Anda di halaman 1dari 5

A.

Fonetik
Fonetik adalah cabang kajian linguistik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa tanpa
melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna kata atau tidak (Chaer,
2009:10). Fonetik adalah ilmu yang menyelidi dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran
yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi
tersebut dengan alat ucap manusia (Keraf, 1984:30). Fonetik adalah ilmu yang
menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu
interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi, dan psikologi (Kridalaksana,
1995:56). Berdasarkan dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa fonetik
adalah cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa
direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh
manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
1. Jenis-jenis Fonetik
a. Fonetik Artikulatoris
Fonetik artikulatoris meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi
oleh alat ucap manusia.
b. Fonetik Akustik
Fonetik akustik adalah bunyi bahasa ketika merambat diudara, antara lain
membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika
merambat diudara, spectrum, tekanan, dan intensitas bunyi.
c. Fonetik Auditori
Fonetik auditor adalah meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima
oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami.
2. Transkripsi Fonetik
Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara
tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik.
3. Alat Ucap
Sebenarnya alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa ini
mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologi. Misalnya, paru-paru untuk
bernafas, lidah untuk mencecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, alat-alat itu
secara linguistik digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu
berujar.
4. Proses Pembunyian
Alat ucap atau alat bicara yang membicarakan dalam proses memproduksi bunyi
bahasa dapat dibagi atas tiga kompenen yaitu:
a. Komponen subglotal
Komponen subglotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan,) saluran bronchial,
dan saluran pernapasan (trakea). Fungsi utama komponen subglotal ini adalah
“member” arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi
bahasa.
b. Komponen laring
Komponen laring (tenggerokan) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang
rawan yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring
berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan
hidung.
c. Komponen supraglotal
Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berbeda di dalam rongga
mulut dan rongga hidung baik yang menjadi articulator aktif maupun yang
menjadi articulator pasif.
5. Jenis-jenis Bunyi Bahasa
a. Bunyi Vokal, Konsonan, dan Semi Vokal
Bunyi-bunyi vocal, konsonan, dan semi vocal dibedakan berdasarkan tempat
dan cara artikulasinya. Vocal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan
cara setelah arus udara keluar dari glottis (celah pita suara). Bunyi konsonan
terjadi setelah arus ujar hambatan dari articulator aktif dan articulator fasif.
Misalnya bunyi [b] yang mendapatkan hambatan pada kedua bibir. Sedangkan
bunyi semi vocal adalah bunyi yang proses pembentukannya mula-mula
secara vocal lalu diakhir secara konsonan.
b. Bunyi Oral dan Bunyi Nasal
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan keluarnya arus ujar. Bila arus ujar ke
luar melalui rongga mulut maka disebut bunyi oral. Bila keluar melalui
rongga hidung disebut bunyi nasal.
c. Bunyi Bersuara dan Bunyi tidak Bersuara
Kedua bunyi ini dibedakan berdasarkan ada tidaknya getaran pada pita suara
sewaktu bunyi diproduksi. Bila pita suara turut bergetar pada proses
pembunyian itu, maka disebut bunyi bersuara. Bila pita suara tidak bergetar
disebut bunyi tidak bersuara.
d. Bunyi Keras dan Bunyi Lunak
Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan ada tidaknya ketegangan kekuatan
arus udara ketika bunti ini di artikulasikan. Sebuah bunyi keras apabila terjadi
karena pernapasan yang kuat dan otot yang tegang, misalnya bunyi [t], [k],
dan [s]. sebaliknya sebuah bunyi disebut lunak apabila terjadi karena
pernafasan lembut dan kendur, misalnya bunyi [d], [g], dan [z].
e. Bunyi Panjang dan Bunyi Pendek
Perbedaan kedua bunyi ini didasarkan pada lama dan tidaknya bunyi itu
diartikulasi. Baik bunyi vocal maupun konsonan dapat dibagi atas bunyi
panjang dan pendek.
f. Bunyi Tunggal dan Bunyi Rangkap
Perbedaan ini berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi yang tidak sama
sebagai satu kesatuan dalam silabel (suku kata). Bunyi rangkap vocal disebut
diftong dan bunyi vocal tunggal disebut monoftong.
g. Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring
Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan derajat kenyaringan (sonoritas) bunyi-
bunyi itu yang ditentukan besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi
itu diujarkan. Bunyi vocal pada umumnya mempunyai sonoritas yang lebih
tinggi dari konsonan.
h. Bunyi Egresif dan Bunyi Ingresif
Perbedaan kedua bunyi ini berdasarkan dari mana datangnya arus udara dalam
pembentukkan bunyi itu. Jika arus udara datang dari dalam, maka bunyi
tersebut disebut bunyi agresif, bila datangnya dari luar disebut bunyi ingresif.
6. Bunyi Vokal
Vocal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah
arus udara ke luar dari glottis tidak mendapatkan hambatan dari alat ucap,
melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah, baik vertical maupun horizontal dan
bentuk mulut. Bunyi-bunyi vocal diklasifikasi yaitu:
a. Tinggi rendahnya posisi lidah
b. Muju mundurnya lidah
c. Bentuk mulut
7. Bunyi Diftong
Konsep diftong berkaitan dengan dua buah vocal dan yang merupakan satu bunyi
dalam satu silabel. Namun posisi lidah ketika mengucap bergeser ke atas atau ke
bawah, karena itu dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu diftong naik, diftong
turun, dan diftong memusat.
8. Bunyi Konsonan
Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara setelah arus ujar
keluar dari glottis, lalu mendapatkan hambatan pada alat-alat ucap tertentu dalam
rongga mulut atau rongga hidung.
9. Unsur Suprasegmental
Unsur suprasegmental ini “bekerja” atau berlangsung sewaktu bunyi segmental
diproduksi. Unsur suprasegmental yang disebut ciri-ciri prosodi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Tekanan
b. Nada
c. Jeda
d. Durasi
10. Silabel atau Suku Kata
Suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam satuan arus ujaran. Satu silabel
biasanya melibatkan satu bunyi vocal, atau satu vocal dan satu konsonan atau
lebih. Silabel sebagai satuan ritmis terkecil mempunyai puncak kenyaringan
(sonoritas) yang biasa jatuh pada sebuah bunyi vocal. Kenyaringan yang menjadi
puncak silabel terjadi karena adanya ruang resonansi berupa rongga mulut, rongga
hidung, atau rongga-rongga lain di dalam kepala atau dada.

Anda mungkin juga menyukai