Pengertian
Fonologi adalah bidang linguistik
atau ilmu bahasa yang
menyelidiki, mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia
beserta fungsinya.
PAU-PPAI-UT 2
Kajian
Fonologi
A. m ik
Fon o n e
etik . F
B
PAU-PPAI-UT 3
A.Fonetik
1. Pengertian Fonetik
Fonetik adalah bagian
fonologi yang mempelajari
cara menghasilkan bunyi
bahasa atau bagaimana suatu
bunyi bahasa diproduksi oleh
alat ucap manusia.
PAU-PPAI-UT 5
Berdasarkan di mana beradanya bunyi
bahasa itu sewaktu dikaji, dibedakan
adanya tiga macam fonetik, yaitu:
a. fonetik artikulatoris/fonetik
organis/fonetik fisiologis;
b. fonetik akustik; dan
c. fonetik auditoris.
PAU-PPAI-UT 6
a. Fonetik Artikulatoris/Fonetik
Organis/Fonetik fisiologis
Fonetik artikulatoris mengkaji bunyi bahasa sewaktu bunyi
itu berada dalam proses produksi di dalam mulut penutur.
Pembahasan dalam Fonetik artikulatoris meliputi masalah:
1)alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi bunyi
bahasa;
2)mekanisme arus udara yang digunakan dalam
memproduksi bunyi bahasa;
3)bagaimana bunyi bahasa itu dibuat;
4)mengenai silabel (suku kata); (satuan ritmis terkecil
dalam suatu ujaran) dan
5)mengenai unsur-unsur atau ciri-ciri suprasegmental,
seperti tekanan, jeda, intonasi, dan tempo.
b. Fonetik Akustik
Fonetik akustik mengkaji bunyi bahasa
sewaktu bunyi itu berada atau sedang
merambat di udara menuju telinga
pendengar.
Pembahasa dalam Fonetik artikulatoris
meliputi masalah:
1)gelombang bunyi beserta frekuensi
kecepatannya ketika merambat di udara;
2)intensitas bunyi.
c. Fonetik Auditoris
Fonetik auditoris mengkaji bunyi
bahasa sewaktu bunyi itu sampai atau
berada di telinga pendengar.
Pembahasa dalam Fonetik auditoris
meliputi masalah:
1)struktur dan fungsi alat dengar;
2)mekanisme penerimaan bunyi
bahasa sehingga bisa didengar dan
dipahami.
Transkripsi fonetik adalah penulisan
bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau
secara tepat dengan menggunakan huruf
atau tulisan fonetik.
Huruf fonetik ini dibuat berdasarkan
huruf (alfabet) Latin yang
dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda
diakritik (tanda tambahan pada huruf
yang sedikit banyak mengubah nilai
fonetis huruf itu).
PAU-PPAI-UT
4. Bunyi Bahasa
Bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia, berdasarkan kriteria tertentu
dapat dibedakan sebagi berikut:
a.Bunyi Vocal, Konsonan, dan Semi Vocal;
b.Bunyi Oral dan Bunyi Nasal;
c.Bunyi Bersuara dan Bunyi Tak Bersuara;
d.Bunyi Keras dan Bunyi Lunak;
e.Bunyi Tunggal dan Bunyi Rangkap;
f.Bunyi Nyaring dan Bunyi Tak Nyaring;
g.Bunyi Utama dan Bunyi Sertaan
a. Bunyi Vocal dan Konsonan
Bunyi-bunyi vokal, konsonan, dan semi
vocal dibedakan berdasarkan tempat
terjadinya bunyi dan dan cara
artikuilasinya.
•Bunyi vocal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan cara, setelah arus
udara keluar dari glotis (celah pita suara),
lalu arus ujar hanya “diganggu” atau
diubah oleh posisi lidah dan bentuk mulut.
Contoh: bunyi (a), bunyi (i), bunyi (u).
Lanjutan
•Sedangkan bunyi konsonan terjadi setelah
arus ujar melewati pita suara diteruskan ke
rongga mulut dengan mendapat hambatan
dari artikulator aktif dan artikulator pasif.
Contoh: bunyi (b) yang mendapat hambatan
pada kedua bibir; bunyi (d) yang mendapat
hambatan pada ujung lidah (apeks) dan gigi
atas; atau bunyi (g) yang mendapat
hambatan pada belakang lidah (dorsum) dan
langit-langit lunak (velum).
b. Bunyi Oral dan Bunyi Nasal
Bunyi oral dan bunyi nasal dibedakan
berdasarkan keluarnya arus ujaran.
Bila arus ujar keluar melalui rongga
mulut maka disebut bunyi oral.
Bila arus ujar keluar melalui rongga
hidung maka disebut bunyi nasal.
Bunyi nasal yang ada hanyalah bunyi
(m), bunyi (n), bunyi (ñ=ny), (ŋ=ng).
c. Bunyi Bersuara dan Bunyi Tak Bersuara
Bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara dibedakan
berdasarkan ada tidaknya getaran pada pita
suara saat bunyi itu diproduksi.
Bila pita suara bergetar pada proses pembunyian
itu, maka disebut bunyi bersuara.
Yang termasuk bunyi bersuara antara lain bunyi
(b), bunyi (d), bunyi (g).
Bila pita suara tak bergetar disebut bunyi tak
bersuara.
Dalam bahasa Indonesia hanya ada empat buah
bunyi tak bersuara, yaitu bunyi (s), bunyi (k),
bunyi (p) dan bunyi (t).
Lanjutan
Bagaimana kita tahu bahwa bunyi (b) adalah bunyi
bersuara sedangkann bunyi (p) bunyi tidak bersuara?
Caranya, bila pada sebuah kata yang dimulai dengan
bunyi bersuara diimbuhkan prefiks meN- atau peN-,
maka bunyi tersebut akan tetap ada. Sebaliknya bila
kata itu dimulai dengan bunyi tak bersuara diberi
prefiks meN- atau peN- maka bunyi tersebut akan
hilang, bersenyawa dengan bunyi nasal dari kedua
prefiks itu.
Contoh:
meN- + bantu= membantu
peN- + bantu= pembantu
Bunyi (b) tetap ada/tidak hilang
meN- + sikat= menyikat
peN- + sikat= penyikat
Bunyi (s) hilang.
d.Bunyi Keras dan Bunyi Lunak
Pembedaan antara bunyi keras dan bunyi lunak
berdasarkan ada tidaknya ketegangan kekuatan
arus udara ketika bunyi ini diartikulasikan.
Sebuah bunyi disebut keras (fortis) apabila terjadi
karena pernafasan yang kuat dan otot tegang.
Bunyi (t), (k), dan (s) adalah fortis.
Sebaliknya sebuah bunyi disebut lunak (lenis)
apabila terjadi karena pernafasan lembut dan otot
kendur.
Bunyi (d), (g), (z) adalah lenis.
e. Bunyi Tunggal dan Bunyi
Rangkap
Pembedaan bunyi tunggal dan bunyi
rangkap berdasarkan pada hadirnya sebuah
bunyi yang tidak sama sebagai satu
kesatuan dalam sebuah silabel (suku kata).
Bunyi rangkap vocal disebut diftong dan
bunyi rangkap konsonan disebut klaster.
Contoh bunyi rangkap vocal (diftong), bunyi
(a) dan bunyi (i) pada kata lantai, cerai, dan
pantai.
Contoh bunyi rangkap konsonan (klaster),
bunyi (k) dan (l) pada kata klasik dan klitika.
f. Bunyi Nyaring dan Tak Nyaring
Pembedaan antara bunyi nyaring dan bunyi tak
nyaring ini berdasarkan drajat kenyaringan
(sonoritas) bunyi-bunyi itu yang ditentukan oleh
besar kecilnya ruang resonansi (getaran suara)
pada saat bunyi itu diujarkan.
Bunyi vokal pada umunya mempunyai drajat
kenyaringan yang lebih tinggi daripada bunyi
konsonan.
Oleh karena itu, setiap bunyi vokal menjadi puncak
kenyaringan setiap silabel. Bila ada dua buah
vokal beruntun yang masing-masing memiliki
kenyaringan yang tinggi berarti kedua vocal itu
merupakan dua silabel yang berbeda, seperti pada
kata ia, beo, dan tua.
g. Bunyi Utama dan Bunyi Sertaan
Dalam pertuturan bunyi-bunyi bahasa itu tidak
berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling
pengaruh-mempengaruhi baik dari bunyi yang
ada sebelumnya maupun dari bunyi sesudahnya.
Begitulah ketika sebuah bunyi diartikulasikan,
maka akibat dari pengaruh bunyi berikutnya
terjadi pulalah artikulasi lain yang disebut
artikulasi sertaan atau ko-artikulasi atau artikulasi
skunder.
Maka, pembedaan adanya bunyi utama dan
bunyi sertaan ini didasarkan pada adanya proses
artikulasi utama dan adanya artikulasi sertaan.
Lanjutan
Bunyi-bunyi sertaan disebut juga bunyi pengiring yang
muncul antara lain, akibat adanya proses artikulasi sertaan
yang disebut:
1)labialisasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan
cara kedua bibir dibulatkan dan disempitkan segera atau
ketika bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi
sertaan (w) pada bunyi utama. Misalnya, bunyi (t) pada kata
tujuan terdengar sebagai bunyi (tw) sehingga lafalnya
(twujuan). Jadi, bunyi (t) dikatakan dilabialisasikan.
2)palatalisasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan
cara tengah lidah dinaikkan mendekati langit-langit segara
atau ketika bunyi utama diucapkan sehingga terdengar
bunyi sertaan (y). Misalnya, bunyi (p) pada kata (piara)
terdengar sebagai bunyi (p y) sehingga ucapannya menjadi
(p yara). Jadi, bunyi (p) telah dipalatalisasi.
Lanjutan
3) retrofleksi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan
dengan ujung lidah ditarik kebelakang segera atau
ketika bunyi utama diucapkan sehingga terdengar
bunyi sertaan (r). Misalnya, bunyi (k) pada kata
kertas terdengar sebagai bunyi (kr), sehingga
ucapannya menjadi (krertas). Jadi, bunyi (k)
diretrofleksikan.
4) aspirasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan
dengan cara arus udara yang keluar lewat rongga
mulut terlalu keras sehingga terdengar bunyi
sertaan (h). Misalnya, bunyi (p) pada awal kata
bahasa Inggris peace terdengar sebagai bunyi (ph),
sehingga ucapannya menjedi (pheis)
Unsur suprasegmantal dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
a.Tekanan
b.Nada
c.Jeda
d.durasi
PAU-PPAI-UT 23
a. Tekanan
Tekanan atau stres menyangkut masalah keras lembutnya
bunyi ujaran.
Tekanan berperan dalam membedakan makna kalimat
(ujaran).
Contoh:
1) Dia menangkap ayam itu.
(yang menangkap ayam adalah dia, bukan orang lain)
2) Dia menangkap ayam itu.
(yang dilakukan adalah menangkap, bukan menyembelih atau
perbuatan lain)
3) Dia menangkap ayam itu.
(yang ditangkap adalah ayam, bukan kambing atau binatang
lain)
4) Dia menangkap ayam itu.
(yang ditangkap adalah ayam itu, bukan ayam ini)
PAUPPAI-UT 24
b. Nada
Nada atau pitch berkenaan dengan
tinggi rendahnya bunyi ujaran.
Nada berperan dalam
membedakan makna kalimat
(ujaran). Variasai nada dalam
kalimat (ujaran) disebut intonasi.
Intonasi dapat menentukan maksud
suatu kalimat (ujaran).
PAU-PPAI-UT 25
c. Jeda
Jeda atau persendian
berkenaan dengan
perhentian bunyi dalam arus
ujaran.
Jeda berperan dalam
membedakan makna kalimat
(ujaran).
PAU-PPAI-UT 26
d. Durasi
Durasi berkaitan dengan
masalah panjang
pendeknya bunyi bahasa
diucapkan.
PAU-PPAI-UT 27
5. Silabel atau Suku Kata
Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis
(berirama) terkecil dalam suatu arus ujaran.
Suatu silabel biasanya melibatkan satu
bunyi vokal, atau satu vokal dan satu
konsonan atau lebih.
Oleh karena itu, yang dapat disebut bunyi
silabis atau puncak silabis adalah bunyi
vokal.
PAU-PPAI-UT 28
B.Fonemik
1. Pengertian Fonemik
Fonemik adalah bagian fonologi yang mengkaji bunyi
bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai
pembeda makna. Kajian fonemik adalah fonem.
2. Pengertian Fonem
Fonem adalah satu kesatan bunyi terkacil yang dapat
membedakan makna kata.
Apakah semua bunyi bisa membedakan makna?
Jawabannya adalah tidak.
Bagaimana caranya kita mengetahui sebuah bunyi
adalah fonem atau bukan?
Caranya kita harus mencari yang disebut pasangan
minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang
bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda.
PAU-PPAI-UT 30
Lanjutan
Misalnya bunyi [P] fonem atau bukan?
Maka kita cari, misalnya pasangan kata paku dan
baku.
Dengan demikian, kita sudah dapat membuktikan
bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia adalah
sebuah fonem.
Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] ditulis diantara
dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pasangan kata paku dan
baku juga termasuk fonem? Ya, karena kalau
posisinya diganti oleh bunyi [p] atau l menjadi
laku, maknanya juga akan berbeda.
PAU-PPAI-UT 31
Lanjutan
Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah fonem atau bukan
dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu
anggotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota
pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari
anggota yang utuh.
Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atau
bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk
[tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan bentuk [tua]
hanya memiliki tiga buah bunyi. Maka kalau bunyi [h] itu
ditanggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem /h/.
Contoh lain:
gigit dengan gigi
rusak dengan rusa
kopi dengan kop
3. Alofon
Alofon adalah anggota dari sebuah fonem atau varian
dari sebuah fonem.
Contoh:
Konsonan [p] pada kata pola diucapkan secara lepas
untuk kemudian dikuti oleh vokal [o]. Sedangkan
konsonan [p] pada kata tutup atau sedap diucapkan
secara tidak lepas. Kalau [p] yang lepas kita tandai
denga [p] saja, esdangkan [p] yang tidak lepas kita
tandai dengan [p>]. Maka dapat disimpulkan bahwa
fonem /p/ dalam bahasa Indonesia memiliki dua alofon
yitu [p] dan [p>].
Bunyi [o] pada kata toko dengan bunyi [⊃] pada
kata tokoh.
Kapak dengan bapa?
Sibuk dengan tida?
4. Gugus Fonem
Gugus fonem adalah dua buah fonem
yang berbeda tetapi berada dalam
sebuah silabel atau suku kata.
Gugus fonem terbagi menjadi dua,
yaitu:
a. gugus vokal; dan
b. gugus konsonan.
a. Gugus Vokal
Gugus vokal sama dengan diftong. Sejauh ini
diftong yang tercatat ada dalam bahasa
Indonesia ada empat bunyi diftong atau gugus
vokal, yaitu:
1)<ai>, seperti terdapat pada kata santai, gulai,
dsb.
2)<au>, seperti terdapat pada kata pulau,
harimau.
3)<oi>, seperti terdapat pada kata amboi.
4)<ei>, seperti terdapat pada kata survei, esei.
b. Gugus Konsonan
Gugus konsonan disebut juga klaster. Klaster atau
gugus konsonan dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut.
1)bl seperti pada kata blangko
2)br seperti pada kata brahmana, labrak
3)dr seperti pada kata drama, drum, draf
4)dw seperti pada kata dwidarma
5)dy seperti pada kata madya
6)fl seperti pada kata inflasi
7)fr seperti pada kata infra, fragmen
8)gl seperti pada kata global
9)gr seperti pada kata gram, grafis
Lanjutan
10) kl seperti pada kata klasik, klinik
11) kr seperti pada kata kritik, kribo, kreasi
12) ks seperti pada kata ksatria, ekspresi
13) kw seperti pada kata kwartir (markas)
14) pr seperti pada kata pribadi, pria, prima, primbon
15) ps seperti pada kata psikolog, psikopat
16) sl seperti pada kata slogan
17) sp seperti pada kata spontal, spesial
18) spr seperti pada kata spring (tali pengikat pada kapal)
19) sr seperti pada kata sreg (enak di hati, pas), sri (gelar
kehormatan bagi raja atau orang besar dsb, yg mulia)
20) st seperti pada kata studio, stasiun
21) str seperti pada kata strata
22) sw seperti pada kata swadaya, swasta
23) sk seperti pada kata skala
24) skr seperti pada kata skripsi, manuskrip
25) tr seperti pada kata tragedi, tragis, tren
26) ty seperti pada kata satya
5. Deret Fonem
Deret fonem adalah dua buah
fonem yang berbeda, berada dalam
silabel yang berbeda, meskipun
letaknya berdampingan.
Deret fonem terbagi menjadi dua,
yaitu:
a.deret vokal; dan
b.deret konsonan.
a. Deret Vokal
Deret vokal yang tercatat dalam bahasa Indonesia
sampai saat ini adalah:
1)aa seperti pada kata saat, taat
2)au seperti pada kata laut, daun
3)ai seperti pada kata air, kain, kait
4)ao seperti pada kata kaos, laos
5)ua seperti pada kata luar, kuat
6)ue seperti pada kata kue
7)ui seperti pada kata puing, suit
8)ia seperti pada kata siar, kiat
9)iu seperti pada kata tiup, liur
10)io seperti pada kata biola
11)oa seperti pada kata loak, soak (lemah, tidak kuat
lagi)
12)oi seperti pada kata koin, poin
13)eo seperti pada kata beo
b. Deret Konsonan
Deret konsonan yang tercatat dalam bahasa
Indonesia sampai saat ini adalah:
Bd seperti pada kata sabda
Bh seperti pada kata subhat
Bl seperti pada kiblat
Hb seperti pada kata tahbis
Hk seperti pada kata mahkamah
Tl seperti pada kata mutlak
Np seperti pada kata tanpa
Hl seperti pada kata bahla, bahlul
Hm seperti pada kata tahmid
PAU-PPAI-UT 40
Ht seperti pada kata tahta
Kb seperti pada kata takbir, akbar
Kl seperti pada kata iklan, coklat
Km seperti pada kata sukma
Kr seperti pada kata pokrol, takrir
Ks seperti pada katasiksa, paksa
Kt seperti pada kata bakti, bukti
?d seperti pada kata[ba?da]
?l seperti pada kata [ta?luk], [ta?lik]
PAU-PPAI-UT 41
?m seperti pada kata [ba?mi], [ma?mum]
?n seperti pada kata [ma?na], [la?nat]
?y seperti pada kata [ra?yat], [ru?yat]
Lb seperti pada kata kalbu, talbiah
Ld seperti pada kata kaldu, kaldera
Lk seperti pada kata talking, palka
Lm seperti pada kata halma, gulma
Lp seperti pada kata pulpen, bolpoin
Mb seperti pada kata sambut, timbul
Mp seperti pada kata simpan, sampul
Mpr seperti pada kata kompraƞ
PAU-PPAI-UT 42
Nc seperti pada kata hancur, lancip
Ncl seperti pada kata kinclong
Ncr seperti pada kata kencring
Nd seperti pada kata janda, tunda
Nj seperti pada kata janji, tanjung
Np seperti pada kata tanpa
Nt seperti pada kata nanti, pantun
Ƞg seperti pada kata laƞgar, maƞga
Ƞk seperti pada kata naƞka, boƞkar
Ƞkr seperti pada kata baƞkrut
Ƞs seperti pada kata piƞsan, saƞsi
Pt seperti pada kata baptis, saptu
PAU-PPAI-UT 43
Rb seperti pada kata karbon, terbang
Rc seperti pada kata karcis
Rd seperti pada kata kerdil, kardus
Rg seperti pada kata surga, harga
Rh seperti pada kata berhala
Rj seperti pada kata terjang, terjal
rk seperti pada kata berkas, harkat
Rl seperti pada kata perlu
Rm seperti pada katanorma, nirmala
Rn seperti pada kata sirna, porno
Rp seperti pada kata korpus
PAU-PPAI-UT 44
Rs seperti pada kata sirsak
Rt seperti pada kata kertas, karton
Sb seperti pada kata tasbih
Sk seperti pada kata miskin, riskan
Sl seperti pada kata muslim
Sr seperti pada kata mesra, pasrah
Sp seperti pada kata puspa
ʃd seperti pada kata taʃdid
ʃr seperti pada kata taʃrik
tm seperti pada kata ritme
tl seperti pada kata mutlak
xl seperti pada kata maxluk
PAU-PPAI-UT 45
6. Perbedaan Fonetik dan Fonemik
Kalau fonetik adalah bagian fonologi yang
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa
atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi
oleh alat ucap manusia. Jadi, kalau fonetik
mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan tidak
memperhatikan status bunyi itu bisa
membedakan makna kata atau tidak.
Sedangkan fonemik adalah bagian fonologi
yang mengkaji bunyi bahasa dengan
memperhatikan statusnya sebagai pembeda
makna.
PAU-PPAI-UT 46
Terimakasih
PAU-PPAI-UT 47