Anda di halaman 1dari 76

MATERI BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh

D4 TE 3B

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2019

1
Halaman| 2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I KATA DAN KALIMAT ......................................................................................... 1

BAB II DIKSI DAN ARTI ................................................................................................ 18

BAB III PARAGRAF DAN WACANA ........................................................................... 33

BAB IV SURAT MENYURAT ........................................................................................ 48

BAB V KARYA ILMIAH ....................................................................................................... 65


KATA DAN KALIMAT

Disusun Oleh

Kelompok 1/ 3B D4 TE

Nama Kelompok :

Edo Perdana Putra Nanang Saiful Rizal

NIM : 1741170051 NIM : 1741170084

Landro Sinaga Ramadhan Yudha Pratama

NIM : 1741170080 NIM : 1741170032

Nadira Aisyah Ibrahim

NIM : 1741170029

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2019

1
Halaman| 2

BAB I

KATA DAN KALIMAT

1.1 Kata
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu
atau beberapa morfem. Dalam satu kata terdiri dari beberapa huruf, dan sudah memiliki arti
untuk kata tertentu.

Contoh:

1. Kata 'Sumur' memiliki arti sebuah wadah atau penampung air hujan yang digali dan
memiliki sumber air.
2. Pada kata 'sumur', hanya terdapat satu morfem, namun sudah memiliki arti.
3. Kata 'Kura' belum memiliki arti yang spesifik, untuk itu perlu menambahkan satu kata
lagi menjadi 'Kura-Kura'
Kata berfungsi sebagai penyusun kalimat. Setiap kata mempunyai makna yang
berbeda-beda, makna dari kata tersebut juga bisa berubah sesuai dengan penggunaannya
dalam kalimat. Untuk membuat sebuah kalimat yang efektif maka dibutuhkan beberapa jenis
kata yang menjadi penyusunnya.

1.1.1 Klasifikasi Jenis Kata

Berdasarkan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Kata dapat terbagi menjadi Tujuh Kategori

1.1.1 Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu tindakan,
pengalaman, keberadaan atau segala bentuk kegiatan dinamis lainnya. Dalam sebuah
kalimat, kata kerja atau verba ini berposisi sebagai predikat.

Contoh kata kerja adalah makan, minum, pergi, lari, dll.

Ciri – Ciri Kata Kerja antara lain adalah :

makna perbuatan, kegiatan atau tindakan.


Memiliki makna proses.
Kata kerja sering diikuti oleh kata benda.
Kata kerja juga sering diikuti oleh kata sifat atau keterangan.
Sering dibentuk dengan imbuhan me-,di-ber-,ter-, me-kan, di-kan, ber-an,
memper-an, dan memper-i.
Kata dapat didahului kata pernyataan waktu, seperti telah, sedang, akan,
hampir, segera.
Dapat diperluas dengan cara menambahkan “dengan + kata sifat setelahnya”,
contoh : ia berlari dengan cepat, Nani menghitung dengan teliti, dll.
Halaman| 3

1.1.2 Kata Benda (Nomina)

Kata Benda atau yang sering disebut Nomina adalah suatu kata yang merujuk
kepada segala hal yang dapat dibendakan. Kata benda ini sering digunakan untuk
menyebutkan makhluk hidup, benda mati, ataupun tempat. Beberapa contoh kata
benda adalah manusia, ilmu, buku, makanan, dan lain-lain.

Ciri – Ciri Kata Benda :

Dapat diperluas dengan menambahkan “yang + kata sifat”, contohnya “rumah


yang bagus”
Dibatalkan dengan kata bukan. Contohnya “bukan kursi”.
Dalam sebuah kalimat dapat berkedudukan sebagai Subjek (S) dan Objek (O).

Contohnya “Ana membeli sepatu baru”, dalam kalimat tersebut kata “Ana” dan
“Sepatu” merupakan kata benda.

1.1.3 Kata Sifat (Adjektiva)

Kata Sifat atau Adjektiva adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sifat
atau keadaan suatu hal, baik itu makhluk hidup, benda mata, tempat, waktu, atau
lainnya. Dalam penggunannya dalam sebuah kalimat, kata sifat sering digunakan
untuk menjelaskan tentang keadaan subjek (S) atau Objek (O) kalimat tersebut.

Ciri – Ciri kata sifat :

Kata sifat dapat diingkari / dibatalkan sifatnya dengan kata “tidak” atau “bukan”.

Contohnya :

1. Tidak indah
2. Tidak marah
3. Tidak luas
Kata sifat dapat diberikan keterangan penguat, beberapa kata penguat yang
sering dipakai antara lain ; sangat, amat, paling, sekali, benar.

Contoh :

1. Sangat indah
2. Amat marah
3. Paling Luas
Kata sifat dapat diberikan keterangan pembanding. Beberapa kata pembanding
yang sering dipakai antara lain ; lebih, kurang, paling.
Halaman| 4

Contoh :

1. Sepatu ini lebih mahal dari yang itu.


2. Jika dibandingkan dengan yang itu, rasanya sepatu ini kurang bagus.
3. China merupakan negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

1.1.4 Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan atau yang juga sering disebut dengan Adverbia adalah kata
yang memberikan penjelasan(keterangan) tentang kata lain (Kata Bilangan, Kata
Kerja dan Kata Sifat) dalam sebuah kalimat. Tetapi kata keterangan tidak dapat
menerangkan kata benda atau kata ganti benda. Secara bahasa, Adverbia berasal dari
Bahasa Latin, yaitu dari kata “ad” yang artinya untuk dan “verbum” yanga rtinya kata.
Dalam struktur kalimat, kata keterangan biasanya dilambangkan dengan “K”yang
artinya keterangan.

Ciri – Ciri Kata Keterangan adalah :

Memberikan penjelasan tentang kata lain.


Tidak bisa digunakan untuk menjelaskan kata benda atau kata ganti benda.
Biasanya terletak di awal atau di akhir kalimat.
Dapat digunakan pada semua jenis kalimat.

1.1.5 Kata Ganti (Promina)

Kata ganti atau Pronomina adalah jenis kata yang digunakan untuk
menggantikan posisi kata benda atau orang dalam sebuah kalimat. Fungsi dari
penggunaan kata ganti (pronomina) adalah untuk memperhalus kalimat yang kita
ucapkan atau kita tulis. Dalam menulis sebuah paragraf atau pembicaraan yang
panjang, tentunya peggunaan kata yang sama dalam setiap kalimat membuat
penyebutan atau penggunaan kata tersebut tidak efisien. Nah dalam hal inilah kata
ganti memegang peranan penting menjalankan fungsinya. Contoh kata ganti antara
lain, aku, kami, kita, mereka, dll.

Ciri – Ciri Kata Ganti (Pronomina) :

Biasanya menduduki posisi Subjek (S) dan Objek (O) dalam sebuah kalimat.
Hanya pada kalimat tertentu pronomina digunakan sebagai predikat.
Jenis Kata ganti yang digunakan berubah-ubah sesuai dengan kata yang ingin
digunakan dan penggunaannya dalam kalimat.
Halaman| 5

1.1.6 Kata Bilangan (Numeralia)

Kata Bilangan atau yang juga sering disebut dengan Numeralia adalah jenis
kata yang berfungsi untuk menyatakan jumlah benda atau uratannya dalam suatu
deretan. Dalam bahasa indonesia terdapat dua jenis kata bilangan, yaitu :

1. Kata Bilangan Tentu (Takrif)


Sudah jelas berapa nominal yang dimaksudkan , contohnya, satu, ketujuh,
setengah, dll.

2. Kata Bilangan Tak Tentu


Contohnya : Beberapa, seluruh, banyak, dll.

1.1.7 Kata Tugas

Kata tugas adalah jenis kata yang tidak termasuk ke dalam 6 kelas di atas.
Kata tugas dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berikut :

1. Kata Depan (Preposisi)


Sebutan lain untuk kata depan adalah preposisi. Dalam Bahasa latin
preposisi berasal dari kata yaitu “prae” dan “ponere”. Prae berarti sebelum.
Sedangkan ponere berarti menempatkan atau tempat. Berarti kata depan
merupakan kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat yang diikuti
oleh nominal atau pronominal. Kata depan adalah kata yang menghubungkan kata
benda dengan bagian kalimat. Kata depan umumnya digunakan untuk mengantar
sebuah objek penyerta kalimat dan tidak boleh mengantarkan subjek kalimat.
Contoh kata depan antara lain adalah kepada, dalam, akan, dengan, dll.

2. Kata Penghubung / Kata Sambung (Konjungsi)


Kata penghubung (konjungsi) atau yang juga sering disebut dengan kata
sambung adalah kata yang berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dengan
kata lainnya (dalam sebuah kalimat), atau satu kalimat dengan kalimat lainnya
(dalam sebuah paragraf). Terdapat banyak jenis kata penghubung dan
penggunaanya harus disesuaikan dengan struktur dan maksud yang ingin
disampaikan. Contoh kata penghubung antara lain adalah dan, serta, atau,
padahal, dll.

Ciri – Ciri Kata Penghubung antara lain :

Jika menghubungkan antar kata, maka letaknya sering ditengah kalimat.


Sedangkan jika menghubungkan antar kalimat, maka letaknyasering
diawal kalimat kedua.
Memiliki subjek yang sama baik ketika menghubungkan antar kata atau
antar kalimat
Halaman| 6

Sering diikuti dengan koma ketika menghubungkan antar kalimat.


3. Kata Sandang (artikula)
Kata Sandang atau artikula adalah kata yang tidak mempunyai makna yang
digunakan untuk menjelaskan kata benda (nomina) atau kata tertentu. Kata
sandang dapat digunakan untuk mendampingi kata benda dasar ataupun kata
benda turunan atau kata tertentu lainnya. Biasanya kata sandang terletak sebelum
kata benda yang dijelaskannya. Contoh kata sandang adalah Yang, sang, kaum,
para, si, dll.

Ciri – Ciri Kata Sandang adalah :

Tidak memiliki arti khusus.


Mendampingi kata lainnya.
Dapat membendakan kata lain.

1.1.8 Kata Seru (Injeksi)

Kata seru adalah jenis kata dalam bahasa indonesia yang digunakan untuk
mengungkapkan isi perasaan penulis atau pembicara. Kata seru digunakan untuk
menegaskan persaan tersebut. Perasaan yang dimaksud dapat berupa perasaan marah,
sedih, gembira, sakit, kagum, terkejut, dll. Nah dalam penggunaannya kata seru
memiliki intonasi yang khas agar dapat menggambarkan perasaan tersebut dengan
baik. Contoh kata seru antara lain, aduhai, amboi, ah, sial, dll.

Partikel Penegas

Partikel penegas adalah jenis kata yang tidak memiliki arti jika berdiri sendiri
dan berfungsi untuk menampilkan unsur yang diiringan, dalam bahasa indonesia
terdapat 4 partikel penegas, yaitu :

-kah -lah

-tas -pun

1.2 Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya
barupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, disertai dengan intonasi final.
Kalimat berperan sangat penting dalam sebuah komunikasi karena kalimat harus mampu
menyampaikan informasi, menanyakan sesuatu, atau bahkan mengekspresikan emosi
manusia.
Halaman| 7

1. Ciri-Ciri Kalimat :

Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
Dalam bahasa tulis diawali huruf capital dan diakhiri dengan titik(.), tanda
Tanya(?), dan tanda seru(!).
Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat.
Predikat transitif disertai objek, predikat intransitive dapat disertai pelengkap.
Mengandung pikiran yang utuh.
Menggunakan urutan logis setiap kata atau kelompok kata yang mendukung
fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut
fungsinya.
Mengandung, satuan makna, ide, atas pesan yang jelas.
Dalam paragraph yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun
dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. Hubungan dijalin dalam
konjungsi, pronominal atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.

2. Unsur-Unsur Kalimat
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur
kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat
antara lain SPOK :

Subjek / Subyek (S)


Predikat (P)
Objek / Obyek (O)
Pelengkap
Keterangan (K)
Berikut ini adalah ciri serta contoh dari masing-masing unsur kalimat :

a. Subjek / Subyek (S)


Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat, di samping
unsur predikat. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak
sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud
nomina. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini :

Peserta audisi itu puluhan ribu orang.


Dia datang dari Bogor.
Agnes Monica adalah seorang penyanyi terkenal.
Pak Aldy pergi ke Malaysia.
Dari contoh kalimat di atas, peserta audisi itu, dia, Agnes Monica dan Pak
Aldy adalah contoh dari subjek. Selain itu ada pula subjek yang tidak berupa
nomina. Perhatikan contoh di bawah ini :

Berwudlu harus dilakukan sebelum sholat.


Lima adalah sebuah angka.
Halaman| 8

Sakit bisa dialami semua orang.

b. Ciri-ciri subjek :
Jawaban atas pertanyaan ‘apa’ atau ‘siapa’.
Disertai kata ‘itu’.
Didahului kata ‘bahwa’.
Mempunyai keterangan pewatas ‘yang’ (penghubung dengan menggunakan
kata ‘yang’).
Tidak didahului preposisi seperti ‘dari’, ‘dalam’, ‘di’, ‘ke’, ‘kepada’, ‘pada’.
Berupa Nomina atau Frasa Nominal

c. Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek
yang merupakan inti dari kalimat. Unsur pengisi predikat suatu kalimat dapat
berupa Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nominal, numeral dan preposisional.
Selain itu dapat pula berupa Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa
nominal, frasa numeralia (bilangan). Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah
ini:

Qiqi belajar di kamar.


Ibu memasak tumis kangkung.
Aldy sedang membaca Koran.

Dari contoh di atas, kata belajar, memasak dan membaca merupakan contoh dari
predikat.

d. Ciri-ciri predikat :
Jawaban atas pertanyaan ‘Mengapa’ atau ‘Bagaimana’.
Dapat berupa kata ‘Adalah’ atau ‘Ialah’.
Dapat diingkarkan yang diwujudkan oleh kata ‘Tidak’.
Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas seperti ‘telah’, ‘sudah’,
‘sedang’, ‘belum’, ‘akan’, ‘ingin’, ‘hendak’, ‘mau’, dll.

e. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak
setelah predikat yang berkatagori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Objek pada
kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian
pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan
kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina. Berikut contoh objek dalam
kalimat:

1. Adik bermain layangan .


2. Aldy membeli sebuah buku.
3. Kelinci itu memakan wortel.
Halaman| 9

Layangan, sebuah buku, dan wortel pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek.

f. ciri-ciri objek ini sebagai berikut:


Langsung di belakang predikat.
Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
Tidak didahului preposisi.
Didahului kata ‘bahwa’.

g. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan pada ke dua unsur
kalimat ini adalah : bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat
kalimat, menempati posisi di belakang predikat dan tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam
kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah
yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Contoh kalimat pelengkap :

Indonesia berdasarkan Pancasila.


Aldy ingin selalu berbuat kebaikan.
Kaki Aji tersandung batu.
Mahkota itu bertahtakan berlian.
Berikut ciri-ciri pelengkap:

Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

Anggi mengirimi saya buku baru.


Mereka membelikan ayahnya kacamata baru.
Unsur kalimat buku baru dan kacamata baru di atas berfungsi sebagai
pelengkap dan tidak mendahului predikat.
Tidak Didahului Preposis

h. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih
lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata,
frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi,
seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan untuk.
Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti
ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri
unsur keterangan:

Bukan Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat, objek dan
pelengkap ).
H a l a m a n | 10

Tidak Terikat Posisi (memiliki kebebasan tempat di awal/ di akhir , atau di


antara subjek dan predikat).

i. Jenis Keterangan.

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.

a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti
kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu
yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti
kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti
setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.

contoh : Minggu depan akan dilaksanakan ujian tengah semester.

2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai
oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.

contoh : Super Junior akan konser di Indonesia.

3. Keterangan Cara

Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan
perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata
dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat
ditandai oleh kata dengan dan dalam.

contoh : Ibu memotong bawang dengan menggunakan pisau.

4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab
yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh
nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
contoh : Ibu menyuruhku cepat pulang karena cuaca sudah mendung.

5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
H a l a m a n | 11

Contoh : Sebelum berangkat ke sekolah, Ricky menyisir rambutnya agar


terlihat rapi.

6. Struktur Kalimat
Semua kalimat yang kita pakai berasal dari beberapa struktur ataupun pola
kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut bisa dikembangkan berdasarkan kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat
bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut :
a. Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar semacam ini hanya mempunyai unsur subjek dan
predikat. Predikatnya bisa berupa kata kerja, kata benda, kata sifat,
ataupun kata bilangan.

Contohnya :

Mobil itu besar.

S P

b. Kalimat dasar berpola S P O


Pola kalimat ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Unsurnya ada subjek predikat dan objek.

Contohnya :

Ari mengemudikan mobil.

S P O

c. Kalimat dasar berpola S P Pel


Contohnya :

Keluarganya pergi liburan.

S P Pel

d. Kalimat dasar berpola S P O Pel


Contoh :

Supir bus mengemudikan busnya sembarangan.

S P O Pel
H a l a m a n | 12

e. Kalimat dasar berpola S P K


Contoh :

Andi menjahit tadi pagi.

S P K

f. Kalimat dasar berpola S P O K


Contoh :

Indah merapikan kamarnya seminggu lalu.

S P O K

g. Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel-K


Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek,
pelengkap, keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
Predikat berupa verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa
nominal, Pelengkap berupa nomina atau frasa nominal dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.

Contoh : Ayah membelikan Aldy sepatu baru di margo city

h. Kalimat dasar berpola S-P-Pel-K.


Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat,
pelengkap dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina
atau adjektiva dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

Contoh : Aku sedih ketika mama masuk rumah sakit.

7. Jenis-Jenis Kalimat

Jenis kalimat itu dibedakan berdasarkan berbagi kriteria atau sudut


pandang. Oleh karena itu, dalam kepustakaan linguistik dan berbagai buku tata
bahasa kita dapati banyak sekali istilah untuk menamakan jenis-jenis kalimat, ini
lah jenis-jenis kalimat :

Kalimat Dilihat dari Segi Maknanya


Jika kita tinjau dari segi maknanya (nilai komunikatifnya), maka
kalimat terbagi menjadi lima kelompok, yakni (1) kalimat berita, (2) kalimat
perintah, (3) kalimat tanya, (4) kalimat seru, dan (5) kalimat emfatik.
H a l a m a n | 13

a. Kalimat Berita
Kalimat berita, yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif,
adalah kalimat yang isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau
pendengar. Jika suatu saat kita mengetahui ada kecelakaan lalu lintas dan
kemudian menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain, maka kita
memberitakan kejadian itu. Kalimat berita dapat bermacam-macam,
sebagai berikut:

Kemarin sore ada angkutan kota menabrak pengendara


motor.Pada pagi terjadi kecelakaan beruntun yang menyebabkan
kemacetan lalu lintas. Banjir yang terjadi di Bekasi merendam
perumahan warga. Terjadi kebakaran besar di pasar Obor Jakarta
Timur. Dari segi bentuknya, kalimat diatas bermacam-macam. Ada
yang memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif,
dan sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat nilai komunikatifnya, maka
kalimat diatas adalah sama, yakni semua merupakan kalimat berita.

Dengan demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja.


Asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisnya, kalimat
berita diakhiri dengan tanda titik. Dalam bentik lisan, nada suara berakhir
dengan nada turun.

b. Kalimat Perintah
Kalimat perintah, atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang
maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat yang
dapat memiliki bentuk perintah pada umumnya adalah kalimat taktransitif
atau transitif (baik aktif maupun pasif). Kalimat yang predikatnya
adjektiva kadang-kadang dapat juga memiliki bentuk perintah, bergantung
pada macam adjektivanya. Sebaliknya, kalimat yang bukan verbal atau
adjektival tidak memiliki bentuk perintah. Berikut contoh kalimat perintah.

o Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!


o Pergilah ke sekolah!
Dalam bentuk tulis, kalimat perintah seringkali diakhiri dengan tanda seru
(!) meskipun tanda titik biasa pula dipakai. Dalam bentuk lisan, nadanya
agak naik sedikit.
H a l a m a n | 14

c. Kalimat Perintah Taktransitif


Kalimat perintah traktransitif dibentuk dengan mengikuti kaidah berikut.

Hilangkan subjek, yang umumnya berupa pronomina persona kedua.


Pertahankan bentuk verba seperti apa adanya. Tambahlah partikel –lah bila
dikehendaki untuk sedikit memperhalus isisnya. Dari contoh berikut.

o Anda naik bus kota sekali-kali.


o Naik bus kota sekali-kali!
o Naiklah bus kota sekali-kali!
o Kamu berlibur ke tempat nenekmu.
o Berliburlah ke tempat nenekmu!
Baik verba traktransitif yang berupa kata dasar (naik), maupun yang
turunan (berlibur), tidak mengalami perubahan apa-apa.

d. Kalimat Perintah Transitif Aktif


Kaidah untuk membuat kalimat perintah yang verbanya transitif
mirip dengan kaidah yang untuk taktransitif kecuali mengenai bentuk
verbanya. Pada kalimat transitif, verbanya harus diubah menjadi bentuk
perintah terlebih dahulu dengan menanggalkan prefiks meng- dari
verbanya. Kalimat (a) adalah kalimat berita, sedangkan kalimat (b) kalimat
perintah.

o Engkau mencari pekerjaan apa saja.


o Carilah pekerjaan apa saja.
o Kamu membelikan adikmu seatu baru.
o Belikanlah adikmu sepatu baru.
o Saudara memberangkatkan kereta itu sekarang.
o Berangkatkan kereta itu sekarang.

Perlu kiranya diperhatikan bahwa yang dihilagkan hanyalah


prefiksnya saja, sedangkan sufiksnya masih tetap dipertahankan. Jika
prefiksnya terdiri atas dua unsur, seperti memper- atau member- maka
hanya mem-nya yang dihilangkan.

e. Kalimat Perintah Bentuk Pasif


Kalimat perintah dapat pula dinyatakan dalam bentuk pasif. Bentuk
verbanya masih tetap dalam bentuk pasif, dan urutan katanya juga tidak
berubah. Dalam bentuk tulis, bentuk itu ditandai lagi dengan tanda baca
seru (!). Sedangkan dalam bentuk lisan dengan nada yang agak naik.
H a l a m a n | 15

Contoh :

o Kontrak ini dikirim sekarang!


o Konsep perjanjian itu diketik serapi-rapinya, ya!
o Dijual saja mobil tua seperti itu.

f. Kaliamat Tanya
Kalimat tanya, yang juga dinamakan kalimat interogatif, adalah
kalimat yang isisnya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika orang ingin
mengetahui jawaban terhadap suatu masalah atau keadaan, maka ia
menanyakannya dan kalimat yang dipakai adalah kalimat tanya.

Ada lima cara untuk membentuk kalimat tanya:

o dengan menambahkan kata apa(kah),


o dengan membalikan urutan kata
o dengan memakai kata bukan atau tidak,
o dengan mengubah intonasi kalimat,
o dengan memakia kata tanya.

g. Kalimat seru
Kalimat seru, yangjuga diamakan kalmat interjektif, adalah kalimat
yang mengungkap perasaan kagum. Karena rasakagum berkaitan, maka
dengan seru

h. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk


menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau
pendengar seperti yang ada pada pikiran penulis atau pembicara.

Sebuah tulisan dapat dikatakan efektif apabila berhasil


menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis.

Hal ini berarti suatu kalimat efektif harus disusun secara sadar untuk
mencapai daya informasi yang tepat.

Ciri-ciri kalimat efektif antara lain:

Memiliki unsur pokok, minimal tersusun atas Subjek dan Predikat,


Menggunakan diksi yang tepat,
H a l a m a n | 16

Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran


yang logis serta sistematis,
Menggunakan tata aturan ejaan yang berlaku,
Memperhatikan penggunaan kata yaitu penghematan penggunaan kata,
Menggunakan variasi struktur kalimat, dan
Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa.

Tujuan Penggunaan Kalimat Efektif

Tujuan penggunaan kalimat efektif adalah menyampaikan gagasan,


informasi, perasaan dari si penulis kepada si pembaca agar tidak terjadinya
kesalahan. Secara singkat, tujuan kalimat efektif adalah menyampaikan
informasi secara tepat dari penulis kepada pembaca. Kalimat efektif
banyak digunakan pada berbagai tulisan, seperti makalah, skripsi, tesis,
disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya.

Syarat-Syarat Kalimat Efektif

Seorang penulis yang baik tidak hanya mementingkan gaya bahasa


dan kecermatan ejaan saja, penggunaan kalimat efektif juga perlu
diperhatikan agar informasi yang ingin disampaikan penulis dapat
tersampaikan dengan baik. Syarat-syarat kalimat efektif, yaitu kesatuan
gagasan, koherensi kalimat, kesejajaran, ketepatan pemilihan diksi,
kehematan kata, kelogisan, serta kecermatan tulisan. Di samping itu, perlu
diperhatikan juga tata kaidah ejaan yang benar. Misalnya penggunaan
tanda baca yang tidak tepat dapat menyebabkan tidak tersampaikannya
informasi dengan baik. Kalimat tidak dapat disebut kalimat efektif jika
tidak tepat dalam penggunaan tata kaidah ejaan meskipun ketujuh syarat
kalimat efektif sudah terpenuhi.

Contoh :

Aris membeli pulsa untuk kakaknya


Setiap kali mereka bertemu, mereka saling pandang
berpandangan
Sinta sedang menginvestasikan perabotan kantor
Para wanita perlu berhati – hati jika melewati lorong
H a l a m a n | 17

DAFTAR PUSTAKA

https://www.ilmudasar.com/2018/02/Kata.html

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kalimat-menurut-para-ahli-dan-
contohnya/

https://bahasa.foresteract.com/kalimat/

https://thegorbalsla.com/contoh-kalimat-efektif/
Diksi dan Arti

Kelompok II/ IIIB D-IV T.E

Disusun oleh :

Dimas Gusti Harfad Mohammad Hafidh F


NIM. 174177095 NIM. 174177085

Lathifatun Nazhiroh Muhammad Shulton A. I


NIM. 1741170053 NIM. 1741170073

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2019

18
H a l a m a n | 19

BAB II

DIKSI DAN ARTI

2.1 Diksi

2.1.1 Pengertian Diksi ( Pilihan Kata )


Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras
untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu.
Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang
maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah
membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap
apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi
yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya
ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan
pendengar atau pembaca.
Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan
kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan
intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam
kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk
memperoleh efek tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan
selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam
hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

2.1.2 Fungsi Diksi ( Pilihan Kata )


Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau
pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu
berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan
adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut
mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar
sosial dalam cerita tersebut.

2.1.3 Syarat Pemilihan Kata dalam Diksi ( Pilihan Kata )


Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat
H a l a m a n | 20

mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu
juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa
yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian
dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan :
a. Kaidah kelompok kata/ frase
b. Kaidah makna kata
c. Kaidah lingkungan sosial
d. Kaidah karang-mengarang

Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :


a. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya
pilihan kata/
diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
o Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok
kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
o Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang
bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita
tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu
pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa
besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak
seksama.
o Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak
lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja.
Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat
mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian
kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani.
Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta
tidak lazim dari sudut makna dan pemakaian-nya.
H a l a m a n | 21

b. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.


Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:
Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam
kamus. Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu,
adik, buku.
Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami
proses gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Contoh :
- Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ;
Adik mengotori lantai itu.
- Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-kacangan merupakan
salah satu sumber protein nabati.
- Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia bekerja di rumah
sakit bersalin
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
a. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi
panca indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi
disebut juga sebagai makna sebenarnya.
Contoh :
- Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
- Besi : logam yang sangat keras
b. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil
observasi pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi
disebut juga sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
- Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
- Jamban : kamar kecil

Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :


a. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang
konkret.
Contoh :
- meja, baju, membaca, menulis
b. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang
konkret.
Contoh :
- baik, indah, sedih, gembira

1. Perubahan Makna
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas.
H a l a m a n | 22

Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.


Misalnya:
Kata Dulu Sekarang
Berlayar Mengarungi laut dengan memakai Mengarungi lautan dengan
kapal layar alat apa saja
Putera-puteri Dipakai untuk sebutan anak-anak Sebutan untuk semua anak
raja laki-laki dan perempuan

Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu

Kata Dulu Sekarang


Sekarang Sebutan untuk semua orang Gelar untuk orang yang
cendikiawan sudah lulus dari perguruan
tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah yang mempelajari
ilmu agama Islam

Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :


Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya
barudirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru
dirasakan lebih rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
- Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar

2. Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan
sifat.
Contoh:
- Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu
Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan
antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
- Sayur itu rasanya pedas sekali
- Kata-katanya sangat pedas didengar.
H a l a m a n | 23

3. Relasi Makna
a. Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan
pengucapan.
Contoh :
- Bisa berarti ;
Dapat, sanggup
racun
- Buku berarti ;
Kitab
antara ruas dengan ruas
b. Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan
tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
- Teras(inti) dengan teras(halaman rumah)
- Sedan(isak) dengan sedan(sejenis mobil)
- Tahu(paham) dengan tahu(sejenis makanan)
c. Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan
pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti
Contoh:
- Bang dengan bank
- Masa dengan massa
d. Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi
mempunyai arti yang sama.
Contoh:
- Pintar dengan pandai
- Bunga dengan kembang

Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau


kemiripan. Oleh sebab itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya
dipergunakan sinomin kata supaya ada variasinya dan ada pergantiannya yang
membuat lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim dapat terjadi
disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
Pengaruh bahasa daerah
Contoh :
o Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
o Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
o Kata rindu bersinonim dengan kata kangen
Perbedaan dialek regional
Contoh :
o Handuk bersinonim tuala ,
o selop bersinonim seliper
H a l a m a n | 24

Pengaruh bahasa asing


Contoh :
o kolosal bersinonim besar,
o aula bersinonim ruangan,
o realita bersinonim kenyataan .
Perbedaan dialek sosial
Contohnya :
o suami bersinonim laki,
o istri bersinonim bini,
o mati bersinonim wafat.
Perbedaan ragam bahasa
Contohnya :
o membuat bersinonim menggubah,
o assisten bersinonim pembantu,
o tengah bersinonim madya.
Perbedaan dialek temporal
Contohnya :
o hulubalang bersinonim komandan,
o kempa bersinonim stempel,
o peri bersinonim hantu .
e. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
- Tua- muda
- Besar – kecil
- Luas – sempit
f. Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-masing
berarti’banyak’ dan ‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu kata yang memiliki
banyak makna.
Contoh:
- Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh manusia tetapi
dapat juga berarti orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor dan
sebagainya.
- Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh manusia tetapi dapat
juga kaki meja yang menahan meja.

2.1.4 Pembentukan Kata dalam Diksi ( Pilihan Kata )


Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada,
sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
H a l a m a n | 25

Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang
sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis misalnya:.
- Penanggalan awalan meng-
- Penanggalan awalan ber-
- Peluluhan bunyi /c/
- Penyengauan kata dasar
- Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
- Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir
- Padanan yang tidak serasi
- Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan terhadap
- Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
- Penggunaan kata yang hemat
- Analogi
- Bentuk jamak dalam bahasa indonesia.

Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau
konsep istilah tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah
tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan.
Contoh definisi :
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan,
dan benda-benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat,
perasaan dan kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari :

1. Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang
lebih umum di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu pembicaraan
atau diskusi.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik,
definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
2. Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah
istilah, bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi realis ada tiga macam, yaitu:
- Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan
antara penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian suatu benda
(definisi analitik) dengan penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari
suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia (definisi konotatif).
- Definisi diskriptif, yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat
khusus yang menyertai hal tersebut dengan penjelasan dengan cara
menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi.
H a l a m a n | 26

3. Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan dari
segi kegunaan atau tujuan. Definisi praktis dibedakan atas tiga macam yaitu:
- Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-
langkah pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati.
- Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan
kegunaan dan tujuannya.
- Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan
yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang lain.

Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah
sesuai dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa
kata. Bahasa asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa
Indonesia antara lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab,
bahasa Inggris dan ada juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata
serapan dalam bahasa Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia
terdapat 2 unsur, yaitu:
- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut
memiliki bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali
apabila
kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.

Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak
berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi,
sistem ejaan atau struktur bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai
dengan sistem fonologi, baik melalui proses penyesuaian ataupun tidak, misalnya
:Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa asing dapat dibagi
dua golongan. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia. Unsur seperti ini di pakai dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi penulisan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua unsur
pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah di sesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.

Anomali
- Indonesia Aslinya
- bank bank (Inggris)
- Intern intern (Inggris)
- qur’an qur’an (Arab)
- jum’at jum’at (Arab)
H a l a m a n | 27

Kata-kata di atas merupakan beberapa contoh kata serapan dengan unsur


anomali. Bila kita amati, maka akan dapat di simpulkan bahwa lafal yang kita
keluarkan dari mulut dengan ejaan yang tertera, tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Hal yang tidak sesuai adalah : bank=(nk), jum’at=(’).
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa
mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk di baca bagaimana
aslinya, sehingga timbul anomali dalam fonologi. Contoh :
- Indonesia Aslinya
- Expose Expose
- Export Export
- exodus Exodus
Kata kadang-kadang tidak hanya terdiri dari satu morfem, ada juga yang
terdiri dari dua morfem atau lebih. Sehingga penyerapannya dilakukan secara
utuh. Misalnya :
- Indonesia Aslinya
- Federalisme federalism (Inggris)
- Bilingual bilingual (Inggris)
- Dedikasi dedication (Inggris)
- Edukasi education (Inggris)

2.1.5 Pilihan Kata dan Penggunaan Diksi


1. Kata dari dan daripada
Contoh :
- Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
- Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan
sebab)
- Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (menyatakan
alasan)
2. Kata pada dan kepada
Contoh :
- Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
- Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)
3. Kata di dan ke
Contoh :
- Atika sedang berada di luar kota (fungsi kata depan di)
- Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar
(keterangan waktu)
4. Kata dan dan dengan
Contoh :
- Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin
- Ibu memotong kue dengan pisau
H a l a m a n | 28

5. Kata antar dan antara


Contoh :
- Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)
- Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)

2.2 Arti atau Makna Kata

2.2.1 Pengertian Makna Kata

Makna merupakan bentuk response dari stimulus yang diperoleh


pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang
dimiliki. Makna kata dapat menjadi jelas jika sudah digunakan dalam suatu
kalimat.

2.2.2 Jenis-jenis Makna Kata


Berikut macam-macam jenis makna kata beserta pengertiannya.
1. Makna Referensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada
referensnya, atau acuannya.
Contoh:
Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang
bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.
Disini perlu dicatat adanya kata-kata yang referennya tidak tetap. Dapat
berpindah dari satu rujukan kepada rujukan lain, atau juga dapat berubah
ukurannya. Kata-kata yang seperti ini disebut kata-kata deiktis. Misalnya
kata ganti aku dan kamu. Kedua kata ini (dan juga kata ganti yang lain)
mempunyai rujukan yang berpindah-pindah, dari persona yang satu kepada
persona yang lain.
2. Makna Nonreferensial
Sebuah kata atau leksem yang tidak memiliki refensnya atau yang diacu oleh
kata tersebut.
Contoh:
Kata tetapi dan oleh termasuk kata-kata yang bermakna nonreferensial karena
tidak ada acuannya dalam dunia nyata.
3. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna suatu kata sebelum mengalami proses
perubahan bentuk. Makna lesikal disebut pula makna kampus.
Contoh:
- Rumah = banguna untuk tempat tinggal
Itu rumah saya
- Daun = bagian tanaman yang tumbuh berhelai-helai pada ranting
sebagai alat bernafas dan mengolah zat makanan.
Daun sirsak banyak mengandung khasiat.
H a l a m a n | 29

4. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna suatu kata setelah kata itu mengalami
proses gramatikalisasi, seperti pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan.
Makna gramatikal sangat bergantung pada struktur kalimatnya. Oleh karena
itu, makna gramatikal disebut pula makna struktural.
Contoh:
- Rumah-rumahan = menyerupai rumah-rumahan.
Ina senang bermain rumah-rumahan.
- Makanan = segala sesuatu yang dapat dimakan
Hindarilah makanan yang mengandung lemak.

5. Makna Denotasi
Makna denotatif adalah makna suatu kata sesuai dengan konsep
asalnya, tanpa mengalami perubahan makna atau penambahan makna. Makna
denotasi disebut pula makna lugas.
Contoh:
- Tangan kanan = tangan sebelah kanan
Contoh:
Tangan kanan Milla terkilir sewaktu bermain bulutangkis.
- Kambing = binatang pemamah biak dan pemakan rumput atau daun-
daunan, berkuku genap, tanduknya berongga, diternakkan untuk
diambil daging, susu, atau bulunya.
- Pak Tejo mempunyai lima ekor kambing.
6. Makna Konotasi
Makna konotasi adalah makna suatu kata berdasarkan berdasarkan
perasaan atau pemikiran orang. Makna konotasi dapat dianggap sebagai
makna denotasi yang mengalami penambahan makna. Penambahan tersebut
berupa pengiasan atau perbandingan dengan benda atau hal lainnya. Oleh
karena itu, makna konotasi disebut pula makna kias atau makna kontekstual.
Contoh:
- Tangan kanan = orang yang dipercaya; pembantu utama
Polisi berhasil menangkap tangan kanan koruptor kelas kakap itu.
- Kambing hitam = orang yang dijadikan tumpuan kesalahan
Andre dituduh sebagai kambing hitam dalam kerusuhan antarkampung
itu.
7. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
Contoh:
Kata kuda memiliki makna konseptual ‘sejenis binatang berkaki
empat yang biasa dikendarai’;dan kata rumah memiliki makna konseptual
‘bangunan tempat tinggal manusia’. Jadi, makna konseptual sesungguhnya
sama saja dengan makna leksial, makna denotatif, dan makna referensial.
H a l a m a n | 30

8. Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah lleksem atau kata
berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada
diluar bahasa .
Contoh:
- Kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.
- Kata merah berasosiasi dengan ‘berani atau juga ‘paham komunis’.
Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambing atau
perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk
menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan,
atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut.

9. Makna Idiom
Makna idiom adalah satuan ujuran yang maknanya tidak dapat
“diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara
gramatikal.
Contoh:
Secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna ‘yang menjual
menerima uang dan yang mebeli menerima rumahnya’.
Ada dua macam idiom, yaitu:
- Idiom penuh
Idiom yang semua unsur-unsurnya sudah melebur menjadi satu
kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan
itu.
Contoh: membanting tulang, meja hijau, dan sebagainya
- Idiom sebagian
Idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya
sendiri.
Contoh: buku putih yang bermakna buku yang memuat keterangan
resmi mengenai suatu kasus.
Pada contoh tersebut, kata buku, masih memiliki makna leksikalnya.
10. Makna Peribahasa
Makna peribahasa masih dapat diramalkan karena adanya asosiasi atau
tautan antara makna leksikal dan gramatikal unsur-unsur pembentuk
peribahasa itu dengan makna lain yang menjadi tautannya.
Karena peribahasa ini bersifat memperbandingkan atau
mengupamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan.
Contoh:
- Tong kosong nyaring bunyinya.
Peribahasa tersebut bermakna ‘orang yang tiada berilmu biasanya
banyak cakapnya’.
H a l a m a n | 31

11. Makna Kias


Tampaknya penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti
sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun
kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti
konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.
Contoh:
- Putri malam dalam arti “bulan”
- Raja siang dalam arti “matahari”
H a l a m a n | 32

DAFTAR PUSTAKA

Moeliono, Anton M. 1982 “Diksi atau Pilihan Kata:Suatu Spesifikasi di dalam kosa
kata”Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid III. Nomor 3. Jakarta: Bharata.
http://dinamika.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/28102008121137
http://www.google.co.id/search?hl=id&cr=countryID&q=pilihan+kata+dalam+
http://teorikux.blogspot.co.id/2013/10/diksi-pilihan-kata.html
Sugono, Dendy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Jakarta.
Amran, Tasai. 2010 Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV Akademika Pressindo.
Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.
Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia perguruan tinggi. Erlangga. Jakarta
http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.htm
http://www.bisnet.or.id/vle/mod/resource/view.php?id=1057
http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-kalimat-efektif.html
http://zindriasihlinati.blogspot.com/2013/05/diksi-atau-pilihan-kata.html
http://maphikmah.blogspot.com/2017/01/makalah-makna-kata-bahasa-indonesia-dan.html
http://arismunandar2012.blogspot.com/2012/12/makalah-makna-kata-dalam-bahasa.html
PARAGRAF DAN WACANA

Disusun oleh:

Kelompok III/III B D4 TE

Achmad Wildan Maulana Muhammad Fattah A.


NIM. 1741170110 NIM. 1741170050
Anita Dwi Febriyana Rafhia Salma
NIM. 1741170091 NIM. 1741170094
Anugerah Kusuma Putra
NIM. 1741170041

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2019

33
H a l a m a n | 34

BAB III

PARAGRAF DAN WACANA

3.1 Paragraf
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh
kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal).Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal
paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas
satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea
semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal
jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi,
pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan
sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah
karangan.

3.1.1 Fungsi Paragraf


Adapun fungsi dari paragraf adalah:
1. Mengekspresikan gagasan yang tertulis
Maksudnya mengekspresikan gagasan disini ialah memberikan bentuk suatu pikiran
dan juga perasaan ke dalam rangkain kalimat yang tersusun sehingga membentuk
suatu kesatuan.
2. Untuk menandai peralihan gagasan baru
Maksudnya sebuah karangan yang terdiri beberapa paragraf memiliki beberapa ide
atau gagasan. Dan ide atau gagasan tersebut terletak dimasing-masing paragraf.
Sehingga jika kita membuat paragraf baru maka kita juga membuat gagasan baru.
3. Untuk memudahkan penulis dan pembaca
Yakni memudahkan penulis dalam menyusun gagasannya. Dan untuk memudahkan
pembaca dalam memahami gagasan dari penulis.
4. Memudahkan pengembangan topik
Yakni dalam mengembangkan topik sebuah karangan ke dalam bentuk pemikiran
yang lebih kecil.
H a l a m a n | 35

5. Untuk memudahkan pengendalian variabel


Yakni pengarang lebih mudah dalam mengendalikan variable, terutama pada karangan
yang terdiri dari banyak variabel.
1. Kelengkapan: sebuah paragraf dianggap lengkap jika paragraf tersebut dibangun
oleh beberapa kalimat yang terdiri atas kalimat utama dan kalimat-kalimat uraian
atau penjelas.
2. Kevariasian: sebuah paragraf dinyatakan memenuhi kriteria kevariasian apabila
kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut bervariasi baik dari segi
struktur kalimat, bentuk kata, maupun pilihan kata (diksi) yang digunakan.

3.1.2 Syarat Paragraf


Sebuah paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik
setidaknya harus memenuhi syarat kohesi, koherensi, kelengkapan dan kefariasian.
1. Kesatuan(kohesi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kesatuan apabila
kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama mendukung suatu hal atau
tema tertentu yang diangkat. Hal ini karena sebuah paragraf yang baik biasanya hanya
mengangkat suatu gagasan pokok saja.
2. Kepaduan (koherensi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kepaduan
apabila semua kalimat yang membangun paragraf saling terkait antara kalimat yang
satu dan kalimat yang lainnya yang membentuk paragraf tersebut.
3. Kelengkapan: sebuah paragraf dianggap lengkap jika paragraf tersebut dibangun oleh
beberapa kalimat yang terdiri atas kalimat utama dan kalimat-kalimat uraian atau
penjelas.
4. Kevariasian: sebuah paragraf dinyatakan memenuhi kriteria kevariasian apabila
kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut bervariasi baik dari segi struktur
kalimat, bentuk kata, maupun pilihan kata (diksi) yang digunakan.

3.1.3 Jenis Paragraf


Paragraf berdasarkan jenis ceritanya:
1. Paragraf narasi: Paragraf Narasi merupakan paragraf yang menceritakan suatu
kejadian berdasarkan urutan waktunya. Paragraf narasi terdiri dua jenis yakni narasi
kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian merupakan paragraf yang
menceritakan suatu kejadian. Sedangkan paragraf narasi runtut cerita yaitu paragraf
yang pola pengembangannya dimulai dengan sebuah tindakan yang menghasilkan
sesuatu berlanjut ketahap berikutnya hingga tahap ahir dari cerita.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat
mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini,
Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan
keunggulan mereka.”
H a l a m a n | 36

2. Paragraf eksposisi: Paragraf Eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk


memaparkan,menyampaikan informasi, menjelaskan dan juga menerangkan suatu
topik kepada orang lain. Tujuan paragraf eksposisi ialah untuk memberikan
informasi kepada oarang lain. Untuk memahami paragraf eksposisi kita harus
menganalisis dan juga menghubungkan dengan pengetahuan yang kita miliki.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, JawaTengah.
Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan
Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. Pada
tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat
Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana
Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr.
A. Teeuw”.
3. Paragraf agumentasi: Paragraf Agumentasi merupakan paragraf yang diguakan
untuk mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis yang disertai bukti dan
juga fakta (yang benar terjadi). Paragraf argumentasi bertujuan untuk meyakinkan
orang lain bahwa ide, gagasan, dan pendapat tersebut adalah benar adanya dan
terbukti nyata.
Contoh : “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin
yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru.
Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 –
2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil
HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 20010.”
4. Paragraf perfuasif: Paragraf persuasif merupakan paragraf yang mempunyai tujuan
untuk membujuk orang lain supaya melakuan sesuatu yang di inginkan oleh
penulisnya. Agar tujuan tersebut bisa tercapai, penulis harus bisa pembaca percaya
dengan disertai pembuktian yang nyata.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita
bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah – sampah
yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita
masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.

Paragraf berdasarkan letak dari pikiran utamanya:


1. Paragraf deduktif: Paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya
terlatak di awal paragraf. Dan untuk kalimat penjelasnya diletakkan setelah kalimat
utama.
Contoh paragraf deduktif :" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan
tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang
atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering
berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah
berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."
H a l a m a n | 37

2. Paragraf induktif: Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya


terletak diakhir paragraf. Dan kalimat penjelsanya diletakan sebelum kalimat utama.
Contohnya:" Pak Sopian memiliki kebun pisang seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak
Gatot, juga memiliki kebun pisang seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya,
malah memiliki kebun pisang yang lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar.
Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen pisang. Seperti mereka, dari
210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun pisang.
Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa
Pisang.
3. Paragraf campuran: Paragraf campuran merupakan paragraf yang kalimat utamanya
terletak di awal dan akhir kalimat. Sedangkan kalimat penjelasannya berada ditengah-
tengah paragraf.
Contoh : “Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang
kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan
rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan
gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah.
Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat,
murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat”.

3.1.4 Pola Pengembangan Paragraf


1. Pola umum-khusus (deduktif): Diawali dengan pernyataan yang sifatnya
umum.Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’, ‘banyak’.Pernyataan tersebut kemudian
dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang lebih khusus.
Contoh: Memiliki server sendiri memiliki banyak keuntungan.Salah satunya kita
dapat memanfaatkannya secara maksimal.Meskipun demikian biaya yang dikeluarkan
jauh lebih besar.Biaya untuk hardware saja sudah di atas Rp 10 juta, belum lagi biaya
perbulan.Selain itu kita juga membutuhkan tenaga professional untuk menjadi
operatornya.
2. Pola khusus-umum (induktif): Merupakan kebalikan dari pola deduktif.
Contoh: Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi
duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan
masuk. Kawasan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.
3. Pola definisi luas: Definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah usaha penulis
untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau hal. Penulis dapat
mengemukakan hal yang berupa definisi formal, definisi dengan contoh dan
keterangan lain yang bersifat menjelaskan arti dari sutau kata.

Contoh: Istilah Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya
populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas
suatu negaramenjadi semakin sempit.Globalisasi adalah suatu proses di mana antar
H a l a m a n | 38

individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait,
dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Dalam banyak hal,
globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasisehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya
peran negara atau batas-batas negara.
4. Pola proses: Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk
menciptakan atau menghasilkan suatu peristiwa.

Contoh: Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan
sebagai pembersih wajah.Caranya, ambillah daun anggur secukupnya.Lalu tumbuk
sampai halus.Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya.Tunggu sampai
mendidih.Setelah ramuan mendingin, ramuan siap digunakan.Oleskan ramuan pada
wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.

5. Pola kausalitas (sebab-akibat;akibat sebab): Dalam pola ini sebab bertindak


sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya. Namun
demikian, susunan tersebut bias juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan
utama, sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya.

Contoh: Beberapa pohon di kebun tidak mau berbungan seperti tanaman yang lain.
Padahal pohon tersebut sudah disiram dengan rutin.Pemberian pupuk juga dilakukan
seminggu sekali.Setelah diperiksa ternyata pohon tersebut tidak mendapat cahaya
matahari karena terhalang oleh pohon besar yang ada di sampingnya.

6. Pola ilustrasi: Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi atau contoh-
contoh yang nyata.Ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis.

Contoh: Sebelas tahun lalu Indonesia mengimpor gerbong kereta api dari Perancis.
Gerbong tersebut tampak mentereng karena dilengkapi dengan alat-alat
conditioning.Namun dimanakah sekarang gerbong-gerbong itu?Ternyata sudah
banyak yang rusak. Gerbong-gerbong itu kini hanya dipakai dalam trayek tingkat tiga
untuk mengangkut anak-anak sekolah dan para petani dari desa ke kota. Siapa yang
salah?Penumpangnya atau pegawai PT. KAI? Itulah contoh penggunaan teknologi
yang tak dibarengi SDM yang memadai, sehingga teknologi pun lekas rusak sebelum
waktunya.

7. Pola pertentangan atau perbandingan: Pola ini digunakan ketika membahas dua
hal berdasarkan persamaan dan perbedaannya.

Contoh: Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif yang murah.Setiap orang
dapat menjadi pelanggan dengan tidak banyak mengeluarkan biaya.Berbeda halnya
dengan petromaks.Meskipun sama-sama membutuhkan bahan bakar, tetapi energi
yang dihasilkan petromaks sangat kecil jika dibandingkan dengan pembangkit listrik
H a l a m a n | 39

biasa.Petromaks hanya digunakan di desa-desa, sedangkan listrik terdapat di kota-


kota.

8. Pola analisis: Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau agagsan yang
umum ke dalam perincian yang lebih logis.Dalam pola ini ada bagian yang dianalisis
yang terletak di awal paragraf dan yang menganalisis terletak setelahnya.

Contoh: APBN 2001 menghadapi tekanan yang berat.Tekanan itu pada dasarnya
berkaitan dengan tiga faktor.Pertama, memburuknya lingkungan ekonomi makro.
Kedua, tidak dapat dilaksanakannya secara optimal kebijakan fiscal di bidang
perpajakan, bea cukai, dan pengurangan subsidi BBM. Ketiga, adanya pembatalan
sebagian pencairan pinjaman untuk biaya pembangunan.

9. Pola klasifikasi: Merupakan sebuah proses untuk mengelompokkan hal atau peistiwa
atau benda yang dianggap punya kesamaan-kesamaan tertentu.
Contoh: Ikan air tawar terbagi ke dalam tiga golongan, yakni ikan peliharaan, ikan
buas, dan ikan liar. Ikan peliharaan terdiri atas ikan-ikan yang mudah diperbanyak.
Contohnya: ikan bandeng, ikan mas, ikan gurami, dan lain-lain. Ikan buas memiliki
sifat jahat terhadap ikan-ikan lain. Contohnya: ikan gabus dan ikan lele. Ikan liar,
meskipun jarang dipelihara, tetapi memiliki keuntungan secara ekonomis. Contohnya:
ikan paray, ikan bunter dan ikan ikan jeler.

10. Pola seleksi Penggambaran objek tidak dilakukan secara utuh, tetapi dipilih secara
perbagian berdasarkan fungsi, kondisi, atau bentuk.

Contoh: Sejak suaminya terpilih menjadi ketua partai politik, ia memutuskan untuk
mengubah penampilannya. Kini ia lebih banyak mengenakan busana panjang yang
sopan. Namun demikian kesan modis tak pernah ditinggalkan. Untuk menghadiri
jamuan makan malam, ia mengenakan busana bergaya Thailand. Untuk acara formal,
atasan model jas berlengan panjang dan rok span menjadi favoritnya. Untuk santai, ia
memilih busana model sackdress.

11. Pola sudut pandang atau titik pandang: Merupakan tempat pengarang melihat atau
menceritakan suatu hal.Sudut pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas
suatu barang.Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah.Sebagai orang
pertama, orang kedua, atau orang ketiga.

Contoh: Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke sungai.Bersama-
sama mereka memandikan kerbaunya.Mereka pun sama-sama mandi.Namun hal itu
tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas melinting rokok di depan gubuk
kecilnya semabrai menunggu Imas pulang. Malam pun terasa mulai sunyi.Dari tepi
hutan terdengar lolongan anjing.
H a l a m a n | 40

12. Pola dramatis: Dalampola ini cerita tidak disampaikan secara langsung, tetapi
dikemukakan melalui dialog-dialog. Hal yang membedakannya dengan pola sudut
pandang adalah cara penyampaiannya.

Contoh: Ayah Imas mengangguk.Diisapnya lagi sisa rokoknya dalam-dalam.“Ayo,


silakan!” ujar Pak Somad semabri menyodorkan kotak tembakau.“Terima kasih, ini
sudah cukup.Lagi pula hari sudah larut, saya mau pamit pulang.” ujar Ayah Imas.

3.2 Wacana
Wacana adalah deretan kalimat yang saling berkaitan satu sama lain dan
menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya di dalam kesatuan makna
yang semantis antar bagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacana juga merupakan
kesatuan bahasa yang lengkap dan sangat utuh karena setiap bagian wacana
berhubungan.
Wacana menempati hierarki teratas dalam tingkatan kebahasaan karena merupakan
satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Dan wacana juga dapat berupa kata, kalimat,
paragraf, atau karangan yang sangat utuh dan lebih besar, seperti artikel atau buku. Kata-
kata yang sering digunakan dalam wacana berpotensi sebagai kalimat, bukan kata yang
keluar dari konteks. Wacana sangat bergantung pada keutuhan dan keaslian unsur makna
dan konteks yang melengkapinya.
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana
merupakan satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam komunikasi. Satuan
bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata dan bunyi. Secara
berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase
dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk
wacana.
Berikut ini adalah pengertian wacana menurut beberapa ahli:
1) Hawthorn (1992) mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi yang
terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai
sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
2) Roger Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan
tulisan yang di lihat dari titik pandang kepercayaan,dan nilai.
3) Alwi dkk (2003) wacana adalah rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi
satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan.

3.2.1 Jenis-jenis wacana


1. Jenis wacan berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi dibedakan
atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana
lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit,
jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan
H a l a m a n | 41

berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan


subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan
berstruktur subjek-predikat.
2. Jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam
komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila
dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung
dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan
demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam
komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi
pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika
peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka
wacana yang dihasilkan disebut polilog.
3. Jenis wacana jika dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan tambahan dari sumber yang lain
yakni, wacana persuasi.
a) Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urutan-urutan suatu kejadian atau
peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya (biogragrafi/riwayat) seseorang yang
ditulisnya sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi
ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang
biasanya terdapat pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi
imajinatif
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
1) Kejadian
2) Tokoh
3) Konflik
4) Alur/plot
5) Latar yang terdiri atas latar waktu, tempat dan suasana.

Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian
secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan
waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atausetahun
kemudian kerap dipergunakan.
Tahap menulis narasi, yaitu ssebagai berikut:
1) Menentukan tema
2) Menentukan tujuan
3) Mendaftarkan topik atau gagasan utama
H a l a m a n | 42

4) Menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau


urutan waktu
5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan.

b) Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribereyang berarti gambaran,
rincian atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan
suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman
penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai
dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah
pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut.
Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan
kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai berikut:
1) Diskripsi Imajinatif/Impresionis
Ialah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si
penulis.
Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita: “Aku tidak lagi berada
di kamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang
yang sama sekali belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau
memenuhiruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.Kami semua
duduk di kursi yang diatur membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan
diskusi. Semua tampak duduktenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak
seorang punyang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.”
2) Deskripsi faktual/ekspositoris
Ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau
fakta-fakta yang dilihat
Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita: Lantai tiga kamar nomor tiga- nol-
lima. Benar, ini dia kamar yang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak
ke atas.Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak kecil warna
merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada kotak itu, dengan sebuah
perintah dalam bahasa Inggris, Write Your Massage! Pada note book itu kubaca
pesan untukku, ”Masuk saja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Tahap menulis karangan deskripsi, yaitu:
1) Menentukan objek pengamatan
2) Menentukan tujuan
3) Mengadakan pengamatan dan pengumpulan data
H a l a m a n | 43

4) Menyusun kerangka karangan


Mengembangkan kerangka menjadi karangan
c) Eksposisi
Kata eksposisi berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti: memamerkan,
menjelaskan atau menguraikan. Karangan eksposisi adalah karangan yang
memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan
tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya.
Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel
ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
d) Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau
penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha
meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Karangan argumentasi
dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan terhadap suatu pendapat dengan
memaparkan alasan-alasan yang rasional dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut:
1) Menentukan tema atau topik permasalahan,
2) Merumuskan tujuan penulisan
3) Mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan
yang mendukung,
4) Menyusun kerangka karangan,
5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1) Sebab-akibat, pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi
sebab berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
2) Akibat-sebab, pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan
akibatdan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
3) Urutan Pemecahan Masalah, pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang
menggambarkanmasalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
H a l a m a n | 44

e) Persuasi
Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan
tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini,
digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk
mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang
tidak rasional.

3.2.2 Ragam wacana


Pengelompokan wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Dilihat dari
jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikenal ada wacana monolog, dialog
dan poligon. Sedangkan dilihat dari tujuan komunikasi, ada wacana deskripsi,
eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi. Sedangkan dari bentuk saluran yang
digunakan, dikenal wacana lisan dan tulisan. Berikut, penjelasan mengenai jenis-jenis
atau ragam wacana yang telah disebutkan tadi.
1. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta
Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi. Ada tiga jenis
wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.
a) Wacana monolog
Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas
ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan untuk menggunakan waktunya,
tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari wacana monolog adalah ceramah,
pidato.
b) Wacana dialog
Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi pergantian
peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana yang
dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua orang yang
sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi dan tidak resmi.
c) Wacana polilog
Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicaraan dan
pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.
2. Wacana berdasarkan media komunikasi
Berdasarkan media komunikasi, wacana dibedakan menjadi dua wacana lisan dan
wacana tulis. Berikut penjelasanya :
H a l a m a n | 45

a) Wacana lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan wacana lisan adalah wacana yang disampaikan
secara lisan, melalui media lisan. Sedangkan, Menurut Mulyana wacana lisan adalah
jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis
wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Pada
dasarnya bahasa lahir melalui mulut atau lisan.
Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah
wacana lisan. Jauh sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh
manusia. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih
dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada bahasa tulis.
Wacana lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak
terputus.
2) Wacana lisan sulit diulang, dalam arti mengulang hal yang sama dengan
ujaran pertama.
3) Wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk
memperjelas makna yang dimaksud.
4) Wacana lisan biasanya lebih pendek daripada wacana tulis.
5) Wacana lisan juga melibatkan unsur kebiasaan atau pengetahuan yang telah
diketahui bersama

b) Wacana tulis
Menurut Henry Guntur Tarigan wacana tulis adalah wacana yang disampaikan
secara tertulis, melalui media tulis. Sedangkan menurut Mulyana, wacana tulis adalah
jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan.
Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan
melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif
dan efisian untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau
apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana dapat direalisasikan dalam
bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia,
dan lain-lain) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada
jenis wacana tulis.
Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk
mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf
adalah lambang bunyi. Huruf – huruf itu dipelajari manusia dan kemudian digunakan
untuk menyampaikan informasi kepada orang lain yang tinggal berjauhan.
H a l a m a n | 46

Wacana lisan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1) Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku
2) Wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit–unit
kebahasaannya
3) Wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap.

3.2.3 Syarat-syarat pembangunan wacana yang baik


Agar wacana menjadi baik, kita harus memperhatikan persyaratan dalam
pembangunan wacana. Syarat tersebut adalah wacana tersebut harus kohesif dan
koheren. Bila wacana tersebut kohesif dan koheren, akan terciptalah wacana yang
memiliki kepaduan, kesatuan, kelengkapan.
1. Kepaduan wacana
Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus kita lakukan adalah
kemampuan merangkai kalimat dan paragraf sehingga bertalian secara logis dan padu.
Untuk mempertahankan kalimat dan paragraf agar tetap logis kita harus menggunakan
kata hubung.
Terdapat dua jenis kata hubung yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata
penghubung antarkalimat. Kata penghubung intrakalimat adalah kata yang
menghubungkan antara anak kalimat dengan induk kalimat, sedangkan kata
penghubung antarkalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain. Contoh kata penghubung intrakalimat yaitu karena, sehingga,
tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka dan lain-lain. Contoh kata penghubung
antarkalimat yakni oleh karena itu, jadi, kemudian, namun, selanjutnya, bahkan dan
lain-lain.
2. Kesatuan wacana
Selain kepaduan, persyaratan penulisan wacana yang baik adalah prinsip kesatuan.
Yang dimaksud dengan prinsip kesatuan wacana adalah tiap paragraf-paragraf sebagai
penyusun wacana memiliki keterkaitan yang dibahas.
Keterkaitan tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan menggunakan pola
pengembangan khusus ke umum. Dengan pengembangan cara ini kita mampu
menjeaskan sesuatu dengan secara umum terlebih dahulu.
3. Kelengkapan wacana
Sebuah wacana dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat paragraf-paragraf
yang menjadi inti dari suatu pembahasan yang diangkat dalam wacana tersebut secara
lengkap untuk menunjuk pokok pikiran. Ciri-ciri paragraf penjelas yaitu berisi
penjelasan-penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dan lain-lain. Paragraf
penjelas juga memerlukan kata penghubung, baik kata penghhubung antarkalimat
maupun intrakalimat.
H a l a m a n | 47

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/wacana-
adalah/https://www.ayoksinau.com/pengertian-wacana-jenis-jenis-dan-bentuk-
wacana-keutuhan-wacana-contoh-wacana-ayoksinau-com/
https://www.ayoksinau.com/pengertian-wacana-jenis-jenis-dan-bentuk-wacana-
keutuhan-wacana-contoh-wacana-ayoksinau-com/
SURAT – MENYURAT

Disusun oleh

Kelompok 4 / III B D4 TE

BagusFajarAfandi Irvan Bayu Kristianto

NIM 1741170092 NIM 1741170037

Fairuz Namja Lucky Fathurahman Sofi Emilia

NIM 1741170075 NIM 1741170046

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2019

48
H a l a m a n | 49

BAB IV

SURAT MENYURAT

4.1. Pengertian
Secara umum surat adalah alat komunikasi tertulis yang disampaikan dari satu
pihak kepada pihak lain baik atas nama pribadi maupun atas nama organisasi atau
perusahaan.
Surat menyurat (korespondensi) adalah suatu kegiatan atau hubungan yang
dilakukan secara terus-menerus antara dua pihak yang dilakukan dengan saling
berkiriman surat.
Koreponden adalah orang yang berhak atau mempunyai wewenang untuk
mendantangani surat,baik atas nama perorangan maupun kantor organisasi.
Korespondensi ada dua macam, yaitu :
1. Korespondensi ekstern adalah hubungan surat menyurat yang dilakukan oleh
kantor atau bagian bagiannya dengan pihak luar.
2. Korespondensi intern adalah hubungan surat menyurat yang dilakukan oleh
orang-orang dalam satu kantor, termasuk hubungan kantor pusat dan kantor
cabang atau bagian lainnya.

4.2 Fungsi Surat


Fungsi utama surat adalah sebagai sarana berkomunikasi secara tidak langsung
dalam bentuk tertulis yangg mudah dilakukan baik dari jarak jauh maupun jarak
dekat, dengan biaya mudah.dibandingkan media lisan, penyampian berita melalui
surat lebih mudah karena isi surat dapat dikoreksi atau diteliti kembali sebelum surat
disampaikan kepada alamat yang dituju.

Fungsi-fungsi surat yaitu:

Sebagai media komunikasi


Sebagai bukti tertulis
Sebagai alat pengingat
Sebagai bukti historis
Sebagai pedoman kerja
Sebagai duta organisasi.

4.3 Jenis-jenis Surat


Surat secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu : surat pribadi, surat
dinas,dan surat niagaapabila ditinjau dari segi bentuk isi dan bahasnya. Sedangkan
apabila digolongkan berdasarkan pemakaiannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu suat
pribadi surat resmi dan surat dinas.
H a l a m a n | 50

Surat Pribadi

Surat Pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi.


Surat berupa korespondensi antara sesama teman atau keluarga. Ciri-ciri surat
pribadi,yaitu :

Tidak menggunakna kop surat


Tidak ada nomor surat
Salam pembuka dan penutup bervariasi
Penggunaan baha bebas,sesuai keinginan penulis
Format surat bebas

Surat Resmi
Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik
perseorangan, instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran,
dan surat pemberitahuan.

Ciri-ciri surat resmi:


1. Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi
2. Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
3. Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
4. Penggunaan ragam bahasa resmi
5. Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
6. Ada aturan format baku
Bagian-bagian surat resmi:
Kepala/kop surat
Kop surat terdiri dari:
1. Nama instansi/lembaga,ditulis dengan huruf kapital
2. Alamat instansi/lembaga,ditulis dengan variasi huruf besar
dan kecil.
3. Logo instansi atau lembaga
Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan
Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat
Hal, berupa garis besar isi surat
Tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor
surat)
Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)
Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)
Isi surat
H a l a m a n | 51

Uraian isi berupa uraian hari,tanggal,waktu,tempat dan


sebagainya ditulis dengan huruf kecil,terkecuali penulisan berdasarkan
ejaan yang disempurnakan (EYD)haruslah menyesuaikan.
Penutup surat
Penutup surat berisi :
1. Salam penutup
2. Jabatan
3. Tanda tangan
4. Nama (biasnya disertai nomer induk pegawaiatau NIP)
Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan
tentang adanya suatu kegiatan.

Surat Niaga

Surat niaga digunakan bagi badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha


niaga seperti industri dan usaha jasa. Surat ini sangat berguna dalam membangun
hubungan dengan pihak luar sehingga harus disusun dengan baik. Surat niaga
terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan perdagangan; dan dapat dibagi atas
surat niaga internal dan surat niaga eksternal. Salah satu contoh dari surat niaga
adalan surat penawaran dan surat penagihan.

Surat Dinas

kan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas
kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu
instansi.Fungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat
pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan
instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi.Ciri-
ciri surat dinas:

1. Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan


2. Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal
3. Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku
4. Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi
5. Menggunakan cap atau stempel instansi atau kantor pembuat surat
6. Format surat tertentu

Surat Lamaran Kerja

Surat lamaran kerja adalah surat yang dibuat dan dikirimkan oleh
seseorang yang ingin bekerja di sebuah kantor, perusahaan ataupun instansi
tertentu. Surat lamaran pekerjaan termasuk surat dinas atau resmi. Oleh karena itu,
terdapat aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan dalam penulisannya.
H a l a m a n | 52

Secara umum surat memiliki bagian-bagian seperti berikut ini :

Tempat dan tanggal pembuatan surat


Nomor surat
Lampiran
Hal atau perihal
Alamat tujuan
Salam pembuka
Isi surat yang terbagi lagi menjadi tiga bagian pokok yaitu :
1. paragraf pembuka
2. isi surat
3. paragraf penutup
Salam penutup
Tanda tangan dan nama terang

4.4 Bagian-Bagian Surat

1. Kepala Surat (Kop Surat)


Bagian paling atas dalam surat adalah kepala surat atau yang juga dikenal
sebagai kop surat. Kop surat memuat informasi mengenai nama, logo, identitas dan
alamat kantor lembaga pengirim surat. Fungsi kop surat juga penting sebagai media
promosi dari lembaga atau organisasi pengirimnya.

Bagian kepala surat biasanya terdiri dari hal-hal berikut

Nama lembaga

Logo/lambang lembaga
Alamat lembaga
Nomor telepon lembaga
Kode pos dan fax lembaga (jika ada)
Alamat email dan website lembaga (jika ada)

2. Tempat dan Tanggal Surat

Bagian surat berikutnya adalah tempat dan tanggal surat. Pencatuman tempat
dan tanggal surat bertujuan untuk memberi informasi mengenai kapan dan dari mana
surat tersebut dikirim.

Tempat surat kadang juga tidak dicantumkan kembali jika sudah ditulis di
alamat instansi pada bagian kop surat, meski kadang juga dicantumkan kembali.
Sementara tanggal surat ditulis sesuai waktu surat dikirim.
H a l a m a n | 53

Cara penulisan tempat dan tanggal surat di Indonesia dimulai dari


kabupaten/kota diikuti oleh tanggal, lalu bulan dan tahun.

Contoh penulisan tempat tanggal surat :

Surabaya, 26 September 2018


Jakarta, 5 Januari 2019
Medan, 13 Agustus 2015

3. Nomor Surat

Dalam surat resmi selalu ada nomor surat yang dicantumkan. Penomoran surat
ini dilakukan oleh surat resmi yang dikirim oleh lembaga, instansi, perusahaan atau
organisasi yang resmi dan terdaftar.

Penggunaan nomor surat biasanya meliputi nomor urut penulisan surat, kode
surat, tanggal, bulan dan tahun penulisan surat. Fungsi nomor surat adalah untuk
memudahkan pengaturan dan penyimpanan surat serta mengetahui jumlah surat yang
dikeluarkan sebuah lembaga.

Penempatan nomor surat disesuaikan degan bentuk dan sistem penulisannya.


Nomor surat bisa diletakkan di sebelah kiri atas kertas untuk surat berperihal serta
bisa juga diletakkan di bawah judul untuk surat yang berjudul.

Contoh penulisan nomor surat :

045/BNS/01/08/2017
127/PMI/X/2018

4. Lampiran yang Disertakan

Pada beberapa surat juga terdapat lampiran yang disertakan. Bagian lampiran
merupakan penjelas yang memberi informasi bahwa ada berkas atau dokumen lain
yang disertakan dalam surat tersebut. Jika misal tidak terdapat berkas atau dokumen
yang dilampirkan, maka bagian lampiran ditiadakan.

Penulisan lampiran yang disertakan bisa disebutkan jumlah lembar, eksemplar


atau cukup jumlah berkasnya dengan bentuk huruf. Jika lebih dari sepuluh maka
ditulis dalam bentuk angka. Sedangkan jika tidak ada lampiran bisa ditulis tanda
penghubung atau tanda minus.
H a l a m a n | 54

5. Hal/Perihal

Bagian-bagian surat resmi berikutnya adalah bagian hal atau perihal. Fungsi
bagian hal dalam surat adalah memberi petunjuk pada pembaca tentang kepentingan
dan isi pokok dalam surat tersebut. Singkatnya, hal atau perihal hampir sama dengan
judul pada surat berjudul.

Tata cara penulisan hal atau perihal yaitu tidak ditulis dengan huruf kapital
keseluruhannya, tapi pada huruf pertama kata utamanya saja. Di akhir hal atau perihal
juga tidak perlu diberikan tanda titik.
6. Alamat Tujuan

Alamat tujuan juga menjadi salah satu bagian surat, yaitu alamat yang dituju
dalam pengiriman surat. Terdapat dua alamat tujuan yang ditulis yakni alamat luar
yang ditulis di sampul surat serta alamat dalam yang ditulis di bagian dalam kertas
surat.

Pada alamat di bagian sampul harus ditulis secara lengkap, sedangkan di


bagian dalam, alamat tujuan boleh ditulis sebagian saja. Biasanya juga ditujukan
orang atau instansi yang dituju dan menggunakan kata-kata seperti ‘Bapak/Ibu’ atau
‘Yth.’

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan alamat tujuan surat:

Bisa menggunakan kata Yth (singkatan dari yang terhormat) untuk menghormati
pihak yang dikirim surat bisa berupa atasan, rekan kerja, kolega atau teman.
Bisa menggunakan sebutan Bapak, Ibu atau Sdr yang diikuti oleh nama orang yang
dituju.
Di akhir tiap baris tidak perlu diberikan tanda titik, kecuali untuk singkatan.
Dianjurkan menyertakan kode pos untuk memudahkan pengiriman surat pada yang
dituju.

Contoh penulisan alamat tujuan surat :

Yth. Direktur PT Maju Jaya


Jalan Airlangga No. 15
Surabaya

Yth. Bapak Sukamto


Kepala Sekolah SMA 1 Malang
Jalan Arlita No. 26
Kabupaten Malang
H a l a m a n | 55

PT Rajawali Jaya Karta


Jalan Pahlawan No. 125
Medan 15320
Sumatera Utara

7. Salam Pembuka

Bagian surat berikutnya adalah bagian salam pembuka. Fungsi salam pembuka
adalah untuk membuka pembicaraan dalam surat sesuai adab sopan santun. Salam
pembuka berisi sapaan-sapaan pada umumnya. Penulisan salam pembuka diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda koma.

Contoh salam pembuka :

Dengan hormat,
Assalamualaikum wr. wb,
Selamat pagi,

8. Isi surat

Bagian ini merupakan bagian inti dari surat yakni isi surat. Isi surat memuat
apa saja yang perlu disampaikan oleh pengirim kepada orang atau lembaga yang
dituju. Layaknya bentuk karangan pada umumnya, isi surat terdiri dari 3 bagian yakni
bagian pembuka, bagian inti dan bagian penutup.

Bagian pembuka pada isi surat berisi pengantar bagi pembaca untuk
mengetahui isi dan berita yang akan disampaikan oleh pengirim surat. Pokok masalah
atau berita sudah tertera dalam bagian pembuka ini dan akan lebih dijelaskan di
bagian inti.

Bagian inti pada isi surat berisi maksud dan tujuan utama dari pengiriman
surat. Maksud pengiriman surat disinggung secara jelas, singkat dan padat pada
bagian inti agar pesan surat bisa tersampaikan pada pembacanya.

Bagian penutup pada isi surat berisi penegasan dan kesimpulan dari isi surat
secara keseluruhan. Selain itu penutup juga bisa berisi harapan atau ucapan terima
kasih pada pembaca atas penyampaian pesannya.

Bagian penutup merupakan penegasan, simpulan, harapan, atau ucapan terima


kasih. Dengan demikian, bagian penutup menandai bahwa uraian pokok yang ingin
disampaikan melalui surat sudah selesai. Bagian penutup hendaknya singkat, tegas,
dan tidak perlu berbasa-basi secara berlebihan.
H a l a m a n | 56

9. Salam Penutup

Bagian salam penutup berada pada bagian akhir surat. Salam penutup
digunakan sebagai ucapan salam akhir untuk menambah kesantunan dalam berkirim
pesan, meski tidak harus ada. Penulisannya diawali huruf kapital dan diakhiri oleh
tanda koma.

Contoh salam penutup :

Hormat kami,
Wassalamualaikum wr.wb,
Terima kasih,

10. Nama pengirim dan tanda tangan

Pada bagian bawah surat, harus terdapat nama pengirim beserta


tandatangannya. Nama yang tercantum adalah nama lengkap atau nama terang dari
pengirim atau orang yang bertanggungjawab pada pengiriman surat tersebut. Selain
itu juga dibubuhi tandatangan dari pengirim.

11. Tembusan

Bagian tembusan merupakan bagian surat yang menunjukkan pihak atau orang
lain yang juga berhak mendapatkan surat tersebut. Meski begitu, tidak semua surat
memiliki tembusan.

Nah demikian referensi bagian-bagian surat resmi dan artinya beserta


penjelasan lengkapnya. Dalam kaidah penulisan surat terdapat beberapa format dan
struktur surat resmi yang harus dipenuhi, meski tidak semua bagian surat harus ada,
terutama untuk surat yang tidak resmi.
H a l a m a n | 57

4.5 Bentuk-Bentuk Surat

Bentuk lurus penuh (full block style).


Yaitu bentuk surat yang penulisannya semua dimulai dari pinggir sebelah kiri. artinya,
mulai dari tanggal, kata penutup sampai kata lampiran yang ditulis di sebelah bawah
penulisannyadimulai dari kiri.
Contoh Format:

1. Kop Surat
2. Tanggaldibuatnyasurat
3. Nomor Surat
4. Lampiran
5. Hal
6. Surat yang di tujukan
7. Salam Pembukaan
8. isisurat
o Pendahuluanisisurat
o Penjelasanisisurat
o Penutupisisurat
9. Nama jabatan
10. TandaTangan
11. Nama yang mendatangani
12. Tembusan
13. Halamanlampiransurat
14. Inisial
H a l a m a n | 58

Bentuk lurus (block style)


Bentuk Lurus (Block Style atau Modified Block Style) merupakan bentuk
surat yang memiliki posisi kanan pada tanggal dan salam penutup. Bentuk surat ini
sama saja halnya dengan Bentuk Lurus Penuh namun yang membedakan hanyalah
tanggal dan salam penutup berada pada posisi kanan, baik dalam penulisan,
pengetikan maupun strukturalnya. Bagian-bagian surat dari Bentuk Lurus (Block
Style atau Modified Block Style) :

1. Kop Surat
2. Tanggaldibuatnyasurat
3. Nomor Surat
4. Lampiran
5. Hal
6. Surat yang di tujukan
7. Salam Pembukaan
8. isisurat
o Pendahuluanisisurat
o Penjelasanisisurat
o Penutupisisurat
9. Nama jabatan
10. TandaTangan
11. Nama yang mendatangani
12. Tembusan
13. Halamanlampiransurat
14. Inisial
H a l a m a n | 59

Bentuk setengah lurus (semi block style).


Sebenarnya sama dengan bentuk surat lurus, perbedaannya terletak pada
penulisan isi surat dan tiap alinea baru menjoraok (masuk ke dalam). pada praktiknya,
surat dengan bentuk ini banyak dipergunakan oleh perusahaan.

1. Kop Surat
2. Tanggaldibuatnyasurat
3. Nomor Surat
4. Lampiran
5. Hal
6. Surat yang di tujukan
7. Salam Pembukaan
8. isisurat
o Pendahuluanisisurat
o Penjelasanisisurat
o Penutupisisurat
9. Nama jabatan
10. TandaTangan
11. Nama yang mendatangani
12. Tembusan
13. Halamanlampiransurat
14. Inisial
H a l a m a n | 60

Bentuk lekuk (indented style).


Bentuk Lekuk (Indented Style) merupakan bentuk surat dimana surat yang di
tujukan memiliki alinea formasi baris berbentuk tangga turun. Bentuk Lekuk ini
biasanya memiliki alinea paragraf yang melekuk sehingga tidak terlihat rapih namun
terlihat terstruktur terutama pada bagian Surat yang di tujukan bentuk formasi
alineanya seperti tangga kebawah. Bagian-bagian surat dari Bentuk Lekuk (Indented
Style) :

1. Kop Surat
2. Tanggaldibuatnyasurat
3. Nomor Surat
4. Lampiran
5. Hal
6. Surat yang di tujukan
7. Salam Pembukaan
8. isisurat
o Pendahuluanisisurat
o Penjelasanisisurat
o Penutupisisurat
9. Nama jabatan
10. TandaTangan
11. Nama yang mendatangani
12. Tembusan
13. Halamanlampiransurat
14. Inisial
H a l a m a n | 61

Bentuk menggantung (hanging paragraph).


Bentuk Alinea Menggantung (Hanging Paragraph) merupakan bentuk surat
dimana Tubuh Surat memiliki alinea yang menggantung. Maksud dari alinea
menggantung adalah setelah alinea baru, baris berikutnya masuk lima spasi. Jadi
setelah alinea pertama, alinea berikutnya harus diberikan spasi sekitar 5 spasi.
Biasanya bentuk surat ini ada pada kedinasan tertentu. Bagian-bagian surat dari
Bentuk Alinea Menggantung (Hanging Paragraph):

1. Kop Surat
2. Tanggaldibuatnyasurat
3. Nomor Surat
4. Lampiran
5. Hal
6. Surat yang di tujukan
7. Salam Pembukaan
8. isisurat
o Pendahuluanisisurat
o Penjelasanisisurat
o Penutupisisurat
9. Nama jabatan
10. TandaTangan
11. Nama yang mendatangani
12. Tembusan
13. Halamanlampiransurat
14. Inisial
H a l a m a n | 62

Bentuk Sederhana (Simplified Style)


Bentuk Sederhana (Simplified Style) merupakan bentuk surat yang hampir
mirip dengan Bentuk Lurus Penuh namun hanya saja tanpa ada salam pembuka dan
salam penutup. Biasanya surat ini di tujukan kepada orang-orang yang sedang bekerja
di perusahaan itu. Terkadang penulisan Surat Bentuk Sederhana ini sangatlah simple
tanpa perlu memandang kerapihan dan keteraturan. Bagian-bagian surat dari Bentuk
Sederhana (Simplified Style) :

1. Kop Surat
2. Tanggaldibuatnyasurat
3. Nomor Surat
4. Lampiran
5. Hal
6. Surat yang di tujukan
7. Salam Pembukaan
8. isisurat
o Pendahuluanisisurat
o Penjelasanisisurat
o Penutupisisurat
9. Nama jabatan
10. TandaTangan
11. Nama yang mendatangani
12. Tembusan
13. Halamanlampiransurat
14. Inisial
H a l a m a n | 63

Bentuk Resmi (Official Style).


Surat Resmi merupakan surat yang sering digunakan dalam bidang kedinasan,
keorganisasian, lembaga-lembaga instansi, maupun pekerjaan. Surat ini
dikatergorikan paling umum di gunakan dalam kehidupan sehari-hari jika sedang
berurusan dengan instansi atau kelembagaan, baik lembaga pendidikan maupun
perusahaan tertentu.

1. Kop Surat
2. Tanggaldibuatnyasurat
3. Nomor Surat
4. Lampiran
5. Hal
6. Surat yang di tujukan
7. Salam Pembukaan
8. isisurat
o Pendahuluanisisurat
o Penjelasanisisurat
o Penutupisisurat
9. Nama jabatan
10. TandaTangan
11. Nama yang mendatangani
12. Tembusan
13. Halamanlampiransurat/Inisial
H a l a m a n | 64

DAFTAR PUSTAKA

http://contohsuratyangbenar.blogspot.com/2016/04/teori-surat-menyurat-fungsi-surat-
dan.html

http://srirantidv.blogspot.com/2017/04/jenis-jenis-surat-dan-bentuk-bentuk.html

https://manajementperkantoranfenny.wordpress.com/2012/06/01/bentuk-bentuk-surat/

http:/srirantidv.blogspot.com/2017/04/jenis-jenis-surat-dan-bentuk-bentuk.html

http://airisarosania09.blogspot.com/2017/04/pengertian-bentuk-dan-jenis-surat.html
KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh

Kelompok 5 / III B D4 TE

Ahmad Ihya’ Aditya .P. Yorikho Wisesa .A.

NIM 1741170105 NIM 1741170035

Eriska Anggita Guffron Budi Syahrony

NIM 1741170097 NIM 1741170043

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

MALANG

2019

65
H a l a m a n | 66

BAB V

KARYA ILMIAH

5.1 Pengertian Karya Tulis

Karya tulis merupakan hasil karangan dalam bentuk tulisan yang merupakan hasil
pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu dan disusun secara sistematis.

Karya tulis terdiri dari dua kata yaitu karya dan tulis. Karya menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesig (KBBI) adalah pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan (terutama
hasil karangan). Sedangkan kata Tulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah huruf atau angka yang dibuat dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya), bersurat
(yang sudah disetujui), yang ada tulisannya.

Dari pegertian KBBI dapat kami simpulkan bahwa karya tulis merupakan hasil
karangan dalam bentuk tulisan atau karangan yang mengetengahkan hasil pikiran, hasil
pengamatan, tinjauan dalam bidang terfentu yang disusun secara sistematis. Karya tulis
juga dapat dikatakan tulisan yang membahas masalah tertentu berdasarkan pengamatan
secara sistematis dan terarah.

Karya tulis ilmiah (KTI) merupakan karya hasil pemikiran atau hasil penelitian
yang ditulis secara sistematis rasional, logis, objektif, analitis, dan konsisten (taat
azas)dan netral.Pemaparan karya ilmiah ditulis secara mendalam dengan menggunakan
konsep berfikir analisitik untuk menjelaskan "mengapa" atau "bagaimana" suatu topik
permasalahan itu terjadi dan bagaimana cara pemecahannya. Pemaparan karya ilmiah
disusun secara sistematis dengan menggunakan alur berpikir logis yang runtut dan
terarah. Hasil atau penelitian ditulis secara objektif yaitu mengungkap fakta apa adanya
dengan menggunakan berbagai dukungan informasi yang relevan. Karya tulis akan dinilai
berbobot ilmiah apabila ditulis dengan menggunakan bahasa baku yaitu bahasa yang
biasa digunakan oleh lembaga formal. Pemikiran dan istilah yang digunakan dalam karya
ilmiah selalu kosisten, taat kepada peraturan penulisan ilmiah

Karya tulis ilmiah memiliki ciri - ciri objektif, rasional, kritis, reserved. (1)
objective , yaitu karya ilmiah dikembangkan dari keadaan yang tampak nyata; (2) rational
, yaitu menggunakan cara berfikir yang sesuai dengan kaidah ilmu yang ditulis; (3) kritis
terhadap hal - hal yang dianggap telah menyimpang dan kritis menyampaikan ide - ide
baru yang brilliant untuk mengatasi permasalahan; (4) reserved, menahan diri, hati - hati,
jujur, lugas dan tidak menyertakan motif- motif pribadi untuk kepentingan tertentu.
Pengutipan sumber disertai dengan identitas sumber yangjelas.

Karya tulis ilmiah pada umumnya berbentuk makalah/artikel, laporan kegiatan;


KKN ) , skripsi, tugas akhir, laporan penelitian, dsb. Kalangan akademisi dituntut
membuat KTI untuk memenuhi sebagian tugas belajar, presentasi makalah dalam
seminar, publikasi hasil penelitian atau menyampaikan hasil pemikiran melalui media
cetak.
H a l a m a n | 67

5.1.1 Sistematika Penulisan


A. BAGIAN PEMBUKA
1. Halaman Sampul
2. Halaman Judul
3. Halaman Pengesahan
4. Abstraksi
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Daftar Tabel, Gambar, Grafik, dll.

B. BAGIAN ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakangg Masalah
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Batasan masalah
1.6 Definisi Istilah (Boleh ada, boleh tidak)
1.7 Hipotesis

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.5 Teknik Analisis Data
3.6 Desain Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.2 Pembahasan

BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

C. BAGIAN AKHIR
Daftar Pustaka
Lampiran
H a l a m a n | 68

Biodata Penelit
Sistematika di atas merupakan sistematika yang lengkap dan runtut dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah (KTI). Dalam Karya Tulis Ilmiah, jenis huruf yang digunakan
adalah Times New Roman, dengan size 12. Kertas yang dipakau adalah A4, dengan
margin sebagai berikut:
Top : 4 cm
Left : 4 cm
Right : 3 cm
Bottom : 3 cm

Pada Halaman Sampul, berisi Judul, Tujuan KTI, Penyusun, Lembaga, dan
Tahun Penyelesaian.
Pada Halaman Judul, berisi sama seperti halaman sampul, namun sudah mulai
pemberian halaman menggunakan huruf romawi keci. "i".
Pada Halaman Pengesahan, berisi Judul Karya Tulis yang di susun
oleh.......... telah di teliti dan di sah kan oleh: tanda tangan pembimbing dan
kepala Lembaga.
Pada Abstraksi, berisi gambaran dari isi keseluruhan karya tulis. Jangan lupa
untuk menuliskan judul, kata kunci, dan untuk line spacing nya 1.
Pada Kata Pengantar, berisi ucapan syukur, judul, tujuan, ucapan terimakasih,
harapan, kritik dan saran, serta tempat, tgl, bula, tahun dibuatnya KTI tersebut.
Pada BAB I PENDAHULUAN, format penulisan Times New Roman, 14,
Bold, Center.
Pada Bab Latar Belakang Masalah, format penulisan Times New Roman, 12,
Bold, Left.
Pada Rumusan Masalah, kalimat yang digunakan adalah kallimat tanya.
Pada Jenis Penelitian, berisi jenis penelitian kita, yaitu eksperimen atau non
eksperimen.
Pada Metode Pengumpulan Data, itu bisa berupa eksperimen, interview,
angket, dsb.
Pada Desain penellitian, berisi tentang gambaran secara umum proses
penelitian dari awal hingga akhir.
Pada Kesimpulan, berisi tentang kesimpulan penelitian. Biasanya jawaban dari
rumusan masalah.
Pada Bagian akhir poin C, sudah tidak memakai halaman.
H a l a m a n | 69

5.1.2 Unsur-unsur karya tulis ilmiah adalah

- Judul
- Pendahuluan
- Kerangka Teoretis
- Metodologi Penelitian
- Pembahasan
- Simpulan dan Saran
- Daftar Pustaka
- Pembahasan
Judul dalam karya tulis ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan
lengkap, serta mencerminkan hubungan antarvariabel.
Ada dua cara penulisan judul dalam karya tulis ilmiah, yaitu:
Menggunakan huruf kapital semua kecuali pada anak judulnya
Menggunakan huruf kecil kecuali huruf-huruf pertamanya. Pada cara
ini, kata-kata penggabung (dengan dan tentang) serta kata-kata depan
(di, dari, dan ke) huruf pertamanya tidak boleh menggunakan huruf
kapital.
Pada akhir judul tidak boleh menggunakan tanda baca apa pun, termasuk titik
ataupun koma.

Pendahuluan pada karya tulis ilmiah mencakup :


- Latar belakang masalah
- Perumusan masalah
- Tujuan penelitian
- Manfaat atau kegunaan penelitian
- Metodologi penelitian yang digunakan adalah

Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan hanya


menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakukan apa
pun. Data dapat berupa fakta kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.
Metode eksperimen adalah metode penelitian bertujuan untuk
memperoleh gambaran atas suatu gejala setelah mendapatkan perlakuan.
Metode penelitian kelas adalah metode penelitian dengan tujuan untuk
memperbaiki persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu.
Daftar pustaka memiliki susunan baku yaitu nama yang disusun di
balik; tahun terbit; judul pustaka; kota terbit; dan penerbit.
H a l a m a n | 70

5.2 Jenis Karya Tulis

Karya tulis dibedakan menjadi 3, yaitu karya tulis ilmiah. karya tulis non
ilmiah, dan karya tulis populer.

5.2.1. Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang


diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari olehhasil Pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertetu, disusun menurut metode tertentu
dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.

Karya tulis ilmiah dikategorikan ke dalam 11 macam, di antaranya:

Laporan penelitian adalah laporan yang ditulis berdasarkan penelitian.


Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas,
laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan,
dsb.
Skripsi adalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana
sastra satu (Si).
Tesis adalah tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sastra dua
(S2), yaitu Master.
Disertasi adalah tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga
(S3), yaitu Doktor.
Surat pembaca adalah surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi
suatu tulisan ilmiah.
Laporan kasus adalah tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang
dilandasi dengan teori.
Laporan tinjauan adalah tulisan yang berisi tinjauan karya ilmiah dalam
kurun waktu tertentu. Misalnya BiologicalAnthropohgy in the Americas:
900-2000.
Resensi adalah tanggapan terhadap suatu karangan atau buku yang
memaparkan manfaat karangan atau buku tersebut bagi pembaca.
Monograf adalah karya asli menyeluruh dari suatu masalah Monografini
dapat berupa tesis ataupun disertasi.
Referat adalah tinjauan mengenai karangan sendiri dan karangan orang
lain.
Kabilitasi adalah karangan-karangan penting dikerjakan sarjana
Departemen Pendidikan Nasional untuk bahan kuliah.
H a l a m a n | 71

Ciri-ciri karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Objektif.
2. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang di ungkapkan
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Juga setiap pernyataan atau simpulan
yang di sampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggung jawabka.
Dengan demikian, siapapun mengecek (memverifikasi) kebenaran dan
keabsahannya.
3. Netral.
4. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari
kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok.
Oleh karena itu, penyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau
mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
5. Sistematis.
6. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti
pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan
sebagaainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan
mudah alur uraiannya.
7. Logis.
8. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakan, pola nalar induktif atau
deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola
induktif, sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis
digunakan pola deduktif.
9. Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan).
10. Setiap pertanyaan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu
menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional
(menggebu-gebuseperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang
brkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan
marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
11. Tidak pleonastis.
12. Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya
atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).
13. Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.

5.2.2. Karya Tulis Non Ilmiah


Karya tulis non ilmiah merupakan karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subjektif, tidak
H a l a m a n | 72

didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang populer atau
biasa digunakan (tidak terlalu formal).

Berikut macam-macam dari karya tulis non ilmiah:


1. Dongeng
Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah
nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandug
makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhlkuk lainya.
2. Cerpen
Cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat
dan langsugn pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang,
seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.
3. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam
bentuk cerita.
4. Drama
Drama adalah suatu bentuk karya sastra yeng memiliki bagian untuk diperankan
oleh aktor.
5. Roman
Roman adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya
melukiskan perbuatan pelakunanya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

Karya tulis non ilmiah memiliki beberapa ciri, di antaranya;


- Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
- Fakta yang disimpulkan subjektif.
- Gaya bahasa konotatif dan populer.
- Tidak memuat hipotesis.
- Penyajiran diabarengi dengan sejarah.
- Bersifat imajinatif.
- Situasi didramatisir.
- Bersifat persuasif.
- Tanpa dukungan bukti.
H a l a m a n | 73

5.3 Karya Tulis Populer


Karya tulis populer merupakan semacam karangan ilmiah yang mencakup ciri-ciri
karangan ilmiah, yaitu menyajikan fakta-fakta secara cermat, jujur, netral, dan sistematis,
sedangkan pemaparanya jelas, ringkas, dan tepat.

Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya
menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan
mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Yang menjadi bagian dari contoh karya ilmiah populer di antaranya;


5.3.1. Artikel
Artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat
untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan
menyampaikan gagasan dan fakta yang dapan menyakinkan, mendidik, dan
menghibur.
5.3.2. Resensi.
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu
buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD.
5.3.3. Resume atau ringkasan
Resume atau ringkasan adalah ringkasan atau rangkuman dari suatu tulisan/karangan
panjang yang dipangkas dengan mengambil bagian pokok serta menyisihkan rincian
dan ilustrasinya
5.3.4. Sinopsis
Sinopsis adalah ikhtisar adalah karangan yang biasanya diterbitkan bersama-sama
dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu; ringkasan; abstraksi.
H a l a m a n | 74

DAFTAR PUSTAKA

Filyan Ibrahim. Pedoman Umum EBI “Ejaan Bahasa Indonesia.


http://depidpu.blogspot.com/2012/12/sistematika-penulisan-karya-ilmiah.html
https://brainly.co.id/tugas/15204659

@nadiraaibrahim

Anda mungkin juga menyukai