PENDAHULUAN
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fin yang berarti
‘bunyi’, dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai sebuah ilmu, fonologi Lzim
diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas,
membicarakan, dan menganalisi bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-
alat ucap manusia. Untuk jelasnya ikut uraian berikut.
Bila kita mendengar suara orang berbicara entah berpidato atau bercakap-
cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi-bunyi bahasa yang terus-menerus,
kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar
hentian sejenak dan hentian agak lama, kadang-kadang terdengar pula suara
panjang dan suara biasa, dan sebagainya. Secara kesuluruhan materi ini akan
membahas secara keseluruhan fonologi.
PEMBAHASAN
2.4 FONETIK
JENIS-JENIS FONETIK
Ada tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulator, fonetik akustik, dan
fonetik auditoris. Sewaktu bunyi itu berada dalam proses produksi dalam mulut
penutur, dia menjadi objek kajian fonetik artikulator atau fonetik organis. Sewaktu
bunyi bahasa itu berada atau sedang merambat diudara menuju telinga pendengar,
dia menjadi objek kajian fonetik akustik. Lalu, sewaktu bunyi bahasa itu sampai
atau berada di telinga pendengar, dia menjadi objek kajian fonetik auditoris.
1. Fonetik artikulator
Fonetik artikulator disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis
meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat
ucap manusia. Meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam
memproduksi bunyi bahasa itu dibuat; mengenai klasifikasi bunyi bahasa
yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan; mengenai silabel; dan
juga mengenai unsur-unsur atau ciri-ciri suprasegmental, seperti tekanan,
jeda, durasi, dan nada.
2. Fonetik akustik
Fonetik akustik, yang bunyi objeknya adalah bunyi bahasa ketika
merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta
frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan,
dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonasi, akustik
produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu.
3. Fonetik auditori
Fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu “diterima”
oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapa dipahami.
TRANSKRIPSI FONETIK
Jadi, untuk fonem vokal keempat digunakan huruf <e> yang dimodifikasi
dibalik menjadi< ə >. Contoh lain, bunyi <o> pada kata <toko> dan <tokoh>tidak
sama ; maka untuk bunyi <o> pada kata <toko> digunakan huruf <o>; sedangkan
untuk bunyi <o> pada kata <tokoh>digunakan huruf < > yaitu huruf <o> yang
bagian awalnya dibuang. Bunyi <e> pada kata <sate>,<kera>, dan <monyet>
adalah tidak sama; maka untuk bunyi [e] pada kata <sate> diguankan huruf
fonetik <e>; untuk bunyi [e] pada kata <kera> digunakan huruf fonetik < ə >,
pada kata <monyet> digunakan huruf [ɛ]. Dengan demikian ketiga kata itu secara
fonetik ditulis menjadi [sate], [k ə ra], dan [moñ ɛ t].
Kita lihat, pada dasarnya dalam kajian fonetik, satu huruf hanya digunakan
untuk satu bunyi ; atau satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf. Tidak ada
pengguna satu huruf untuk dua bunyi yang berbeda ; juga tidak ada pengguna dua
huruf yang berbeda untuk satu bunyi.
Dalam berbagai buku fonologi atau fonetik, dan berbagai kamus inggris
kita lihat berbagai macam tulisan fonetik. Setiap pakar memang dapat
membuatnya sendiri, untuk keperluan yang biasanya disesuaikan dengan keadaan
fonetik bahsa yang dikajinya.namun dalam kajian linguistik internasional dikenal
adanya abjad fonetik yaitu IPA. Yang mulai diperkenalkan pada tahun 1886 oleh
The International phonetic Assosiation; yang kemudian telah berkali-kali direvisi.
Revisi terakhir adalah pada tahun 1989.
Adanya usaha untuk membuat atau menyusun abjad fonetik oleh sejumlah
pakar antara lain, karena abjad IPA itu belum lengkap, belum dapat mencakup
untuk semua bunyi yang terdapat dalam berbahasa didunia ini, atau satu bahasa
tertentu. Namun, semuanya tetap bersandar pada alfabet Latin, yang dimodifikasi.
Untuk memahami bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi, kita harus tahu
nama alat ucap itu yang diambil dari bahasa latin.
Nama alat-alat ucap atau alat-alat yang terlibat dalam memproduksi bunyi
bahasa adalah sebagai berikut (dimulai dari dalam)
1. Paru-paru (Lung)
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk
terjadinya bunyi-bunyi bahasa. Namun, perlu duketahui juga bahwa bunyi-bunyi
bahasa dapat juga dihasilkan dengan arus udara yang datang dari luar mulut.
Kalau arus udara yang datang dari paru-paru disebut arus udara egresif, dan kalau
udara yang datang dari luar disebut arus udara ingresif.
Bila glotis dalam keadaan terbuka lebar, tidak ada bunyi bahasa yang
dihasilkan, selain desahan nafas. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar
akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis ndalam keadaan terbuka sedikit akan
terjadi bunyi suara. Lalu bila glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi
bunyi hamzah atau hambat global.proses pembunyian ini di bantu oleh epiglotis
(katup pangkal tenggorokan) yang bertugas membuka dan menutup jalan nafas ke
paru-paru dan jalan makanan dan minuman ke arah pencernaan.
Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara
pangkal tenggorokan dngan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi
sebgai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa
yang dihasilkan disebut bunyi faringal.
4. Langit-langit lunak (velum), anak tekak (uvula) dan pangkal lidah (dosum)
Velum atau langit-langit lunak dan bagian ujung yang disebut uvula dapat
naik turun untuk mengatur arus udara keluar masuk melalui rongga hidung atau
rongga mulut. Uvula akan merapat kedinding faring kalau arus udara keluar
melalui rongga mulut dan akan menjauh dari dinding faring kalau arus udara
keluar dari rongga hidung.
Bunyi yang dihasilkan udara keluar melalui rongga hidung disebut bunyi
nasal; dan kalau udara keluar dari rongga mulut disebut bunyi oral. Bunyi yang
dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai arti kulator
aktif disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata dor-sum dan velum.sedangkan
yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif dan
bibir bawah bisa menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi
bilabial, seperti bunyi [b] dan [p].
Bibir bawah bisa juga menjadi artikulator aktif, dengan gigi atas menjadi
artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental, dari
kata labium dan dentum.
9. Lidah (tongue)
Lidah terbagi atas empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks), daun (laminum),
punggung atau pakal lidah(dorsum), dan akar lidah (root).lidah dengan bagian-
bagian dalam pembentukan bunyi bahasa sdelalu menjadi artikulator aktif, yakni
artikulator yang bergerak. Sedangkan artikulator fasifnya adalah alat-alat ucap
yang terdapat pada rahang atas.
Posisi lidah kedepan, ketengah, atau kebelakang, dan keatas atau kebawah
menentukan jenis vokal yang dihasilkan.
Rongga mulut kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalam
pembentukan bunyi vokal. Kalau bentuk mulut membundar maka akan dihasilkan
bunyi vokalbundar atau bulat; kalau bentuk mulut tidak bundaratau melebar akan
dihasilkan bunyi vokal tidak bundar.
Secara umum sebuah bunyi yang dihasilkan di rongga mulut disebut bunyi oral,
sebagai lawan bunyi nasalyang di hasilkan dari rongga hidung.
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal.
bunyi nasal ini di hasilkan dengan cara menutup rapat-rapat arus udara dirongga
mulut, dan menyalurkan keluar melaui rongga hidung.yang ada dalam bahasa
indonesia adalah bunyi nasal bilabial [m], bunyi nasal apikeolveaolar [ή] bunyi
nasal laminopolata [ñ] dan bunyi nasal dosovelar [ή]
PROSES PEMBUNYIAN
Alat ucap atau alat bicara dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat
dibagi atas tiga komponen yaitu:
Komponen Subglotal
Komponen Laring
Komponan laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang
rawan berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Dalam laring
terdapat pita suara yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung.
Dalam rangka proses produksi bunyi, pada laring inilah awal terjadinya
bunyi bahasa tersebut.
Kompone n Supragotal
BUNYI VOKAL
Mengalami Pengenduran, penguatan, dan perpaduan vokal
Pengenduran Vokal
kata bahasa pergaulan remaja terlihat dengan jelas dari ciri fonologisnya
yang m engubah bunyi vokal dan pengubahan ini menurut teori fonologi generatif
termasuk dalam pengenduran atau pelemahan bunyi vokal. Berikut adal ah kata-
kata yang m engalami p e r u b a h a n k e a r a h p e n g e n d u r a n pelemahan
vokal.
vokal /a/ ([+sil., +ren[) dikendurkan menjadi [ə] jika berada sebelum konsonan
Kata ini juga terjadi pengenduran vokal dari /a/ menjadi [ ə ]. Atas proses
pengenduran vokal juga terdapat pada:
Penguatan vokal
Kata /cocok/ menjadi [cuco?] mengalami penguatan atau ketegangan vokal
karena bunyi [u] diucapkan lebih tegang daripada bunyi [o]. Penguatan vokal
tersebut dapat dikaidahkan sebagai berikut;
+sil. +sil.
Kaidah tersebut menyatakan bahwa vokal /o/ ([+ sil., +bel., +bul.])
mengalami ketegangan vokal menjadi /u/ (+sil., +bul.,
pengenduran menjadi:
berikut ini.
a) laki-laki lekong
b) banci bencong
c) dandan dendong
e) janda jendong
f) homo hemong
Data di atas menunjukkan bahwa vokal pada suku kata (silaba) pertama
semua kata mengalami perubahan menjadi /e/ ([+sil., -bel.,+tinggi]) kemudian
terjadi pelesapan pada akhir kata dan penambahan segmen /-ong/ pada akhir setiap
kata. Dalam fonologi generatif gejala tersebut di atas disebut pengenduran vokal
artinya vokal /a/ dengan ciri ([+bel., +ren., +teg]) akan berubah menjadi vokal /e/
sebagai vokal depan, tengah, tegang dan tidak bulat. Begitu juga vokal /o/ sebagai
vokal belakang, tengah, bulat dan tegang akan berubah juga menjadi vokal /e/ dan
pelesapan pada vokal akhir /o/. Secara umum pembentukan kata tersebut adalah /
banci/ mengalami perubahan vokal
Proses ini hampir mirip dengan proses persandian karena berpadunya dua
vokal menjadi bunyi vokal yang baru.
Dalam bahasa pergaulan remaja ada beberapa kata yang mengandung proses
perpaduan vokal. Contoh data sebagai
berikut.
/sampai/
/santai/
/pakai/
/ramai/
Bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia berubah menjadi bunyi [e] dalam
bahasa pergaulan remaja. Vokal ini secara fonetis direalisasikan sebagai vokal
depan, tengah, tegang, dan tidak bulat. Oleh karena gugus vokal telah
berkontraksi menjadi satu vokal, struktur silabel yang baru itu menjadi lebih
sederhana.
BUNYI DIFTONG
Konsep diftong berkaian dengan dua buah vokal dan yang merupakan satu
bunyi dalam satu silabel. Namun, posisi lidah ketika mengucapkan bergeser
keatas atau ke bawah. Karena itu dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu
diftong naik, diftong turun,dan diftong memusat. Yang ada dalam bahasa
indonesia tampaknya hanya diftong naik.
1 .Diftong naik, terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah
menjadi lebih tinggi daripada yang pertama
Contoh:
[ai] → <gulai>
[au] → <pulau>
[oi] → <sekoi>
2.Diftong turun, yakni yang terjadi bila vokal kedua diucapkan dengan posisi
lidah lebih rendah daripada yang pertama.Dalam bahasa jawa ada diftog turun
contohnya :
[ua] pada kata <muarem> ‘sangat puas’
<uanteng> ‘sagat tenang’
[uo] pada kata <luoro> ‘sangat sakit’
<duowo> ‘sangat panjang’
[uԑ] pada kata <uelek > ‘sangat jelek’
<uenteng> ‘sangat ringan’
[uα] pada kata <uempuk> ‘sangat empuk’
<luemu> ‘sangat gemuk’
3.Diftong memusat,yaitu apabila kedua vokal diacu oleh sebuah atau lebih
voal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih
rendah. Dalam bahasa inggris ada diftong [oα] seperti pada kata <more> dan
kata <floor> adalah [flo∂]; dan ucapan kata <there> adalah [dԑ∂].
BUNYI KONSONAN
Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar
keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu didalam
rongga mulut atau rongga hidung.Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan
berdasarkan tempat artikulasi,cara artikulasi , begetar tidaknya pita suara dan
strikur. Namun yang keempat strikur jarang diperhatikan.
1 . Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan,atau tempat
bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif.tempat artikulasi disebut
juga titik artikulasi . sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir
(bibir atas dan bibi bawah),sehingga tempar artikulasinya bilabial.
2 . Cara artikulasi, yaitu bagaimana tidakan atau perlakuan terhadap arus
udara yang baru keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu .
3 . Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian
itu turut bergetar atau tidak . Bila pita ssuara itu turut bergetar maka disebut
bunyi bersuara. Jika pita suara tidak turut bergetar, maka bunyi itu disebut
bunyi tak bersuara .
4 .Striktur, yaitu hubungan posisi antara artiikulator aktif dan artikulator pasif
. Umpamanya dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan
artikulator paif, mula-mula rapat lalu secara tiba-tiba dilepa . dalam
memproduksi bunyi [w] artikulator aktif dan artikulator pasif hubungannya
renggang dan melebar .
UNSUR SUPRASEGMENTAL
Arus ujar merupakan suau runtuhan bunyi yang sambungbersambung,terus-
menerus, diselang seling dengan jeda singkat atau agk singkat disertai dengan
keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi,panjang pendek bunyi,dan sebagainya.
Dalam arus ujar itu ada bunyi segmental yang tidak dapat disegmentasikan.
Unsur suprasegmental yang disebut juga ciri-ciri prosidi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1 . Tekanan
Tekanan atau stres menyangkut maslah keras lemahnya bunyi. Suatu bunyi
segmental yang diucapka dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan
amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras.sebaliknya,sebuah
bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat, sehingga
amplitudonya menyempit pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Dalam bahasa
indonesia tekanan tidak “berperan” pada tingkat fonemis melainkan pada tingkat
sintakis, karena dapat membedakan makna kalimat.
2 . Nada
Nada atau pitch berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu
bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan
disertai dengan nada yang tinggi.
a. Nada rendah,ditndai dengan angka 1
b. Nada sedang, ditandai dengan angka 2
c. Nada tinggi, ditandai dengan angka 3
Nada sangat tinggi,ditandai dengan angka 4
3 . Jeda atau Persendian
Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujaran.
Disebut jeda kerena adanya hentian itu, disebut persendian karena ditempat
perhentian itulah terjadinya persambungan antara dua segmen ujaran.
Sendi dalam(internal juncture) menunjukan batas antara satu silabel dengan
silabel yang lain. Biasanya diberi tanda +. Contoh :
[am+bil]
[lak+s+na]
[ke+le+la+war]
Sendi luar (open juncture) menunjukan batas yang lebih besar dari silabel.
a . jeda antarkata dalam frase ditandai dengan miring tunggal (/)
b . jeda antarfrae dalam klausa,ditandai dengan garis miring ganda (//)
c . jeda antarkalimat dalam wacana/pragraf, ditandai dengan garis silang ganda (#)
tekanan dan jeda sangat penting dalam bahasa indonesia karena dapat mengubah
makna kalimat. Contoh :
# buku // sejarah / baru #
# buku/ sejarah // baru #
4 . Durasi
Durasi bekaitan dengan masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu
bunyi diucapkan. Dalam bahasa indonesia durasi ini tidak berifat fonemis, tidak
dapat membedakan makna kata; tetapi dalam beberapa bahasa lain seperti bahasa
arab , unsur durasi bersifat fonemis.
1.1 .Simpulan