Anda di halaman 1dari 16

A.

Latar Belakang Masalah


Menikah merupakan salah satu sunnah Rasul yang harus
dilakukan, dengan menikah maka Allah akan menjamin rezeki,
kebahagiaan, dan pahala ibadah ganda. Dengan menikah maka seseorang
telah sempurna dari separuh agamanya, menikah merpukan suatu jalan
yang dipilihkan oleh Allah supaya makhluk-Nya berkembang biak dan
melestarikan hidupnya.1
Pernikahan dalam Islam merupakan fitrah manusia agar seseorang
muslim dapat memikul amanat tanggung jawabnya yang paling besar
dalam dirinya terhadap orang yang paling berhak mendapat pendidikan
dan pemeliharaan. Pernikahan memiliki manfaat yang paling besar
terhadap kepentingan-kepentingan sosial lainnya. Kepentingan sosial itu
adalah memelihara kelangsungan jenis manusia, memelihara keturunan,
menjaga keselamatan masyarakat dari segala macam penyakit yang dapat
membahayakan kehidupan manusia serta menjaga keturunan.2
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an;
ؕ  ً‫ق لَ ُكمۡ ِّم ۡن اَ ۡنفُ ِس ُكمۡ اَ ۡز َواجًا لِّت َۡس ُكنُ ۤۡوا ِالَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكمۡ َّم َو َّدةً َّو َر ۡح َمة‬ َ َ‫َو ِم ۡن ٰا ٰيتِ ٖ ۤه اَ ۡن خَ ل‬
َ ِ‫اِ َّن فِ ۡى ٰذ ل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَ ۡو ٍم يَّتَفَ َّكر ُۡون‬
Artinya: "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."3
Islam telah menetapkan pentingnya pernikahan yang agung.
Pernikahan betul-betul dianjurkan berdasarkan beberapa; pijakan, agama,
moral dan sosial. Pernikahan dalam Islam dinilai sebagai sebuah ikatan
yang kokoh dan sebuah komitmen yang menyeluruh terhadap kehidupan,
masyarakat dan manusia untuk menjadi seorang yang terhormat.
1
Lutfiyah, Relasi Budaya dan Agama dalam Pernikahan, Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 12,
Nomor 1, Juni 2014, hlm. 1
2
Ibid, hlm. 2
3
Al-qur'an dan Terjemahan Surat Ar-Ruum (30) : 21
Pernikahan adalah sebuah janji yang diikrarkan oleh pasangan suami istri
terhadap diri mereka sendiri dan terhadap Allah. Usaha yang dilakukan
oleh masing-masing pasangan suami istri ini bertujuan untuk
mempermudah mereka menemukan pemenuhan bersama (mutual
fullfilment) dan realisasi diri (self realisation) atas nama cinta dan
kedamaian, keinginan dan harapan. Ini semua karena, pernikahan dalam
Islam secara esensial, adalah sebuah tindakan kesalehan dan ketaatan yang
sempurna.4 Pernikahan itu bukan saja satu jalan yang mulia untuk
mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat
dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antar satu kaum
dengan kaum yang lain, dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk
menyampaikan pertolongan antar satu dengan yang lainnya.5
Dalam suatu pernikahan umat Islam disunnahkan untuk melakukan
walimah, walimah adalah akad nikah yang disertai dengan adanya suatu
acara atau perayaan dengan tujuan pernikahan yang dilakukan olek laki-
laki dan perempuan secara sah di suatu daerah dapat diketahui oleh
masyarakat umum.6 Walimat al-'ursy berarti melaksanakan suatu jamuan
makan sebagai pencetus tanda gembira atau lainnya, tetapi biasanya jika
menyebut walimah maksudnya adalah walimat al-'ursy yang artinya
resepsi pernikahan. Walimah dalam pernikahan selain sebagai
pengumuman bahwa pasangan mempelai telah sah dan resmi sebagai
suami istri, juga sebagai tanda syukur kepada Allah Swt. dengan dibinanya
rumah tangga yang baru oleh pasangan pengantin.7
Pernikahan yang diadakan tentunya dibarengi dengan pelaksanaan
walimatul 'ursy dengan berbagai cara yang variatif. Pelaksaanan ini telah
membudaya di kalangan masyarakat umum, baik masyarakat dari kalangan

4
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam,
Jurnal Yudisia, Vol. 5, No.2, Desember 2014, hlm. 300
5
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Cet. Ke-38, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), hlm. 374
6
Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Cet. Ke 1, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 219
7
Mahmud Huda dan Muhammad Anshori, Adat Serbo dalam Walimat al-'urs Menurut Hukum
Islam Di Kabupaten Bungo Jambi, Jurnal Hukum Keluarga Islam, Volume 4 Nomor 2, Oktober
2019, hlm. 95
bahwah maupun kalangan atas, ketika terlaksananya sebuah pernikahan
akan dilaksanakan pula sebuah perayaan dalam rangka mensyukuri
terselenggaranya momen tersebut. Acara semacam ini dianggap lumrah
dan telah membudaya bagi setiap lapisan masyarakat manapun, hanya saja
cara dan sistemnya yang berbeda karena setiap adat dan budaya memiliki
caranya masing-masing.8
Walimah merupakan perayaan sebuah pernikahan yang dianjurkan
oleh Islam untuk mengumumkan kepada masyarakat bahwa kedua
pasangan tersebut sudah melangsungkan pernikahan secara sah dan halal
menjadi pasangan suami isteri. Walimah berasal dari kata al-Walmu, yang
sinonimnya al-ijtima berarti berkumpul yang menurut al-Azhari adalah
liana azzaaujaini yajtami'aani, karena kedua suami isteri berkumpul pada
saat walimah al-'ursy atau pada saat yang sama banyak orang yang
berkumpul. Adapun menurut istilah atau terminologi yang dimaksud
dengan walimah itu sendiri adalah makanan yang disediakan untuk para
undangan atau kerabat pada saat walimah al-'ursy dilaksanakan.9
Sebagai suatu tradisi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat,
tentunya pelaksanaan walimah dalam perkawinan harus sejalan dengan
aturan-aturan Islam serta norma-norma yang ada pada masyarakat itu
sendiri, meskipun saat ini untuk melaksanakannya terasa sedikit sulit
karena terjadi akulturasi kebudayaan sehingga sangat sulit untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pelaksanaan
walimatul 'usry hendaknya diadakan sesederhana mungkin sebagaimana
dibatasi oleh syari'at Islam. Tidak boleh dilakukan secara berlebihan
apalagi mendatangkan madharat bagi kita semua.10
Sebuah pesta pernikahan (walimah al-‘ursy) pula wajib
menjauhkan diri dari hal-hal yang sudah bersifat umum terjadi di sebuah
pesta, yakni berbagai bentuk kemungkaran dan perbuatan dosa. Seperti
8
Adila Maudina, "Walimah Urs Dalam Perspektif Hadist", Skripsi Program Studi Ilmu Al-qur'an
dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018, hlm.3
9
Ahmad Warsoh Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,
1997), hlm. 393
10
Izzuddin Al-Qasam, Bunga Di Kamar Pengantin (Jombang: Lintas Media, tt.), hlm.63
halnya adanya percampuran antara laki-laki dan perempuan dalam satu
tempat, beredarnya minuman khamr dan barang-barang sejenis yang
memabukan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, wajib hukumnya bagi
orang yang hendak menyelenggarakan pesta pernikahan (walimah
al-‘ursy) untuk menjauhi segala sesuatu yang berbau kemungkaran dan
kemaksiatan. Terkecuali bagi orang-orang yang berani menghadapi murka
Allah dan ancamannya.11
Desa Ngrombo merupakan salah satu desa di Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo. Penduduk di Desa Ngrombo berjumlah 3180 jiwa
yang terdiri dari 14 dukuh yakni Bregan, Gebangan, Jantran, Jebol,
Ngablak, Ngadirejo, Ngrangutan, Ngrombo, Patihan, Pulorejo, Pundung,
Sawahan, dan Sudinan.12 Pada survey awal penelitian ini penulis
melakukan wawancara dengan 3 orang, yakni pelaksana walimah terpisah,
tokoh agama dan masyarakat lain yang ikut terlibat dalam pelaksanaan
walimah. Pelaksanaan Walimah terpisah ini sudah terlaksana di Desa
Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo pada sekitar tahun 80
atau 90-an, untuk siapa yang pertama kali mengadakannya kurang tahu
karena sudah lama dan tidak tiap tahunnya ada yang menikah dengan
menggunakan pelaksanaan walimah terpisah, pelaksanaan walimah
terpisah sampai sekarang masih ada yang melaksanakan mungkin sudah
100-an orang yang mengadakan walimah terpisah ini. Walimah terpisah
merupakan pengaturan yang digunakan dalam walimah yang mengatur
tempat yang terpisah antara putra dan putri walaupun datang secara
bersamaan dengan tujuan untuk menghindarkan dari maksiat. Pelaksanaan
walimah ini ada yang mengatakan sunnah ada yang menatakan wajib,
tidak ada paksaan untuk melaksanakan walimah secara terpisah. Hikmah
dari melaksanakan walimah ini simpel, tidak ribet, nikmat, hemat biaya
dan tidak berlebih-lebihan.13
11
Ibid, hlm. 63-64
12
http://sukoharjokab.go.id/laporan_kependudukan/jiwa/rekap , diakses pada Jum’at, 4
Desember 2020 pukul 17.41
13
Wawancara Penulis di rumah Bp. D selaku Pelaksana Walimah Terpisah dan Tokoh Agama,
Pada tanggal 10 Desember 2020 Pukul 10.43 WIB bertempat di Dk. Patihan.
Walimah terpisah adalah pelaksanaan walimah dengan tempat para
tamu undangan laki-laki dan perempuan dipisah atau diberi pembatas
supaya tidak saling memandang satu sama lain dan juga menghindari
kontak fisik dengan lawan jenis yang bukan mahram. Karena sebagian
besar dari tamu undangan bukanlah mahram, sehingga wajib bagi setiap
muslim untuk membatasi pandangan dan menghindari saling
bersentuhan.14 Namun, dalam pelaksanaan ada juga masyarakat yang
belum terbiasa dengan hal ini, masyarakat beranggapan bahwa hal seperti
itu tidak sesuai dengan adat masyarakat setempat, ribet dan tidak efektif
kalau biasanya orang menyebut dengan mindo gaweni (mengerjakannya
dua kali).15
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik
untuk meneliti tentang topik permasalahan pada walimah yang terjadi di
Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo mengenai cara
pelaksanaannya. Ketika seseorang memilih untuk melaksanakan walimah
secara terpisah, tentu hal tersebut bukan berarti merupakan satu-satunya
kebenaran dan kemudian menghakimi orang yang tidak melakukan
walimah secara terpisah tidak sesuai sunnah Nabi atau orang yang tidak
Islami. Dan sebaliknya, apabila seseorang memilih tidak melakukan
pelaksanaan walimah terpisah, bukan berarti bisa mencela sesama saudara
kita dengan mengatakannya sebagai ajaran sesat atau beragam celaan
lainnya. Sebagai sesama manusia kita harus bisa saling menghormati
pendapat satu sama lain, karena setiap orang pastinya mempunyai
keyakinan masing-masing untuk melakukan suatu yang dianggapnya benar
selagi tidak membahayakan orang lain atau masyarakat setempat. Dengan
adanya keterangan tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana
pandangan Tokoh Agama setempat mengenai pelaksanaan walimah
Terpisah yang terjadi di Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten

14
Wawancara penulis di rumah Mbk MK selaku Pelaksana Walimah Terpisah, Pada tanggal 19
Oktober 2020 Pukul 12.41 WIB bertempat di Dk. Sudinan.
15
Wawancara penulis di rumah M selaku Sinoman di Walimah Terpisah, Pada tanggal 19 Oktober
2020 Pukul 10.23 WIB bertempat di Dk. Sudinan.
Sukoharjo serta faktor yang melatarbelakangi terjadinya pelaksanaan
Walimah Terpisah tersebut. Untuk itulah penelitian ini penulis susun
dalam sebuah skripsi yang berjudul PELAKSANAAN WALIMAH
TERPISAH ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA
NGROMBO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang melatarbelakangi adanya pelaksanaan Walimah
Terpisah di Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo?
2. Bagaimana pandangan Tokoh Agama setempat mengenai pelaksanaan
Walimah terpisah yang terjadi di Desa Ngrombo Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan Walimah
Terpisah di Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
2. Untuk mengetahui pandangan Tokoh Agama setempat tentang
pelaksanaan Walimah Terpisah yang terjadi di Desa Ngrombo
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan dan
menambah wawasan mengenai pelaksanaan Walimah Terpisah
yang terjadi di Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo.
b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi ilmu bagi
peneliti, seluruh pembaca, dan bagi masyarakat Desa Ngrombo
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk menambah bahan kepustakaan dan dapat digunakan sebagai
bahan referensi di masa mendatang.
b. Untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana
dalam bidang Hukum Keluarga Islam pada Fakultas Syariah IAIN
Surakarta.

E. Kerangka Teori
Walimah ‘Urs terdiri dari dua kata , yaitu al-walimah dan al-urs.
Al-walimah secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata (
‫ )الوليمه‬dalam bahasa Indonesia yang berarti pesta, jamaknya adalah (‫)واللم‬.
Sedangkan al-urs secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu (‫)عرس‬
yang dalam bahasa Indonesia berarti perkawinan atau makanan pesta. 16
Pengertian walimah ‘urs secara etimologi adalah suatu pesta yang
mengiringi akad pernikahan atau perjamuan karena sudah menikah.17
Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur Arab yang
secara arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak
digunakan untuk perhelatan di luar perkawinan. Sebagian ulama
menggunakan kata walimah untuk setiap jamuan makan, untuk setiap
kesempatan mendapatkan kesenangan, hanya penggunaanya untuk
kesempatan perkawinan lebih banyak. Selain kesempatan perkawinan, kata
walimah tidak digunakan meskipun juga menghidangkan makanan, untuk
acara jamuan makan seperti khitanan, waktu kelahiran anak, dan
sembelihan bagi anak yang telah lahir.18 Walimah berarti penyajian
makanan yang dihidangkan untuk acara pesta atau lainnya.19
Walimah diserap dalam bahasa Indonesia menjadi walimah dalam
fiqh Islam yang mengandung makna umum dan khusus. Makna umum dari
walimah adalah seluruh bentuk perayaan yang melibatkan orang banyak.

16
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Peterjemah/Penafsir
Al-Qur’an, 1973), hlm. 507
17
Mochtar Effendi, Ensiklopedia Agama dan Filsafat Cet.Ke-1, (Palembang: Universitas Sriwijaya,
2001), hlm. 400
18
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 155
19
M. Abdul Ghoffar, Fiqh wanita (terj), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), hlm. 487
Sedangkan walimah dalam makna khusus disebut walimah al-‘ursy,
mengandung pengertian peresmian pernikahan yang tujuannya untuk
memberitahu khalayak ramai bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi
suami istri, serta sebagai rasa syukur keluarga kedua belah pihak atas
berlangsungnya pernikahan.20
Tujuan utama walimah sebenarnya sekedar memberitahukan
kepada khalayak bahwa pasangan pengantin ini telah resmi menikah.
Kedua, tentu saja sebagai ajang untuk mendoakan kedua pasangan. Ketiga,
tentu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. atas limpahan
rahmat dan segala pemberian dari-Nya. Walimah merupakan ibadah, maka
sangat penting untuk menjaga adab-adab tersebut sebagai berikut:21
a. Tidak berlebihan. Perintah walimah dengan makan-makan tentu tidak
berarti kita dibenarkan untuk menghambur-hamburkan harta. Sebab
orang yang menghambur-hamburkan harta termasuk saudaranya
syaitan. Kesan yang seringkali timbul dalam penyelenggaraan pesta
walimah adalah memaksakan diri untuk kemegahannya, tanpa berpikir
bahwa semua itu ada batasnya. Dan bila batas wajar itu terlewati, maka
di depan ada larangan yang menghadang, yaitu sikap boros yang
dikaitkan Allah dengan firman-Nya dalam Al-qur’an surat Al Isra’:27
‫اِ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِر ْينَ َكانُ ْٓوا اِ ْخ َوانَ ال َّش ٰي ِطي ِْن ۗ َو َكانَ ال َّشي ْٰطنُ لِ َرب ِّٖه َكفُوْ رًا‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah
saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.22
b. Hendaknya mengundang fakir miskin. Jangan sampai walimah itu
menjadi sebuah hidangan makan yang terburuk, yaitu dengan
mangkhususkan mengundang orang kaya saja dengan melupakan
orang miskin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

20
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm.
1917
21
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan (8), (Jakarta Selatan: DU Publishing, 2011), hlm. 223-224
22
Al-Quran dan Terjemahan Surat Al-Isra’ ayat 27
‫عن ابي هر يرة ان ر سو ا هلل صىلي ا هلل عىليه وسام قال شر طعام ا لو ليمة يمنعها من يئتيها‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫ و من لم يجب ا لد عو ة فقد عصي ا هلل ور سوله‬.‫ ويد عي ا ليها من يئباها‬23
Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda makanan
yang paling jelek adalah pesta perkawinan yang tidak mengundang
orang yang mau datang kepada (miskin), tetapi mengundang orang
yang enggan datang kepadanya (kaya). Barangsiapa tidak
memperkenalkan undangan maka sesungguhnya durhaka kepada
Allah dan Rasul-Nya”. (H.R. Muslim)
c. Menghindari hal-hal yang maksiat dan bertentangan dengan syariat
Islam. Karena walimah merupakan ibadah, maka harus menghindari
perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada kemungkaran seperti
terjadinya campur baur (ikhtilāṭ) antara kaum laki-laki dan perempuan,
jabat tangan antara lawan jenis yang bukan mahram, mengumbar aurat
dihadapan orang asing.24
Islam tidak melarang pergaulan antara laki-laki dan perempuan,
besar dan kecil, kaya miskin, orang merdeka dan budak, dan lain-lain.
Hanya saja Islam memberikan batasan-batasan yang dipandang sangat
perlu demi terpeliharanya kehormatan masing-masing.25 Pada zaman
seperti sekarang ini, berbagai pergaulan yang terjalin antara manusia
banyak yang menyimpang dan melewati batas-batas yang telah diajarkan
oleh syari’at Islam, salah satunya adalah bercampur baur antara laki dan
perempuan yang terjadi dalam pesta pernikahan atau walimatul ‘ursy.
Dengan demikian perlu adanya perbaikan dalam tatanan
masyarakat agar tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan dirinya
sendiri dan keluarga. Untuk itu, lebih baik menghindari daripada
mendatangkan kemurkaan Allah. Namun dibolehkan ber-ikhtilāṭ antara

23
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo: Darul Haisyim,
2003), Juz. III, hlm. 144
24
Butsainan As-Sayyid Al-Iraqy, Rahasia Pernikahan Yang Bahagia, (Jakarta Selatan: Pustaka
Azzam, 1998)
25
Asyhari Abdul Ghofar, Islam dan Problema Sosial Sekitar Pergaulan Muda-Mudi, (Jakarta:
Akademika Pressindo, 2000), hlm. 6-7
laki-laki dan perempuan jika memang terdapat sebab syariah dan hajat
syariah sebagai berikut:26
a. Ikhtilāṭ yang dibolehkan sebab darurat. Seorang laki-laki yang
menolong seorang wanita pada saat wanita tersebut dikejar oleh
seseorang yang akan menganiayanya. Dalam keadaan seperti ini
karena kepentingan kemaslahatan umat dank arena nyawa yang akan
melayang.
b. Ikhtilāṭ yang dibolehkan karena hajat syariah. Ada beberapa yang
dibolehkan ikhtilat karena hajat syariah yang hendak dilakukan maka
dapat dilihat dibawah ini:
1) Ber-ikhtilāṭ nya laki-laki dan wanita untuk bermuamalah syariah
seperti jual beli, gadai, dan lainnya.
2) Ber-ikhtilāṭ nya laki-laki dan wanita dalam kendaraan umum untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti belanja dan
sebagainya.
Saat ini perkembangan kehidupan semakin meningkat dari cara
berpakaian dan tingkah laku mendasar manusia, maka kita harus sangat
berhati-hati dalam bersikap agar terhindar dari perbuatan yang merusak
moral. Pelaksanaan walimah terpisah yang terjadi di Desa Ngrombo
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan untuk meminimalisir
terjadinya campur baur antara laki-laki dan perempuan agar tidak terjadi
perbuatan yang mendekati zina karena dalam pesta pernikahan pada
umumnya pasti terjadi suatu kebiasaan seperti berjabat tangan, berdesak-
desakan dan tidak menundukkan pandangan. Untuk itu, lebih baik
menghindari daripada mengundang dan mendatangkan madharat bagi diri
kita sendiri dan keluarga.
F. Telaah Pustaka
Telaah Pustaka adalah teori atau data atau informasi yang menjadi
dasar identifikasi, penjelasan dan pembahasan masalah penelitian dari

26
Abdul Karim Zaidan, Mufasal Fii Ahkamil Mar’ah Cet. 1 Juz 3, (Muassasah Arrisalah, 1993), hlm.
328-330.
penelitian yang terkait sebelumnya.27 Dengan adanya telaah pustaka ini
maka akan terlihat posisi suatu penelitian. Berikut ini adalah beberapa
penelitian yang penulis jumpai, diantaranya:
Skripsi Tradisi Walimatul 'Ursy Perspektif Hukum Islam (Studi
Kasus Desa Tulung Aman Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung
Timur) Oleh Saputri Neliyanti (Jurusan Akhwalus Sakhsiyyah) Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Tahun 2020. Walimatul 'Ursy di Desa
Tulung Aman merupakan suatu tradisi yang dilaksanakan berkaitan
dengan dilangsungkannya pernikahan, meskipun tujuan awal mengadakan
Walimatul 'Ursy adalah baik, akan tetapi dampak yang diakibatkan
merugikan masyarakat. Padahal Islam diturunkan untuk kemaslahatan
umat, bukan untuk kemudharatan. Seyogyanya sebagai umat yang taat,
menyelenggarakan walimatul ursy harusnya tidak memberatkan diri
apalagi pamer kekayaan atau mencari kehormatan.
Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap
pelaksanaan Resepsi Pernikahan (Walimah Al-ursy) di Ds. Kebloran, Kec.
Kragan, Kab. Rembang“ Oleh Purnadi, Fakultas Syariah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang 2008. Yang didalamnya membahas
mengenai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor
yang melatar belakangi terjadinya pelaksanaan resepsi pernikahan yang
besar-besaran dan apa dampak sosial yang diakibatkan oleh resepsi
pernikahan tersebut.
Miftahul Janah, (Fakultas Syariah dan Hukum IAIN Lampung)
Tahun 2016 dengan skripsi yang berjudul “Pergeseran Esensi Walimatul
Urs ditinjau dari Perspektif Hukum Islam”. Berdasarkan hasil penelitian
yang melatar belakangi terjadinya pergeseran esensi pelaksanaan walimah
adalah tradisi masyarakat, dan pemahaman masyarakat yang kurang
mengenai ajaran Islam. Hukum Islam memandang bahwa apa yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Kotagajah adalah keliru. Meskipun tujuan

27
https://www.lihin.net/telaah-pustaka-dalam-penelitian/, diakses pada Kamis, 26 November
2020 pukul 19.48
awalnya untuk memeriahkan pernikahan anak, akan tetapi kemafsadatan
yang diakibatkan dalam pelaksanaan Walimatul 'Ursy lebih besar
kemaslahatannya.
Berdasarkan penelitian terdahulu telah banyak dijumpai bahasan
mengenai Walimatul 'Ursy, dan hal-hal yang berkaitan dengannya, namun
peneliti-peneliti sebelumya ternyata belum ada yang membahas tentang
Pelaksanaan Walimah Terpisah yang terjadi di Desa Ngrombo Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo. Sehingga peneliti tertarik untuk membahasnya
dengan harapan bisa menjadi sumbangan pustaka terkait dengan
pernikahan, khusunya mengenai pelaksanaan Walimatul 'Ursy, Penelitian
yang telah ada akan tetap peneliti jadikan rujukan untuk mempertajam
bahasan pada penelitian ini.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan penulis adalah jenis
penelitian lapangan (field research),28 yang mana sumber data
utamanya diperoleh dengan mengamati, menyaksikan dan mengikuti
secara langsung pelaksanaan walimah terpisah, dan melakukan
wawancara langsung dengan tokoh Agama setempat, masyarakat yang
melakukan walimah terpisah dan masyarakat lain yang terlibat dalam
pelaksanaan walimah terpisah di Desa Ngrombo Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data pada penelitian ini
yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap suatu kondisi,
situasi atau perilaku di lapangan. Dengan melakukan observasi,
peneliti dapat berhubungan langsung dengan subjek penelitian 29
28
Lilik Aslichati dkk., Metode Penulisan Sosial Cet. Ke-7, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm.
330
29
Sanapiah Faisal, Format-format Peelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 52
Dalam hal ini peneliti bertindak langsung sebagai pengumpul data
dengan melakukan observasi atau pengamatan langsung dalam
acara pelaksanaan walimah terpisah di Desa Ngrombo Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.30
Adapun objek dari penelitian dengan menggunakan teknik
wawancara ini adalah tokoh Agama, masyarakat pelaksana
walimah terpisah dan masyarakat lain yang terlibat dalam
pelaksanaan walimah terpisah di Desa Ngrombo Kecamatan Baki
Kabupaten Sukoharjo. Wawancara tersebut akan dilakukan
sesering mungkin guna mendapatkan data yang valid.
c. Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya.31 Metode dokumentasi ini peneliti lakukan dengan
mengumpulkan data yang bersumber dari tulisan atau dokumen.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer
dapat diartikan sebagai sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber data asli.32 Adapun sumber data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari masyarakat pelaksana walimah terpisah, tokoh
Agama setempat, dan masyarakat lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
30
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.
186
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, PT. Rineka Cipta,
2006), hlm. 231
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 137
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain ataupun dokumen. Sumber data sekunder juga dapat
diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada, biasanya diperoleh
dari perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu, yang
kemudian data tersebut mendukung penjelasan dalam penelitian ini
sebagai bahan-bahan pustaka yang disebut data sekunder.33
4. Teknik Pengolahan Data
Untuk menghindari agar tidak terjadi banyak kesalahan dan untuk
mempermudah pemahaman, maka penelitian dalam menyusun skripsi
ini melakukan beberapa upaya di antaranya adalah:
a. Editing yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, keselarasan satu
dengan yang lain relevansi dan keberagaman. Editing digunakan
untuk mengetahui apakah data tersebut sudah baik dan dapat
dipahami atau perlu penyempurnaan atau penambahan data lagi.34
b. Classifying yaitu proses untuk mengelompokkan semua data baik
yang berasal dari hasil wawancara dengan subyek penelitian,
pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan atau observasi.
Seluruh data yang didapat kemudian dibaca dan ditelaah secara
mendalam, yang kemudian digolongkan sesuai dengan
kebutuhan.35
c. Verifying yaitu memeriksa kembali data dan informasi yang
diperoleh dari lapangan agar validitasinya bisa terjamin.36
d. Penemuan hasil riset, yaitu menemukan analisis lanjutan terhadap
hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah,

33
Ibid, hlm. 137-138
34
Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amalah, (Ponorogo: STAIN, Po Press), 2010), hlm. 15
35
Lexy J. Meloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.
104-105
36
Nana Saudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, (Bandung: Sinar
Baru Argasindo, 2002), hlm. 84
teori-teori dan lain-lain sehingga diperoleh kesimpulan akhir yang
jelas dan obyektif.37
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan menganalisa data tersebut dapat diberi arti dan
makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, menyusun dan memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Setelah data terkumpul kemudian data
dianalisis agar diperoleh data yang matang dan akurat dengan
menggunakan metode menganalisis data penelitian secara deskriptif.
Teknik analisis data yang peneliti gunakan ialah teknik analisis data
kualitatif, penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa
datanya dinyatakan sebagaimana adanya, dengan mempergunakan cara
kerja atau metode yang sistematik, terarah dan dapat dipertanggung
jawabkan.

H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan lebih terarah dalam penyusunan skripsi
ini penulis membuat sistematika penulisan dalam lima (5) bab, setiap bab
terdiri dari sub bab yaitu:
BAB I, berupa pendahuluan, yang mencakup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
teori, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

37
Singaribun Masri dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3IES, 1981),
hlm. 191
BAB II, berisi tinjauan umum tentang walimatul 'ursy (pengertian,
dasar hukum, syarat dan rukunnya, bentuk pelaksanaan walimah dan
hukum menghadiri walimah, tujuan dan hikmah mengadakan walimah).
BAB III, berisi deskripsi umum mengenai Desa Ngrombo
Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo diantaranya membahas letak
geografis, keadaan penduduk, aspek sosial ekonomi, aspek agama dan
pendidikan di tempat penelitian dilakukan.
BAB IV, analisis penulis terhadap pelaksanaan Walimah Terpisah
yang terjadi di Desa Ngrombo Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo,
untuk menjawab permasalahan yang ada melalui pendapat dari Tokoh
Agama setempat.
BAB V merupakan penutup dari seluruh rangkaian pembahasan
yang memuat kesimpulan, saran-saran dan daftar pustaka yang dipakai
penulis dalam penulisan skripsi.

Anda mungkin juga menyukai