Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sri Viana

NIM : P1337424218043

TUGAS 1

Sifat/Ciri Bahasa

Sifat atau ciri bahasa adalah tanda khas yang hanya ada pada bahasa, sehingga membedakannya dengan
sesuatu hal lain. Sifat/ciri bahasa pada dasarnya berangkat dari definisi tentang bahasa. Beberapa hal
yang menjadi dasar bahasa terdapat pada definisi bahasa, namun sebagian yang lain adalah
pengembangan dari definisi yang ada. Berikut adalah 13 sifat/ciri bahasa menurut Chaer (2012:33):

1. Bahasa Adalah sebuah Sistem

Sistem adalah sesuatu yang tersusun, teratur, dan berpola. Kata sistem dapat diartikan sebagai suatu
susunan teratur yang berpola sehingga membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi.
Artinya, sistem bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, sistem adalah keseluruhan dari sistem bawahan
yang membentuknya. 

Sebagai sebuah sistem, bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa tersusun
secara terartur dan berpola. Adapun sistemis artinya bahasa tersusun dari beberapa sub-sistem. Sub-
sistem bahasa di antaranya sintaksis, morfologi, fonologi, semantik, dan leksikon. Berikut adalah
penjabaran secara ringkas tentang beberapa sub-sistem bahasa tersebut.

Sintaksis adalah sub-sitem ilmu bahasa/linguistik yang mempelajari tentang susunan kalimat. Morfologi
adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang bentuk kata. Fonologi adalah sub-sistem ilmu
bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa. Semantik adalah sub-sistem ilmu bahasa yang
mempelajari tentang makna. Leksikon adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang
kosakata. 

2. Berwujud Lambang

Lambang dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem. Lambang, dalam bahasa Indonesia juga
dikenal dengan simbol. Secara sederhana lambang diartikan sebagai suatu tanda yang mengandung
maksud tertentu. Menurut W. et al. (2017:1.5) bahasa merupakan sistem simbol, baik berupa bunyi
dan/atau tulisan yang dipergunakan dan disepakati oleh suatu kelompok sosial. Ditinjau dari ilmu bahasa
(linguistik), lambang dapat berbentuk, abjad, angka, dan pelafalannya (bunyi). Bunyi dikategorikan
sebagai lambang, sebab bunyi adalah bagian dari tanda.

3. Berupa Bunyi

Istilah bunyi dan suara adalah dua kata yang sama (bersinonim). Namun demikian untuk membedakan
dua kata tersebut dapat menyimak penjelasan berikut. Suara adalah bunyi yang dikeluarkan dari alat
ucap (manusia atau hewan) dan gesekan benda. Bunyi adalah sesuatu yang terdengar oleh alat dengar.
Disebut suara ketika bunyi dihasilkan, disebut bunyi ketika suara itu diterima.

Sama halnya dengan lambang, bunyi dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem. Secara
sederhana bunyi adalah sesuatu yang diterima oleh alat pendengaran, baik dari gesekan benda, alat
suara pada hewan atau manusia. Namun, bunyi yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang
diucapkan oleh manusia yang berupa huruf, kata, kalimat, atau wacana. Sehingga, walaupun dihasilkan
oleh alat ucap manusia, teriakan, tangisan, dan batuk bukan merupakan bunyi bahasa

4. Bersifat Arbitrer (Manasuka)

Arbitrer, dalam bahasa Indonesia juga dapat diartikan sebagai manasuka, berubah-ubah, tidak tetap,
dan sewenang-wenang. Istilah arbitrer dalam pengertian ini artinya tidak adanya hubungan wajib antara
lambang bahasa (huruf, angka, dan bunyi) dengan konsep dari lambang tersebut.

Misalnya, konsep dari binatang berkaki empat yang biasa dipelihara untuk ditunggangi atau angkutan
dalam lambang bahasa Indonesia ditulis sebagai kata kuda dan dibunyikan [kuda]. Sedangkan dalam
bahasa lain, seperti Bima disebut dengan [jara], bahasa Jawa [jaran], dan bahasa Inggris [horse].
Walaupun hewannya sama, namun dilambangkan (tulis atau lisan) secara berbeda. Jika memang ada
hubungan yang wajib, maka sudah tentu nama hewan itu ditulis dan disebut dengan kata yang sama
pada semua bahasa.

5. Bermakna

Ciri lain dari bahasa adalah memiliki makna. Makna atau arti adalah pengertian yang diberikan pada
suatu bentuk kebahasaan. Bentuk kebahasaan atau yang juga disebut dengan satuan kebahasaan dapat
berupa morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Bentuk kebahasaan tersebut pasti memiliki
makna entah itu makan leksikal (morfem dan kata), makna gramatikal (frase, klausa, dan kalimat), atau
makna pragmatik/konteks (wacana).

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipastikan bahwa semua ucapan yang tidak bermakna bukanlah bahasa.
Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa sebagai bunyi, sebab tidak semua bunyi dapat disebut dengan
bahasa. Pun begitu dengan fungsi bahasa sebagai lambang, semua lambang yang tidak mempunyai
makna tidak dapat disebut dengan bahasa. Perlu diperhatikan pula bahwa bentuk bahasa yang belum
diketahui maknanya bukan berarti tidak memiliki makna.

6. Konvensional

Konvensional artinya berdasarkan pemufakatan atau kesepakatan suatu kelompok. Bahasa, walaupun
bersifat arbitrer (manasuka) namun dalam penggunaan lambang harus diikuti oleh setiap kelompok
masyarakat tersebut. Misalnya, kelompok masyarakat bahasa Indonesia harus mengikuti aturan yang
telah disepakati oleh masyarakat Indonesia. Begitu juga dalam kelompok masyarakat bahasa daerah
maupun komunitas yang lebih kecil.

7. Unik

Ciri selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bersifat unik. Unik secara singkat dapat diartikan sebagai
ciri khas/ciri khusus. Bahasa bersifat unik artinya bahasa memiliki ciri khas tersendiri pada setiap sistem
dan penggunaannya. Ciri khas tersebut berlaku pada semua bahasa yang ada di dunia. Tentang keunikan
ini, Chaer (2012:52) menyatakan jika keunikan terjadi pada sekelompok bahasa yang berada dalam satu
rumpun atau satu kelompok bahasa, lebih baik jangan disebut keunikan, melainkan ciri dari rumpun
atau golongan bahasa itu. Misalnya rumpun bahasa Melayu-Polinesia seperti bahasa Kalimantan, Filipina
Utara, Sulawesi, Jawa, dan Sumba. Bahasa dalam rumpun Melayu Polinesia tersebut memiliki ciri awalan
(prefix), sisipan (infix), akhiran (sufix), dan kombinasinya serta reduplikasi untuk mengekspresikan
berbagai nilai.
8. Universal

Jika sebelumnya telah dibahas bahwa bahasa itu memiliki ciri khas masing-masing (unik), selanjutnya
akan dibahas tentang ciri lain dari bahasa yaitu sifat bahasa yang universal. Universal dapat diartikan
sebagai sesuatu yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh dunia. Ciri bahasa yang universal dapat
diartikan bahwa semua bahasa di dunia memiliki sifat tertentu yang sama dengan bahasa lainnya.
Contoh ciri universal pada bahasa adalah adanya bunyi bahasa yang berupa vokal dan konsonan pada
semua bahasa di dunia. 

9. Produktif

Kata productive dapat diartikan sebagai mampu menghasilkan secara terus-menerus. Sifat bahasa yang
produktif dapat berarti kemampuan bahasa dalam menghasilkan istilah secara terus-menerus.
Walaupun hanya terdiri dari unsur yang terbatas (a-z atau 0-9) bahasa dapat menghasilkan berbagai
macam istilah baru.

Misalnya: huruf yang terdiri dari a, h, n, t, dan u dapat membentuk kata tuhan, hutan, hantu, dan tahun.
Begitu pun dengan penggabungan huruf lain yang membentuk kata, kemudian kalimat, paragraf, hingga
wacana.

10. Bervariasi

Sifat selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bervariasi. Bervariasi dapat berarti mempunyai berbagai
bentuk, jenis atau ragam. Bahasa itu bervariasi artinya bahasa memiliki berbagai bentuk. Variasi bahasa
ini dibagi oleh Chaer (2012:55) dalam tiga bentuk, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi
bahasa yang mencirikan perseorangan/individu.

Dialek adalah variasi bahasa yang mencirikan kelompok masyarakat pada suatu tempat atau waktu
tertentu. Dialek dapat disebut pula dengan sebutan dialek regional, dialek areal, dialek geografi, atau
yang umumnya dikenal dengan logat. Selanjutnya variasi bahasa yang berupa ragam. Ragam adalah
variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Ragam bahasa ini
dapat berupa ragam bahasa formal (baku), nonformal (nonbaku), lisan, tulisan, bertelepon, ber-SMS,
jurnalistik, sastra, militer, atau hukum.

11. Dinamis

Dinamis adalah kata sifat yang berarti cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
Bahasa bersifat dinamis artinya bahasa bersifat mengikuti dan menyesuaikan dengan keadaan atau
masyarakat penggunaannya. Oleh karena sifat bahasa yang dinamis, maka bahasa selalu berubah, tidak
tetap, dan selalu aktif (tidak diam). Bahasa yang bersifat dinamis tersebut berlaku pada semua sistem
bahasa. Perubahan itu dapat berbentuk kemajuan, kemunduran, perluasan, atau penyempitan,
tergantung pada penggunaan bahasa. 

12. Alat Interaksi Sosial

Selanjutnya, sifat lain dari bahasa merujuk pada fungsi bahasa yaitu alat interaksi sosial. Sifat bahasa
sebagai alat interaksi sosial adalah penggunaan bahasa dalam komunikasi antarindividu untuk
menyampaikan pikiran dan gagasan. Bahasa sebagai alat interaksi sosial merupakan fungsi utama dari
bahasa, jika tidak ada bahasa, maka manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan menyampaikan
gagasan. Adapun alat seperti surat, pesan singkat, telepon genggam, dan sejenisnya adalah alat bantu
untuk menyampaikan pikiran melalui bahasa.

13. Identitas Penuturnya

Bahasa sebagai identitas penuturnya bermakna bahwa dengan menggunakan bahasa, seseorang dapat
diidentifikasi identitasnya, baik dari segi individu, kelompok sosial, hingga asal daerahnya. Contoh
sederhana dari bahasa sebagai identitas penuturnya adalah variasi bahasa yang berupa ragam idiolek
(ciri individu), dialek (ciri kelompok), ragam jurnalistik atau militer (ciri profesi).

14. Manusiawi

Ciri atau sifat terakhir dari bahasa adalah bahasa itu bersifat manusiawi. Bahasa bersifat manusiawi
artinya bahasa itu hanya digunakan oleh manusia. Ciri ini sekaligus merangkum semua ciri dari bahasa.
Bahasa itu bersifat manusiawi sebab bahasa adalah suatu sistem simbol yang bersifat arbitrer,
bermakna, dan produktif. Hewan tidak dikategorikan memiliki bahasa sebab dalam berkomunikasi
hewan hanya menggunakan gerak isyarat, hewan tidak memiliki sistem berupa simbol. Selanjutnya,
bahasa hewan tidak bersifat produktif, artinya bahasa hewan tidak berkembang layaknya bahasa
manusia. Kita tidak pernah menjumpai suara hewan, misalnya ayam, pada suatu waktu berkokok
dengan nada yang berbeda.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

W., Solchan T., Yetty Mulyati, M. Syarif, Mohamad Yunus, Endang Werdiningsih, dan B. Esti Pramuki.
2017. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. 1 ed. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai