SINTAKSIS
Dibuat untuk memenui salah satu mata kuliah Konsep Dasar Bahasa
Indonesia SD dan Lab, Dengan Dosen/Asisten
Arifin Ahmad,S PD,M,PD.
OLEH :
KELOMPOK 3
1. SITRI 195060003
2. Lutfiah Ainun 195060015
3. Nuni Azhara 195060019
4. Yuan 195060038
KELAS 2A
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3)
menjelaskan bahwa analisis sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan
kata-kata itu dalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan
sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa (Ramlan, 2001: 1). Verhaar (2004:
161) sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam
tuturan. Tuturan adalah apa yang dituturkan orang. Salah satu tuturan adalah
kalimat. Kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki
intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan itu. Sebuah kalimat tersebut dapat
terbentuk dari kata, frasa, dan klausa. Dalam kaitan dengan kaidah sintaksis ini,
peneliti menganalisis pemakaian bentuk frasa dalam wacana yang terdapat di
dalam buku teks.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas kami merumuskan beberapa masalah yaitu diantaranya;
1. Apa pengertian sintaksis?
2. Apa fungsi,kategori,dan peran sintaksis?
3. Apa yang dimaksud dengan frase?
4. Apa yang dimaksud dengan klausa?
5. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan adalah:
1. Mengetahui pengertian sinaksis
2. Mengetahui fungsi,kategori,dan peran sintaksis
3. Mengetahui apa dimaksud dengan frase
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan klausa
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat
BAB II
PEMBAHASAN
C. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek,predikat,objek atau
pelengkap. Keterangan sering disebut luar inti klausa karena sifatnya fleksibel, yakni bisa di
awal,di tengah,atau di akhir.
Keterangan biasanya berupa frase nomina,preposisi,dan konjungsi. Dalam bahasa
Indoesia dikenal beberapa jenis keterangan,yakni sebagai berikut:
1) Keterangan tempat
Contoh : Aku tidur di kamarnya.
2) Keterangan waktu
Contoh : Bapak pergi ke Jakarta kemarin.
3) Keterangan syarat
Contoh : Kami akan datang bila diundang.
4) Keterangan tujuan
Contoh : Aril mandi agar sehat.
5) Keterangan alat
Contoh : Ia menulis dengan pensil.
6) Keterangan pembatas
Contoh : Ia menangis hingga menjelang magrib.
7) Keterangan pengecualian
Contoh : Selain Tuti, semua anak SD sakit.
8) Keterangan sebab
Contoh : Dia tidak hadir karena tidak diundang.
9) Keterangan perlawanan
Contoh : Meskipun dilarang, ia tetap membeli buku itu.
10) Keterangan kualitas
Contoh : Ia berlari dengan cepat.
11) Keterangan kuantitas
Contoh : Bukunya banyak sekali.
12) Keterangan modalitas
Contoh : Barangkali ia tidak akan datang.
2.3 Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang nonpredikatif yang hanya menduduki
fungsi sintaksis. Unsur-unsur yang membentuk frase adalah morfem bebas dan morfem
terikat. Tingkatan dalam frase dalam tata bahasa berada di bawah tingkat klausa dan di atas
tingkat kata. Bebrapa unsur dalam frase,yaitu frase terdiri dari dua kata atau lebih,non
predikat,dan dapat menduduki fungsi sintaksis. Untuk memperjelas hakikat frase,ada baiknya
dikemukakan contoh sebagai berikut:
1) Baju baru itu
2) Sedang membaca
Gabungan kata di atas merupakan frase,karena merupakan konstruksi nonpredikat.
Salah satu contoh, yaitu baju baru itu ,dapat menduduki fungsi sintaksis seperti
subjek,predikat,objek,dan keterangan. Misalnya, Tuti membeli baju baru itu. Baju baru itu
menduduki fungsi sintaksis sebagai objek (Tuti = Subjek,membeli = predikat). Jadi ,baju
baru itu merupakan frase meskipun terdiri atas tiga kata.
Contoh lain :
1) Parkir pertokoan itu
2) Yang akan datang
Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat,kedudukannya tetap pada satu fungsi saja.
1) Parkir pertokoan itu (S)luas (P).
2) Dia (S) yang akan datang (P) besok(Ket).
Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya,frase dapat diberi tambahan
komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
1. Klasifikasi Frase Berdasarkan Unsur Pembentuknya
a. Frase yang Unsurnya Berupa Kata
Salah satu ciri frase bahwa frase merupaka satuan gramatikal yang berupa gabungan
antara dua kata atau lebih. Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat frase yang unsur-unsur
pembentuknya atau konstituennya berupa kata dan ada pula gabungan dari gabungan kata.
Contoh :
1) Gedung itu 8) Pasar itu
2) Sekolah itu 9) Gedung sekolah
3) Perpustakaan itu 10) Gedung perpustakaan
4) Bangunan itu 11) Bangunan rumah
5) Rumah itu 12) Bangunan kantor
6) Kantor itu 13) Bangunan perumahan
7) Perumahan itu 14) Bangunan pasar
Contoh frase (1) sampai dengan (4)sebagai satuan gramatik yang unsur-unsur
pembentuknya atau konstituennya berupa kata. Konstruks (1) konstituenya adalah
gedung dan itu, konstituennya (2)sekolah dan itu , konstituennya (3)adalah
perpustakaan dan itu. Demikian juga konstruksi (4),(5),(6),(7),dan (8). Konstruksi (9),
dan (10) konstituennya adalah gedung dan sekolah serta perpustakaan, sedangkan
konstituen konstruksi (11),(12),(13),dan (14), adalah bangunan dan berturut-turut
rumah,kantor,perumahan,dan pasar.
b. Frase yang Unsurnya Berupa Frase
Berikut adalah contoh gramatikalisasi frase menjadi frase:
1) Buku baru dan anak itu dalam Buku baru anak itu
2) Makanan ringan dan anak itu dalam Makanan ringan anak itu
Buku baru anak itu
a. Frase Nominal
Frase nominal adlah frase yang unsur pusatnya adalah kata benda. Unsur pusat frase
nomina berupa (1) nomina sebenarnya, contoh jalan ini; (2) pronomina, contoh dia itu; (3)
nama, contoh Dian itu; dan (4) kata-kata selain nomina,tetapi strukturnya berubah menjadi
nomina, contoh cermat itu.
b. Frase verba
Frase verba adalah frase yang unsur pusatnya berupa kata kerja. Contoh : akan
datang,sedang makan,telah pulang,dll.
c. Frase adjektiva
Frase adjektiva adalah frase yang unsur pusatnya berupa kata sifat. Contoh : cantik
sekali,sangat kaya,agak ceroboh,dll.
d. Frase numeralia
Frase numeralia adalah frase yang UP-nya berupa kata bilangan, yaitu kata-kata yang
secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Contoh : dua buah,tiga ekor,tujuh
biji,sepuluh orang.
e. Frase preposisi
Frase preposisi adalah frase yang salah satu unsur pembentukya berupa kata depan.
Contoh : di rumah,ke pasar,dari Bandung,daripada Anton,dsb.
f. Frase konjungsi
Frase konjungsi adalah frase yang salah satu unsur pembentuknya adalah kata
sambung. Contoh : untuk kamu,agar sehat,terhadap kami,dsb.
2.4 Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya,di
dalam konstruksi itu ada komponen,berpa kata atau frase,yang berfungsi sebagai predikat,dan
yang lain berfungsi sebagai subjek,objek dan keterangan.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kalusa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas predikat,baik diikuti oleh subjek objek pelengkap,keterangan atau tidak dan
merupakan bagian dari kalimat. Penanda kalusa adalah ,tetpai yang menjadi kalusa bukan
hanya P,jika mempunyai S kalausa terdiri atas S dan P.jika mempunyai S,kalusa terdiri atas
S,P dan O.jika tidak memiliki O dan ket,klausa terdiri atas P,O dan ket. Demikian seterusnya.
Penanda kalusa adalah P,tetapi yang dianggap sebagai unsur inti kalusa adalah S dan P.
Yang membedakan antara klausa dan kalimat adalah intonasi fial diakhir satuan bahsa
itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final,sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final.
Intonasi itu dapat beruppa intonasi,berita,tanya,perintah,dan kagum. Klausa berpotensi untuk
menjadi kalimat tunggal karena didalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajid,yaitu subjek dan
predikat.
Klausa sudah pasti mempunyai predikat,sedangkan kalimat belum tentu mempunyai
predikat.perhatikan contoh berikut;
1. Andi akan berangkat ke Jakarta
2. Kami merasa senang
3. Kemarin ia tidak datang
4. Ia membaca buku di perpustakaan.
5. Kami dibelikan buku oleh bapaknya.
6. Pergi!
Secara sekilas keenam contoh di atas adalah kalimat. Namun jika diperhatikan lebih
detail,keenam contoh tersebut dapat dikelompokan menjadi kaliamt dan klausa. Contoh: (1),
(2),dan (3) adalah klausa sebab belum memiliki intonasi akhir (final)diakhir kalimatnya.
Sebaliknya contoh (4),(5),dan (6) adalah kalimat sebab memiliki intonasi akhir diakhir
kalimatnya.Berapa sudut pandang tersebut adalah struktur atau kebebasannya,kategori unsur
predikatnya,ada tidaknya unsur negasi,letak subjek dan predikatnya,dan kepasifan
predikatnya,
1. Klausa Berdasarkan Strukturnya
Berdasarkan strukturya,klausa dapat dibedakan menajdi dua,yakni klausa bebas dan klausa
terikat.klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap,sekurang-
kurangnya mempunyai subjek dan predikat;dan mempunyai potensi dan kalimat
mayor.kalusa terikat adalah klausa yang unsurya tidak lengkap,mungkin hanya subjek saja.
Klausa terikat di awali dengan konjungsi subordinatif dikenal dengan klausa subordinatif
atau klausa bawahan. Dalam sebuah kalimat,biasanya klausa ini berpa anak kalimat sehingga
tidak bisa berdiri sendiri. Pwehatikan contoh berikut.
a. Karimi berbaju merah
b. Jika saya memiliki buku itu
c. Ia sedang membeli buku ketika hujan turun
Berdasarkan contoh diatas,klausa (a) adalah klausa bebas karena bisa berdiri sendiri
dan berpulang menjadi kalimat tunggal. Klausa (b) adalah klausa terikat karena tidak
bisa berdiri sendri dan tidak berpulang menjadi kalimat tunggal. Klausa (c) adalah
klausa yang terdiri atas satu klausa bebas,yakni ia sedang membeli buku dan satu
klausa terikat, yakni ketika hujan turun.
2. Klausa Berdasarkan Kategori Unsur Predikatnya
Berdasarkan jenis kata predikatnya,klausa dapat dibedakan menajdi beberapa jenis
klausa sebagai berikut.
a. Klausa verbal,yakni klausa yang predikatnya kategori verba,yang dapat
dibedakan lagi menjadi (a)klausa transitif(klausa yang predikatnya berupa
verba transitif);(b) klausa intransitif(klausa yang predikatnya berupa verba
intransitif);(c)klausa refleksif(klausa yang predikatnya berupa verba
refrekleksif);(d)klausa resiprokal (klausa yang berupa verba
resipokal)contoh:kami membaca buku;kami belajar IPA;dia memukuli
dadanya;kami bersalam-salaman dengan para tamu;dsb.
b. Klausa nominal,yakni klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase.
Contoh:ia seorang guru.
c. Klausa ajektifal,yakni klausa yang pedikatnya berkategori ajektifa,baik berupa
kata maupun frase. Contoh:saya gemuk sekali
d. Klausa adverbial,yakni klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori
kata keterangan. Contoh:kalau kamu telah berhasil jangan lupakan kampung
halamanmu.
e. Klausa numeralia yakni klausa yang predikatnya berupa kata atau frase
bilangan. Contoh bukunya dua buah.
Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi klausa dibedakan menajdi dua,yakni klausa positif
dan klausa negatif. Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki unsur negatif. Klausa
negatif adalah klausa yang memiliki unsur negatif yang ditandai hadirnya kata negatif.bukan
atau tidak. Contoh klausa negatif,yakni ia bukan guru, contoh klausa positif,yakni ia seorang
guru.
KALIMAT
Dalam berbagai literatur sering kita temukan bahwa kalimat diartikan sebagai
kumpulan kata-kata yang berbuhungan dan memenuhi unsur subjek, predikat,
dan objek. Perngertianini dalam tata bahasa tradisional memang dapat
diterima. Namun demikian, dalam praktiknya ternyata tidak semua kalimat
yang digunakan dalam tuturan sehari-hari memenuhi persyaratan tersebut.
Contoh:
1. Ia membawa buku
2. Pergi!
Pada kalimat contoh pertama, sekilas memang dapat dikatakan kalimat.
Namun jika dianalisis lebih lanjut, jelas bahwa contoh diatas bukanlah kalimat,
melainkan hanya sebuah klausa sebab deretan kata yang memenuhi unsur
subjek, predikat, dan objek tersebut tidak diakhiri dengan intonasi akhir.
Berbeda dengan contoh kedua, contoh kedua justru hanya dapat dikatakan
sebuah kalimat. Walaupun contoh kedua hanya terdiri atas satu kata namun
karena diberi intonasi akhir kata tersebut telah memberikan informasi lengkap
sehingga memenuhi syarat disebut sebagai sebuah kalimat.
Berkaitan dengan hal tersebut, pengertian kalimat sebagai kumpulan kata-kata
yang berhubungan dan memenuhi unsur subjek, predikat dan objrk tidaklah
tepat. Kalimat sendiri pada prinsipnya adalah kesatuan Bahasa yang telah
memiliki intonasi akhir dan mengungkapkan informasi lengkap. Dengan
demikian, sebuah kalimat tidaklah harus terdiri atas beberapa kata, atau
haruss terdiri atas unsur subjek dan predikat , justru intonasi akhirlah yang
menjadi ciri utama sebuah kalimat.
Ciri-ciri kalimat dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru.
2. Mengandung pikiran yang penuh
3. Mengandung urutan yang logis, setiap kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun
dalam satuan menurut fungsinya
4. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang.
Beberapa klasifikasi kalimat dapat diuraikan sebagai berikut.