian-sastra.html (diakses pada 5
Maret 2019)
file:///C:/Users/A%20S%20U%20S/Downloads/7101-18246-1-SM%20(1).pdf (diakses pada 5
Maret 2019)
staffney.uny.ac.id (diakses pada 5 Maret 2019)
Atawalo, Anselmus. Pendekatan Strukturalisme Karya Sastra.
https://www.academia.edu/35969381/PENDEKATAN_STRUKTURALISME_KARYA_
SASTRA.docx (diakses pada 5 Maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai