Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DASAR KEILMUAN BAHASA INDONESIA SD


“SINTAKSIS”

Dosen Pembimbing:
Hety Diana Septika, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2:


 Afifa Maulida Salsabilla 1805115118
 Sabillah Nur Ramadania 1805115099
 Sianturi Nia Merry Debora 1805115115
 Dahlia 1805115094

Universitas Mulawarman
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sintaksis”
dengan baim meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih
pada Ibu Hety Diana Septika,S.Pd, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Dasar Keilmuan Bahasa
Indonesia SD yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 9 Oktober 2018

Penyususun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
BAB II Isi
BAB III Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ilmu bahasa mengalami perkembangan terus-menerus sesuai
denganperkembangan fenomena berbahasa masyarakat. Perkembangan
ini membawa konsekuensi bagi perubahan paradigma dalam memandang
hakikat bahasa. Berbedanya cara pandang melihat bahasa mengakibatkan
berbedanya cara mengkaji bahasa, memperlakukan bahasa, dan
membelajarkan bahasa. Dengan demikian, cara pandang yang berbeda
terhadap hakikat bahasaberimplikasi pada perbedaan desain pengajaran
bahasa termasuk materi ajar bahasa.
Dalam ilmu bahasa atau linguistik terdapat beberapa cabang ilmu
seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan analisis
wacana. Semua cabang ilmu yang ada dalam ilmu bahasa, mempunyai
peranan dan fungsi masing-masing. Mempelajarinya pun juga harus
bertahap mulai dari fonologi yang merupakan tataran linguistik yang
mempelajari satuan-satuan gramatikal didalam kata yaitu morfem dan
kata, kemudian sintaksis mempelajari satuan-satuan gramatikal diatas
tataran kata, meliputi frase, klausa, dan kalimat, dsb.
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang
memfokuskan kajian tentang kalimat.Sintaksis sering juga disebut
sebagai ilmu tata kalimat.ilmu yang lebih memfokuskan kajiannya pada
kata,kelompok kata(frasa),klosa,dan kajian yang berkaitan dengan jenis-
jenis kalimat.jenis-jenis kalimat tersebut,meliputi kalimat tunggal,kalimat
majemuk,kalimat aktif,kalimat pasif,kalimat trasitik,kalimat instransitif.
Sebelum melakukan kajian tentang apa itu sintaksis secara lebih
luas,perlu dipahami dahulu tentang definisi dari kata sintaksis itu
sendiri.ada beberapa pendapat atau pandangan yang telah dikemukakan
para ahli berkaitan dengan definisi kata sintaksis tersebut. Verhaar
(1993:70) mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata sintaksis berasal
dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan kata tattein
yang berarti menempatkan. Maka kata suntattein berarti menempatkan
kata atau ilmu tentang penempatan kata atau ilmu tata kalimat. Dengan
demikian, secara etimologi, kata sintaksis berarti dengan menempatkan.
Sementara Pateda (1988:85) mengatakan bahwa kata sintaksis diserap
dari bahasa Belanda, yaitu dari kata syntaksis (Inggris: syntax). Namun
secara lebih luas, kata sintaksis dalam ilmu bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai ilmu tentang seni merangkai kalimat sesuai
kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar. Berdasarkan uraian diatas,
maka kami akan menjelaskan tentang struktur, satuan, fungsi, dan peran
dari sintaksis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja struktur dari sintastik?
2. Apa saja satuan sintaksis?
3. Fungsi dan peranan sintaksis

C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui apa itu sintaksis
2. Dapat mengetahui satuan-satuan sintaksis
3. Dapat memahami apa saja fungsi dan peranan sintaksis
BAB II
ISI
A. Alat Sintaksis
Terdapat sejumlah alat sintaksis yang mengatur unsur-unsur bahasa
sehingga terbentuk satuan bahasa yang disebut kalimat.
Alat-alat sintaksis itu adalah urutan, bentuk kata, intonasi, dan partikel
atau kata tugas.
1. Urutan Kata
Yang dimaksud dengan urutan kata atdalah letak atau posisi kata yang
satu dengan kata yang lain dalam satu konstruksi sintaksis. Dalam
bahasa pada umumnya peranan urutan sangat penting, karena ikut
menentukan makna gramatikal. Untuk memperjelas keterangan ini
dapat dicermati contoh kontras berikut dalam bahasa indonesia.

 Jam tiga dengan tiga jam

Kalimat diatas dapat menimbulkan perbedaan makna karena


penempatan urutan yang berbeda. Jam tiga menyatakan saat waktu,
sedangkan tiga jam menyatakan masa waktu yang lamanya 3 x 60
menit, alias 180 menit.

 Lagi makan dengan makan lagi

Urutan kalimat tersebut juga memiliki makna yang berbeda. Urutan


lagi makan menyatakan ‘proses makan sedang berlangsung’
sedangkan urutan makan lagi ‘proses makannya berulang lagi’.

Bagaimana perbedaan klausa nenek melirik kakek dan kakek melirik


nenek, di mana posisi kata kakek dan nenek dipertukarkan?
Perbedaaannya adalah pada kalimat pertama nenek menjadi pelaku
perbuatan, dan kakek menjadi sasaran perbuatan. Padahal pada kalimat
kedua, kakek menjadi pelaku perbuatan, dan nenek menjadi sasaran
perbutan. Perbedaan makna antara klausa nenek melirik kakek dan
kakek melirik nenek yang disebabkan oleh bertukarnya posisi kata
nenek dan kakek adalah karena berubahnya fungsi kata nenek dari S
menjadi O, dan kata kakek dari fungsi O menjadi fungsi S. Dalam
klausa berpredikat aktif transitif S berperan sebagai ‘pelaku’ dan O
berperan sebagai sasaran. Jadi, pada dasarnya nenek dan kakek
bertukar peran kalau posisinya atau urutannya dipertukarkan.
Nenek melirik kakek tadi pagi
S P O Ket.
Tadi pagi nenek melirik kakek
Ket. S P O

2. Bentuk Kata
Bentuk kata sebagai alat sintaksis biasanya diperlihatkan oleh afiks
(imbuhan). Afiks-afiks itu memperlihatkan magna gramatikal yang
sangat beragam tergantung pada bahasa nya. Makna gramatikal itu
antara lain jumlah, orang, jenis, kala, aspek, modus, pasif, diatesis,
dan sebagainya. Perhatikan pasangan berikut ini:

*Roti makan ibu


Roti dimakan ibu

Pada kontruksi *Roti makan ibu menunjukan bahwa konstruksi


tersebut tidak gramatikal, atau tidak dapat diterima oleh penutur
bahasa Indonesia. Adanya bentuk kata makan menyebabkan kontruksi
itu tak dapat diterima. Baru setelah bentuk kata makan dibubuhi refiks
di- menjadi dimakan, maka kontruksi diatas berterima. Hal ini
memunjukkan bahwa bentuk kalimat menentukan apakah kontruksi
tersebut berwujud kalimat atau bukan.
3. Intonasi
Dalam tulisan, intonasi secara kurang sempurna dinyatakan oleh
pemakaian huruf dan tanda baca. Dalam bahasa Indonesia misalnya,
batas antara pokok dan sebutan ditunjukkan oleh intonasi. Disamping
itu intonasi dipakai juga untuk menjelaskan amanat yang hendak
disampaikan. Hal ini biasanya meniadakan kesalahpahaman oleh
karena adanya tafsir ganda. Misalnya, laki-laki/dan perempuan muda
(yang muda perempuan) atau laki-laki dan pempuan/muda (keduanya
muda).
4. Partikel atau Kata Tugas
Partikel atau kata tugas sebagai salah satu alat sintaksis mempunyai
ciri-ciri yang membedakannya dengan kategori kata yang lain. Ciri-
ciri itu antara lain jumlahnya terbatas, keanggotaannya boleh
dikatakan tertutup, kebanyakan tidak mengalami proses morfologis,
biasanya memiliki makna gramatikal dan bukan leksikal, dan terdapat
dalam sebuah wacana. Jika ada konstruksi:
Dia ... Bandung

Maka isian konstruksi itu yang paling dapat diterima adalah dari,
ke, dan di, sehingga konstruksi selengkapnya adalah sebagai berikut:

Dia dari Bandung


Dia ke Bandung
Dia di Bandung

B. Satuan Sintaksis
Secara herarlkial dibedakan adanya 5 wacana satuan sintaksis yaitu kata,
frase, klausa, kalimat,dan wacana.

Wacana
Kalimat
Klausa
Frase
Kata

Secara herarkial, maksudnya, kata merupakan satuan terkecil yang


membentuk frase. Lalu, frase membentuk klausa; klausa membentuk
kalimat; kalimat membentuk wacana. Jadi, kalau kata merupakan satuan
terkecil, maka wacana merupakan satuan terbesar.
1. Kata
Secara gramatikal kata mempunyai dua status.sebagai satuan
terbesar dalam tataran morfologi,dan sebagai satuan terkecil dalam
tataran sintaksis.

Sebagai satuan terkecil dakam sintaksis kata,khususnya yang


termasuk kelas terbuka (nomina,verba, dan ajektifa) dapat mengisi
fungsi-fungsi sintaksi.Simak bagan berikut:
S P O Ket
Nenek melirik Kakek kemarin
Sedangkan kata-kata dari kelas tertutup (numeralia, preposisi,
konjungsi dan pada klausa berikut :

Seekor anjing dan seekor kucing berkelahi di dapur


S P Ket

Yang agak berbeda adalah kata dari kelas tertutup yang termasuk
adverbia. Ada adverbia yang bisa menduduki fungsi Ket.: ada juga
yang menjadi bagian dari frase lain. Simak klausa berikut:

Barangkali dia sakit keras


Ket. S P
Pada klausa kata barangkali adalah adverbia yang mengisi fungsi
Ket.;

Kata-kata yang dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam


sebuah klausa atau kalimat dapat pula menjadi konstituen dalam
kalimat minor seperti dalam kalimat jawaban singkat atau kalimat
perintah singkat. Misalnya :
a. Nenek’ (sebagai kalimat jawaban atas pertanyaan: Siapa yang
sedang membaca komik itu?)
b. Komik’ (sebagai kalimat jawaban atas pertanyaan: Apa yang
dibaca nenek dikamar?)
c. Pinggir’(sebagai kalimat perintah dari seorang penumpang bus
umum kepada sopir)

Selain kata dari kategori verba, nomina, dan ajektifa, kata dari
kategori numeralia, pronomina, persona, dan adverbia juga dapat berdiri sendiri
dalam kalimat minor; tetapi kata dari kategori preposisi dan konjungsi tidak
dapat.

2. Frase
Frase dibentuk dari dua buah kata atau lebih;dan mengisi salah
satu fungsi sintaksis. Simak bagan berikut :

S P O Ket
Adik saya suka makan kacang goreng di kamar
Semua fungsi klausa di atas diisi oleh sebuah frase: fungsi S
diisi oleh prase adik saya, fungsi P diisi oleh frase suka suka
makan, fungsi O oleh frase kacang goreng, dan fungsi Ket. Diisi
oleh frase di kamar.
Sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frase-frase juga
mempunyai kategori. Maka kita mengenal adanya frase nominal,
seperti adik saya, sebuah meja, rumah batu, dan rumah makan,
yang mengisi fungsi S atau fungsi O. Adanya frase verbal, seperti
suka makan, suka mandi, makan minum, tidak mau datang, dan
belum menerima, yang mengisi fungsi P. Adanya frase ajektifal,
seperti sangat indah, bagus sekali, merah muda, sangat senang
sekali, dan merah jambu yang mengisi fungsi P. Adanya frase
preposisional seperti dipasar, ke Surabaya, dari gula dan ketan,
kepada polisi, dan pada tahun 2007, yang mengisi fungsi Ket.
Sebagai pengisi fungsi-fungsi sintaksis frase juga
mempunyai kategori, yaitu kategori nominal pengisi fungsi S atau
fungsi O, kategori verbal pengisi fungsi P, kategori ajektifal
pengisi Fungsi P dan kategori preposisional pengisi fungsi Ket.
Disamping itu dikenal juga adanya frase numeral dan frase
adverbial. Frase adverbial adalah frase yang kelompok kata di
dalamnya dibentuk dengan keterangan kata sifat. Contohnya:
1. sangat baik (kata baik adalah intinya dan kata sangat
merupakan pewatasan).
2. Agak besar
3. Kurang besar
4. Hampir baik
5. Lebih pandai
6. Agak kuat
7. Dengan heran
Frase numeral adalah frase yang kelompok kata di dalamnya
dibentuk dengan kata bilangan. Contohnya:
1. Satu lusin
2. Lima puluh ekor sapi
3. Dua atau tiga kerbau

Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal


adanya frase koordinatif dan frase subordinatif. Frase koordinatif
adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya sederajat. Misalnya
frase nominal koordinatif adalah ayah ibu, kampung halaman,
ayam itik, utang piutang, dan sawah ladang. Frase verbal
koordinatif, contohnya makan minum, jual beli, pulang pergi, hilir
mudik, dan belajar mengajar. Frase ajektifal koordinatif contohnya
kuat sehat, jauh dekat, baik buruk, tua muda, dan besar kecil.
Sedangkan frase subordinatif adalah frase yang kedudukan kedua
unsurnya tidak sederajat, unsur yang satu berstatus sebagai atasan
dan yang lain sebagai bawahan. Contoh frase subordinatif yang
berupa frase nominal adalah sebuah mobil, mobil dinas, bukan
mobil, sate ayam, dan sate madura; yang berupa fase verbal adalah
tidak mandi, sedang mandi, mandi pagi, belum makan, dan makan
tangan; dan yang berupa frase ajektifal adalah merah muda, jauh
sekali, sangat jauh, hijau daun, dan tidak senang.

Dilihat dari keutuhannya sebagai frase dikenal


dengan adanya frase eksosentrik dan frase endosentrik. Yang
dimaksud dengan frase eksosentrik adalah frase yang hubungan
kedua unsurnya sangat erat, sehingga kedua unsurnya tidak bisa
dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Misalnya frase di
pasar, dari Medan, atau Sang Saka.
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu
unsurnya dapat menggantikan kedudukan seluruhnya. Atau, bila
salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi
fungsi sintaksis masih bisa diterima. Misalnya frase mobil dinas,
sate kambing, dan ayam jantan.

3. Klausa
Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di
atas satuan frase dan dibawah satuan kalimat, berupa runtutan kata-
kata berkonstruksi predikatif. Artinya, didalam konstruksi itu ada
komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat;
dan yang lain berfungsi sebagai subjek , sebagai objek, dan
sebagainya. Selain fungsi subjek yang harus ada dalam konstruksi
klausa itu, fungsi subjek boleh dikatakan wajib ada, sedangkan
yang lain bersifat tidak wajib.
Klausa kita bandingkan kontruksi kamar mandi dan
nenek mandi, maka dapat dikatakan kontruksi kamar mandi
bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dengan
komponen mandi tidaklah bersifat predikatif. Sebaliknya kontruksi
nenek mandi adalah sebuah klausa karena hubungan komponen
nenek dan komponen mandi bersifat predikatif. Nenek adalah
pengisi fungsi subjek dan mandi pengisi fungsi predikat.
Klausa, karena memiliki fungsi S dan fungsi O, serta
fungsi-fungsi lain berpotensi menjadi sebuah kalimat tunggal
lengkap apabila kepadanya diberikan intonasi final atau intonasi
kalimat. Kata dan frase juga mempunyai potensi menjadi kalimat
apabila kepadanya diberi notasi final. Namun, kata dan frase hanya
bisa menjadi kalimat minor (kalimat tidak lengkap), sedangkan
klausa menjadi sebuah kalimat mayor (kalimat lengkap).
Klausa dapat dibedakan berdasarkan kategori dan tipe
kategori yang menjadi predikatnya. Maka kita dapat menyebut
adanya:
a. Klausa Nominal, yakni klausa yang predikatnya berkategori
nomina, contohnya:
Kakeknya orang Batak
S P
Ibunya kepala SD di Bekasi
S P Ket.
b. Klausa Verbal, yakni klausa yang predikatnya berkategori
verba. Lalu, karena secara grmatikal dikenal adanya beberapa
tipe verba maka dikenal adanya:
- Klausa verbal transitif, yakni yang predikatnya berupa verba
transitif, seperti:
Nenek membaca komik
S P O
Kakek menulis surat
S P O
- Klausa verbal intransitif, yakni klausa yang predikatnya
berupa verba intransitif, misalnya:
Anak-anak berlari
S P
Kapal itu tenggelam
S P
- Klausa Ajektifal, yakni klausa yang predikatnya berkategori
ajektifa. Misalnya:
Nenekku masih cantik
S P
Warnanya biru kehitam-hitaman
S P
- Klausa Preposisional, yakni klausa yang predikatnya
berkategori preposisi. Misalnya:
(1) Nenek ke Medan
S P
Kakek dari pasar
S P
- Klausa Numeral, yakni klausa yang predikatnya berkategori
numeralia. Misalnya:
(2)Simpanannya lima juta
S P
Kucingnya dua ekor
S P
Catatan:
a. Klausa preposisional dan klausa numeral lazim
digunakan dalam bahasa ragam nonformal. Dalam ragam
formal seperti contoh (1) dan (2) menjadi:
Nenek pergi ke Medan
S P Ket
Simpanannya ada lima juta
S P Ket
b. Bila dilihat dari kedudukannya didalam kalimat dapat
dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Yang
dimaksud klausa bebas adalah klausa yang mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat bebas, seperti pada
contoh-contoh diatas. Kemuadian, yang dimaksud dengan
klausa terikat adalah klausa yang tidak mempunyai
potensi menjadi kalimat bebas. Klausa terikat biasanya
diawali dengan konjungsi subordinatif.
4. Kalimat
a. Pengertian kalimat
Satuan bahasa yang menjadi inti dalam pembicaraan
sintaksis adalah kalimat yang merupakan satuan di atas klausa
dan di bawah wacana. Persoalan kita, apakah kalimat itu?
Banyak definisi tentang kalimat telat dibuat orang, tapi dalam
buku ini diikuti definisi bahwa kalimat adalah satuan sintaksis
yang disusun dari konstituen dasar, yang biasa nya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta
disertai dengan intonasi final.
Intonasi final yang merupakan syarat penting dalam
pembentukan sebuah kalimat dapat berupa intonasi deklaratif
(yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda titik), intonasi
interogatif(yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda tanya),
intonasi imperatif(yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda
seru), dan intonasi interjektif (yang dalam bahasa ragam tulis
diberi tanda seru). Tanpa intonasi final ini sebuah klausa tidak
akan menjadi sebuah kalimat.
Konjungsi dalam kalimat berklausa ganda, meskipun
dikatakan boleh ada bila diperlukan tetapi sebaiknya digunakan
untuk menghindari kesalahpahaman, terutama dalam bahasa
ragam tulis .
Berdasarkan keterangan diatas, maka contoh-contoh
berikut adalah kalimat yang baik dalam bahasa indonesia:
(1)Nenek membaca komik di kamar.
(2)Nenek membaca komik di kamar, sedangkan kakek
membaca koran dikebun.
(3)Ketika nenek mandi, kakek merokok di kamar, dan kakak
masak di dapur.
(4)Nenek saya! (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat
tanya: Siapa yang duduk di sana)
(5)Komik!(sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat tanya:
Buku apa yang dibaca nenek)
Konstituen dasar kalimat (1) adalah sebuah klausa;konstituen
dasar kalimat (2) adalah dua buah klausa;konstituen dasar
kalimat(3) adalah tiga buah klausa; konstituen dasar kalimat
(4) adalah sebuah frase;dan konstituen dasar kalimat(5) adalah
sebuah kata. Masing-masing kalimat diberi intonasi final
deklaratif.
b. Jenis kalimat
Banyak nama diberikan orang terhadap adanya jenis
atau macam kalimat diikuti penamaan berdasarkan kriteria:
a. Berdasrkan kategori klausanya dibedakan adanya
(1) Kalimat verbal, yakni kalimat yang predikatnya berupa
verba atau frase verbal.
(2) Kalimat ajektifal, yakni kalimat yang predikatnya berupa
ajektifa atau frase ajektifal
(3) Kalimat nominal, yakni kalimat yang predikatnya berupa
nomina atau frase nominal.
(4) Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikat nya
berupa frase preposisional.
(5) Kalimat numeral, yakni kalimat yang predikat nya berupa
numeralia atau frase numeral. Perlu dicatat kalimat jenis
ini hanya digunakan dalam bahasa ragam nonformal.
(6) Kalimat adverbial, yakni kalimat yang predikatnya
berupa adverbia atau frase adverbial.
b. Berdasrkan jumlah klausanya dibedakan adanya:
(1) Kalimat sederhana, yakni kalimat yang dibangun oleh
sebuah klausa.
(2) Kalimat “bersisipan”, yakni kalimat yang pada salah satu
fungsinya “disisipkan” sebuah klausa sebagai penjelas
atau keterangan.
(3) Kalimat majemuk rapatan, yakni sebuah kalimat
majemuk yang terdiri dari dua klausa atau lebih di mana
ada fungsi-fungsi klausanya yang dirapatkan karena
merupakan substansi yang sama
(4) Kalimat majemuk setara, yakin kalimat yang terdiri dari
dua klausa atau lebih dan memiliki kedudukan yang
setara.
(5) Kalimat majemuk bertingkat, yakni kalimat yang terdiri
dari dua buah klausa yang kedudukannya tidak setara.
(6) Kalimat majemuk kompels, yakni kalimat yang terdiri
dari tiga klausa atau lebih yang didalam nya terdapat
hubungan koordinatif (setera) dan juga hubungan
subordinatif (bertingkat).
c. Berdasarkan modusnya dibedakan adanya
(1) Kalimat berita, (deklaratif), yakni kalimat yang berisi
pernyataan belaka.
(2) Kalimat tanya (interogatif), yakni kalimat yang berisi
pertanyaan, yang perlu diberi jawaban.
(3) Kalimat perintah (imperatif), yakni kalimat yang berisi
perintah dan perlu diberi reaksi berupa tindakan.
(4) Kalimat seruan (interjektif), yakni kalimat yang
menyatakan ungkapan perasaan.
(5) Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang
menyatakan harapan atau keinginan.

5. Wacana
Sebagai satuan tertinggi dalam hierarki sintaksis wacana
mempunyai “pengertian” yang lengkap atau utuh, dibangun oleh
kalimat atau kalimt-kalimat. Artinya, sebuah wacana mungkin
hanya terdiri dari sebuah kalimat, mungkin juga terdiri dari
sejumlah kalimat.
Dalam pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-
kalimat itu dipadukan oleh alat-alat pemaduan, yang dapat berupa
unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik. Contoh:
Sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk(1).jangankan
ikannya, telurnya pun sulit diperoleh(2). Kalaupun bisa diperoleh,
harganya melambung selangit(3). Makanya, ada kecemasan
masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk itu akan punah(4).
Kepaduan kalimat (1) dan kalimat (2) dilakukan dengan
penggunaan pronomina nya pada kalimat (2) yang mengacu pada
kata terubuk pada kalimat (1). Kepaduan kalimat (2) dan kalimat
(3) dilakukan dengan penggunaan konjungsi kalaupun dan
pronomina nya pada kalimat (3). Lalu, kepaduan kalimat (4)
dengan kalimat-kalimat sebelumnya dilakukan dengan penggunaan
konjungsi makanya yang menyatakan “kesimpulan” untuk kalimat-
kalimat sebelumnya. Keempat kalimat itu hanya mengacu pada
satu pokok gagasan yaitu mengenai terubuk. Bandingkan dengan
teks berikut yang setiap kalimatnya memiliki pokok masing-
masing yang berbeda sehingga teks tersebut bukan merupakan satu
wacana atau bisa disebut juga paragraf yang tidak apik. Contoh:
Lulusan IKIP dan FKIP dimaksudkan untuk menjadi guru di SLP
atau SLA diseluruh Indonesia(1). Indonesia adalah negara
kepulauan; ada pulau yang besar dan adapula pulau yang kecil(2).
Setiap pulau dihuni oleh suku bangsa yang berbeda, adat istiadat
dan bahasa daerahnya(3). Eksistensi bahasa daerah dijamin
dalam Undang-Undang Dasar 1945(4).
Topik pada kalimat (1) adalah mengenai lulusan FKIP dan IKIP.
Kalimat (2) mengenai Indonesia sebagai negara kepulauan.
Kalimat (3) mengenai penghuni setiap pulau. Sedangkan kalimat
(4) mengenai eksistensi bahasa daerah. Jadi, keempat kalimat di
atas bukan merupakan wacana atau paragraf yang benar, karena
tidak merupakan satu kesatuan.

C. Fungsi dan Peranan Sintaksis


Posisi-posisi satuan sintaksis yang juga disebut gastra,
merujuk kepada fungsi gramatikal. Fungsi gramatikal menjadi wadah
bagi setiap satuan sintaksis serta bagi makna situasional satuan sintaksis
itu.
Secara umum terdapat 4 fungsi sintaksis yaitu S (subyek), P
(predikat), O (obyek), dan K (keterangan).
Contoh: Adik / membeli / roti / di warung
S P O K

Secara lengkap menggambarkan fungsi-fungsi sintaksis, seperti dalam


diagram berikut ini, yaitu kalimat d;
ibagi atas subyek dan predikat. Predikat dibagi atas obyek dan
keterangan, keterangan dibagi atas keterangan waktu, keterangan tempat,
dst. Diagramnya sebagai berikut:
Kalimat

Subjek Predikat

Objek Keterangan

Ket. Tempat Ket. Waktu dst.

PERAN SINTAKSIS
Dalam pembentukan suatu kontruksi, misalnya kalimat, tiap unsur
memiliki andil dalam membentuk makna secara keselurahan. Dengan
kata lain konstituen itu memiliki peran gramatikal masing-masing.
Jenis peran itu ada banyak. Beberapa di antaranya antara lain pelaku
(agentif), tujuan (obyektif), penerima (benefaktif), penyebab
(kuasatif), alat (insrumental),waktu (temporal), tempat (lokatif),
tindakan(aktif), sandangan (pasif), dan pemilikan (posesif).
Berikut ini berupa contoh peran
Adik mencari Ibu
(pelaku) (tindakan) (tujuan)
Ibu dicari adik
(tujuan) (sandangan) (pelaku)
Adik membelikan ibu jarum
(pelaku) (tindakan) (penerima) (tujuan)

BAB III
Kesimpulan
Alat sintaksis merupakan bagian dari kemampuan mental penutur untuk dapat
menentukan apakah urutan kata, bentuk kata, dan unsur lain yang terdapat
dalam ujuran itu membentuk kalimat atau tidak, atau kalimat yang didengar atau
dibacanya dapat diterima atau tidak.
Terdapat sejumlah alat sintaksis yang mengatur unsur-unsur bahasa sehingga
terbentuk satuan bahasa yang disebut kalimat. Alat-alat sintaksis itu adalah
urutan,bentuk kata, intonasi, dan partikel atau kata tugas. Dalam bahasa pada
umumnya peranan urutan sangat penting, karena ikut menentukan makna
gramatikal.
Bentuk kata sebagai alat sintaksis bisanya diperlihatkan oleh afiks (imbuhan).
Afiks-afiks itu memperlihatkan makna gramatikal itu antara lain jumlah, orang,
jenis, kata, aspek, modus, pasif, dan diatesis.
Secara umum terdapat empat fungsi sintaksis yaitu S (subyek), P (predikat), O
(obyek), dan K (keterangan), jenis peran banyak. Beberapa di antaranya anatara
lain pelaku (agnentif), tujuan (obyektif), penerima (benefaktif) penyebab
(kausatif), alat (instrumental), waktu (temporal), tempat (lokatif), tindakan
(aktif), sandangan (pasif), dan pemilikan (posesif).
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai