Anda di halaman 1dari 90

TEORI SASTRA

oleh

Agus Wartiningsih, M.Pd.


SILABUS MATA KULIAH TEORI SASTRA
1. Konsep Dasar Teori Sastra
2. Pengertian Sastra
3. Genre Sastra
4. Unsur-Unsur Karya Sastra
5. Sistem Sastra
6. Aliran dalam Karya Sastra
7. Teori-Teori Sastra
Literatur:
1. Pengantar Ilmu Sastra (Jan van Luxemburg et
al, 1992)
2. Teori Kesusasteraan (Rene Wellek & Austin
Warren, 1993)
3. Apresiasi Kesusasteraan (Jacob Sumardjo &
Saini K.M., 1994)
4. Teori Sastra (Zulfahnur Z.F.,dkk. 1997)
5. Teori Sastra Abad Kedua Puluh (D.W. Fokkema
et al, 1998)
6. Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Aminuddin,
1995)
7. Kamus Istilah Sastra (Balai Pustaka).
8. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah (Mursal
Esten).
9. Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. (Cetakan Keempat). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
10. Suprapto. 1993. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra
Bahasa Indonesia. Surabaya: Indah.
11. Selden, Raman. 1991. Panduan Pembaca Teori Sastra
Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
12. Teori Fiksi (Robert Stanton)
13. Ensiklopedia Sastra Indonesia (Balai Pustaka).
Ilmu sastra itu apa?
1. Ilmu pengetahuan adalah ilmu tentang
suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu
yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di
dalam pengetahuan itu.
2. Teori adalah asas-asas dan hukum-hukum
yang menjadi dasar suatu kesenian atau
ilmu pengetahuan.
3. Kesusasteraan:
a. seni mencipta suatu karya tulis yang indah
bahasanya;
b. karangan-karangan berupa novel, roman,
puisi, drama, dll;
c. pengetahuan tentang segala yang
bertalian dengan seni sastra;
d. buku-buku yang termasuk dalam
lingkungan seni sastra, kepustakaan sastra.
simpulannya:
1. Ilmu sastra adalah pengetahuan yang
menyelediki secara ilmiah, logis, dan
sistematis segala yang berhubungan dengan
seni sastra berdasarkan metode-metode
tertentu.
2. Teori sastra adalah asas-asas, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dasar mengenai sastra atau
seni sastra
3. Seni sastra adalah proses kreatif menciptakan
karya seni dengan bahasa estetik seperti
cerpen, novel, puisi, drama, dsb.
Menurut Zulfahnur, dkk.,
ilmu sastra terbagi menjadi
4, yaitu:
1.teori sastra,
2.sejarah sastra,
3.kritik sastra,
4.Filologi,
Menurut A. Teeuw, ilmu sastra
tersebut meliputi tiga hal, yaitu
1. Teori sastra,
2. Sejarah sastra,
3. Kritik sastra.

Yang paling penting dari ketiganya


adalah teori sastra.
Ruang lingkup studi sastra meliputi:
1. Sejarah sastra:
Dalam sejarah sastra dipelajari tentang peristiwa-
peristiwa kesastraan, pengarang, karya-karyanya,
kualitas karya sastra, konsep- konsep, dan situasi
sosial politik yang melatarbelakangi peristiwa tsb.
2. Teori sastra mempelajari tentang prinsip-prinsip,
kategori-kategori, serta kriteria sastra
3. Kritik sastra mempelajari tentang pengelompokkan,
pengkajian, dan penilaian terhadap karya sastra
Filologi adalah cabang
dari ilmu sastra yang
meneliti segi
kebudayaan untuk
mengenal tata nilai,
sikap hidup, alam
pikiran, dsb. dari
Kajian filologi juga menelaah/mengkaji
tentang naskah-naskah kuno

Kegiatan seorang filolog


mentranskripsikan dan menerjemahkan,
serta menginterpretasikan makna dari
teks kuno tersebut.
SIMPULAN
1. Teori sastra merupakan salah satu cabang
ilmu sastra yang berusaha merumuskan:
a. pengertian-pengertian tentang sastra
b. hakikat dan prinsip-prinsip sastra
c. melakukan pengklasifikasian terhadap
jenis dan ragam-ragam sastra
d. menyodorkan bagaimana cara
menganalisis, menginterpretasi,
mengevaluasi berbagai karya sastra
2. Teori sastra memberikan kontribusi
terhadap sejarah dan kritik sastra.
3. Teori sastra di Indonesia dipahami dalam
kaitannya dengan perkembangan teori sastra
barat.
5. Kalangan akademisi cenderung menempatkan teori
sastra modern sebagai hal yang bersifat
formalistik (an sich/pure) bukan sebagai alat
untuk menganalisis atau menilai sebuah karya
sastra.
4. Timbulnya keinginan dari beberapa pengamat
sastra untuk merumuskan teori sastra Indonesia
yang khas dilahirkan berdasarkan cara pandang
dan roh kebudayaan Indonesia sehingga tidak
sepenuhnya bergantung pada atau menerima
mentah-mentah teori sastra barat.
Menurut Teeuw (1988: 23)
kata “susastra” su + sastra (bahasa Sansekerta):
sas: (kata kerja turunan): “mengarahkan, mengajar, memberi
petunjuk, atau instruksi”,
tra menunjukkan “alat, sarana”.
sastra: alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau
pengajaran
awalam su- pada kata susastra berarti “baik, indah” sehingga susastra
berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau
pengajaran yang baik dan indah.
Kata susastra merupakan ciptaan Jawa atau Melayu karena kata susastra
tidak terdapat dalam bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna.
Susastra berarti sastra yang bernilai estetik
a. belleslettres= sastra yang bernilai estetik (Perancis)
b. bellettris/letterkunde= sastra indah (Belanda)
c. litterarture = puisi, sastra (Latin)
Unsur-Unsur Nilai Estetika atau Keindahan
yang Dimaksud Meliputi:
1) keutuhan (unity),
2) keseimbangan (balance),
3) keselarasan (harmony), dan
4) fokus atau tekanan (right emphasis).
Slamet Mulyana mengatakan bahwa keindahan dalam
seni sastra dibangun dari seni kata. Yang dimaksud
dengan seni kata adalah penjelmaan pengalaman jiwa
yang diekspresikan dalam keindahan kata
Meskipun karya sastra bersifat imajinatif, namun ia
berangkat dari kenyataan hidup yang objektif.
Meskipun berangkat dari kenyataan hidup yang objektif,
namun kenyataan imajinatif dalam karya sastra
tidak identik lagi dengan kemyataan yang
sebenarnya.
Kenyataan hidup yang ada dalam masyarakat
ditanggapi, dihayati, dan diolah sedemikian rupa oleh
imajinasi pengarang sehingga yang kita jumpai dalam
karya sastra adalah tokoh, peristiwa, dan keadaan
imajinatif.
DEFINISI SASTRA
1. Rene Wellek
Literature (sastra) adalah kegiatan kreatif
sebuah karya seni yang bentuk dan
ekspresinya imajinatif.
2. Hornby
Sastra adalah tulisan bernilai seni mengenai
suatu subjek, khusus kehidupan manusia
dalam suatu negeri pada suatu masa.
3. Hudson
Sastra adalah ekspresi dari kehidupan
dengan media bahasa yang khas.
4. Jan van Luxemburg
Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah
kreasi yang berunsur fiksionalitas, yang
merupakan luapan emosi spontan.
5. Jakob Sumardjo
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia
yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam
suatu bentuk gambaran konkret yang
membangkitkan pesona dengan alat
bahasa.
6. Rene Wellek & Austin Warren
a. Sastra adalah segala sesuatu yang
tertulis atau tercetak
b. Sastra adalah mahakarya (great
books) atau buku-buku yang dianggap
menonjol karena bentuk dan ekspresi
sastranya.
c. Sastra adalah sebagai karya imajinatif
SIFAT-SIFAT SASTRA
1. Sastra bersifat khayali (fictionality)
Maksudnya melalui imajinasinya seorang
pengarang mengungkapkan realita hidup dan
menafsirkannya menjadi kenyataan imajinatif
yang bermakna dan menarik bagi penikmat
sastra.
2. Sastra mengandung nilai estetika sehingga karya
sastra mempunyai daya pesonanya tersendiri.
Unsur-unsur nilai estetika itu meliputi keutuhan
(unity), keseimbangan (balance), keselarasan
(harmony), dan fokus atau tekanan (right
emphasis).
3. Bahasa sastra adalah bahasa yang khas yaitu
bahasa estetik.
Sumardjo, Jakob dan Sini K.M.
Ciri-Ciri Sastra Imajinatif adalah sebagai berikut.
1. Karya sastra tersebut lebih banyak bersifat khayali.
2. Menggunakan bahasa yang konotatif.
3. Memenuhi syarat-syarat estetika seni (unity, balance,
harmony, dan right emphasis).

Ciri-Ciri Sastra Nonimajinatif adalah sebagai berikut.


1. Memenuhi estetika seni (unity, balance, harmony, dan
right emphasis).
2. Cenderung mengungkapkan fakta.
3. Bahasa yang digunakan cenderung denotatif.
UNSUR-UNSUR NILAI KEINDAHAN
1. Keutuhan (unity)
Yang dimaksud dengan keutuhan adalah:
a. Setiap unsur yang membangun karya sastra
tersebut menunjang upaya pengungkapan isi
hati sastrawannya.
b. Setiap unsur dalam karya sastra benar-
benar diperlukan dan disengaja
keberadaannya.
c. Tidak ada satu pun unsur yang sifatnya
kebetulan dan keberadaannya semua
direncanakan oleh sastrawannya.
d. Setiap unsur atau bagian merupakan hasil
pemilihan dan pertimbangan yang seksama.
2. Keseimbangan (balance)
Yang dimaksud dengan keseimbangan
adalah bahwa unsur-unsur atau bagian-
bagian dalam karya sastra, baik dalam
ukuran maupun bobotnya harus sesuai
atau seimbang dengan faal atau fungsinya.
3. Keselarasan (harmony)
Maksudnya setiap bagian atau unsur
dalam karya sastra harus menunjang daya
ungkap unsur atau bagian yang lain, bukan
mengganggu atau mengaburkannya.
4. Fokus atau Tekanan (Right Emphasis)
Maksudnya unsur atau bagian penting
harus mendapat penekanan yang lebih
daripada unsur atau bagian yang lainnya
yang dianggap kurang penting. Unsur
yang penting tersebut akan diolah
sastrawan dengan lebih seksama
dibandingkan unsur yang kurang penting
yang mungkin hanya berupa garis besar
dan bersifat skematik saja.
Menurut Keraf, fungsi bahasa secara umum adalah
sebagai berikut.
1. Sebagai alat komunikasi
2. Sebagai alat untuk berpikir
3. Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
4. Sebagai alat kontrol sosial
5. Sebagai alat ekspresi diri
“Makin tinggi kemampuan berbahasa seseorang,
makin tinggi pula kemampuan berpikirnya;
makin teratur bahasa seseorang, makin teratur
pula cara berpikirnya” (Finoza, 2002:3).
BAHASA SASTRA
Menurut G.F. Kneller (1964:28), fungsi bahasa itu ada
tiga, yaitu:
1. Fungsi afektif (yang berkenaan dengan sikap)
2. Fungsi simbolik (berkaitan dengan simbol)
3. Fungsi emotif (berkenaan dengan emosi)

Ciri khas bahasa sastra:


1. bersifat perasaan (emotif)
2. Menggunakan bahasa simbolik:
a. bermakna konotatif
b. berjiwa/ambigu
c. mengandung kesan estetik

Bahasa merupakan bahan dasar untuk menulis karya sastra


Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh
seni bahasa. Seni bahasa merupakan ekspresi
jiwa pengarang atau penyair ke dalam kata-kata
yang indah.

Seni bahasa itu meliputi pemakaian kata


ambigu, pemakaian kata konotatif (majas/gaya
bahasa, rima, irama)

Bahasa dalam sastra dinamakan sistem tanda


tingkat kedua sedangkan bahasa secara umum
dinamakan sistem tanda tingkat pertama
 Bahasa dalam karya sastra merupakan bahasa
yang khas, yang istimewa, yang pada abad
kelima dinamakan ‘artes lars ‘yang berartri
kepandaian, teks ilmiah, sistem aturan.
 Dalam bahasa Perancis dan Inggris ‘art’
berkembang maknanya menjadi seni. Dalam hal
ini bahasa kemudian dibedakan menjadi dua,
yaitu:
Gramatica (ilmu untuk berbahasa secara
tepat=recte loquendi scientia = ilmu tata
bahasa)
Retorica (kepandaian mengatakan sesuatu
secara baik (0rator)= ars bene dicendi)
Bahasa merupakan sistem semiotik, sistem tanda.
Sistem tanda dalam bahasa mengandung dua aspek, yaitu:
1. Konsepsi (sebagai dasar pemahaman dunia nyata,
mengarahkan sikap, menafsirkan kenyataan, dan sebagai
dasar komunikasi)
2. Sistem kemaknaan (setiap kata mempunyai pengertian
tertentu)
Menurut Charles Pierce, sebuah tanda atau lambang ditentukan
oleh tiga faktor, yaitu:
a. Tanda itu sendiri
b. Hal yang ditandai /hal yang diacu (gejala, objek, denotatum,
atau kenyataan yang diwakili oleh tanda)
c. Tanda baru disebut juga interpretasi, yaitu sesuatu yang
dibayangkan oleh penerima
Bahasa sebagai bahan sastra bukanlah bahan
yang netral, maksudnya sebelum bahasa
digunakan oleh penyair atau pengarang,
bahasa sudah merupakan sistem tanda,
sistem semiotik, setiap unsur bahasa itu
sudah mempunyai makna tertentu yang
secara konvensional disetujui atau diterima
oleh anggota masyarakat.
Menurut Teori Lotman (Luxemburg, 1984:47)
kemampuan informasi yang istimewa di
dalam sastra disebabkan sastrawan
menggunakan berbagai kode sekaligus
seperti: kode bahasa, kode metrum, kode
sintaksis, kode gaya, dsb.
Saya ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti kata yang tak sempat terucapkan oleh
kayu
Ketika api menjadikannya abu
Saya ingin mencintaimu secara sederhana
Seperti isyarat yang tak sempat diungkapkan
Oleh awan ketika hujan
Menjadikannya tiada
Bahasa dan sastra termasuk dalam semiotik karena
mengandung lambang-lambang. Semiotik atau
semiologi adalah ilmu yang mempelajari secara
sistematik tanda-tanda dan lambang-lambang
(semion berarti tanda), sistem lambang, dan proses
pelambangan.

Sastra merupakan sistem tanda sehingga dengan


mempelajari bahasa sastra dapat ditemukan
lambang-lambang. Dalam sebuah sistem lambang,
tanda menggantikan gejala-gejala tertentu (gerak-
gerik, kiasan, kata, kalimat dsb.) berdasarkan
sebuah atau sejumlah kaidah.
Menurut Wellek&Warren (1993:15-18) bahasa sastra, bahasa
sehari-hari dan bahasa ilmiah berbeda. Kecenderungan bahasa
sastra adalah sebagai berikut.
1. Bahasa Sastra
a. Bahasa sastra penuh ambiguitas dan homonim serta tak
rasional
b. Bahasa sastra penuh dengan asosiasi, mengacu pada ungkapan
atau karya yang diciptakan sebelumnya
c. Bahasa sastra sangat konotatif sifatnya
d. Bahasa sastra bukan sekedar referensial yang hanya mangacu
pada satu hal, bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif,
menunjukkan nada (tone) dan sikap pembicara atau penulisnya.
e. Bahasa sastra berusaha mempengaruhi, membujuk, dan pada
akhirnya mengubah sikap pembacanya.
f. Bahasa sastra adalah tanda, simbolisme suara dari kata-kata
dengan menciptakan berbagai teknik untuk menarik perhatian
pembaca kepada kata-kata dalam karya sastra.
2. Bahasa sehari-hari:
- bukan konsep yang seragam (bahasa perdagangan,
percakapan, resmi, keagamaan, slang)
- juga memiliki fungsi ekspresif
- mengusahakan ketepatan makna
- memiliki tujuan mencapai sesuatu untuk
mempengaruhi sikap dan tindakan
- hanya secara kuantitatif saja kita dapat
membedakan antara bahasa sehari-hari dan bahasa
sastra
- mendorong kita untuk melakukan tindakan secara
langsung yang kongkret
3. Bahasa Ilmiah:
- menghindari segi ekspresif dan pragmatis
- menyerupai sistem tanda matematika atau logika
simbolik
- lebih bersifat universal
- mementingkan ketepatan makna
FUNGSI/MANFAAT SASTRA:
1. Menurut Horatius (pemikir Romawi) fungsi sastra
itu ganda, yaitu: dulce et utile (dalam buku Ars
Poetica)
a. Berfungsi untuk Menghibur
Sastra menghibur dengan menyajikan keindahan,
memberi makna terhadap kehidupan, atau
memberi pelepasan ke dunia imajinasi.
b. Berguna/bermanfaat untuk:
1. mendidik,
2. alat pengesahan berlakunya nilai-nilai budaya,
3. alat pewarisan budaya.
Dalam Jakob Sumardjo dan Saini K.M. dikatakan bahwa
manfaat karya sastra adalah sebagai berikut:
1. karya sastra besar memberi kesadaran kepada pembacanya
tentang kebenaran-kebenaran hidup ini.
2. karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin.
3. karya sastra besar itu abadi.
4. karya sastra besar itu tidak mengenal batas kebangsaan.
5. karya sastra besar adalah karya seni, indah memenuhi
kebutuhan manusia terhadap naluri keindahannya.
6. Karya sastra dapat memberikan kepada kita pengahayatan
yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui.
7. membaca karya sastra besar juga dapat menolong
pembacanya menjadi manusia berbudaya.
Karya sastra bermutu adalah karya sastra yang memenuhi
kriteria sebagai berikut
1. karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa
sastrawannya.
2. sastra adalah komunikasi.
3. sastra adalah sebuah keteraturan (karya sastra harus
memenuhi bentuk seni).
4. sastra adalah penghiburan.
5. sastra adalah sebuah integrasi (adanya kesatuan unsur-
unsurnya yaitu keserasian antara isi, bentuk, bahasa, dan
ekspresi pribadi sastrawannya).
6. sastra yang bermutu adalah sebuah penemuan.
7. sastra bermutu merupakan ekspresi sastrawannya.
8. sastra yang bermutu merupakan sebuah karya yang pekat.
9. sastra bermutu adalah merupakan penafsiran kehidupan.
10. sastra bermutu adalah sebuah pembaharuan.
SISTEM DAN KONVENSI SASTRA
 Sistem sastra adalah asas, prinsip-prinsip,
norma-norma sastra yang sudah tersusun secara
teratur dan harus disepakati. Walaupun demikian
sistem sastra sifatnya longgar karena karya
sastra itu diciptakan oleh individu-individu yang
memiliki kecenderungan-kecenderungan pribadi.
 Sistem sastra itu meliputi:
1. Sistem bahasa
2. konvensi budaya
3. konvensi sastra
4. jenis sastra
5. teks sastra
Menurut Aristoteles dalam bukunya Arts Poetica
(Teeuw, 1984:95-109), ada tiga kriteria dalam
menyusun sistem sastra, yaitu:
1. Media of representation (sarana
perwujudannya): prosa, puisi.
2. Objects of representation (objek perwujudan)
yaitu manusia dengan tiga kemungkinan:
a. Manusia rekaan lebih agung dari manusia
nyata: tragedi, epik Homerus, cerita panji
b. Manusia rekaan lebih hina dari manusia
nyata: komedi, lenong
c. Manusia rekaan sama dengan manusia
nyata: roman
3. Manner of poetic representation (ragam
perwujudan)
a. Teks berisi cerita, sebagian
percakapan tokoh: epik
b. Yang bicara si aku lirik, penyair: lirik
c. Yang bicara para tokoh saja: drama
Pengertian konvensi
1. Konvensi adalah suatu kesepakatan yang sudah
diterima orang banyak dan sudah menjadi
tradisi, artinya kebiasaan itu dilakukan orang
secara terus-menerus dari waktu ke waktu
(Budianta dkk., 2008:15)
2. Konvensi adalah aturan sosial, sesuatu yang
disetujui/disepakati masyarakat (Zulfahnur,
1997:13)
3. Konvensi adalah ikatan atau kungkungan yang
daripadanya kita harus membebaskan diri
sehingga terjadi penolakan terhadap konvensi
sosial, mau kembali ke alam tanpa konvensi
yang mengikat secara sosial
KONVENSI SASTRA
Konvensi sastra adalah segala aturan, norma-norma
yang berlaku dalam sastra (yang disepakati
masyarakat). Contoh:
1. Puisi
Secara umum diketahui bahwa puisi terdiri atas
baris/larik, bait, bahasanya singkat, padat, dan
bermakna konotatif
2. Roman detektif
Adanya pembunuhan, mayat, tokohnya memiliki
kepandaian atau keanehan, pembaca meragukan
watak tokohnya, dll.
3. Cerpen
Ceritanya singkat, membahas satu peristiwa yang
dihadapi tokoh utamanya, mempunyai efek
tunggal.
Menurut Levin (1950:65-69):
1. penerimaan konvensi dalam sejarah bertepatan pula
dengan penolakannya.
2. Betapa kuatnya kita menentang adanya dan
perlunya konvensi, sastra dan seni selalu berada
dalam ketegangan antara:
a. aturan dan kebebasan
b. mimesis dan kreasi (tiruan dan ciptaan)
c. teknik dan talenta (teknik dan bakat)
d. limit dan license (batas dan izin)
e. convention dan invention (kesepakatan dan
temuan)
KONVENSI BUDAYA
Yang dimaksud dengan konvensi budaya
adalah kesepakatan-kesepakatan yang
berkaitan dengan budaya atau kultur
yang berlaku dalam suatu masyarakat
pemiliknya.
Latar belakang budaya yang dimiliki oleh
penyair atau sastrawan sedikit banyak
akan tampak atau mempengaruhi hasil
karya sastranya. Oleh sebab itu untuk
membantu pemahaman terhadap sebuah
karya sastra, kita perlu memiliki
pengetahuan tentang budaya yang
Teeuw (2003:83) mengatakan bahwa:
pemisahan konvensi budaya dari konvensi
sastra dan konvensi bahasa atau
sosiolinguistik sering kali tidak mungkin atau
tidak mudah dilaksanakan karena banyak
konvensi budaya telah terkandung dalam
konvensi bahasa, konvensi sastra, dan
konvensi sosiolingistik.
Sosiologi berkaitan dengan masyarakat,
sedangkan linguistik ilmu tentang bahasa.
Jadi sosiolinguistik kajian tentang bahasa
yang berkaitan dengan kondisi
kemasyarakatan.
GENRE SASTRA
SASTRA

Sastra
Sastra
Imajinatif
Nonimajinatif

Prosa
Puisi
Drama 1. Esei
Fiksi (Prosa- 2. Kritik
Puisi) 3. Biografi
4. Otobiografi
5. Sejarah
1.Epik
6. Memoar
2.Dramatik
1.Komedi 7. Catatan harian
3.Lirik 1.Cerpen
2.Tragedi 8. Surat-surat
2.Novelet
3.Melodrama
3.Novel
4.Tragi-komedi
Teks Sastra
Teks adalah ungkapan bahasa yang menurut isi,
sintaksis, dan pragmatiknya merupakan suatu
kesatuan.
Berdasarkan definisi tersebut, maka teks dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Teks lisan
2. Teks tertulis
Menurut Luxemburg (1984:86-89) ciri-ciri teks
adalah:
1. Pragmatik
menyangkut perbuatan, ungkapan bahasa,
pembicaraan dalam konteks sosial tertentu
dalam satu kesatuan
2. Sintaksis
unsur-unsur bahasa yang
memperlihatkan suatu pertautan
(hubungan).
3. Semantik
berkaitan dengan makna yang
terkandung di dalam teks tersebut, ada
yang dinyatakan secara eksplisit, namun
ada juga yang dinyatakan secara
implisit.
Fungsi teks menurut Jacobson adalah
sebagai alat untuk menyampaikan pesan
Tindak komunikasi ditentukan oleh lima
faktor, yaitu:
1. Pemancar (komunikator)/penerima
(komunikan)
Pemancar adalah orang yang menulis
teks, sedangkan penerima adalah orang
yang membaca teks.
2. Pesan (message): sejumlah tanda yang
menunjukkan makna, seperti pikiran,
perasaan, ide-ide yang disampaikan
3. Konteks: keterkaitan suatu pesan dengan
suatu kenyataan. Konteks merupakan
kenyataan yang diacu oleh pesan
4. Kode: perwujudan dari pesan. Kode merupakan
tanda-tanda (lambang) yang bersistem. Kode ada
dua macam, yaitu:
a. Kode primer berupa bahasa
b. Kode sekunder berupa bahasa khas sastra misalnya
struktur cerita, jalan cerita dll.
5. Saluran: media penyalur pesan, yaitu bahasa.
Jenis teks menurut luxemburg ada tiga macam, yaitu:
1. Teks acuan yaitu teks yang mengacu pada suatu
konteks
2. Teks ekspresif yaitu teks yang mengungkap
perasaan, pertimbangan, pengalaman batin, dll
3. Teks persuasif yaitu teks yang berfungsi
mempengaruhi pendapat, perasaan, atau pendirian
Teks acuan terdiri atas tiga macam, yaitu:
1. Teks informatif: menyatakan kenyataan faktual
(informasi).
2. Teks diskursif: berisi fakta bernalar seperti
uraian ilmiah
3. Teks instruktif: berisi pengajaran supaya
keterampilan tersebut semakin luas dan
mendalam.

Ciri teks sastra adalah:


1. Teks tersebut berfungsi sebagai sastra
2. Merupakan hasil karya sastra
3. Teks berciri khas sastra
Jenis-jenis teks sastra:
1. Teks monolog: hanya ada satu juru bicara di dalam teks
tersebut.
2. Teks dramatik: dalam teks terdapat berbagai pelaku yang
bersama-sama berbicara
3. Teks naratif: dalam teks tersebut ada juru dongeng dan ada
pula pelaku-pelakunya.
Isi teks sastra:
1. Karya sastra merupakan cerminan tentang kenyataan, dalam
arti tidak sama persis karena karya sastra merupakan hasil
imajinasi pengarang tentang kenyataan yang ada.
2. Kadang-kadang dunia ciptaan pengarang mirip dengan
kenyataan (novel realistik atau otobiografi). Dalam hal ini
sastra dipandang sebagai gejala sosial.
3. Kadang dunia ciptaan ini menyimpang jauh dari kenyataan
(dongeng, science fiction)
PROSA FIKSI
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang
diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar, serta tahapan
dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak
dari hasil imajinasi pengarangannya
sehingga menjalin suatu cerita (Aminudin,
1995:66)
Menurut Sumardjo dan Saini K.M. (1994:29-31),
prosa fiksi pada dasarnya dibagi mejadi tiga genre
yaitu:
a. novel atau roman
b. novelet (novel pendek)
c. cerita pendek

Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran


yang luas, artinya cerita dengan plot yang
kompleks, karakter yang banyak, tema yang
kompleks, suasana cerita, dan setting yang
beragam.
Istilah novel = istilah roman
Kata novel berasal dari bahasa Italia yang
kemudian berkembang di Inggris dan Amerika
Serikat
Istilah roman berasal dari genre romance
pada abad pertengahan, yaitu cerita panjang
tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah ini
berkembang di Jerman, Belanda, Perancis, dan
Eropa daratan
Umumnya bentuk novel lebih pendek dari
bentuk roman.
Novel dibagi menjadi tiga jenis:
a. novel percintaan
b. novel petualangan
c. novel fantasi
Tebal novel sekitar 200 halaman lebih

Novelet adalah cerita berbentuk prosa yang


panjangnya antara novel dengan cerita pendek.
Tebalnya 60-100 halaman.
Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang
relatif pendek.
Pendek yang dimaksud adalah:
1. cerita tersebut dapat dibaca sekali duduk
dalam waktu kurang dari satu jam
2. mempunyai efek tunggal
3. tokoh, karakter, plot, setting terbatas, tidak
beragam, dan tidak kompleks.
4. panjang cerita 5–15 halaman.
5. Menunjukkan kualitas yang bersifat
compression (pendataan), concentration,
(pemusatan), dan intensity (pendalaman)
Karya prosa fiksi lahir atau diciptakan atas hasil
pengalaman penulisnya, baik pengalaman
batiniah maupun pengalaman lahiriah.

Menganalisis prosa fiksi berarti menganalisis


seluruh pengalaman yang terkandung di
dalamnya.
Menurut Simatupang (1980) dan Pradopo (1982),
langkah yang harus dilakukan untuk
memahami karya sastra paling tidak meliputi
tiga hal, yaitu (1) interpretasi atau penafsiran,
(2) analisis atau penguraian, dan (3) evaluasi
atau penilaian

1. Penafsiran adalah upaya memahami karya


sastra berdasarkan sifat-sifat karya sastra itu
sendiri.
Menurut Abrams (1981) penafsiran dibagi
menjadi dua macam, yaitu:

61
1) Penafsiran dalam arti sempit
Yaitu upaya untuk memperjelas arti bahasa
dengan sarana analisis, parafrasa, dan
komentar.

2) Penafsiran dalam arti luas


yaitu upaya untuk memperjelas arti karya
sastra itu dengan menjelaskan jenis karya,
unsur-unsur, struktur, tema, dan efek-
efeknya.

62
2. Analisis
Analisis adalah penguraian karya sastra
atas bagian-bagian atau norma-normanya
(Pradopo, 1982).

Analisis terhadap karya sastra dibedakan


menjadi dua, yaitu analisis puisi dan
analisis fiksi

Analisis puisi adalah analisis terhadap


struktur fisik dan struktur batin puisi.

63
Analisis fiksi menurut Stanton (1965) meliputi
analisis terhadap semua elemen
pembangun fiksi itu yang mencakup fakta
cerita, sarana cerita, dan tema.
3. Penilaian
Penilaian adalah upaya untuk menentukan
kadar keberhasilan atau keindahan suatu
karya sastra. Dengan penilaian dapat
ditentukan karya yang bermutu, tidak
bermutu, baik atau jelek, berhasil atau
gagal

64
UNSUR PEMBANGUN PROSA FIKSI
Menurut Stanton (1965:11-36) unsur
pembangun prosa fiksi adalah:
1. Tema
2. Fakta cerita (tokoh, alur, setting)
3. Sarana Sastra:
a. Sudut pandang
b. Gaya bahasa dan suasana
c. Simbol-simbol
d. imaji-imaji
e. Pemilihan judul
1. TEMA
Tema adalah:
1. Pokok pikiran
2. Sesuatu yang disampaikan oleh
pengarang
3. Gagasan sentral yang menjiwai seluruh
karangan
4. Hal yang dibicarakan dalam sebuah
cerita
5. Pikiran utama suatu karangan
6. Ide/gagasan dalam suatu cerita
2. FAKTA CERITA
Fakta cerita merupakan hal-hal yang
akan diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Fakta cerita itu meliputi plot,
tokoh, dan latar.

1. Plot/alur
Plot/alur adalah rangkaian peristiwa
dalam sebuah cerita yang disusun
berdasarkan hubungan-hubungan
kausalitas
67
Struktur Plot/Alur

* klimaks

* komplikasi
* konflik *denoument
* instabilitas
*eksposisi
awal tengah akhir

68
Struktur plot meliputi
1. Bagian awal
a. Pemaparan (eksposisi)
b. Elemen instabilitas
2. Bagian tengah
a. Konflik
b. komplikasi
c. Klimaks
3. Bagian akhir
denoument (pemecahan)
69
Kaidah-kaidah plot (Plotting)
1. kemasukakalan (posibility)
2. kejutan (surprise)
3. ketidaktentuan (suspense)
4. keutuhan (unity)

Fungsi plot/alur:
1. Menciptakan keutuhan cerita
2. Mengekspresikan makna suatu karya fiksi
3. Menjelaskan hubungan kausalitas setiap peristiwa
dalam sebuah cerita
4. Merupakan jiwa fiksi (Aristoteles jiwa tragedi)

70
JENIS-JENIS PLOT/ALUR DITINJAU DARI:

Penyusunan
peristiwa Akhir Cerita Kuantitas Kualitas

1. plot kronologis 1. plot terbuka 1. plot tunggal 1. plot rapat


(progresif) 2. plot tertutup 2. plot jamak 2. plot longgar
2. Plot regresif
(flash back/sorot balik/back-tracking)

71
2. Tokoh
Tokoh adalah unsur cerita yang
mengemban watak tertentu.
Tokohlah yang mnggerakkan
jalan cerita. Dengan adanya
tokoh, maka jalan cerita terasa
hidup. Tokoh merupakan satu
di antara tiga fakta cerita.
Cara pengarang memberi identitas pada
tokoh ceritanya:
1. Dengan memberikan nama pada tokoh
tersebut, contoh: Goliat, Tuti, Mira,
Mince, dll.
2. Dengan menggunakan
jabatannya/profesinya, contoh: satpam,
Bu RT, Penjual Tahu, dll.
3. Dengan menggunakan kata ganti, contoh:
aku, kamu, dia, mereka
4. Dengan menggunakaan julukan, contoh: si
keling, si jangkung, si gendut, dll.
Tokoh

Derajat
Kepentingannya Jenis Karakter

Tokoh Tokoh Antagonis Tritagonis


Protagonis
Utama Pembantu
Karakteristik tokoh utama:
1. Tokoh sentral dalam cerita
tersebut
2. Kemunculan tokoh ada pada setiap
peristiwa dalam cerita tersebut.
3. Semua pelaku membicarakan atau
mengisahkan tentang tokoh
tersebut
4. Watak tokoh umumnya protagonis
Cara mengetahui watak tokoh dalam
sebuah cerita:
1. Melalui apa yang diperbuatnya
2. Melalui ucapan-ucapannya
3. Melalui penggambaran fisik tokoh
4. Melalui pikiran-pikirannya
5. Melalui penerangan langsung
6. Melalui pembicaraan tokoh yang lain
3. Latar (Setting)
Setting adalah segala sesuatu yang
dimanfaatkan pengarang untuk
melatarbelakangi sebuah cerita.

Jenis-jenis latar adalah:


1. Latar tempat (riil, abstrak)
2. Latar waktu
3. Latar suasana
4. Latar sosial
3. SARANA CERITA (SARANA
SASTRA)

Sarana Sastra meliputi:


a. Sudut pandang
b. Gaya bahasa dan suasana
c. Simbol-simbol
d. imaji-imaji
e. Pemilihan judul
1. Sudut pandang?
Cara pandang pengarang untuk
menggambarkan tokoh dalam
cerita/karya (kebiasaan,
perilaku/tabiat, watak tokoh)
Sudut pandang:
1. Orang pertama (aku)
2. Orang ketiga (dia, mereka, nama,
jabatan)
2. Gaya bahasa
1. Gaya kepengarangan
Gaya khas seorang pengarang dalam
mengungkapkan ceritanya dengan
menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Istilah lain yang kerap digunakan adalah
stilistika.
Gaya kepengarangan seseorang kemudian
memberikan ciri kepada pengarangnya.
2. Majas/peribahasa
3. Perumpamaan
3. Simbol-simbol:
a. Bahasa
1. bahasa secara umum dikatakan sebagai
simbol tingkat pertama (primer)
2. bahasa sastra dikatakan sebagai simbol
tingkat kedua (sekunder)
b. Warna
c. Suasana
4. Imaji
Daya khayal (kekuatan/kemampuan untuk
membayangkan sesuatu) yang didukung oleh
daya kreativitas seseorang sehingga dapat
menghasilkan sesuatu yang baru.
5. Pemilihan Judul
Judul menghantarkan pembaca untuk
mengetahui secara garis besar isi sebuah cerita
atau tulisan. Dengan membaca judul pembaca
sudah dapat menebak atau memperkirakan isi
cerita atau tulisan tersebut
Prosa Lama
Salah satu jenis prosa lama adalah
cerita rakyat. Menurut Brunvand,
cerita rakyat terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. mite/mitos
2. legenda
3. dongeng
1. Mitos/mite
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, “mythos”
yang berarti cerita dewata.
Pengertian mitos:
1. Cerita tentang terjadinya dunia dan segala
isinya
2. Cerita yang meriwayatkan zaman purbakala
yang dipercayai suatu bangsa hingga saat ini
3. Cerita perihal dewata, kejadian bumi dan
isinya, serta kepercayaan pada dunia gaib
Fungsi mitos adalah:
1. Memberi kesadaran pada manusia bahwa
dalam alam semesta ini ada kekuatan
supranatural, dan manusia ikut berpartisipasi
dan menghayati kekuatan gaib tersebut.
2. Menghadirkan peristiwa-peristiwa yang
pernah terjadi sedemikian rupa sehingga
memberi jaminan dan perlindungan pada
manusia. Contoh: upacara tolak bala
3. Menjelaskan tentang alam semesta, cerita
mengenai asal-usul bumi
2. Legenda
a. Legenda adalah cerita purbakala yang
meriwayatkan tentang masa lalu yang
belum pasti kebenarannya.
b. Legenda adalah dongeng yang dicari-cari
hubungannya dengan kenyataan-kenyataan
dalam alam semesta.
3. Dongeng
Dongeng adalah cerita fiksi zaman dahulu yang
mengisahkan manusia, binatang, tumbuhan-
tumbuhan dengan berbagai peristiwa
kehidupannya.
1. Fabel
Dongeng yang tokohnya adalah binatang
2. Sage
Cerita tentang kepahlawanan
3. Dongeng alam
4. Dongeng Peri
5. Parabel (hikayat Bayan Budiman; hikayat Seribu
Satu Malam)
6. Dongeng Jenaka
7. Dongeng horor
PUISI
Unsur-unsur pembentuk puisi
1. Tema dan amanat
Tema adalah ide pokok yang menjiwai seluruh puisi
Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan melalui puisi
tersebut
2. Pengimajian (citraan)
3. Rima (persajakan)
4. Diksi
5. Irama (musikalitas)
6. Pusat Pengisahan
7. Korespondensi
8. Repetisi (ulangan)
Jenis-jenis puisi:
1. Puisi Lama/Puisi Tradisional
a. Bidal (peribahasa, ungkapan, tamzil, pepatah,
perumpamaan, pemeo)
b. Mantra
c. Pantun, syair, gurindam, talibun, seloka, karmina,
ruba’i, nazam, kit’ah, gazal
2. Puisi Modern
a. Puisi cerita: epik, balada, drama bersajak, kisah
bersajak
b. Puisi Liris: soneta, ode, elegi, epigram, satire,
romance, puisi berlagu (hymne, oratorio), puisi-puisi
pendek.
3. Puisi Kontemporer
a. Puisi mantra
b. Puisi mbling
c. Puisi konkret

Anda mungkin juga menyukai