Penyusun :
Rafif Akmal Lazuardi
TPPK B
2202044
Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar serta kesempatan dan pengetahuan sehingga
saya pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas UTS membuat makalah Bahasa Indonesia dengan
tema Jawaban Pendalaman Materi Kemahiran Berbahasa Indonesia.
Rasa terima kasih juga saya ucapkan kepada Dosen Bahasa Indonesia Bapak Dr Abdul Wachid
B.S., M.Hum. yang selalu memberikan dukungan serta bimbingan sehingga makalah
kewarganegaraan ini dapat disusun dengan baik.
Semoga makalah yang telah saya susun ini turut memperkaya khazanah tentang materi
kewarganegaraan serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Namun,
terlepas dari itu, saya mengerti bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca.
BAB I
PEMBAHASAN
Pengertian bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap atau mulut manusia yang
berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat yang konvensional (Keraf, 1997:
1; Widjono, 2007: 14; Chaer, 1998; dan Ullmann, 2009: 20).
Fungsi bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997), bila ditinjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal
hingga sekarang maka fungsi bahasa secara garis besar dapat berupa : bahasa sebagai alat
untuk ekspresi, bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan kontrol sosial,dan bahasa sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.
Ragam bahasa
Ragam bahasa berarti variasi bahasa menurut pemakaiannya. Ragam bahasa dibagi menjadi
dua (2) yaitu:
A. Penuturnya:
1) Berdasarkan patokan daerahnya penuturnya, maka dikenal dengan ragam daerah
(DIALEK)
2) Berdasarkan pendidikan formal, ada perbedaan yang jelas dalam pengunaan
bahasa antara kaum yang biasa dengan kaum yang berpendidikan.
3) Menurut sikap penuturnya, yakni mencakup sejumlah bahasa Indonesia yang
masingmasing pada asas tersedia bagi setiap pemakai bahasa.
B. Bahasa :
Ragam bahasa berdasarkan pada bahasa sebagai saranannya terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Ragam lisan adalah variasi bahasa yang simbol-simbolnya dihasilkan oleh alat ucap
manusia(ujaran).
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad atau Satuan
terkecil dari penulisan lambang-lambang bunyi yang membedakan arti. Huruf
membedakan arti karena perubahan huruf dalam sebuah kata menyebabkan perubahan
artinya. Oleh karena itu sekalipun huruf merupakan bagian terkecil dalam pelambangan
tulis dari ujaran tetapi keberadaannya sangat penting antara lain yakni merupakan
komponen dasar yang melahirkan bahasa tulis karena bahasa tulis adalah kombinasi dari
huruf-huruf lalu huruf juga menentukan perbedaan arti sebuah kata. (Wachid, A., &
Kurniawan, H.)
Sedangkan tanda baca, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti
tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua).
(KBBI)
Sementara itu ketika seseorang berbahasa, selain aspek segmental yang keluar,
ada aspek lain yang mengikuti unsur segmental ini yaitu unsur suprasegmental, yaitu
unsur bahasa yang kehadirannya tergantung dan bergantung pada kehadiran unsur
segmental. Unsur suprasegmental dari bahasa lisan ini berupa tekanan keras, tekanan
tinggi dan tekanan panjang yang dalam bentuk lebih luas dikenal sebagai intonasi.
Unsur unsur suprasegmental inilah yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan
simbol-simbol tanda baca atau pungtuasi (keraf 1997: 13). (Wachid, A., & Kurniawan,
H.)
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kata dan frasa beserta contohnya (bab 3)!
Jenis- jenis kata menurut arirtoteles dibagi menjadi 2 yang pertama kata penuh(full
word), yaitu kata yang mempunyai arti meski muncul sendirian. Yang kedua kata tugas
(form-worrd) yang berarti kata yang tidak mempunyai arti bebas sendiri. Biasanya kata
tugas ini terdapat dalam kata: artikel, preposisi, konjungsi, pronominal, dsb., yang
keberadaannya berarti jika muncul Bersama-sama dengan kata-kata lainnya (ullaman,
2009: 52-53). Sementara itu berdasarkan pada kelas kata yaitu penggolongan kata
berdasarkan pada kategori jenis kata dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Verba atau kata kerja
Menurut KBBI kata kerja merupakan kata yg menggambarkan proses, perbuatan,
atau keadaan; kata kerja. Berikut beberapa macam kata kerja. (KBBI)
a. Verba asal merupakan jenis verba ini diklasifikasikan ke dalam bentuk verba
berdasarkan bentuknya. Contohnya jadi, hilang, dan lain sebagainya.
b. Verba turunan, Verba yang dihasilkan dari proses morfologis, sehingga
bentuknya lebih kompleks atau memiliki lebih dari dua morfem. Contohnya
mengambil, dilempar, menjalankan, dan lainnya.
c. Verba transitif, verba transitif adalah jenis verba yang membutuhkan nomia
objek. Dalam kalimat aktif, nomia berfungsi sebagai objek. Sedangkan dalam
kalimat pasif, objeknya dapat dijadikan subjek. Contohnya menjajakan, menjual,
membuat, dan lain sebagainya.
d. Verba intransitive. Jenis verba ini tdak membutuhkan objek dalam sebuah
kalimat. Verba intransitif bisa berbentuk verba dasar, verba dengan afiks ber-,
verba dengan afiks ber-kan, verba dengan afiks ter- serta verba dengan afiks ke-
an. Contohnya kelaparan, berpakaian, naik, tertawa, dan lainnya.
11. Adverbia
Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, nomina predikatif,
kalimat atau adverbia lainnya (Alwi, dkk., 2003: 197 dan widjono, 2007: 136-137)
meliputi dua jenis yang pertama bentuk tunggal: sangat, hanya, lebih, segera, agak
dan akan; yang kedua bentuk jamak: belum tentu, benar-benar, jangan-jangan, kerap
kali, lebih lebih dan seterusnya.
13. Demonstrative
Demonstrativa adalah kata yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam
atau di luar wacana contoh: ini, itu, di sini, berikut, dan begitu (widjono Hs., 2007:
137).
Jenis-jenis frasa. Dalam pembahasan mengenai frasa Abdul Chair (1994 225-228)
mengkategorikan frasa menjadi empat jenis.
a) Frasa eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai
perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Contohnya di kampus yang
terdiri atas komponen di dan kampus.
b) Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsur atau komponen yang
memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Contoh ia sedang
menulis jika komponen sedang dihilangkan maka kalimatnya masih benar.
c) Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen-komponen pembentuknya terdiri
atas dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat serta secara potensial dapat
dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, contoh sehat dan kuat, makin terang
makin baik.
d) Frasa apositif
Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponennya saling
menunjuk sesama sehingga urutannya dapat dipertukarkan, contoh Pak Andi guru
sekolah waktu SD. (Wachid, A., & Kurniawan, H.)
4. Jelaskan jenis-jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan menurut informasi
yang disampaikan!(bab 4)
Kalimat merupakan bagian terkecil dari suatu bahasa yang mengungkapkan kesatuan
pikiran secara ketatabahasaan. Dalam penulisan kalimat memperhatikan unsur-unsur
pada sebuah kalimat membentuk kalimat padu dan mudah dipahami pembaca. Kalimat
mempunyai berbagai macam jenis, salah satunya kalimat berdasarkan klausa dibedakan
menjadi dua, yaitu :
A. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa)
yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Misalnya kata "Ika sangat rajin"
hanya terdapat kata benda dan kata sifat. Biasanya terdapat dua kata membentuk
sebuah kalimat yang mewakili atau menggambar keadaan tertentu. Kalimat tunggal
juga dapatkan dibedakan menjadi :
1. Kalimat berpredikat verbal (berupa kata kerja) Contoh : Ayah akan pergi kerja
2. Kalimat berpredikat ajektival (berupa kata sifat) Contoh : Neneknya sakit
3. Kalimat berpredikat nominal (berupa kata benda) Contoh : Roti itu berasal dari jogja
4. Kalimat berpredikat numeral (berupa kata bilangan) Contoh : Sapinya empat ekor
5. Kalimat berpredikat preposisional Contoh : Ibu sedang ke pasar. Namun tidak semua
preposisi
B. Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu
proposisi 6sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat
dijadikan suatu kesatuan. Karena sifat itu, kalimat majemuk selalu berwujud dua
klausa atau lebih. Jika hubungan antara klausa yang satu dengan yang lain dalam
satu kalimat itu menyatukan hubungan koordinatif (sejajar atau setara), maka
kalimat ini disebut kalimat majemuk setara. Sementara itu, jika hubungannya
subordinat (bertingkat), maka disebut kalimat majemuk bertingkat (Alwi, dkk,
2003: 40). Kalimat majemuk setara mempunyai empat jenis ( Abdul Wachid B.S,
2019: 118), sebagai berikut :
1. Kalimat majemuk setara gabungan : konjungsi dan dan serta Contohnya : Mahasiswa
diwajibkan besok mengikuti kuliah umum dan wajib menaati aturanaturan yang berlaku.
2. Kalimat majemuk setara pilihan : konjungsi atau Contohnya : Aku masih bimbang
dengan pilihan liburan ke Bali atau Jogja.
3. Kalimat majemuk setara urutan : konjungsi lalu, lantas, dan kemudian. Contohnya : Ani
membaca lalu mengerjakan tugas.
4. Kalimat majemuk setara perlawanan : konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Contohnya : Arya rajin mengikuti kuliah, sedangkan Rico malas Sedangkan kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat yang terbentuk dari kalimat tunggal yang diperluas
dan perluasan itu berbentuk klausa baru. Misalnya, walupun komputer itu dilengkapi
dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Kalimat tersebut terdiri dari kalimat induk yaitu para hecker masih dapat mengacaukan
datadata komputer itu. Sedangkan anak kalimatnya adalah bagian kata walupun
komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. Setiap paragraf mempunyai kalimat
yang terdiri dari berbagai macam ragamnya. Perbedaan golongan
3. CAMPURAN
Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang gagasan umum dituangkan
diawal paragraf kemudian diikuti oleh gagasan-gagasan khusus dan akhirnya
ditutup oleh gagasan umum. Dalam arti bahwa paragraf deduktif-induktif
menempatkan kalimat utama diawal paragraf dan di akhir paragraf. (Juni Ahyar,
2015: 99). Artinya dalam sebuah paragraf diawali dengan menyajikan kalimat
utama kemudian di dukung dengan kalimat-kalimat penjelas, dan diakhiri oleh
kesimpulan pada bagian akhir paragraf. Sehingga paragraf campuran mempunyai
dua kalimat utama.
Contohnya : Pendidikan yang paling utama untuk anak adalah pendidikan
karakter. Karena dengan pendidikan karakter yang baik, anak memiliki pondasi
mental dan karakter yang kuat. Orang tua dan guru bisa bekerja sama untuk
membentuk karakter anak. Ketika berhasil, maka ilmu dan nasihat akan lebih
mudah di transfer ke anak. Jadi, pendidikan karakter harus diutamakan dalam
pendidikan
4. PARAGRAF NARATIF
Paragraf naratif merupakan jenis karangan yang menggambarkan suatu kisah,
peristiwa atau juga pengalaman pribadi berdasarkan urutan-urutan kejadian yang
dirangkai dalam kesatuan waktu. Biasanya dalam kejadian, seorang tokoh
mengalami kejadian penting yang berupa kisah hidupnya atau lainnya, sehingga
menjadi bagian yang menarik dan dapat diambil pelajarannya.
Contohnya : Dari kejauhan mereka melihat rumah mereka sudah roboh sama
dengan tanah. Debu sudah naik. Sambil menggendong Nita, dia dengan napas
sesak dihampiri dengan oleh ayahnya. tak hanya rumah mereka yang roboh ada
juga rumah lain yang mengalami hal yang sama. Membuat paragraf utuh
diperlukan menentukan pola paragraf berdasarkan kalimatnya. Sehingga suatu
paragraf dapat ditentukan dengan cara menganalisa kalimat utamanya dan
didukung oleh kalimat penunjangnya yang ditulis menjorok ke dalam namun ada
juga paragraf yang ditukis dengan paragraf yang tidak menjorok tetapi terdapat
jarak yang lewlbar antar paragrafnya. Penulisan Paragraf Dapat dikatakan paragraf
jika menjadi kesatuan, kelengkapan serta kepanduan antar kalimatnya sendiri.
6. Jelaskan pengertian menulis ilmiah, ilmiah populer, dan sastra, dan berilah (bab 6)
Menulis Ilmiah
Menulis ilmiah merupakan aktivitas kreatif yang dilakukan penulis sebagai
subjek dalam mempersepsi objek berdasarkan pada sistem konvensi
tertentu.Dalam menuliskannya, subjek meniadakan aspek subjektivitasnya karena
tulisan didasarkan pada objektivitas fenomena dan taat pada aturan konvensi yang
ada.
Karya ilmiah memiliki ciri-ciri objektif, sistematis, bersudut pandang ilmu
pengetahuan tertentu, menggunakan metodologi, dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah. Jenis-jenis karya ilmiah antara lain; makalah, kertas
kerja, laporan perjalanan, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. (Abdul
Wachid dan Heru Kurniawan, 2019: 180).
7. Sebutkan dan jelaskan modal dasar menulis yang harus dimiliki mahasiswa untuk
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam hal ini
penulis dituntut untuk terampil dalam penguasaan modal dasar menulis seperti
bahasa, fenomena, ilmu pengetahuan dan imajinasi. penting bagi mahasiswa
untuk bisa menulis karena menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung (Tarigan 2008: 3-4).
Modal yang substantif menulis bisa diidentifikasi menjadi tiga hal :
a) Bahasa
Bahasa tulis adalah media yang digunakan untuk mengungkapkan
gagasan,maka bahasa menjadi modal dasar bagi mahasiswa untuk menulis.
Penguasaan aspek-aspek kebahasaan tulis, menjadi syarat mutlak untuk
dikuasai. Menulis adalah aktivitas menggunakan system kebahasaan mulai dari
diksi, ejaan, kalimat, hingga wacana untuk mengungkapkan suatu gagasan.
Sebelum menulis,mahasiswa harus memiliki bekal kopetensi bahasa yang baik.
Membaca digunakan untuk menguasai kopetensi kebahasaan yang wajib
dilakukan mahasiswa,serta menjadi kunci pokok untuk bisa menulis dengan
baik,salah satunya dalam menuliskan ide dan gagasan dengan menggunakan
bahasa yang sistematis dan bisa dipahami pembaca (Abdul Wachid dan Heru
Kurniawan, 2019: 188-189).
b) Fenomena
Fenomena adalah hal yang dapat disaksikan melalui pancaindra dan dapat
diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Fenomena dibagi menjadi 4: fenomena
alam, fenomena social, fenomena fisika, dan fenomena kimia. Fenomena social
berwujud kejadian-kejadian yang dapat disaksikan disekitar,misalnya:
kemacetan lalu lintas, kenakalan remaja, kegiatan pembelajaran, dan
sebagainya. Mahasiswa juga bisa mengembangkan ide dari fenomena sosial
membuang sampah sembarangan dalam bentuk sastra, cerpen, puisi,atau novel.
Mahasiswa tinggal menggembangkan idenya menjadi suatu rangkaian kejadian
yang bersifat kausalitas sebagai bagian dari cerita. Inilah peran fenomena
sebagai modal untuk menulis. Mahasiswa dapat mengembangkan ide atau
gagasan dari setiap fenomena yang dijumpainya menjadi sebuah tulisan yang
menarik.
c) Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah segala bentuk pengetahuan yang sudah teruji
kebenarannya. Mahasiswa dapat mendapatkan ilmu pengetahuan dari materi
perkuliahan atau membaca buku sendiri. Ilmu pengetahuan memiliki peran
dalam menulis: prespektif dalam memahami fenomena dan „‟pisau‟‟ dalam
menganalisis fenomena yang menjadi bahan penulisan. Bila mahasiswa tidak
mempunyai basis ilmu pengetahuan yang baik, maka akan kesulitan dalam
mempersepsi fenomena yang akan ditulis, dan analisis yang dangkal.sebagai
perspektif,ilmu pengetahuan digunakan sebagai sudut paham dalam memahami
fenomena yang akan ditulis, karena setiap ilmu pengetahuan memiliki pradigma
yang berbeda sehingga dalam memandang suatu fenomena akan menghasilkan
model dan perspektif yang berbeda. Mahasiswa sebagai kaum intelektual
idealnya memiliki budaya menulis yang baik. Hal ini terjadi karena bekal
penguasaan ilmu pengetahuan yang dimiliki harusnya mahasiswa dapat
menyumbangkan dan memberi solusi atas fenomena yang menjadi persoalan
masyarakat. Dengan demikianlah mahasiswa berkontribusi dalam memberikan
solusi (Abdul Wachid dan Heru Kurniawan, 2019: 198-201).
Hal itu menunjang mahasiswa untuk menjadi orang yang kreatif dan cerdas dalam
mencari sumber data baik melalui internet maupun melalui perpustakaan. Dan tidak
ada alasan mahasiswa untuk mengatakan susahnya mencari data-data yang
dibutuhkan dalam proses menulis. Karena data-data yang dicari mahasiswa bisa
diperoleh melalui artikel-artikel, buku, dan hasil tulisan lainya yang bahkan diera
sekarang ini dengan mudahnya mahasiswa mendapat sumber-sumber data tersebut
melalui akses internet serta juga perpustakaan kampus yang memang sudah
menyediakan referensi-referensi yang dibutuhkan mahasiswa sesuai dengan persoalan
yang dibahas. Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan terkumpul,
mahasiswa perlu melakukan pembacaan secara intens dan kritis dalam memahami
data data yang telah didapatkan dengan pemahaman dan daya kekritisan ini,
mahasiswa dapat mewujudkan kekreatifan penulisan dengan baik dan benar.
Untuk memudahkan dalam proses penulisan bisa digunakan dengan membuat
kerangka karangan dari tahap pengumpulan data ini yang berisi sub bahasan dan garis
besar pemikiran yang akan diuraikan dalam penulisan. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data-data antara lain :
a. Pengamatan langsung atau survey yaitu bisa dilakukan dengan melihat langsung
baik catatan/file-file dan melakukan observasi langsung. Data-data yang
dikumpulkan juga harus sesuai dengan tujuan awal pengumpulan data atau
sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.
b. Wawancara, narasumber dan pewawancara merupakan faktor yang
mempengaruhi kualitas serta validasi data yang dikumpulkan.
c. Korespondensi dan daftar pertanyaan, metode pengumpulan data ini cukup
efektif apabila diperuntukan memperoleh data yang banyak dan juga cepat.
Hanya saja sulit dipertanggungjawabkan keakuratan nya apabila ada kesalahan
dalam pemilihan responden.
(BAB IX)!
Karya tulis ilmiah, biasa disingkat Karya ilmiah (Scientific paper) adalah tulisan
atau laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian suatu
masalah oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Data, simpulan,
dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan
(referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian
selanjutnya. Karya ilmiah sering juga disebut “tulisan akademis” (akademic
writing) karena bisa ditulis oleh kalangan kampus perguruan tinggi, dosen dan
mahasiswa. Karya ilmiah berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi berupa penjelasan (explanation), prediksi (prediction),
dan pengawasan (control). Dari pengertian ini, dapat diidentifikasi bahwa
karakteristik menulis karya tulis ilmiah yaitu:
Rangkaian kreativitas ilmiah yang dimulai dengan menentukan masalah,
identifikasi masalah, pengumpulan data dengan prosedur penelitian, analisis data
dengan menggunakan pendekatan teori yang digunakan, sampai pada penyimpulan
hasil.
Membahas suatu persoalan yang bersumber dari fenomena-fenomena yang terjadi
di masyarakat.
Menggunakan sudut pandang disiplin ilmu pengetahuan tertentu, misalnya,
pendidikan, hukum, ekonomi, dan sebagainya.
Menggunakan pendekatan dan metode-metode ilmiah tertentu yang sesuai dengan
kaidah ilmiah.
Disampaikan secara objektif, sistematis, dan menggunakan bahasa ilmiah yang
benar. Kelima hal tersebut merupakan hal pokok yang harus dipenuhi saat
mahasiswa menulis karya ilmiah. Untuk itu, dalam menulis karya ilmiah,
mahasiswa harus memperhatikan kelima hal itu (Farkhan, 2006: 147)..
10. Jelaskan pengertian dan karakteristik penulisan karya ilmiah populer (BAB X)!
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi dan
bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang
santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam. Selamat Suseno ( Dalman, 2019:
156) mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan
dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan,
pendapat, dan pernyataan sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang
berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang
sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.
Sementara itu karakteristik karya tulis imilah populer yaitu :
Apabila pembaca artikel jurnal adalah profesional atau spesialis dalam suatu
disiplin ilmu, maka pembaca karangan ilmiah populer adalah masyakarat
umum, awam, atau profeisonal dalam bidang lain.
Apabila penulis artikel jurnal selain memberikan nama, lembaga akademik
tempat ia bekerja serta kualifikasi akademiknya, maka penulis karangan ilmiah
populer menuliskan nama tanpa informasi lain, kecuali ia adalah reporter.
Apabila artikel jurnal ditulis dengan kalimat yang lebih kompleks dan relatif
panjang serta penuh dengan istilah teknik, maka karangan ilmiah populer
ditulis dengan kalimat-kalimat singkat dan sederhana serta mudah dibaca.
Apabila artikel jurnal ditulis dengan gaya tulis faktual dan “dingin” (tak-
emosional) demi objektifitas, maka karya ilmiah populer ditulis dengan gaya
informal, anekdot, personal, serta menghibur.
Apabila artikel jurnal menyertakan kutipan, catatan kaki dan daftar pustaka
agar materi yang ditulis dapat divalidasi, maka karangan ilmiah populer
umumnya tidak menyertakan informasi-informasi tersebut.
Apabila jurnal lenih dipenuhi tulisan verbal dan sedikit tabel, maka karangan
ilmiah populer seringkali dilengkapi dengan berbagai ilustrasi, gambar, foto,
dll.
11. Jelaskan dan praktikan beberapa cara dan teknik dalam mengapresiasi karya
ilmiah dan ilmiah populer mahasiswa melalui tugas mata kuliah (BAB II)!
Penulisan karya ilmiah dan ilmiah populer yang dilakukan oleh mahasiswa seringkali
karena adanya tuntutan tugas perkuliahan untuk mata kuliah tertentu.Untuk itu, ilmiah
dan ilmiah populer yang ditulis pun akan dikumpulkan untuk memenuhi syarat mata
kuliah.Oleh karena sebagai sarat, maka penulisan karya ilmiah dan ilmiah populer
untuk tugas mata kuliah harus dikerjakan dengan serius dan sebaik- baiknya.Tujuannya
agar saat dipresentasikan bisa mendapat apresiasi yang baik dari dosen dan mahasiswa
(Abdul Wachid dan Heru Kurniawan, 2019: 316).
Dengan apresiasi yang baik (baik dosen maupun mahasiswa), maka Mahasiswa dapat
mendapat nilai yang baik dan memuaskan. Nilai yang baik dan memuaskan akan
membuat mahasiswa merasa senang dan puas karena tugas menulis karya ilmiah atau
kimia populer yang dikerjakan sungguh-sungguh mendapatkan apresiasi yang apresiasi
yang baik dari dosen dan mahasiswa atas tulisan yang dibuat membuat mahasiswa
wajib mempublikasikannya ke luar, yaitu ke media massa, jurnal ilmiah, sayembara
penulisan, atau blog yang dibuat sendiri. (Abdul Wachid dan Heru Kurniawan, 2019:
317).
Hal ini menunjukkan bahwa apresiasi dosen dan rekan mahasiswa atas karya ilmiah
atau ilmiah populer yang dibuat menjadi titik tolak untuk menentukan layak tidaknya
karya tulis yang dibuat mahasiswa untuk dipublikasikan ke luar.Untuk itu, Setiap kali
mahasiswa mendapatkan tugas menulis karya ilmiah atau ilmiah populer, Kerjakan
dengan sungguh-sungguh karena, selain untuk tugas, karya ilmiah dan ilmiah populer
yang ditulis nantinya akan dikirim atau dipublikasikan keluar juga. Dengan demikian,
siswa mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yaitu nilai yang baik karena tugas
menulis karya ilmiah dan ilmiah populernya dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan
mempunyai kesempatan dipublikasikan atau memenangi sayembara penulisan ilmiah
dan ilmiah populer, atau kalaupun keduanya tidak bisa dicapai, bisa dipublikasikan
melalui blog. (Abdul Wachid dan Heru Kurniawan, 2019: 317).
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wachid B.S., A. H. (2020). Creatif Writing: Menulis Kreatif Puisi, Prosa Fiksi, dan Non-
Fiksi. In d. Abdul Wachid B.S., Creatif Writing: Menulis Kreatif Puisi, Prosa Fiksi, dan
Non-Fiksi (pp. 101-102). Komplek Masjid Babussalam Rabak, Kalimanah, Purbalingga:
Penerbit SKSP (Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban).
Abdul Wachid B.S., M. &. (2021). Kemahiran Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Cinta Buku.
Anggia Nurfitriani, F. F. (2019). Karya Tulis Ilmiah: Cara Ampuh Terhindar dari Kesalahan-
kesalahan yang Seharusnya Tidak Perlu Terjadi. In A. N. Frevi Fathaero, Karya Tulis
Ilmiah: Cara Ampuh Terhindar dari Kesalahan-kesalahan yang Seharusnya Tidak
Perlu Terjadi (pp. 10-12).
Yunus Abidin, B. F. (januari 2017). Kemahiran Berbahasa Idonesia Untuk Perguruan Tinggi. In
B. F. Yunus Abidin, Kemahiran Berbahasa Idonesia Untuk Perguruan Tinggi (pp. 179-
188). Jl. Sawo Raya No. 18 Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mumtaz, Fairuzul. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. 2019. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru
Chaer, Abdul. 1998.Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipt