Anda di halaman 1dari 16

PERILAKU SINTAKSIS VERBA, NOMINA,

PRONOMINA, DAN NUMERALIA DALAM BAHASA


INDONESIA

Oleh

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
2017

1
ABSTRAK

Kata, frasa, dan klausa adalah unsur – unsur yang mendukung struktur
gramatikal, terutama dalam fungsi sintaksis. Unsur – unsur tersebut di antaranya
perilaku verba, nomina, pronomina, dan numeralia.
Dalam hal ini verba, nomina, pronomina, dan numeralia memiliki perilaku
dan fungsi tertentu dalam tataran kalimat. Perilaku sintaksis, verba, nomina,
pronomina, dan numeralia dapat dipahami dan dikaji jika keempat unsur tersebut
terdapat dalam tataran gramatika yang lebih tinggi, khususnya frasa, klausa, dan
kalimat.
Verba dapat menduduki fungsi predikat dan dapat diingkarkan dengan kata
tidak; nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, dan pelengkap serta dapat
diingkarkan dengan kata bukan; pronomina adalah kategori yang berfungsi
menggantikan nomina; serta numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep.

Kata kunci : sintaksis, verba, nomina, pronomina, dan numeralia.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang berjudal “Perilaku Sintaksis Verba,
Nomina, Pronomina, dan Numeralia Dalam Bahasa Indonesia” ini dalam rangka
pengembangan salah satu tri darma perguruan tinggi, yaitu bidang penelitian.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan
senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-
rekan dosen Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan masukan demi
kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhirnya, semoga tulisan yang jauh
dari sempuma ini ada manfaatnya.

Denpasar, Juli 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK …………..…………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………..….…………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang …………………...………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………….…………………………………………….. 1
1.3 Tujuan ……………………..………………………………………………… 2
1.4 Manfaat …………………….................…………………….……………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ..…………………..…………………………………… 3


2.1 Verba ……………………..……………………………….………………..…. 3
2.2 Nomina ……………………………….….……………………….…………… 7
2.3 Pronomina ……………………………………………………………………. 7
2.4 Numeralia …………………………………………………………………….. 8

BAB III PENUTUP ……………………...…..…………………………………… 11


3.1 Simpulan ………………………...………………………………………… 11
3.2 Saran ………………………….…………………………………………….. 11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia kebahasaan dipelajari beberapa macam ilmu yang sangat
penting. Dari beberapa cabang ilmu tersebut dikenal salah satu cabang ilmu yang
disebut sintaksis. Secara etimologi, sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun
'dengan' dan tattein „bersama-sama, menempatkan'. Dari kata yang telah disebutkan,
dapat diambil pengertian sintaksis yaitu suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang
penempatan secara bersama – sama kata – kata menjadi kelompok kata atau kalimat
dan kelompok – kelompok kata menjadi kalimat atau dengan kata lain sintaksis
adalah suatu cabang ilmu dalam kebahasaan yang mempelajari bagaimana menyusun
suatu kelompok kata menjadi kalimat. Dalam suatu kalimat, terdapat unsur – unsur
penyusun yang membentuk kalimat tersebut. Adapun unsur – unsur penyusun yang
dimaksud adalah kata, frasa, dan klausa.
Unsur – unsur tersebut terdiri atas beberapa unsur yang mendukung struktur
gramatikal, terutama dalam fungsi sintaksis. Unsur-unsur tersebut, yaitu verba,
nomina, pronomina, numeralia, ajektiva, adverbial, interogativa, dan demontrasiva.
Dalam tulisan ini dibahas perilaku sintaktis verba, nomina, pronominal, dan
numeralia.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang di atas, masalah dalam tulisan ini adalah sebagai
berikut.
1) Apa pengertian verba dan bagaimanakah perilaku sintaktisnya dalam kalimat?
2) Apa pengertian nomina dan bagaimanakah perilaku sintaktisnya dalam
kalimat?
3) Apa pengertian pronomina, jenis – jenisnya, dan perilaku sintaktisnya?
4) Apa pengertian numeralia, jenis – jenisnya, dan perilaku sintaktisnya?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan tulisan ini adalah seperti di bawah ini.
1) Untuk mengetahui pengertian verba serta perilaku sintaktisnya dalam kalimat.
2) Untuk mengetahui pengertian nomina dan perilaku sintaktis dalam kalimat.
3) Untuk mengetahui pengertian pronomina, jenis – jenisnya, dan perilaku
sintaktisnya.
4) Untuk mengetahui pengertian nomeralia, jenis – jenisnya, dan perilaku
sintaktisnya.

1.4 Manfaat
Tulisan ini menpunyai dua manfaat, yaitu manfaat prakstis dan teoritis. Kedua
manfaat itu dijelaskan berikut ini
1) Manfaat Praktis
Secara praktis tulisan ini bermanfaat bagi mahasiswa, yaitu dapat mengetahui
perilaku sintaktis verba, nomina, pronomina, dan nomeralia untuk keperluan
akademik. Selanjutnya, bagi pengajar, tulisan ini bermanfaat dalam menjelaskan
dan menambah wawasan tentang perilaku kata dalam tataran sintaksis.
2) Manfaat Teoritis
Secara teoritis tulisan ini bermanfaat bagi kalangan akademis. Adapun
manfaatnya adalah untuk menambah wawasan keilmuan tentang sintaksis,
khususnya perilaku kata secara fraseologis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Verba
Verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi
predikat dalain suatu frasa atau kalimat.
Ciri-ciri lengkap verba dapat diketahui dengan mengamati (1) bentuk
morfologis, (2) perilaku sintaktis, dan (3) perilaku semantisnya secara menyeluruh
dalam kalimat. Namun, secara umuin verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari
kelas kata yang lain ciri – ciri yang dimilikinya seperti berikut ini.
a. Verba berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam
kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.
b. Verba mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang
bukan sifat atau kualitas.
c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberikan prefiks ter-
yang berarti „paling‟.
Misalnya:
1) Pencuri itu lari
2) Mereka belajar di kamar.

 Perilaku Sintaktis Verba


Perilaku sintaktis verba, yaitu sifat verba dalam hubungannya dengan kata
lain dalam tataran gramatika yang lebih tinggi. Dalam hal ini, khususnya pada tataran
frasa, klausa, dan kalimat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah
ini.
1. Pengertian Frasa Verbal.
Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih
dengan verba sebagai intinya dan bukan merupakan klausa. Perlu ditegaskan
bahwa subjek, objek, dan pelengkap tidak termasuk frasa verbal.

3
Contoh:
a. Kesehatannya sudah membaik.
b. Kamu boleh menyanyi atau menari.
2. Jenis-jenis Frasa Verbal.
a. Frasa Endosentrik Atributif
Frasa verbal yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan
pewatas (modifier) yang ditempatkan di depan atau di belakang verba inti.
Bagian yang di depan dinamakan pewatas depan dan yang di belakang
dinamakan pewatas belakang. Kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas
depan adalah akan, harus, dapat, boleh, ingin, dan mau.
Contoh :
1) Pemerintah akan menertibkan pengurusan sertifikat tanah
2) Kami harus memeriksa semua barang yang masuk.
Ada kelompok kata lain yang dinamakan aspek yang bertindak sebagai
pewatas depan verba dan dapat bergabung dengan verba bantu, yakni
sudah dan sedang.
Contoh:
1) Dia sudah setuju.
2) Mereka sedang menggarap soal itu.
Kelompok ketiga yang dapat bertindak sebagai pengikat, yaitu kata
tidak dan belum. Berbeda dengan pewatas depan, pewatas belakang verba
sangat terbatas jenis dan kemungkinannya. Pewatas belakang verba terdiri
atas kata, seperti lagi atau kembali.
Contoh:
1) Dia menangis lagi.
2) Kami harus menulis kembali makalah itu.
b. Frasa Endosentrik Koordinatif
Frasa endosentrik koordinatif sangatlah sederhana, yakni dua verba
yang digabungkan dengan memakai kata penghubung dan serta atau.

4
Contoh:
1) Mereka menangis dan meratapi nasibnya.
2) Kami pergi atau menunggu dulu?
3. Fungsi Verba dan Frasa Verbal.
a. Verba dan frasa verbal berfungsi sebagai predikat.
Contoh :
1) Kaca jendela itu pecah/sudah pecah.
2) Orang tuanya bertani/suka bertani.
b. Verba dan frasa verbal sebagai subjek.
Pada umumnya verba yang berfungsi sebagai subjek adalah verba inti,
tanpa pewatas depan ataupun pewatas belakang.
Contoh :
1) Membaca telah memperluas wawasan pikirannya.
2) Bersenam setiap hari membuat orang itu terus sehat.
c. Verba dan frasa verbal sebagai objek.
Contoh :
1) Dia sedang mengajarkan menari balet pada adik saya.
2) Dia mencoba tidur tanpa bantal.
d. Verba dan frasa verbal sebagai pelengkap.
Contoh :
1) Mertuanya tidak merasa bersalah.
2) Dia sudah berhenti merokok.
e. Verba dan frasa verbal sebagai keterangan.
Contoh :
1) Ibu sudah pergi berbelanja.
2) Paman datang berkunjung minggu lalu.
f. Verba yang bersifat atributif.
Verba (bukan frasa) juga dapat bersifat atributif untuk memberikan
keterangan tambahan pada nomina.

5
Contoh :
1) Anjing tidur tidak boleh diganggu
2) Negara itu sedang berada dalam situasi mengkhawatirkan.
Perlu dicatat di sini bahwa verba yang berfungsi secara atributif itu
tidak dapat diperluas tanpa adanya penghubung yang.
g. Verba dan frasa verbal yang bersifat apositif.
Verba dan frasa verbal dapat juga bersifat apositif, yaitu sebagai
keterangan yang ditambahkan atau diselipkan.
Contoh :
1) Pekerjaannya, mengajar, sudah ditinggalkannya.
2) Usaha pak Suroso, berdagang kain, tidak begitu maju
4. Jenis Verba Menurut Perilaku Sintaktisnya.
a. Pengertian Transitif
Pada dasarnya verba terdiri atas verba transitif dan verba taktransitif.
Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek
dalam kalimat aktif, di samping objek itu dapat berfungsi sebagai subjek
dalam kalimat pasif.
Contoh :
1) Ibu sedang membersihkan kamar itu.
2) Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.
3) Kami harus ikut membangun negara.
b. Verba Semitransitif dan Taktransitif
Jika dilihat dari segi ada tidaknya pelengkap, verba taktransitif dapat
dibagi atas verba semitransitif (verba taktransitif berpelengkap) dan verba
taktransitif (verba tak berpelengkap).
Contoh :
1) Rumah orang kaya itu berjumlah dua puluh buah.
2) Yang dikemukakannya adalah suatu dugaan.
3) Gadis itu tersipu-sipu.
4) Bibit kelapa itu sudah tumbuh.

6
c. Verba Berpreposisi
Verba berpreposisi adalah verba taktransitif yang selalu dirkuti oleh
preposisi tertentu.
Contoh :
1) Kami belum tahu akan/tentang hal itu.
2) Sofyan berminat pada musik.

2.2 Nomina
Nomina sering disebut kata benda. Dari segi sintaktisnya nomina mempunyai
cirri- ciri sebagai berikut.
1) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi
subjek, objek, atau pelengkap.
2) Nomina tidak dapat diingkarkan dengan tidak.
3) Lazimnya nomina dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun
dengan perantara kata yang.

 Bentuk dan Makna


1) Nomina Dasar
Dalam bahasa Indonesia ada nomina yang terdiri atas kata dasar. Karena sifat
tersebut, nomina seperti itu berbentuk monomorfemik. Contoh : gambar, kemeja,
rumah, batang, adik, dan lain-lain.
2) Nomina Turunan
Nomina turunan bersifat polimorfemis. Oleh karena nomina turunan dibentuk
dari nomina dasar atau kategori kata yang lain, khususnya verba dan adjektiva.
Pada umumnya nomina turunan dibentuk dengan menambahkan prefiks, sufiks,
atau konfiks. Contoh : pembeli, perbuatan, kekuatan, dan lain-lain.

2.3 Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi menggantikan nomina. Unsur yang
digantikannya itu disebut anteseden. Ada tiga macam pronomina dalam bahasa

7
Indonesia, yakni (1) pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3) pronomina
penanya.
1) Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada
orang. Pronomina persona terbagi atas tiga kelompok, yakni seperti di bawah ini.
a. Persona Pertama
Persona pertama tunggal bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku ketiga
bentuk itu adalah bentuk baku.
b. Persona Kedua
Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu,
anda, dikau, dan kau.
c. Persona Ketiga
Persona ketiga tunggal ada dua macam, yakni ia, dia atau –nya, beliau.
2) Pronomina Penunjuk
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu
pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat, dan pronomina
penunjuk ihwal. Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu.
Contoh : Ini rumah saya; Bu Wies memberikan ini kepada saya.
3) Pronomina Penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pertanyaan. Dari
segi maknanya, hal yang ditanyakan itu dapat mengenai orang, barang, atau
pilihan. Di samping itu, ada kata penanya lain, meskipun bukan pronomina,
dibahas pada bagian ini juga. Kata – kata itu mempertanyakan sebab, waktu,
tempat, cara, urutan, dan jumlah. Berikut ini adalah kata penanya sesuai dengan
maknanya (di atas) : siapa, apa, mana, mengapa, kenapa, kapan, (apa) bila,
bilamana, di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, berapa, dan beberapa.

2.4 Numeralia
Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud
(orang, binatang, atau barang) dan konsep. Numeralia adalah kategori yang dapat: (1)

8
mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk
mendamping numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan
sangat. Numeralia mewakili bilangan yang terdapat dalam alam diluar bahasa.
1) Numeralia Pokok
a. Numeralia pokok tentu, mengacu pada bilangan pokok, yakni 0 (nol), 1
(satu), 2 (dua), sampai 9 (sembilan). Ada pula numeralia yang merupakan
gugus, yaitu di antara sepuluh dan dua puluh dipakai gugus yang
berkomponen belas. Bilangan di atas bilangan sembilan belas dinyatakan
dengan menganggap seolah – olah bilangan itu terdiri atas beberapa gugus
dan bilangan. Contoh: 7.859 = tujuh ribu delapan ratus lima puluh
sembilan. Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok ditempatkan di
depan nomina dan dapat diselingi oleh kata penggolong, seperti orang,
ekor, dan buah. Contoh: Majalah kami memerlukan tiga orang
penyunting; Pak Hasan mempunyai dua ekor burung merak.
b. Numeralia pokok kolektif, dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan
di depan nomina yang diperankan. Contoh: ketiga pemain, kedua gedung,
kesepuluh anggota. Jika tidak diikuti oleh nomina, biasanya bentuk itu
diulang dan dilengkapi dengan -nya. Contoh: kedua-duanya, ketiga-
tiganya.
Dalam hal ini numeralia kolektif dibentuk dengan cara sebagai berikut.
1. Penambahan prefiks ber- atau se- pada nomina tertentu setelah
numeralia. Contoh: tiga bersaudara, empat beranak, tiga sekawan,
tiga serangkai, dan dua sejoli.
2. Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok dan hasilnya
diletakkan sesudah pronomina persona. Contoh: (kamu) berlima,
(kami) berenam.
3. Pemakain numeralia yang berprefiks ber- dan yang diulang. Contoh:
beribu- ribu, berjuta-juta.
4. Pemakaian gugus numeralia yang bersufiks -an. Contoh: puluhan,
ratusan.

9
c. Numeralia pokok distributif, dapat dibentuk dengan cara mengulang kata
bilangan, artinya „demi‟ dan „masing-masing‟. Contoh: satu-satu, dua-
dua.
d. Numeralia pokok taktentu, yakni mengacu pada jumlah yang tidak pasti
dan sebagian besar numeralia ini tidak dapat menjadi jawaban atas
peranyaan yang memakai kata tanya berapa, ditempatkan di depan
nomina yang diterangkannya. Contoh: banyak orang, berbagai masalah,
pelbagai budaya, sedikit air, semua jawaban, seluruh rakyat, segala
penjuru, segenap anggota.
e. Numeralia pokok klitika, yaitu numeralia lain yang diserap dari bahasa
Jawa Kuna, diletakkan di depan nomina yang bersangkutan. Contoh:
triwulan, caturwulan, Pancasila, saptamarga, dasalomba.
f. Numeralia ukuran. Contoh: lusin, kodi, meter, liter, atau gram.
2) Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya
adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Contoh:
kesatu atau pertama, kesepuluh, pemain ketiga, jawaban kedua itu, suara pertama.
3) Numeralia Pecahan
Tiap – tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil,
yakni dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuknya dengan memakai
bentuk per- di antara bilangan pembagi dan penyebut. Bilangan pecahan dapat
mengikuti bilangan pokok. Bilangan campuran dapat ditulis desimal. Contoh: 1/2
= seperdua, setengah, separuh; 1/10 = sepersepuluh; 3/5 = tiga perlima; 9,75 =
sembilan tiga perempat atau sembilan koma tujuh lima.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun simpulan uraian di depan adalah sebagai berikut.
1) Verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tidakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini berperilaku
sintaktis, yakni menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat dan dapat
diingkarkan dengan kata tidak.
2) Nomina sering disebut kata benda. Nomina cenderung menduduki fungsi
subjek, objek, dan pelengkap; diingkarkan dengan bukan dan dapat diikuti
adjektiva.
3) Pronomina adalah kategori yang berfungsi menggantikan nomina. Ada tiga
macam pronomina, pronomina persona, penunjuk, dan penanya. Unsur yang
digantikan pronominal (dalam kalimat) disebut anteseden.
4) Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud
(orang, binatang, atau barang) dan konsep. Jenis kata ini dapat mendampingi
nomina, numeralia lain, dan tidak dapat bergabung dengan kata tidak atau
sangat.

3.2 Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan materi tulisan ini. Dalam hal ini
penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan isi tulisan ini, saran dan kritik dari
pembaca merupakan penutup dari semua kekurangan penulis dalam menjadikan
semua itu sebagai bahan acuan untuk memotivasi serta menyempurnakan tulisan ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalatn Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 1995. Ilmu Bahasa : Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

12

Anda mungkin juga menyukai