Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“KATA”

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
Kelompok 4
Anggota :
Annisa Nurul F.H.P (220330121038)
Kelvin Hidayat (220330121050)
Tamara Yusti Yadi (220330121171)

Dosen Pengampu : Saefulrochman,S.E.,M.M.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS APRIL

2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kata” dapat
selesai dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
dalam Mata Kuliah Bahasa IndonesiaSelain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan mengenai materi “Kata” dalam BahasaIndonesia bagi para pembaca dan
juga bagi kami selaku penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Saefulrochman,S.E.,M.M. selaku
dosen pembimbing Mata Kuliah Bahasa Indonesia.Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.

Sumedang, 8 Maret 2023


Kelompok 4

DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata merupakan utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata
juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan),
reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan
maksud yang terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan
atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Kata adalah satuan bebas,atau bentuk yang paling kecil,mampu berdiri sendiri,dan
sudah mempunyai arti. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fenologik
dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologi,kata terdiri dari satu atau beberapa
suku,dan suku itu sendiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik,kata
terdiri dari satu atau beberapa morfem.
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai
bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari
kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
Jenis kata di dalam Bahasa Indonesia,telah banyak dikemukakan oleh para ahli
bahasa (Linguistik), baik dalam pandangan tradisional (lama) maupun secara
struktural (baru). Jenis kata dalam Bahasa Indonesia menurut Kridalaksana (1994:20)
dibagai ke dalam sepuluh macam,yaitu kata kerja,kata benda,kata keadaan,kata
ganti,kata bilangan,kata sandang,kata depan,kata keterangan,kata seru,dan kata
sambung (konjungsi).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian dari “kata” dalam Bahasa Indonesia menurut para ahli ?
2. Apa saja jenis-jenis dari “kata” dalam Bahasa Indonesia ?
3. Apa saja tanda baca yang bisa digunakan dalam “kata” Bahasa Indonesia ?
4. Apa fungsi dan tujuan dari “kata”?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja pengertian dari “kata” dalam Bahasa Indonesia
menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari “kata” dalam Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui tanda baca apa saja yang bisa digunakan dalam “kata” Bahasa
Indonesia.
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari “kata”.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian “KATA”


Berikut ini adalah pendapat dari para ahli bahasa mengenai konsep kata :
1. Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebush kalimat dibagi
atas baguan-bagiannya, dan mengandung sebuah ide (Keraf,1991:44).
2. Kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain setiap satuan
bebas merupakan kata (Kushartanti,2005:151).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata adalah
satuan bebas,atau bentuk yang paling kecil,mampu berdiri sendiri,dan sudah
mempunyai arti. Kata merupakan dua macam satuan, ialah satuan fenologik dan
satuan gramatik. Sebagai satuan fonologi,kata terdiri dari satu atau beberapa suku,dan
suku itu sendiri dari satu atau beberapa fonem. Sebagai satuan gramatik,kata terdiri
dari satu atau beberapa morfem.

2.2 Jenis-Jenis Kata


Berdasarkan kesamaan bentuk, fungsi dan makna dalam tata kalimat bahasa
Indonesia, kata dapat dikelompokkan menjadi sepuluh jenis yaitu nomina/kata benda,
verba/kata kerja,adjectiva/kata sifat, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan,
adverbia/kata keterangan, konjungsi/kata sambung, preposisi/kata depan, artikula/kata
sandang, dan interjeksi/kata seru.
Berikut adalah jenis-jenis kata :
1. Nomina (Kata Benda)
Nomina adalah nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan, dan
menurut wujudnya dapat dibedakan menjadi :
(A) Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap oleh
pancaindra, misalnya rumah, batu, binatang, tanah, api, pemukul, panah.
(B) Kata benda abstrak, yaitu nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap oleh
pancaindra, misalnya keagungan, kehinaan, kebesaran, kekuatan, kemanusiaan,
pencucian, pencurian.
Ciri-ciri kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas
dengan menambahkan yang+ kata sifat atau yang sangat + kata sifat dibelakang
kata tersebut. Misalnya: rumah yang besar, batu yang keras.

2. Verba (Kata Kerja)

Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang kedua adalah kata kerja atau verba.
Verba atau kata kerja merupakan kata-kata yang menyatakan suatu perbuatan atau
tindakan, proses, gerak, keadaan atau terjadinya sesuatu. Verba menduduki fungsi
sebagai predikat dalam kalimat. Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, yaitu
sebagai predikat, kata kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(A) Kata kerja penuh, yaitu kata kerja yang langsung berfungsi sebagai predikat
tanpa bantuan kata-kata lain.

(B) Kata kerja bantu, yaitu suatu kata yang memiliki fungsi khusus kata kerja
utama. Ada tiga jenis kata kerja bantu, yaitu;

1. Kata kerja bantu yang menyatakan keharusan: harus, mesti, perlu.


Contoh dalam kalimat: “Saya harus belajar sekarang.”.
2. Kata kerja bantu yang menyatakan kemampuan: sanggup, mampu, boleh, bisa
dan dapat,yang posisinya sebelum kata kerja utama.
Contoh dalam kalimat: “Mahasiswa boleh pulang sesudah menyelesaikan tugas
itu”.
3. Kata kerja bantu yang menyatakan keinginan: ingin, hendak, mau dan suka
yang dapat langsung diikuti dengan kata kerja penuh, kata benda atau kata sifat.
Misalnya: “Ayah ingin membeli sebuah rumah”.
Ciri-ciri kata kerja dalam bahasa Indonesia adalah kata tersebut dapat
diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat atau dengan + kata benda.
Misalnya: berjalan dengan cepat, berbicara dengan dosen.

(C) Adjektiva (Kata Sifat)


Kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk
menjadi kata ulang berimbuhan gabung se-nya disebut kata sifat, contoh: indah
(indah sekali, seindah-indahnya). Pada tingkat frase, letak kata sifat adalah di
belakang kata benda yang disifatinya, misalnya: rumah besar, pemandangan
indah, meja kecil.
Secara umum, adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat, keadaan, watak
seseorang, binatang atau benda. Dalam sebuah kalimat, adjektiva berfungsi
sebagai penjelas subjek, predikat dan objek.
Ciri-ciri kata sifat:
(1) Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling.
(2) Dapat diberi keterangan penguat, seperti sangat, amat, benar, dan sekali,.
(3) Umumnya dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.

(D) Adverbia (Kata Keterangan)


Adverbia (kata keterangan) adalah kata yang menerangkan predikat (verba)
suatu kalimat. Ada beberapa jenis adverbia (kata keterangan) dalam bahasa
Indonesia, yaitu :
a) Adverbial kuantitatif: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
jumlah. Misalnya: banyak, sedikit, cukup, dan kira-kira.
b) Adverbial limitative: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
pembatasan. Misalnya: hanya, saja, dan sekedar.
c) Adverbial frekuentif: menggambarkan makna yang berhubungandengan
tingkat keseringan terjadinya sesuatu.
Misalnya: selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang
d) Adverbial kewaktuan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
waktu terjadinya suatu peristiwa. Misalnya: baru dan segera.
e) Adverbial kontrastif: menggambarkan pertentangan makna kata atau hal
yang dinyatakan sebelumnya.
Misalnya: bahkan, malahan, dan justru.
f) Adverbial keniscayaan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
kepastian terjadinya suatu peristiwa.
Misalnya: pasti dan tentu.

(E) Pronomina (Kata Ganti)


Kata ganti (pronominal) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada
nomina lain dalam struktur kalimat. Ada tiga macam pronominal dalam bahasa
Indonesia, yaitu pronominal persona, pronominal penunjuk, dan pronominal
penanya.
1. Pronominal pesona : adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu pada
orang. Pronominal pesona dapat mengacu pada diri sendiri(pronominal pesona
pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara(pronominal persona kedua),
atau mengacu pada orang yang diajak bicara (pronominal persona ketiga).
2. Pronominal penunjuk adalah pronominal yang menyatakan atau mengacu
pada nomina lainnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam
pronominall penunjuk, yaitu penunjuk umum dan penunjuk tempat.
3. Prronominal penanya adalah pronominal yang dipakai sebagai pertanyaan.
Dari segi maknanya, yang ditanyakan dapat berkaitan dengan orang, barang
atau pilihan.

(F) Numeralia (Kata Bilangan)


Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya sesuatu
hal yang kongkret (orang, binatang, atau barang) dan konsep.
Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam numeralia, yaitu numeralia pokok dan
numeralia tingkat. Numeralia pokok merupakan jawaban atas pertanyaan
“Berapa?”, sedangkan numeralia tingkat merupakan jawaban dari pertanyaan
“Yang keberapa?”.
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya
adalah dengan menambahkan ke- di depan bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk
bilang satu juga dipakai istilah pertama.
Contoh: kesatu (pertama), kedua, kelima, kesepuluh, dan seterusnya. Numeralia
tingkat penulisannya diletakkan di belakang nomina yang diterangkan. Contoh:
pemain ketiga, anak kelima, juara pertama, masalah kedua.
Numeralia pokok juga dapat diubah menjadi numeralia pecahan. Cara membentuk
numeralia pecahan yaitu dengan memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan
penyebut. Dalam bentuk angka, cipakai garis pemisah kedua bilangan.

(G) Konjungsi (Kata Sambung)


Konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan
bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa,
atau kalimat dengan kalimat. Berikut ini deskripsi kata hubung dan contohnya;
a) Konjungtor koordinatif: dan, serta, tetapi, atau, sedangkan, melainkan.
b) Konjungtor korelatif: baik…maupun; tidak hanya…tetapi juga; demikian…
sehingga; sedemikian rupa…sehingga
c) Konjungtor subordinatif: sejak, semenjak, sedari, jika, bila agar, seakan-akan,
sebab, sehingga, dengan, bahwa
d) Konjungtor antar kalimat: biarpun demikian, sekalipun demikian, sungguhpun
demikian, sebaliknya, tetapi, sebelum itu, selanjutnya.

(H) Preposisi (Kata Depan)


Preposisi atau kata depan adalah kata yang selalu berada di depan kata benda,
kata sifat, atau kata kerja. Kata depan menunjukkan berbagai hubungan makna
antara kata sebelum dan sesudah preposisi. Berikut ini deskripsi preposisi dan
contohnya:
a) Preposisi berupa kata dasar: akan, bagi, demi, dengan, kecuali, pada, oleh,
untuk.
b) Preposisi berupa kata beerafiks: bersama, menjelang, menurut, menuju,
terhadap.
c) Preposisi yang berdampingan: daripada, oleh karena, sampai ke, sampai
dengan selain itu.
d) Preposisi berkorelasi: antara … dan …; dari … ke …; dari … sampai …; dari
… sampai dengan …; sejak … sampai …
e) Preposisi dan nomina lokatif: di atas meja, ke dalam rumah, dari sekitar
kampus.

(I) Artikula (Kata Sandang)


Kata sandang (artikula) adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis artikula, yaitu artikula yang bersifat gelar,
artikula yang mengacu pada makna kelompok, dan artikula yang menominalkan.
1. Artikula yang mengacu pada makna kelompok atau makna kolektif dalam
bahasa Indonesia yaitu penggunaan kata “para”. Dalam hal ini, kata “para”
merupakan kata yang bermakna jamak, sehingga nomina yang dijelaskan tidak
boleh berbentuk kata ulang. Misalnya, untuk menyatakan kelompok mahasiswa
sebagai kesatuan yang dipakai adalah “para mahasiswa bukan para mahasiswa-
mahasiswa”.
2. Artikula yang menominalkan dalam bahasa Indonesia adalah penggunaaan
kata “si”. Artikula “si” yang dapat menominalkan mengacu ke makna tunggal dan
umum (generic) bergantung pada konteks kalimat. Artikula si dipakai untuk
mengiringi nama orang dan dalam bahasa Indonesia nonformal digunakan untuk
mengiringi pronominal dia.
(J) Interjeksi (Kata Seru)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang ke sepuluh adalah kata seru atau
interjeksi. Kata seru (interjeksi) adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hari
pembicara. Untuk memperkuat ungkapan rasa hari seperti kagum, sedih, dan
heran, orang mamakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna
pokok tersebut.
Berikut ini jenis-jenis interjeksi dan contohnya:
a) Interjeksi kekesalan: sialan, busyet, keparat
b) Interjeksi kekaguman: aduhai, asyik, amboi
c) Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulilah
d) Interjeksi harapan: insya Allah, semoga
e) Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, eh
f) Interjeksi kekagetan: astaga, masyaallah
g) Interjeksi ajakan: ayo, mari
h) Interjeksi panggilan: hai, he, halo
i) Interjeksi simpulan: nah

2.3 Tanda Baca Pada “Kata”


1. Tanda Hubung (-)
(a)Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: main-main
(b) Tanda hubung dipakai di depan kata bilangan yang menunjukkan tingkat atau
urutan.
Contoh: ke-4
2. Tilde (~)
Tilde dipakai untuk menggantikan sublema yang terdapat di dalam contoh
kalimat atau gabungan kata.
Contoh:
sabar a ...;
bersabar v bersikap tenang (tentang pikiran, perasaan): kita harus ~ dl
menghadapi setiap masalah;

4. Cetak Miring
Huruf-huruf yang dicetak miring digunakan untuk menuliskan label kelas kata,
dan contoh pemakaian lema atau sublema dalam kalimat.
Contoh:
a) Label Kelas Kata
a (adjektiva), adv (adverbia), n (nomina), num (numeralia), p (par- tikel), pron
(pronomina), dan v (verba)
b) Kalimat contoh pemakaian lema dan sublema
tabah: hidup ini dihadapinya.

5. Cetak Tebal
a. Huruf yang dicetak tebal
Contoh : piring
Huruf yang dicetak tebal menunjukkan angka untuk angka polisem
(kata yg memiliki lebih dari satu makna).

6. Koma (,)
a.) Tanda koma (,) dipakai untuk membatasi huruf kapital dan huruf
kecil pada lema pertama setiap abjad.
Contoh: D, d /dé/ n huruf ke-4 abjad Indonesia
b.) Tanda koma dipakai untuk memisahkan lema beserta kelas kata yang tidak
diberi deskripsi dengan sublema.
Contoh: sabat , menyabat memukul dng tali atau cemeti
c. )Tanda koma dipakai untuk menandai bagian-bagian pemerian sebagai
pilihan bentuk kata. Contoh: sensor /sénsor/ n pemeriksaan sesuatu spt berita,
film, sebelum disiarkan

7. Titik Koma (;)


a.) Dipakai untuk memisahkan bentuk-bentuk kata yang bermakna sama atau
hampir sama (sinonim) yang terdapat pada penjelasan makna.
Contoh: melakukan sesuatu tidak sebagaimana mestinya; menyelewengkan:
jangan ~ fasilitas yg diberikan;
b. ) Dipakai sebagai penanda akhir penjelasan makna sebuah sublema yang
masih belum merupakan bentuk derivasi terakhir (penjelasan makna sublema
yang merupakan bentuk derivasi terakhir sebuah lema tidak diakhiri dengan tanda
apa pun).

8. Titik dua (:)


Titik dua (:) dipakai sebagai pengganti kata misalnya di akhir deskripsi dan
sebelum contoh pemakaian.

9. Tanda Kurung ((...))


Tanda kurung ((...)) dipakai untuk menunjukkan bahwa kata atau bagian
kalimat yang terdapat di dalam penjelasan yang diapit oleh tanda kurung itu
merupakan keterangan penjelas bagi kata-kata atau pernyataan yang terdapat di
depannya.
Contoh : tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah)

10. Garis Miring (/.../)


Garis miring (/.../) dipakai untuk lafal kata yang mengandung unsur bunyi /e/
atau /é/ agar tidak terjadi kesalahan di dalam melafalkan kata.

11. Tika Atas atau Superskrip


Tika atas atau superskrip (1..., 2..., 3...) dipakai untuk menandai bentuk
homonim yang homograf dan homofon. Tanda ini diletakkan di depan kata lema
yang memiliki bentuk homonim, setengah spasi ke atas.

12. Angka Arab


Angka Arab bercetak tebal (1, 2, 3, ...) dipakai untuk menandai makna polisemi
(yaitu arti kesatu, arti kedua, arti ketiga, dan seterusnya).

2.4 Fungsi dan Tujuan kata


(A) Fungsi
Kata adalah bagian-bagian yang membentuk suatu kalimat. Di mana kata sendiri
memiliki beberapa fungsi di dalamnya sebagai berikut:
1. Kata Berfungsi sebagai Subjek
Subjek adalah bagian dari kalimat yang menandakan hal yang sedang
dibicarakan. Ciri-ciri kata yang berfungsi sebagai subjek adalah sebagai berikut:
a.) Jawaban dari siapa yang melakukan kegiatan atau aktivitas.
b.) Bagian dari kalimat yang dijelaskan oleh predikat.
c.) Bagian yang diikuti oleh salah satu kata kerja sambung.
d.) Diikuti dengan partikel -nya.
2. Kata Berfungsi sebagai Predikat
Predikat adalah bagian dari kalimat yang menandakan tentang apa yang sedang
dibicarakan oleh subjek dan biasanya diharuskan mengandung unsur verba.
Kemudian bisa diikuti dengan objek.Fungsi kata ini akan memberikan keterangan
tentang apa yang sedang dilakukan oleh subjek.
3. Kata Berfungsi sebagai Objek
Objek adalah bagian dari kalimat yang mempunyai peran sebagai penderita
atau yang mengalami suatu hal tertentu. Keberadaan objek ini adalah sebagai
pemberi keterangan dari predikat.
4. Kata Berfungsi sebagai Keterangan
Keterangan adalah bagian dari kalimat yang fungsinya memberikan keterangan
pada unsur yang lain. Meski begitu, keberadaan dari keterangan ini tidak selalu
dianggap penting, tetapi mampu memberikan penjelasan secara lebih lengkap.
5. Kata Berfungsi sebagai Pelengkap
Fungsi kata ini bisa dikatakan cukup sulit untuk mengetahui di mana
keberadaannya. Karena ia bisa saja berfungsi sebagai keterangan dan bisa juga
berfungsi sebagai objek.
(B). Tujuan
Tujuan dari kata adalah sebagai satuan gramatikal terkecil yang memiliki
makna dan arti sehingga dapat disusun menjadi suatu kalimat, klausa, dan frasa.
Unsur bahasa ini menjadi unsur penting dalam kebahasaan karena dapat
menerangkan benda, waktu, sifat, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata merupakan utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga

dapat dibentuk melalui proses morfologis Kata adalah satuan bebas,atau bentuk yang

paling kecil,mampu berdiri sendiri,dan sudah mempunyai arti. Kata merupakan dua

macam satuan, ialah satuan fenologik dan satuan gramatik.

Jenis - jenis dari “kata” yaitu nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata

sifat), adverbia (kata keterangan), pronomina(kata ganti), numeralia (kata bilangan),

konjungsi (kata sambung), artikula (kata sandang), preposisi (kata depan),dan interjeksi

(kata seru).

Tanda baca pada “kata” yaitu tanda hubung,tilde,cetak miring,cetak tebal,koma,titik

koma,titik dua,tanda kurung,garis miring,titik atas,angka arab

Kata memiliki fungsi dan tujuan, kata berfungsi untuk membentuk bagian-bagian dari

suatu kalimat, frasa,klausa, bertujuan sebagai satuan gramatikal terkecil yang memiliki

makna dan arti sehingga dapat disusun menjadi suatu kalimat, klausa, dan frasa. Unsur

bahasa ini menjadi unsur penting dalam kebahasaan karena dapat menerangkan

benda, waktu, sifat, dan lain-lain.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa
terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak
orang.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.ump.ac.id/5996/3/Yulia%20Anjas%20Indriani_BAB%20II.pdf
https://www.merdeka.com/jatim/jenis-kata-dalam-bahasa-indonesia-dan-
penjelasannya-yang-wajib-diketahui-kln.html
https://perpus.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/Kamus-Besar-Bahasa-
Indonesia.pdf
https://www.dream.co.id/stories/kata-adalah-bagian-dari-kalimat-ketahui-tujuan-
fungsi-dan-jenis-jenisnya-2207223.html

Anda mungkin juga menyukai