Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

MATA KULIAH

KRITIK SASTRA

OLEH

KELOMPOK

KELAS A

URSULA M. FENANLABIR (201735079)


ASTRIANTI (201735007)
WA MAHARIYA (201735033)
OSCAR DION BATLAYERI (201735111)
ISABELLA M. T. JALMAF (201735081)
RIA RANGKORATAT (201735103)
SARI ANGGUN UMASUGI (201735037)
RENSKI RENWARIN (201735019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Kritik sastra di Indonesia dikenal sejak tahun 1920-an. Kritik sastra di


Indonesia yang pertama dikerjakan oleh H.B Jassin. Kritik adalah ilmu untuk
menghakimi karya sastra. Memberikan penilaian, memberi keputusan bermutu
tidaknya suatu karya sastra. Kritik sastra merupakan cabang ilmu sastra yang
langsung berhubungan dengan karya sastra melalui interpretasi (penafsiran),
analisis (penguraian), penilaian (evaluasi).

Kritik sastra merupakan kegiatan penilaian yang ditunnjukkan pada karya


sastra atau teks. Akan tetapi, mengingat kenyataan bahwa setiap karya sastra
bukan materi yang ada dengan sendirinya, melainkan materi yang diciptakan
pengarang. Oleh sebab itu, kritik sastra mencakup segi-segi kepengarangan yang
bersangkutan dengan hakikat karya sastra atau mencakup masalah hubungann
sastra dengan soal-soal kemanusiaan. Namun demikian, sasaran utama kritik
sastra ialah karya sastra atau teks, bukan pengarangnya.

Kritik sastra erat kaitannya dengan teori-teori sastra yang berkembang


pada zaman-zaman tertentu. Dengan demikian, pengenalan lebih lanjut mengenai
kritik sastra pun mestilah sejalan dengan pengenalan sejumlah teori sastra yang
berkembang selama ini. Kritik sastra memegang peranan penting, baik dalam
bidang keilmuan, masyarakat, maupun perkembangan kesustraan sendiri.

Kepentingan kritik sastra bagi masyarakat pada umumnya untuk


penerangan. Segi-segi yang masi gelap/kabur hingga menyukarkan pemahaman
karya sastra dapat dijelaskan oleh kritik sastra yang baik. Dengan demikian
kemampuan pemahaman masyarakat terhadap karya sastra dapat dipertinggi.
Dengan demikian, kegunaan karya sastra dapat diambil sebanyak-banyaknya oleh
masyarakat. Dengan pemahaman yang baik, pembaca karya sastra akan
mendapatkan kesenangan dan kegunaan yang diberikan oleh karya sastra itu.

Kesenangan dan kegunaan itu berupa keindahan dan pengalaman-


pengalaman jiwa yang bernilai tinggi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan bertambahnya daya pemahaman dan kesenangan masyarakat
kepada karya sastra, maka mereka dengan sendirinya akan bertambah menghargai
para penciptanya. Hal ini lebih mendorong para sastrawan untuk giat berkarya,
juga meninggikan mutu tulisannya dengan bersungguh-sungguh hingga
kesusastraan akan berkembang sampai mencapai mutu international.

Dengan adanya kritik sastra kesusastraan akan berkembang dari sisi


kuantitas maupun kualitas (jumlah dan mutunya). Secara singkat fungsi kritik
sastra yaitu menyusun suatu teori baru tentang kesusastraan. Perbaikan kualitas
suatu karya. Membandingkan suatu karya dengan karya lain. Teori sastra, sejarah
sastra, kritik sastra.

Bagi para sastrawan, kritik sastra juga sangat penting, terutama bagi
sastrawan muda yang mulai megembangkan bakatnya. Mereka dapat belajar dari
kritik sastra yang baik, yang dapat menunjukkan kelebihan-kelebihan dan
kekurangan-kekurangan karya sastra yang dikritiknya secara objektif. Salah satu
sastrawan muda yaitu Eko Saputra Poceratu yang merupakan sastrawan dari
Timur Indonesia, Maluku. Dengan karya yang telah diterbitkannya yaitu puisi
Matahari Papua dalam buku kumpulan puisi Hari Minggu Ramai Sekali.

Puisi Matahari Papua, puisi tersebut menggambarkan bagaimana keadaan


yang terjadi pada daerahTimur Indonesia. Puisi tersebut dianalisis menggunakan
dua pendekatan yaitu pendekatan mimetik dan pendekatan ekspresif. yaitu
menganalisis puisi berdasarkan kaitannya dengan tiruan kenyataan dan bagaimana
seorang sastrawan mengekspresikan perasaannya lewat karya-karya yang
dihadirkan. Kritik ini bertujuan untuk memberi gambaran bagi pembaca tentang
suatu karya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PENDEKATAN MIMETIK

Secara umum pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mendasarkan


pada hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial-
budaya yang melatarbelakangi karya sastra itu. Tetapi menurut beberapa pakar
mimetik yakni:

 Pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik


beratkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di
luar sastra. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dan
realitas (Abrams 1981 : 89).
 Aristoteles berpendapat bahwa mimesis bukan sekedar tiruan. Bukan
sekedar potret dan realitas, melainkan telah melalui kesadaran personal
batin pengarangnya. Puisi sebagai karya sastra, mampu memaparkan
realitas di luar diri manusia persis apa adanya. Maka karya sastra seperti
halnya puisi merupakan cerminan representasi dan realita itu sendiri.
 Pendapat Plato tentang seni. Menurut seni hanya dapat meniru dan
membayangkan hal-hal yang ada dalam kenyataan yang nampak. Dan
seni yang terbaik adalah lewat mimetik.

Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan


Aristoteles sejak masa keemasan filsafat Yunani kuno. Hingga pada akhirnya
Abrams memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama untuk
menganalisis sastra selain pendekatan ekspresif, pragmatik, dan objektif. Mimesis
merupakan ibu dan pendekatan sosiologis sastra yang darinya dilahirkan puluhan
metode kritik sastra yang lain.
Mimesis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam
hubungannya dengan kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan yang
dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra
dengan realita atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles
menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam,
merekalah yang menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan
(Ravertz, 2007 : 12).

 Analisis karya sastra

Ada empat langkah untuk menangkap gambaran mimesis yang ada dalam
karya sastra berbentuk puisi, yakni:

1) Memahami kata-kata/ungkapan dalam puisi


2) Membentuk parafrase (memproseskan puisi)
3) Pengungkapan makna
4) Menganalisis puisi atau kaitannya dengan kenyataan

B. TEORI PENDEKATAN EKSPRESIF

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “pendekatan/teori” bermakna


penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu
pasti, bisa juga diartikan logika, metodologi, argumentasi. Kata “ekspresif”
bermakna mampu memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan,
perasaan. Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang
menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis
(Abrams, 1981:189).  Pendekatan ekspresif adalah pendekatan karya sastra
dengan jalan menghubungkan karya satra dengan pengarangnya.

Pendekatan Ekspresif adalah teori yang memberi perhatian utamanya pada


proses kreatif pengarang dalam menciptakan karya sastra. Penyebab utama
terciptanya karya sastra adalah penciptanya sendiri. Itulah sebabnya penjelasan
tentang kepribadian dan kehidupan pengarang adalah metode tertua dan paling
mapan dalam studi sastra.

Pendekatan ekspresif ini tidak semata-mata memberikan perhatian


terhadap bagaimana karya itu diciptakan tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi
dalam karya sastra yang dihasilkan. Seringkali pendekatan ini mencari fakta-fakta
tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang secara sadar
atau tidak telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut. Dengan demikian
secara konseptual dan metodologis dapat diketahui bahwa pendekatan ekspresif
menempatkan karya sastra sebagai:

1. Wujud ekspresi pengarang,


2. Produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi,
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya,
3. Produk pandangan dunia pengarang.

Karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang mengaitkan karya


sastra dengan pengarangnya. Maka, ada beberapa langkah dalam menerapkan
pendekatan ekspresif.

1) Langkah pertama, seorang kritikus harus mengenal biografi pengarang


karya sastra yang akan dikaji.
2) Langkah kedua, melakukan penafsiran pemahan terhadap unsur-unsur
yang terdapat dalam karya sastra, seperti tema, gaya bahasa/ diksi,
citraan, dan sebagainya. Menurut Todorov dalam menafsirkan unsur-
unsur karya sastra bisa dengan cara berspekulasi, sambil juga meraba-
raba, tetapi sepenuhnya memiliki kesadaran diri, dari pada merasa
memiliki pemahaman tetapi masih buta. Artinya, seorang kritikus
boleh bebas melakukan penfasiran pemahaman terhadap unsur-unsur
yang membangun sebuah karya sastra.
3) Langkah ketiga, mengaitkan hasil penafsiran dengan berdasarkan
tinjauan psikologis kejiwaan pengarang. Asumsi dasar penelitian
psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh anggapan bahwa karya
sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang
yang berada pada situasi setengah sadar (subconcius) setelah jelas baru
dituangkan kedalam bentuk secara sadar (conscius). Dan kekuatan
karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang mampu
mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam sebuah
cipta sastra.

C. HASIL ANALISIS

Matahari Papua

Matahari turun di papua


bawa angin dua arah
arah kemiskinan dan ketidakadilan

aku di sana.
di dalam dada cendrawasih.nyanyian
kemanusiaan lebih terdenngar dari jantung binatang.
hutan memberi kemerdekaan yang tidak ada di kota.

aku berjalan di tengah rimba dengan kura-kura reimani,


dijagai kasuari leher emas, diarahkan oleh tikus pohon ke
sebuah surga cendrawasih merah. di sana, matahari merah
menyala, merah api. tanpa ampun pada ketakutan.
tetapi sekali lagi kudengar, nyanyian kemanusiaan
berbunyi dijantung binatang
kusu-kusu bergoyang, kus-kus berdansa, angin menipu
keadaan dengan rayuan. buritan di dalam pohon,
sibu-sibu mengelus bibir dan mata: orang-orang

sinar-sinar tertutup bintang-bintang di kemeja,


harapan-harapan diinjak kendaraan lapis baja.
rembulan diam ditempat, meski awan-awan berkeliling
kampung. senja datang bukan karena sempat tapi karena
waku: arus dan harus.

matahari terbit di timur dan tenggelam di barat


matahari memang terbit di papua dan tenggelam di jakarta.

awunawai, 17 agustus 2017

1. hasil analisis pendekatan mimetik


1) Memahami kata-kata/ungkapan dalam puisi
Dalam Puisinya yang berjudul “Matahari Papua” ia berusaha
mengungkapkan keadaan daerah Indonesia Timur terlebih dikhususkan
dalam puisi ini adalah daerah Papau yang masih memiliki begitu
banyak keindahan alamnya dan masih memiliki alam yang terjaga.
Sehingga ia berusaha mengungkapkan bahwa keindahan alam yang
ada di Papua tidak ada di daerah perkotaan.
Selain itu, dalam puisi ini juga pengarang bersaha menjelasakan
suatu keadaan di Papua sebuah daerah yang memiliki kekayaan alam
yang sangat banyak. Tetapi masyarakatnya msih jauh dari kata era
kemajuan zaman. Jika dilihat bahwa sesuatu yang terbit itu, seharusnya
lebih diperhatikan atau mungkin saja lebih maju. Tetapi yang terjadi
adalah sebuah keadaan yang jauh dari kata maju.

2) Membentuk parafrase (memproseskan puisi)

Puisi tersebut dapat diubah menjadi prosa dengan mempertahankan


makna puisi.

Matahari Papua

Matahari turun di papua(,)


(mem-)bawa angin dua arah(.)
(yaitu) arah kemiskinan dan (arah) ketidakadilan

Aku (berada) di sana.


(berada) di dalam dada cendrawasih. (dengan) nyanyian
kemanusiaan lebih (banyak) terdenngar dari jantung binatang.
(dan) hutan(-nya) memberi kemerdekaan yang tidak(akan pernah) ada
di kota.

Aku(pun) berjalan di tengah rimba dengan (ditemani) kura-kura


reimani,
(yang) dijagai kasuari leher emas, ( dan mataku) diarahkan oleh tikus
pohon ke

sebuah surga cendrawasih merah. di sana, (aku melihat) matahari


merah
menyala, (seperti) merah api. (Yang menyala) tanpa ampun pada
(setiap) ketakutan.
tetapi sekali lagi kudengar, (ada) nyanyian kemanusiaan (itu)
berbunyi dijantung binatang
(pada saat itu kulihat) kusu-kusu bergoyang, kus-kus berdansa, angin
menipu(.)
(Dan) keadaan (penuh) dengan rayuan. (serta) buritan di dalam pohon,
(dan)
sibu-sibu (dapat) mengelus bibir dan mata: orang-orang

(dan)sinar-sinar (itu) tertutup (oleh) bintang-bintang di kemeja,


(yang memiliki) harapan-harapan (yang telah) diinjak (oleh sebuah)
kendaraan (yang ber-) lapis baja.
(Bahkan) rembulan (pun ber-) diam ditempat (-nya), meski awan-awan
(telah melayang) berkeliling(.)
(mengelilingi) kampung. senja (pun telah) datang bukan karena sempat
tapi karena
waku: arus dan harus.

matahari terbit di timur dan tenggelam di barat


matahari memang terbit di papua dan tenggelam di jakarta.

3) Pengungkapan makna
Makna yang diungkapkan penyair adalah kemiskinan dan
ketidakadilan yang dilakukan pemerintah negara kepada Papua. Yang
seharusnya matahari terbit di Papua, tetapi dalam puisi Matahari turun
di Papua. Yang dapat diartikan dari bait puisi tersebut adalah Papua
tidak pernah diangkat derajatnya tetpi selalu dijatuhkan. Bisa dilihat
pada bait berikut:

Matahari turun di papua


bawa angin dua arah
arah kemiskinan dan ketidakadilan
4) Menganalisis puisi atau kaitannya dengan kenyataan
Pada puisi “Matahari Papua” yang ditulis oleh seorang sastrawan
yang berasal dari Indonesia Timur. Pada puisi tersebut pengarang
berusaha menjelaskan suatu kenyataan keadan yang tertinggal pada
daerah di Indonesia Timur. Penggambaran tersebut dilakukan oleh Eko
Saputra Poceratu merupakan salah satu dari sastrawan terkenal dari
Maluku. Ia termasuk salah satu pemuda yang gelisah dan memandang
kegelisahan-kegelisahan itu sebagai pemberian yang mesti diterima. Ia
meyakini bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar.
Sebab itu ia menulis, mengimani puisi-puisi sebagai suara
kehidupan, memihak kepada yang lemah dan tidak menyangkal
kenyataan. Tetapi dalam Puisinya yang berjudul “Matahari Papua” ia
juga memberikan suatu gambaran kenyataan dengan berusaha
mengungkapkan keadaan daerah Indonesia Timur.
Dalam hal ini, terlebih dikhususkan dalam puisi ini adalah daerah
Papua yang masih memiliki begitu banyak keindahan alamnya dan
masih memiliki alam yang terjaga. Sehinggan ia berusaha
mengungkapkan bahwa keindahan alam yang ada di Papua tidak ada di
daerah perkotaan. Selain itu, dalam puisi ini juga pengarang bersaha
menjelasakan suatu keadaan di Papua sebuah daerah yang memiliki
kekayaan alam yang sangat banyak. Tetapi masyarakatnya msih jauh
dari kata era kemajuan zaman.
Jika dilihat bahwa sesuatu yang terbit itu, seharusnya lebih
diperhatikan atau mungkin saja lebih maju. Tetapi yang terjadi adalah
sebuah keadaan yang jauh dari kata maju. Sehingga dari puisi ini
pengarang berusaha mengungkapkan keadaan tersebut yang menjadi
sebuah kekalutan masyarakat yang ada di daerah Papua.
Hal tersebut dapat dilihat pada bait:

“Matahari turun di papua


bawa angin dua arah
arah kemiskinan dan ketidakadilan”

Pada bait tersebut dapat dilihat, bagaimana pengarang


mengambarkan suatu keadaan yang ada di daerah Papua. Sebuah
daerah yang tidak mendapatkan keadilan dan ada masyarakatnya yang
perekonomiannya rendah.

“aku di sana.
di dalam dada cendrawasih.nyanyian
kemanusiaan lebih terdenngar dari jantung binatang.
hutan memberi kemerdekaan yang tidak ada di kota.”

Pada bait tersebut dapat dilihat dan dihubungkan dengan bait


pertama, bahwa pengarang ada ditempat itu dan menyaksikan
bagaimana didaerah tersebut memiliki kemiskinan dan ketidakadilan
dalam perlakuan. Tetapi sahrusnya hal tersebut mereka dapatkan, jika
dilihat dengan kekayaan alam yang mereka miliki. Kekayaan tersebut
yang tidak ada di daerah-daerah perkotaan. Kekayaan dalam hal flora
dan faunannya.

“matahari terbit di timur dan tenggelam di barat


matahari memang terbit di papua dan tenggelam di jakarta.”

Pada bait tersebut dapat dilihat suatu kenyataan yang bahwa daerah
Papua merupakan daerah yang berada di Timur Indonesia dan Jakarta
menggabarkan daerah perkotaan berada di Timur Indonesia. Jika
dihubungkan dengan pengarang sebagai sastrawan Indonesia Timur,
maka pengarang berusaha menjelaskan realita yang terjadi di Indonesia
Timur, engan gamabaran perekonomiannya dan lain-lain..
1. hasil analisis pendekatan ekspresif

1) Berdasarkan langkah pertama


Lahir di Tuhulale, 2 mei 1992. Ayahnya Yohanes Poceratu, ibunya
Maria Pariama. Ia menghabiskan sekolah dasar di kampung
kelahirannya, lalu menyelesaikan SMP Negeri 1 dan di SMA PGRI 1
di Ambon.
Ia termasuk salah satu pemuda yang gelisah dan memandang
kegelisahan-kegelisahan itu sebagai pemberian yang mesti diterima. Ia
meyakini bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang sangat besar. Sebab
itu ia menulis, mengimani puisi-puisi sebagai suara kehidupan,
memihak kepada yang lemah dan tidak menyangkal kenyataan. Puisi-
puisinya berguna untuk orang yang diguna-guna oleh sekian barisan
romantisme zaman.
2) Berdasarkan langkah kedua
a. Tipografi (penyusunan baris dan bait dalam puisi)
Berdasarkan jenis tipografinya, puisi di atas termasuk jenis
puisi dengan tipografi teratur dengan jumlah baris dan bait yang
tidak sama. Alasannya, pada puisi tersebut pengarang masih
menggunakan persamaan bunyi atau rima, jumlah kata dan
penyusunan kata meskipun baris dan baitnya tidak sama.
b. Kata dan Diksi
Dalam puisi tersebut, pengarang lebih banyak
menggunakan kata-kata kiasan yang menurut pembaca sulit di
pahami kalau dilihat dari kata-kata dalam bait puisi tersebut.
Meskipun puisi ini dibuat dari realita yang dilihat oleh pengarang,
namun puisi tersebut juga sangat bersifat imajinatif, dilihat pada
bait berikut,

aku berjalan di tengah rimba dengan kura-kura reimani,


dijagai kasuari leher emas, diarahkan oleh tikus pohon ke
sebuah surga cenderawasih merah.

sementara itu, diksi yang digunakan pengarang kebanyakan


bermakna denotatif.misalnya,
“ kusu-kusu bergoyang, kus-kus berdansa, angin meniup
Keadaan dengan rayuan. Buritan lenyap didahan pohon,
Sibu-sibu mengelus bibir dan mata: orang-orang
Mengantuk dan ketiduran sangat lama.”
c. Bahasa Kiasan dan Bahasa Retorik
o Metafora
Contoh:
Matahari masih menyala, merah api
nyanyian kemanusiaan berbunyi di jantung binatang
o Personifikasi
Contoh:
sinar-sinar tertutup bintang-bintang di kemeja
senja datang bukan karena sempat tapi karena waku: arus
dan harus
o Hiperbola
Contoh:
angin menipu keadaan dengan rayuan.
buritan-buritan lenyap di dahan pohon
harapan-harapan diinjak kendaraan lepas baja

o Repetisi
Contoh:
bawa angin dua arah
Arah kemiskinan dan arah ketidakadilan
di sana, matahari merah menayala, merah api
matahari terbit di timur dan tenggelam di barat
matahari memang terbit di papua dan tenggelam di jakarta
d. Rima, aliterasi, Asonansi
o Rima (persamaan bunyi akhir kata yang antar baris dalam satu
bait, terdiri dari rima awal, tengah dan akhir). Rima dalam puisi
Matahari Papua kebanyakan berupa rima akhir, rima awal dan
tengah. Contohnya pada bait pertama (rima akhir)

Matahari turun di Papua


bawa angin dua arah
arah kemiskinan dan arah ektidakadilan

pada bait pertama yaitu rima “a a”, sedangkan bait


berikutnya berima “a a b”

o Asonansi (persamaan bunyi vokal pada satu baris puisi).


Contoh:
kusu-kusu bergoyang kus-kus berdansa, angin menipu
keadaan dengan rayuan, buritan-buritan lenyap di dahan
pohon, sibu-sibu mengelus bibir dan mata:
orang-orang mengantuk dan tidur sangat lama
o Aliterasi (persamaan bunyi pada baris puisi)
Contoh:
Matahari terbit di timur dan tenggelam di barat
matahari memang terbit di papua dan tenggelam di jakarta

e. Imaji (citra/bayangan yang muncul dalam pikiran pembaca puisi)


o Imaji penglihatan
Contoh:
Matahari turun di papua
bawa angin dua arah
arah kemiskinan dan arah ketidakadilan
aku berjalan ditengah rimba
dengann kura-kura reimani,
dijaga kasuari leher emas,
diarahkan oleh tikus pohon ke
sebuah surga cendrawasih
merah, di sana matahari merah
menyala, merah api. tanpa ampun pada ketakutan.

o Imaji pendengaran
Contoh:
tetapi sekali lagi kudengar,
nyanyian kemanusiaan
berbunyi di jantung binatang
3) berdasarkan langkah ketiga
Dalam puisi tersebut, pengarang mengajak pembaca memasuki
kehidupan yang lugas, dengan penuh kesadaran, imajinasinya khas,
cerdas dan hanya bisa dinikmati melalui perspektifnya. Pengarang
dalam menciptakan puisinya, ia menggunakan kearifan lokal untuk
membaca masalah-masalah politik, perekonomian dan sosial yang
terjadi di Indonesia Timur.

D. Biografi Pengarang dan Karya

Eko Saputra Poceratu

Lahir di Tuhulale, 2 mei 1992. Ayahnya Yohanes Poceratu, ibunya Maria


Pariama. Ia menghabiskan sekolah dasar di kampung kelahirannya, lalu
menyelesaikan SMP Negeri 1 dan di SMA PGRI 1 di Ambon.

Puisi-puisinya tergabung dalam beberapa antologi seperti Antologi Puisi


Biarkan Katong Bakalae (2013), Pemberontakan dari Timur (2014), Antologi
Mata Aru, Antologi Kita Dijajah Lagi (2017), Rasa Sejati (2018), Puisi Banjar
Baru’s Rainy Day Literary Festival (2017-2018). Ia penulis Emerging di Makasar
International Writer’s Festival di Fort Rotterdam (2018) dan penulis yang
diundang ke Festival Sastra dan Rupa Kristiani di Jakarta (2018).

Ia termasuk salah satu pemuda yang gelisah dan memandang kegelisahan-


kegelisahan itu sebagai pemberian yang mesti diterima. Ia meyakini bahwa kata-
kata memiliki kekuatan yang sangat besar. Sebab itu ia menulis, mengimani puisi-
puisi sebagai suara kehidupan, memihak kepada yang lemah dan tidak
menyangkal kenyataan. Puisi-puisinya berguna untuk orang yang diguna-guna
oleh sekian barisan romantisme zaman.
BAB III

PENUTUP

Puisi dari karya tersebut yang bertemakan”Matahai Papua” merupakan


salah satu puisi yang ditulis oleh Eko Saputra Poceratu dalam buku kumpulan
puisi “Hari Minggu Ramai Sekali”. Eko Saputra Poceratu merupakan salah satu
dari sastrawan terkenal dari Maluku. Dalam Puisinya yang berjudul “Matahari
Papua” ia berusaha mengungkapkan keadaan daerah Indonesia Timur terlebih
dikhususkan dalam puisi ini adalah daerah Papau yang masih memiliki begitu
banyak keindahan alamnya dan masih memiliki alam yang terjaga. Sehingga ia
berusaha mengungkapkan bahwa keindahan alam yang ada di Papua tidak ada di
daerah perkotaan.

Selain itu, dalam puisi ini juga pengarang bersaha menjelasakan suatu
keadaan di Papua sebuah daerah yang memiliki kekayaan alam yang sangat
banyak. Tetapi masyarakatnya msih jauh dari kata era kemajuan zaman. Jika
dilihat bahwa sesuatu yang terbit itu, seharusnya lebih diperhatikan atau mungkin
saja lebih maju. Tetapi yang terjadi adalah sebuah keadaan yang jauh dari kata
maju. Sehingga dari puisi ini pengarang berusaha mengungkapkan keadaan
tersebut yang menjadi sebuah kekalutan masyarakat yang ada di daerah Papua.

Hal tersebut dapat dilihat pada bait:

“Matahari turun di papua


bawa angin dua arah
arah kemiskinan dan ketidakadilan”

Pada bait tersebut dapat dilihat, bagaimana pengarang mengambarkan


suatu keadaan yang ada di daerah Papua. Sebuah daerah yang tidak mendapatkan
keadilan dan ada masyarakatnya yang perekonomiannya rendah.
“aku di sana.
di dalam dada cendrawasih.nyanyian
kemanusiaan lebih terdenngar dari jantung binatang.
hutan memberi kemerdekaan yang tidak ada di kota.”

Pada bait tersebut dapat dilihat dan dihubungkan dengan bait pertama,
bahwa didaerah tersebut memiliki kemiskinan dan ketidakadilan dalam perlakuan.
Tetapi sahrusnya hal tersebut mereka dapatkan, jika dilihat dengan kekayaan alam
yang mereka miliki. Kekayaan tersebut yang tidak ada di daerah-daerah
perkotaan. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan pendekatan mimetik
dan pendekatan ekspresif, dengan langkah-langkah yang terdapat pada kedua teori
pendekatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Poceratu, E. Saputra. 2019. Hari Minggu Ramai Sekali dan Puisi-Puisi Lainnya.
Jakarta: Bentara.

Gasong, Dina. 2018. Bahan Ajar Mata Kuliah Kritik Sastra. Yogyakarta:
Deepublish. (online) diunduh /17/12/2019(https://books.google.co.id/
books?
Yudiono, K.S. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo
(online) diunduh/17/12/2019 (https://books.google.co.id/books?
Zakaria, Nurfataya. Pendekatan Ekspresif Prosa Fiksi. (online)
diunduh/17/12/2019 (https://www.academia.edu/25226387/Pendekatan
_Ekspresif_Prosa_Fiksi.

Anda mungkin juga menyukai