Anda di halaman 1dari 10

DASAR KEILMUAAN BAHASA INDONESIA

“PRAGMATIK”
Oleh kelompok 4 :
1. Aspin Haniyah (1805115105)
2. Ririn Novianti (1805115113)
3. Marethia Hanif (1805115125)
DAFTAR ISI
A. Pengertian Pragmatik
B. Bidang Kajian Pragmatik
C. Teori dan Prinsip Kesantunan dalam Pragmatik
PENGERTIAN PRAGMATIK
• Pragmatika adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan
antara konteks dan makna. Konteks yaitu unsur di luar bahasa yang dikaji
dalam pragmatik. Mempelajari ilmu ini bagaimana penyampaian makna
tidak hanya bergantung pada pengetahuan linguistik (tata bahasa,
leksikon, dll) dari pembicara dan pendengar, tetapi juga dari konteks
penuturan, pengetahuan tentang status para pihak yang terlibat dalam
pembicaraan, maksud tersirat dari pembicara.
KAJIAN PRAGMATIK

Sebagai suatu cabang ilmu bahasa, pragmatik memiliki 4 kajian atau


bidang telaahan tertentu, yaitu:
1. Deiksis
2. Praanggapan
3. Tindak Tutur
4. Implikatur
DEIKSIS
Dalam kajian pragmatik di kenal lima macam deiksis
1. Deiksis Orang ialah pemberian bentuk kepada personal atau orang, yang mencakup ketiga kelas kata
ganti diri, yaitu: kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua, dan kata ganti orang ketiga, baik bentuk
tunggal maupun bentuk jamak.
2. Deiksis Tempat ialah pemberian bentuk. Kepada lokasi atau ruang yang merupakan tempat dalam
peristiwa berbahasa itu.
3. Deiksis Waktu ialah pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu dipandang dari waktu atau saat
suatu ungkapan dibuat
4. Deiksis Wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan
atau yang sedang dikembangkan. Deiksis wacana ditunjukkan oleh anafora dan katafora.
5. Deiksis Sosial adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan
lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu.
PRAANGGAPAN

• Praanggapan adalah apa yang digunakan penutur


sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan.
Asumsi tersebut ditentukan batas-batasannya
berdasarkan anggapan-anggapan pembicara
mengenai apa yang kemungkinan akan diterima oleh
lawan bicara tanpa tantangan.
TINDAK TUTUR
Tindak tutur lokusi Tindak tutur ilokusi Tindak tutur perlokusi

tindak mengucapkan sesuatu tindak tutur yang mengandung tindak tutur yang pengujarannya
dengan kata dan kalimat sesuai maksud; berkaitan dengan siapa dimaksudkan untuk
dengan makna di dalam kamus bertutur kepada siapa, kapan, dan mempengaruhi mitra tutur. Tindak
dan menurut kaidah sintaksisnya. di mana tindak tutur itu tutur perlokusi memiliki akibat
dilakukan,dan lain sebagainya. tuturan (hal yg dilakukan
Tindak tutur ilokusi berkaitan pendengar akibat ilokusi). Tindak
dengan beberapa fungsi dalam tutur perlokusi terjadi bila lawan
pikiran pembicara. tutur melakukan sesuatu setelah
adanya lokusi dan ilokusi.
IMPLIKATUR
IMPLIKATUR MENGACU KEPADA JENIS “KESEPAKATAN BERSAMA” ANTARA PENUTUR DAN
LAWAN TUTURNYA, KESEPAKATAN DALAM PEMAHAMAN, BAHWA YANG DIBICARAKAN
HARUS SALING BERHUBUNGAN. HUBUNGAN ATAU KETERKAITAN ITU SENDIRI TIDAK
TERDAPAT PADA MASING-MASING UJARAN.

Implikatur konvensional Implikatur nonkonvensional atau implikatur


percakapaan

• implikatur yang diperoleh langsung dari makna • implikasi pragmatik yang tersirat di dalam suatu
kata, bukan dari prinsip percakapan. Tuturan berikut percakapan. Di dalam komunikasi, tuturan selalu
ini mengandung implikatur konvensional. menyajikan suatu fungsi pragmatik dan di dalam
tuturan percakapan itulah terimplikasi suatu maksud
atau tersirat fungsi pragmatik lain yang dinamakan
implikatur percakapan.
TEORI DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM PRAGMATIK
1. PRINSIP KESANTUNAN LAKOFF 2. Prinsip Kesantunan Brown dan
(1972) Levision (1978) 3. Prinsip Kesantuan Leech (1983)

• Kaidah Formalitas Kaidah ini berarti ‘jangan • Prinsip kesantunan Brown dan • Prinsip kesantunan Leech
memaksa atau jangan angkuh’. Yang artinya bahwa
sebuah tuturan yang memaksa dan angkuh dianggap
kuarng santun, dan begitu juga sebaliknya, jika sebuah Levinson ini berkisar pada nosi didasarkan pada kaidah-kaidah.
tuturan dirasa tidak angkuh dan tidak memaksa maka
tuturan tersebut dianggap santun. muka, yaitu muka positif dan Kaidah-kaidah itu adalah bidal-
• Kaidah Ketidaktegasan Kaidah ini berisi muka negatif. Muka positif bidal atau pepatah yang berisi
saran bahwa penutur supaya bertutur sedemikian rupa
sehingga mitra tuturnya dapat menentukan pilihan. Hal adalah muka yang mengacu nasehat yang harus dipatuhi
ini berarti sebuah tuturan dianggap santun apabila
memberikan pilihan kepada mitra tuturnya, dan juga
sebaliknya jika sebuah tuturan tidak memberikan pilihan
pada citra diri orang yang agar tuturan penutur
kepada mitra tuturnya maka tuturan itu dianggap tidak
santun.
berkeinginan agar apa yang memenuhi prinsip kesantunan
• Kaidah Persamaan atau
dilakukannya, apa yang
Kesekawanan Kaidah ini berisi bahwa dimilikinya, atau apa yang
hendaknya penutur bertindak seolah-olah mitra tuturnya
itu sama atau, dengan kata lain buatlah mitra tutur merupakan nilai-nilai yang
merasa senang. Hal ini berarti sebuah tuturan dianggap
santun apabila tuturan sang penutur membuat senang
mitra tuturnya, dan juga sebaliknya jika tuturan sang
diyakininya, diakui orang
penutur membuat tidak senang mitra tuturnya maka
tuturan tersebut dianggap tidak santun
sebagai suatu hal yang baik,
menyenangkan, patut dihargai
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai